Anda di halaman 1dari 57

MODUL PRAKTIKUM HISTOLOGI,

FISIOLOGI DAN VITAL SIGN

BLOK ILMU SISTEM TUBUH (BLOK 1)

DISUSUN OLEH :

1. DRH. SANTI CHISMIRINA, M.Si


2. AFRINA, S.Ked, M.Si
3. DRG. RIDHA ANDAYANI, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNSYIAH
2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Modul Praktikum : Penuntun Praktikum Histologi, Fisiologi, dan


Vital Sign

2. Penyusun Modul :
1. Drh. Santi Chismirina, M.Si
2. Afrina, S.Ked, M.Si
3. Drg. Ridha Andayani, M.Si

Menyetujui, Banda Aceh, Agustus 2022

Ketua Program Studi Kepala Bagian Biologi


Pendidikan Dokter Gigi Oral

(drg. Sunnati, Sp.Perio) (drg. Ridha Andayani, M.Si)


NIP. 197907052006041002 NIP. 196809151999032001
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dan shalawat beserta salam
kepada Nabi Muhammad SAW penyusun panjatkan bahwa pada akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan pembuatan Modul Praktikum Histologi, Fisiologi, dan Vital
Sign ini. Buku panduan ini disusun untuk digunakan sebagai panduan praktikum
Histologi, Fisiologi, dan Vital Sign mahasiswa Program Studi Dokter Gigi FKG
Unsyiah.

Modul Praktikum ini disusun berdasarkan kompetensi tentang histologi, fisiologi,


dan vital sign yang harus dimiliki oleh mahasiswa program S1 FKG Unsyiah yang
mengikuti Blok 1. Penyusun membuat buku ini sebagai sumbangsih penyusun
sebagai staf pengajar di bagian Biologi Oral dengan harapan modul ini dapat
membawa manfaat bagi mahasiswa dan fakultas. Dengan adanya Modul
Praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan proses praktikum dengan
lancar sehingga pemahaman akan teori-teori yang dipelajari dapat tercapai dengan
baik.

Modul ini hanya digunakan untuk lingkungan pendidikan Kedokteran Gigi di FKG
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh serta tidak diperjualbelikan ataupun
diperbanyak tanpa izin penyusun. Penyusun menyadari bahwa modul praktikum
ini masih sangat banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
dan tangan terbuka penyusun mengharapkan saran dan masukan untuk dijadikan
bahan dalam menyempurnakan modul praktikum ini. Wassalam.

Tim Penyusun :
1. Drh. Santi Chismirina, M.Si
2. Afrina, S.Ked, M.Si
3. Drg. Ridha Andayani, M.Si
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Tata Tertib Praktikum
Materi I. Histologi Sel
Materi II. Histologi Epitel
Materi III. Histologi Kelenjar dan Jaringan Ikat
Materi IV. Histologi Otot
Materi V. Histologi Tulang dan Tulang Rawan
Materi VI. Histologi Jantung
Materi VII. Histologi Pembuluh Darah
Materi VIII. Histologi Darah
Materi IX. Histologi Sistem Urinaria
Materi X. Histologi Sistem Saraf
Materi XI. Patologi Klinik:Waktu Perdarahan dan Waktu Pembekuan
Materi XII. Keadaan Umum Pasien dan Vital Sign
Daftar Pustaka
TATA TERTIB PRAKTIKUM
(PADA KONDISI NORMAL)

A. Tata Tertib Praktikum


1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir pada saat
praktikum. Apabila terlambat 15 menit tanpa alasan yang jelas, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
2. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum berwarna putih yang
bersih dan dikancingkan (sebelum memasuki laboratorium), nametag di
dada sebelah kiri dan dilarang memakai sandal.
3. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan
prosedur materi praktikum sebelum praktikum berlangsung.
4. Responsi akan dilaksanakan sebelum d a n a t a u s e t e l a h praktikum
5. Dilarang keras makan, merokok dan minum di laboratorium
6. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh
7. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan dengan
desinfektan
8. Setiap mahasiswa harus bertanggung jawab atas alat-alat yang dipinjam
dari fakultas. Kerusakan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada
instruktur yang bertugas. Apabila kerusakan terjadi karena kesalahan
mahasiswa, maka harus mengganti dengan yang sejenis. Alat/bahan
dipakai bersama yang hilang harus diganti oleh grup yang bekerja pada
waktu itu.
9. Dilarang membuang sampah disembarang tempat. Sampah harus dibuang
di tempat yang telah disediakan
10. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan kerja seperti media pecah
kepada instruktur
11. Setiap tahap pekerjaan harus selesai menurut jadwal yang telah
ditetapkan. Bila tidak selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan tahap
selanjutnya (yang sudah terjadwal), sedangkan tahap yang belum
selesai dilanjutkan secara mandiri dengan mendapat pengurangan nilai.
Penggunaan bahan di luar jadwal harus disediakan sendiri oleh mahasiswa.
12. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan
dengan seksama.
13. Dalam hal terjadi pelanggaran tata tertib kunjungan ini pengelola
berhak memberikan peringatan sampai dengan mengeluarkan dari
ruang praktikum.

B. Tata Tertib Ujian Praktikum : Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti


semua ujian pada waktu yang telah ditentukan.
dilakukan secara lisan dengan cara instruktur menunjukkan gambar histologi
(PADA KONDISI PANDEMI COVID-19)

A. Tata Tertib Praktikum


1. Praktikum dilakukan secara luring, selama kegiatan berlangsung praktikan
wajib menjalankan prosedur kesehatan (Prokes) Covid-19.
2. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir pada saat praktikum
berlangsung secara online. Apabila terlambat 15 menit tanpa alasan yang jelas,
tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
3. Praktikan diharuskan hadir dalam keadaan bersih dan rapi.
4. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur
materi praktikum sebelum praktikum berlangsung. Panduan praktikum di
download dari e-learning.
5. Responsi akan dilaksanakan pada saat sebelum dan atau setelah praktikum.
6. Dilarang keras makan, merokok dan minum selama kegiatan praktikum
berlangsung, izin makan hanya diberikan pada jadwal yang kegiatannya penuh
dalam satu hari, namun harus meminta izin dari instruktur.
7. Apabila telah masuk waktu shalat, praktikan harus meminta izin instruktur
untuk melakukan shalat.
8. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh.
9. Praktikan harus menyelesaikan tugas menggambar sesuai materi praktikum
menurut jadwal yang telah ditetapkan, gambar yang belum selesai pada saat
praktikum dilanjutkan secara mandiri dengan mendapat pengurangan nilai.
10. Dalam hal terjadi pelanggaran tata tertib praktikum, instruktur berhak
memberikan peringatan dan sanksi.

B. Pelaksanaan Praktikum :
1. Praktikum berlangsung selama 3 jam/materi.
2. Setengah jam pertama, instruktur akan mengabsen praktikan yang hadir dan
memberi pengarahan tentang materi praktikum pada hari tersebut.
3. Dua jam berikutnya mahasiswa melakukan praktikum sesuai dengan instruksi
pada buku panduan praktikum di bawah pantauan dan bimbingan instruktur.
4. Praktikan membuat gambar pada buku menggambar dan hasil gambar di foto
untuk dikumpulkan kepada instruktur.
5. Setengah jam terakhir, instruktur akan melakukan pengumpulan hasil foto
gambar yang telah dibuat oleh praktikan dan meresponsi praktikan. Responsi
dan mahasiswa menyebutkan nama struktur mikroskopisnya.
MATERI I
HISTOLOGI SEL

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi struktur sel
2. Mampu menjelaskan perbedaan setiap struktur sel.

Pendahuluan
Seluruh bagian yang hidup dari sel disebut protoplasma. Didalam sitoplasma
terdapat bahan koloid yang di dalamnya terdapat inti, organelle dan inclusion.
Organela adalah struktur yang selalu ada di dalam sel dan berfungsi
untuk menjalankan kehidupan sel. Yang termasuk organelle adalah:
1. Mitokondria
2. Reticulum endoplasmic halus dan kasar
3. Apparatus Golgi
4. Lysosome
5. Ribosom

Gambar 1.1. Struktur Mikroskopik Sel

Inclusion tidak selalu ada di dalam sel, misalnya butir-butir sekresi, pigmen.
Nukleus dilapisi oleh nukleoplasma dan berisi material genetic.
Praktikum 1 :
1. Perhatikan struktur sel berupa;
Dinding sel
Sitoplasma dan Organel
Inti (nucleus)
2. Cari fungsi mitokondria dan ribosom.
3. Gambarkan struktur mikroskopis sel tersebut di atas.
MATERI II
HISTOLOGI EPITEL

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi epitel (kulit dan mukosa).
2. Mampu menjelaskan perbedaan setiap jenis sel epitel (kulit dan mukosa).

Pendahuluan
Jaringan epitel adalah suatu jaringan yang tersusun dari kumpulan sel-sel
epitel yang melekat satu sama lain dengan atau tanpa bahan interseluler dan
melekat diatas membrane basalis. Jaringan epitel berfungsi sebagai
penutup/pelapis permukaan organ baik permukaan dalam maupun permukaan
luar. Selain itu ada juga jaringan epitel yang membentuk kelenjar. Jaringan epitel
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah lapisan, bentuk sel permukaan, dan
bentukan yang terdapat di permukaannya.
Berdasarkan jumlah lapisan :
- Epitel selapis = simplex
- Epitel berlapis = complex
- Epitel berderet = pseudocomplex
Berdasarkan bentuk sel :
- epitel pipih
- epitel kubis
- epitel silindris
Berdasarkan bentukan yang terdapat di permukaan sel :
- cilia
- cornifikasi/lapisan tanduk

Gambar 2.1. Macam Bentuk Epitel


Berdasarkan klasikasi tersebut diatas maka kita mengenal bermacam macam
jaringan epitel yaitu :
1. Epitel selapis pipih = Epithel squamous simplex
Jaringan epitel yang terdiri dari satu lapis sel berbentuk pipih, inti oval
terletak ditengah (dibagian yang paling lebar) dan semua sel-selnya melekat
di membrane basalis. Contoh : endothelium, endocardium.

Gambar 2.2. Epitel Selapis Pipih

2. Epitel selapis kubus = epithel cuboid simplex


Jaringan epitel yang terdiri dari satu lapis sel berbentuk kubus, inti bulat
terletak ditengah dan semua sel-selnya melekat pada membrane basalis.
Contoh: epitel folikel kelenjar tiroid, epithel ductus kelenjar.

Gambar 2.3. Epitel Selapis Kubus


3. Epithel columnar simplex
Jaringan epitel yang terdiri dari satu lapis sel berbentuk silindris, inti didekat
basal dengan sumbu panjang sesuai dengan sumbu panjang sel atau bisa
juga terletak di basal. Contoh : epitel saluran pencernaan mulai dari gaster
sampai dengan rectum.

Gambar 2.4. Epitel Selapis Silindris

4. Epitel berderet = epitel pseudo complex columnar.


Jaringan epitel yang terdiri dari satu lapis sel, semua sel melekat pada
membrane basalis tetapi tidak semua sel mencapai permukaan. Dipermukaan
sel yang mencapai permukaan kadang kadang terdapat silia. Biasanya
terdapat sel-sel yang mengalami modifikasi menjadi bentuk piala yang berisi
mucine disebut sel goblet. Contoh epithel yang melapisi traktus respiratorius.

Gambar 2.5. Epitel Berderet


5. Epitel berlapis pipih = epithel squamous complex.
Jaringan epitel yang terdiri dari beberapa lapis sel. Sel permukaannya
berbentuk pipih, sel dibawahnya berbentuk polygonal sedangkan sel bagian
basal melekat pada membrane basalis dan berbentuk kubis atau silindris.
Contoh epitel mukosa pipi dan mukosa bibir.

Gambar 2.6. Epitel Berlapis Pipih

6. Epitel berlapis pipih berkeratin (bertanduk) = epithel squamous complex


dengan kornifikasi
Jaringan epitel ini sama dengan epitel berlapis pipih. Tetapi dibagian
permukaannya terdapat lapisan tanduk (stratum corneum). Stratum
corneum tampak tebal di kulit telapak tangan dan kaki sedangkan di kulit
tubuh yang lain tampak tipis. Contoh : epitel kulit dan epitel telapak tangan
maupun kaki.

Gambar 2.7. Epitel Berlapis Bertanduk


7. Epitel peralihan = epithel transtitionil
Epitel ini terdiri dari beberapa lapis sel tergantung kondisi organ. Apabila
organ distensi (terisi penuh), jumlah lapisannya sedikit ( 2-3 lapis sel), sel
permukaannya berbentuk pipih. Pada keadaan relaksasi (kosong) epitelnya
terdiri dari 4-5 lapis dan permukaan dari sel superficial berbentuk kubah
ada yang berbentuk seperti payung, disebut sel payung. Contoh epitel vesica
urinaria.

Gambar 2.8. Epitel Transisional

Praktikum 2 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis epitel berdasarkan jumlah
lapisan, bentuk sel permukaan, dan bentukan yang terdapat di permukaannya.
2. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 2.1, Gambar 2.4, Gambar 2.7 dan
Gambar 2,8.
MATERI III
HISTOLOGI KELENJAR DAN JARINGAN IKAT

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi berbagai jaringan dasar
tubuh yaitu kelenjar dan jaringan ikat.
2. Mampu menjelaskan perbedaan setiap berbagai jaringan dasar tubuh yaitu
kelenjar dan jaringan ikat.

KELENJAR
Pembagian kelenjar :

Berdasarkan ada tidaknya saluran pengeluaran (ductus ekskretorius):


- kelenjar endokrin (tidak mempunyai duktus ekskretorius)
- kelenjar eksokrin (mempunyai ductus ekskretorius): sel alveolus dan
ductus ekskretorius.

Gambar 3.1. Kelenjar Ekskretorius


B. Berdasarkan hasil ekskresinya maka kelenjar eksokrin digolongkan:

- kelenjar serous : secret cair, terdapat pada kelenjar parotis

- kelenjar mucous : secret kental, terdapat pada kelenjar submaksilaris

- kelenjar campuran : salivary gland, terdapat pada kelenjar submandibularis

Gambar 3.2. Kelenjar Serous

JARINGAN IKAT
Jaringan ikat sesuai dengan namanya merupakan jaringan yang
membentuk suatu rangkaian/ikatan dengan jaringan epitel, otot, dan jaringan
saraf serta dengan jaringan ikat lainnya untuk mempertahankaan integritas
fungsi-fungsi tubuh. Jaringan ikat terdiri dari unsur sel dan matriks ekstraselular.
Di dalam matriks ekstraselular terdapat serabut collagen dan elastis. Jaringan Ikat
terdiri dari empat type yaitu :
jaringan ikat longgar (areolar/loose connective tissue] terdiri dari serabut
dan sel.
jaringan ikat padat (dense connective tissue), terutama terdiri dari serabut
dan hanya sedikit sel.
jaringan ikat reticular (reticular tissue), berupa jala-jala serabut kolagen
type III yang diantaranya terdapat fibroblast dan macrophage.
jaringan lemak (Adipose tissue), terdiri dari sel-sel lemak multilocular,
yang menyimpan lemakdalam bentuk multiple droplets.

Gambar 3.3. Jaringan Ikat Longgar

Gambar 3.4. Jaringan Ikat Padat

Gambar 3.5. Jaringan Ikat Retikular

Gambar 3.6. Jaringan Adiposa


Praktikum 3 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis kelenjar dan jaringan ikat
2. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 3.2, Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan
Gambar 3,6.
MATERI IV
HISTOLOGI OTOT

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi otot yang meliputi bentuk sel
otot dan jenis sel-sel otot.
2. Mampu menjelaskan perbedaan bentuk sel otot dan jenis sel-sel otot.

Terdiri atas sel-sel kontraktil dan menghasilkan gerakan dari berbagai bagian
tubuh dengan cara berkontraksi. Otot terdiri atas 3 macam otot:

A. Otot Skeletal (Otot Lurik / bergaris/bercorak)


Merupakan otot yang gerakannya disadari dan dikontrol (volunter),
ototnya bergaris, memberi sekitar 40% dari total massa tubuh, dan berfungsi
untuk menghasilkan gerakan tubuh, menghasilkan panas tubuh, dan menjaga
postur tubuh.
Memiliki dua perlekatan, yaitu origo (biasanya perlekatan yang lebih
proksimal), dan insertio (perlekatan yang lebih distal).
Dilapisi oleh epimysium, yaitu suatu lapisan tipis jaringan ikat yang ebih
Kecil dari bundel serat-serat otot dan dikelilingi lapisan ini ditutupi lagi oleh
perimysium. Setiap serat otot tertutup oleh endomisium.

B. Otot Jantung
Merupakan jenis otot tidak disadari, otot ini juga mempunyai garis-garis
dan membentuk lapisan tengah dari jantung yang disebut lapisan
myocardium,
Pada sediaan ini dapat dilihat potongan memanjang dan melintang serat
muskular jantung. Perhatikan : Percabangan serat otot jantung, inti sel dan
ruang perinuklear, miofibril, diskus interkalaris, sel / serat Purkinye
(dibagian bawah lapisan endo kardium).
C. Otot Polos
Berupa otot tidak disadari/tidak dikontrol (involunter) dan nonstriated,
umumnya tersusun dalam dua lapisan otot, lapisan bagian dalam
melingkar (circular) dan lapisan luar arahnya longitudinal, biasanya terdapat
dalam dinding organ visceral.
Perhatikan : bentuk sel / serat, bentuk dan letak inti, sitoplasma dan
miofibrin.

Gambar 4.1. Otot Lurik


Gambar 4.2. Otot Jantung
Gambar 4.3. Otot Polos

Praktikum 4 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis otot lurik, otot jantung, dan otot
polos.
2. Cari fungsi sarkomer dan sarkolemma
3. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3.
MATERI V
HISTOLOGI TULANG DAN TULANG RAWAN

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi tulang dan tulang rawan yang
meliputi yaitu sel penyusun tulang dan tulang rawan serta kompartemen
tulang dan tulang rawan.
2. Mampu menjelaskan perbedaan sel penyusun tulang dan tulang rawan serta
kompartemen tulang dan tulang rawan.

Tulang

Tulang adalah jaringan ikat yang kaku, keras dan berbentuk tetap.
Terdapat 2 tipe tulang yaitu :
- tulang spongiosa : terdapat di bagian sentral, terdiri dari trabekula
trabekula tulang yang dilapisi endosteum.
- tulang kompakta : terdapat di bagian perifer

Gambar 5.1. Tulang Spongiosa dan Kompakta


Struktur mikroskopis tulang meliputi :
- periosteum
- canalis Volkmann
- lamella generalisata eksterna (outer circumferential lamellae)
- sistem Havers :
canalis Havers
lamella Havers
lacuna Havers
canalliculi Havers
lamella interstitial

trabecula tulang, dilapisi endosteum yang mengandung:


o osteoprogenitor cells
o osteoblast
o osteoclast
lamella generalisata interna (inner circumferential lamelae).

Gambar 5.2. Mikroskopis Tulang


Gambar 5.3. Mikroskopis Sistem Havers

Gambar 5.4 : Sel-Sel Tulang

Praktikum 5 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis tulang spongiosa dan tulang
kompakta
2. Cari fungsi canalis Volkmann, lacuna, dan osteosit

3. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 5.1, Gambar 5.2, dan Gambar 5.3.
Tulang Rawan (Cartilago)
Terdapat 3 macam kartilago :
- cartilago hyaline
- cartilage elastis
- cartilago fibrosa

Gambar 5.5. Mikroskopis Tulang Rawan

Tulang rawan hyalin: contoh pada trakea


Carilah :
- perikondrium
- kondrosit
- lakuna
- sel isogen
- teritoium matrix
- interteritorium matrix
Contoh lokasi lain : permukaan sendi, cuping hidung, bronkhus, ujung tulang iga
Gambar 5.6. Struktur Mikroskopis Hialin (Trakea)

Tulang rawan elastis : contoh pada daun telinga:


Carilah :
- serabut elastis
- kondrosit
- sel isogen
Contoh lain : dinding tuba eustachius, epiglottis

Gambar 5.7. Struktur Mikroskopis Tulang Elastis


Tulang rawan fibrosa, contoh pada discus intervertebralis
Carilah:
- serabut fibrosa
- kondrosit
- sel isogen
Contoh lain : discus interarticularis, symphisis pubis, insertio tendon tertentu.

Praktikum 6 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis tulang rawan hialin,
elastik dan fibrosa
3. Cari fungsi kondrosit, pericondrium, dan lakuna
4. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 5.5. dan Gambar 5.7
MATERI VI
HISTOLOGI JANTUNG

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan histologi jantung berupa dinding
jantung.
2. Mampu menjelaskan perbedaan histologi bagian dinding jantung.

Jantung
Terdapat di dalam cavum pericardii. Terdiri atas 4 rongga yaitu atrium
kanan/kiri dan ventrikel kanan/kiri
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis : Endokardium, Myokardium, dan
Epikardium

MIOKARDIUM (OTOT JANTUNG)

Lapisan tengah (beresesuaian dgn tunika media pemb darah)


Terdiri atas otot jantung dgn ketebalan beragam pd tempat yg berbeda.
Paling tipis pada atrium membentuk anyaman
Paling tebal pada ventrikel kiri tersusun 2 lapis
Permukaan: berjalan spiral dari dasar ventrikel ke apex, berakhir pd m.
papilaris.
Dalam: melingkari tiap ventrikel. seperti huruf S melingkari kedua
ventrikel.
Trabeculae carnae :

- Lipatan-lipatan pada permukaan dalam jantung yg merupakan sisa-sisa


otot jantung dalam masa pertumbuhan.
- Mengandung pembuluh darah dan sabut-sabut saraf tak bermyelin.
Kapiler banyak, kira-kira 2 kalinya kapiler pada otot bergaris.
- Lembar-lembar otot atrium dan ventrikel+endomisium melekat pd
kerangka jantung.
EPIKARDIUM (PERIKARDIUM VISCERALIS

Mesotelium : epitel selapis pipih.


Lapisan sub mesotelium : sabut kolagen dan sabut elastis.
Lapisan sub epikardial : jar ikat kendor, banyak sel lemak, pembuluh
darah dan saraf, menghubungkan myokardium dgn epikardium.

A.

B.
Gambar 6.1. Mikroskopis Dinding Jantung (A dan B)
Gambar 6.2. Mikroskopis Lapisan Dinding Jantung

Gambar 6.3. Serat Purkinye Pada Lapisan Dinding Jantung

Praktikum 7 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis lapisan dinding jantung
2. Cari fungsi pericardium
3. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 6.1.B, Gambar 6.2, dan Gambar
6.3.
MATERI VII
HISTOLOGI PEMBULUH DARAH

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan struktur mikroskopis arteri dan vena.
2. Mampu menjelaskan perbedaan struktur mikroskopis arteri dan vena.

Pembuluh Darah
Membawa darah ke paru-paru, di mana karbon dioksida yang ditukar dengan
oksigen.
Membawa darah ke usus, dimana bahan nutrisi dalam bentuk cairan diserap,
dan
kelenjar endokrin, di mana hormon melewati dinding pembuluh darah dan
didistribusikan ke target sel.
Transportasi produk limbah dari cairan jaringan ke ginjal, usus, paru-paru,
dan kulit, di mana mereka akan dikeluarkan dari tubuh.
Pembuluh darah dibedakan berdasarkan ukurannya: aorta, arteri, vena,
kapiler, dan sinusoid.
Dindingnya terdiri dari 3 lapisan:
1.tunika intima
2.tunika media
3.tunika daventitia

1. Aorta
Pembuluh darah terbesar yang berfungsi untuk membawa darah dari
jantung ke seluruh tubuh seperti halnya fungsi arteri
Gambar 7.1. Miksroskopis Dinding Aorta

2. Arteri
Membawa darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh bagian
tubuh.
Memiliki dinding tebal dan lebih kuat daripada vena.

3. Vena
Membawa darah menuju jantung dari semua bagian tubuh.
Dinding tipis, tekanan darah vena 1/10 tekanan darah aorta.
Jaringan elastis sedikit, (aliran darah vena konstan).
Mempunyai katup untuk melancarkan aliran darah yang melawan
gaya berat, sehingga tidak terjadi aliran yang berbalik.
Terletak pada daerah antara otot dengan dinding yang tipis
sehingga sirkulasi vena lebih mudah.
Mudah diregangkan sehingga dapat berfungsi sebagai reservoir.
Pada sediaan tampak dinding vena lebih kendor.
Tunika media tidak berkembang.
Tunika adventitia lebih tebal dan lebih dominan
Gambar 7.2. Mikroskopis Arteri dan Vena

4. Kapiler
Terdiri atas selapis endotelium dan membran basement, menghubungkan
arteriola ke venula.
Pembuluh darah yg terkecil.
Membentuk anyaman ( jala-jala)
Tempat terjadinya pertukaran karbon dioksida, oksigen, nutrisi, dan
produk-produk limbah antara jaringan dan darah.
Diameter 9-12 micron, diameter kecil lumennya dikelilingi 1 sel
endotel dan diameter besar lumennya dikelilingi 2-3 sel endotel
Tidak terdapat di kornea, epidermis, dan tulang rawan hialin.
Kemungkinan juga tidak ditemukan di beberapa daerah di mana arteriola
dan venula memiliki koneksi langsung (Anastomoses arteriovenosa atau
shunts arteriovenosa), seperti di kulit hidung, bibir, jari, dan telinga.

5. Sinusoid
Bentuk khusus dari kapiler
Lumen lebih luas dan lebih ireguler daripada kapiler.
Dinding : berbentuk tak teratur dan terdiri atas selapis endotel yang agak
kendor.
Sebagai pengganti kapiler dalam hati, limpa, sumsum tulang merah,
cavum nasi, adenohypophysis, korteks suprarenal, dan kelenjar
paratiroid.
Memiliki dinding yang sebagian besar terdiri dari sel-sel fagositik.

Gambar 7.3. Mikroskopis Arteri dan Vena

Praktikum 8 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis lapisan dinding pembuluh
darah
2. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis arteri dan vena
3. Cari perbedaan ketebalan lapisan dinding dan lumen pada arteri dan vena
4. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar Gambar 7.2, dan Gambar 7.3.
MATERI VIII
HISTOLOGI DARAH

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan bentuk dan jenis sel-sel darah.
2. Mampu menjelaskan perbedaan bentuk dan jenis sel-sel darah

Pada sediaan apus darah tepi dapat dilihat sel-sel darah : eritrosit, netrofil, eosinofil,
basofil, monosit, limfosit, trombosit. Perhatikan : ukuran sel, inti sel, sitoplasma,
granula.

Eritrosit: Sel berbentuk cakram bikonkaf bentukan bulat dengan bagian


tengah lebih terang

Gambar 8.1. Mikroskopis Eritrosit

Trombosit (platelet) : Keping-keping darah ini kecil, berbentuk oval, spheris,


spindel dan pada umumnya terdapat berkelompok.

Gambar 8.2. Mikroskopis Trombosit (Platelet)


Leukosit :
1. Granular lekosit :
a. eosinofil
b. basofil
c. neutrofil
2. Agranular lekosit :
a. monosit
b. limfosit

Eosinofil :
- Bentuk sel bulat
- Inti berlobi
- Kromatin kasar
- Granula spesifik merata, besar-besar bersifat asidofilik
- Sitoplasma biru langit
- Ukuran : 9 – 15 mikron
Basofil:
- bentuk sel bulat
- inti berlobi kadang hanya berupa lekukan
- kromatin tidak padat, kasar dan tampak pucat
- granula tidak tersebar merata, bersifat basofilik sehinggan tampak gelap
(ungu tua sampai hitam)
- sitoplasma biru langit.
- Ukuran : 10 – 12 mikron
Neutrofil:
- Bentuk sel bulat
- Berdasarkan banyaknya lobus pada inti, terdapat dua bentuk yaitu stab
dan segment. Makin tua umur netrofil makin segmented.
- Kromatin ungu dan teranyam padat
- Granula tersebar merata, kecil-kecil dan tercat netral
- Sitoplasma biru sampai agak merah muda
- Ukuran : 10 – 12 mikron
Limfosit:
- ukuran : kecil 6-8 μ; sedang 8-12 μ
- inti relatif besar, bulat, kadang terdapat indentasi, khas gelap
oleh karena kromatin membentuk gumpalan kasar.
- Sitoplasma tampak seperti corona, tipis mengelilingi inti,
tampak homogen, berwarna biru langit.
Monosit :
- Ukuran 12 – 15 mikron
- Inti :
o berbentuk oval atau tapal kuda atau ginjal; letak : eksentris
o wana pucat oleh karena kromatin halus dan tersebar merata
o nukleoli 1-3 tetapi jarang tampak
- sitoplasma biru muda sampai keunguan

A.

B.

Gambar 8.3. Mikroskopis Leukosit (A dan B)


Praktikum 9 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis eritosit, leukosit, dan trombosit
2. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis neutrophil, basophil, eusinofil,
monosit dan limfosit
3. Cari fungsi eritrosit, leukosit, dan trombosit
4. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar Gambar 8.2, dan Gambar 8.3.A
MATERI IX
HISTOLOGI SISTEM URINARIA

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan bentuk dan jenis sel penyusun organ urinaria.
2. Mampu menjelaskan perbedaan bentuk dan jenis sel penyusun organ urinaria.

Sistem urinaria terdiri dari :


- Sepasang Ginjal (Ren):
- Sepasang Ureter
- Vesica Urinaria
- Urethra

B
Gambar 9.1. Ginjal
Gambar 9.2. Ureter

Gambar 9.3. Vesica Urinaria

Gambar 9.4. Urethra

Praktikum 10 :
1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urthra
2. Cari fungsi ginjal
3. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 9.1 (A), Gambar 9.2, Gambar 9.3, dan
Gambar 9.4
MATERI X
HISTOLOGI SISTEM SARAF

Kompetensi :
1. Mampu mengenali dan membedakan struktur histologis sel-sel saraf.
2. Mampu menjelaskan perbedaan struktur histologis sel-sel saraf.

I. PEMBAGIAN SEL SARAF


Tersusun atas neuron dan neuroglia, juga terdapat sel-sen nonneuron astrocytes,
oligodendrocytes, and microglia.
Mengatur koordinasi aktivitas berbagai bagian tubuh.

II. NEURON
Unit struktural dan fungsional dari sistem saraf.
Berfungsi khusus untuk penerimaan, integrasi, transformasi, dan transmisi
informasi.
A. Komponen Neuron
Terdiri dari cell body (perikaryon atau soma) beserta prosesusnya, dendrite dan
axon.
1. Cell body, terletak di gray matter pada CNS, kumpulan cell body di PNS
disebut ganglia dan di CNS disebut nuclei.
2. Dendrite, (dendron berarti "pohon") biasanya pendek dan bercabang banyak,
berfungsi membawa impuls menuju cell body.
3. Axon, biasanya tunggal dan panjang, memiliki cabang lebih sedikit (agunan),
dan membawa impuls dari cell body.

Gambar 10.1. Struktur Neuron


B. Klasifikasi Neuron
1. Unipolar (pseudounipolar) Neuron
Memiliki satu prosesus yang kemudian terbagi 2 menjadi cabang central yang
berfungsi sebagai akson, dan cabang perifer yang berfungsi sebagai dendrit.
Disebut juga pseudounipolar karena mereka awalnya bipolar. Lalu Kedua
prosesus seiring perkembangan kemudian membentuk sebuah prosesus tunggal
yang yang kemudian bercabang 2 setelah menjauh dari cell body.
Merupakan neuron sensorik dari PNS dan ditemukan dalam ganglia nervus
spinalis dan nervus cranialis
2. Bipolar Neuron
memiliki dua prosesus (satu dendrit dan satu akson yang sama-sama keluar dari
cell body, merupakan neuron sensorik, ditemukan dalam epitel olfactorius,
retina, dan telinga bagian dalam.
3. Multipolar Neuron
Memiliki beberapa dendrit dan satu akson dan yang paling umum di CNS
(misalnya, sel motorik di anterior dan lateral horn cell di medula spinalis dan dan
sel ganglion otonom).

Gambar 10.2. Sel Purkinye Pada Serebelum

Gambar 10.3. Neuron dan Neuroglia pada Serebrum


III. NEUROGLIA :
Sel Schwann.
Selubung Myelin
Astrosit
Oligodendrocytes
Sel Mikroglia

Gambar 10.4. Astrosit

Gambar 10.5. Oligodendrosit

Gambar 10.6. Sel Mikroglia


Praktikum 11 :

1. Perhatikan dan bedakan struktur mikroskopis neuron dan neuroglia


2. Cari fungsi neuroglia
3. Gambarkan struktur mikroskopis Gambar 10.1, 10.3, dan Gambar 10.5
MATERI XI
PATOLOGI KLINIK: WAKTU PERDARAHAN, WAKTU PEMBEKUAN,
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Kompetensi :
1. Mampu melakukan uji pembendungan kapiler darah
2. Mampu melakukan waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah.

Pemeriksaan laboratorium darah untuk kasus Perdarahan dan Pre-operatif:


1. Tourniquet test / tes Pembendungan / tes Rumpel-Leede
Tujuan : untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan memberikan
bendungan pada vena sehingga darah akan menekan dinding kapiler
Alat yang diperlukan : Sfigmomanometer ( tensimeter air raksa )
Cara:
a. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai
tekanan 100 mmHg atau setengahnya dari jumlah sistolik + diastolik (
kalau tekanan darahnya dibawah 120/80 mmHg ).
b. Tekanan ini dipertahankan selama 10 menit
c. Setelah 10 menit, ikatan dilepaskan sampai tanda-tanda stasis darah
hilang
d. Carilah dan hitung petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris
tengah 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti
Interpretasi hasil :
- Normal : ditemukan petechiae ≤ 10
- Abnormal ( tes Rumpel-Leede + ) : ditemukan petechiae
lebih dari 10 dalam lingkaran, atau lebih jauh ke distal

2. Masa Perdarahan
Tujuan : menguji faktor extra vaskuler ( otot / jaringan diluar pembuluh
darah ); keadaan dinding kapiler dan jumlah trmbosit juga berpengaruh.
Alat yang diperlukan :
- Sfigmomanometer air raksa
- Stopwatch
- Kertas saring
Cara : cara Ivy
a. Bersihkan bagian voler lengan bawah dengan alkohol 70 % , biarkan
sampai kering.
b. Beri tekanan di lengan atas dengan ikatan sfigmomanometer sebesar
40 mmHg dan dipertahankan sampai percobaan selesai
c. Kulit di lengan bawah ditegangkan, ditusuk dengan lanset darah steril,
sedalam 3 mm
d. Jika terlihat darah mulai mengalir, stopwatch dijalankan
e. Setiap 30 detik, tetes darah yang keluar dihisap dengan kertas saring
sampai darah tidak bisa dihisap lagi
f. Waktu masa perdarahan adalah banyaknya bercak dikertas saring
dikalikan 30 detik, kemudian dijadikan menit.
Interpretasi hasil :
- Normal : 1 – 6 menit
- Abnormal : Bila lewat dari 10 menit dan darah tidak
berhenti maka percobaan dihentikan.

3. Masa Pembekuan Darah


Tujuan : untuk menguji faktor-faktor koagulasi darah, namun tidak
dapat menentukan faktor mana yang defisiensi.
Alat yang diperlukan : tabung kapiler berdiameter 1-2 mm dan panjang
10 cm.
Cara : menurut Duke
a. Tabung kapiler digores-gores dengan kikir ampul dengan jarak 1 cm
agar mudah dipatahkan.
b. Buat tusukan pada ujung jari atau anak daun telinga sehingga darah
leluasa mengalir keluar
c. Apus tetes darah yabg pertama keluar, lalu tetes darah berikutnya
diisap ke dalam tabung oleh gaya kapilaritet, stopwatch dijalankan
d. Tiap 30 detik tabung dipatahkan pada goresan, sampai terlihat
benang fibrin pada patahan maka stopwatch dimatikan.
e. Catat waktu pada stopwatch sebagai masa pembekuan darah
Interpretasi hasil :
- Normal : 2 – 6 menit
- Abnormal : kalau waktu memanjang atau tidak terbentuk
benang fibrin bila waktu sudah lebih dari 6 menit

Praktikum 12 :
1. Bedakan cara uji pembendungan darah, waktu perdarahan dan waktu
pembekuan darah
2. Buat makalah tentang uji pembendungan darah, waktu perdarahan, dan waktu
pembekuan darah (Minimal 3 lembar, maksimal 5 lembar)
MATERI X
KEADAAN UMUM PASIEN DAN VITAL SIGN

Kompetensi:
1. Mampu memahami, menjelaskan dan melakukan tindakan pemeriksaan
keadaan f i s i k umum pasien berupa derajat kesadaran dan bentuk tubuh.
2. Mampu memahami, menjelaskan dan melakukan tindakan pemeriksaan vital
sign berupa suhu tubuh, pemeriksaan reflex pupil, dan respiratory rate.
3. Mampu memahami, menjelaskan dan melakukan pemeriksaan vital sign
berupa tekanan darah.

PENATALAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8-12 orang.
2. Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan
minimal 1 (satu) kali per kasus.
3. Pasien Standar (PS) dalam pemeriksaan ini adalah sesama mahasiswa dalam
satu kelompok secara bergantian, diatur oleh kelompok masing- masing.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Stigmomanometer air raksa
2. Stetoskop
3. Jam tangan yang memiliki petunjuk waktu untuk detik
4. Termometer air raksa
5. Kapas dan alkohol
6. Pen light

URUTAN PEMERIKSAAN
1. Lakukan penilaian fisik umum
2. Lakukan pengukuran suhu tubuh
3. Sambil menunggu pengukuran suhu tubuh, lakukan pemeriksaan denyut
arteri perifer
4 . Lakukan pemeriksaan reflex pupil
5. Lakukan penilaian pernapasan
6. Lakukan pemeriksaan tekanan darah

LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN
PENILAIAN FISIK UMUM
1. Kesadaran https://youtu.be/r-8G277JzjI
a. Amati keadaan umum pasien (PS), mulailah dengan menilai derajat
kesadarannya dengan cara berikan pertanyaan-pertanyaan singkat
mengenai dirinya dan keadaan di sekelilinginya (nama, waktu, tempat PS
berada, dst)
b. Kemudian catatlah pada lembar yang telah disediakan katagori derajat
kesadaran PS tersebut.
c. Derajat kesadaran biasanya dinyatakan sebagai :
- Kompos mentis
Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan di sekelilinginya
- Apatis
Keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan
dengan keadaan sekitarnya, sikap acuh tak acuh
- Letargi
Keadaan kesadaran pasien yang tampaknya lesu dan
mengantuk. Istilah lain : suf (Belanda), drosy (Inggris)
- Somnolen
Keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rasa nyeri, atau untuk makan/minum,
namun jatuh tertidur kembali
- Sopor
Keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring dengan
mata tertutup, tidak menunjukkan reaski jika dibangunkan,
kecuali dengan rangsang nyeri. Refleks
kornea masih ada meskipun lemah, reaksi pupil positif.
Istilah lain : stupor.
- Koma

Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, dengan rangsang


apapun reaksi atas rangsang tak akan timbul. Refleks
apapun tidak didapatkan lagi, bahkan batuk atau muntak
tidak ada.

2. Penilaian Bentuk Tubuh


Perhatikan habitus dan bentuk tubuh PS, kemudian catatlah pada
lembar yang disediakan. Lakukan penilaian secara sistematis, mulai
dari kelainan di kepala, wajah, ekstremitas dan tulang belakang.
Katagori Habitus :
- Astenikus
Bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata/cekung. Angulus
costae dan otot-otot tidak bertumbuh dengan baik
- Atletikus
Bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu terangkat ke atas,
dada penuh, perut rata, lengkung tulang belakang dalam batas
normal
- Piknikus
Bentuk tubuh cenderung bulat, penuh dengan penimbunan
jaringan lemak subkutan.
Berbagai kelainan/bentuk tubuh abnormal dapat dijumpai, misalnya
akromegali yaitu bentuk tubuh sebagai akibat hiperfungsi kelenjar
pituitari anterior setelah tertutupnya epifisis. Kepala tampak lebih besar
dari biasanya, hidung, dagu serta rahang bawah membesar dan
menonjol sedemikian rupa, sehingga gigi-gigi rahang atas dan bawah
tidak dapat saling bertemu.
Berbagai keadaan salah bentuk (malformation); misalnya bibir
sumbing, paralisis saraf muka
Kelainan bentuk tulang belakang, berupa :
- Kifosis
Lengkung tulang belakang ke arah belakang yang abnormal;
ditemui pada tuberkulosis tulang, penyakit Paget.
- Lordosis
Lengkung tulang belakang ke arah depan yang abnormal;
ditemui pada tuberculosis tulang pinggul
- Skolisos
Lengkung tulang belakang ke arah lateral yang abnormal;
ditemui pada poliomyelitis

PEMERIKSAAN VITAL SIGN/PENILAIAN TANDA VITAL


A. Pengukuran Suhu (Dapat dilakukan di mulut, ketiak, dan rectum)
https://youtu.be/HNxxTZnD8u0
1. Bersihkan termometer maksimum dengan alkohol
2. Turunkan air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-sentakkan
termometer tersebut beberapa kali.
3. Letakkan reservoir termometer di bawah lidah atau ketiak dan suruh PS
menutup mulutnya atau lengan tangannya rapat-rapat.
4. Diamkan selama 3 menit dan kemudian baca serta catat suhu PS.

B. Penilaian Denyut Arteri Perifer (Arteri Brachialis dan Arteri Radialis)


1. Pemeriksa berdiri di samping PS. Carilah dengan palpasi menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah, denyut A. Branchialis pada fossa cubiti
lengan kanan PS (lihat Gambar DAP-1).
2. Lokasi A. Branchialis terletak di sisi medial lengan, tepat di bawah tendo
otot biceps.
3. Lakukan penilaian denyut arteri tersebut yang meliputi :
a. Frekuensi denyut arteri perifer
Pemeriksaan denyut dilakukan dengan palpasi selama 1
menit
Frekuensi denyut arteri yang normal adalah 60-100
kali per menit. Frekuensi denyut <60x/menit disebut
bradikardia (pulsus rasus), frekuensi denyut
>100x/menit disebut takikardia (pulsus frequent)
b. Kekuatan denyut arteri perifer
Kuat atau lemah c.
Irama denyut arteri perifer
Tentukan irama denyut teratur (regular) atau tidak teratur
(irregular).
Irama denyut yang tidak teratur menunjukkan beberapa
kemungkinan antara lain :
- Sinus aritmia
Keadaan yang normal terjadi, yaitu pada saat insiprasi
denyutnadi lebih cepat daripada saat ekspirasi
- Ekstrasistolik
Keadaan dengan sekali-kali denyut nadi datang
lebih cepat (prematur) dan disusul dengan suatu
istirahat yang lebih panjang. Kadang-kadang denyut
prematur itu tidak teraba pada arteri radialis, teraba
seolah-olah denyut nadi terhenti sesaat.
- Fibrilasi atrial
Keadaan dengan denyut nadi sama sekali tidak teratur
(tidak ada irama dasar). Dalam keadaan ini, harus
dihitung frekuensi denyut jantung frekuensi denyut
arteri perifer lebih rendah sehingga terdapat pulsus
deficit.
- Blok atrioventrikular
Keadaan di mana tidak semua rangsang dari nodus SA
diteruskan ke ventrikel sehingga saat itu ventrikel
tidak terkontraksi. Dalam keadaan ini biasanya terdapat
bradikardia.
4. Ulangi langkah 1-4 untuk memeriksa denyut A. Radialis. Pembuluh
darah tersebut terletak di sisi lateral pergelangan tangan (lihat Gambar
2).
Gambar 2. Palpasi denyut A. Radialis

C. Pemeriksaan Refleks Pupil


https://youtu.be/swfZ2IUoF5Q
1. Pasien diminta duduk tenang dengan mata menghadap lurus kedepan.
2. Pemeriksa mengarahkan sinar pen light dari arah lateral ke arah medial
untuk setiap mata (mata kanan dan kiri)
3. Lakukan penilaian pupil yang meliputi :
a. Penilaian refleks pupil
b. Diameter pupil
c. Bentuk pupil

D. Pemeriksaan Pernafasan https://youtu.be/WeQ0VHdKPq8


1. PS sebaiknya berbaring lurus terlentang
2. Tentukan frekuensi pernapasan PS dengan meletakan telapak tangan di
atas abdomenPS sambil merasakan gerakan naik turun dinding abdomen.
- Frekuensi pernapasan dihitung selama 1 menit
- Frekuensi pernapasan yang normal adalah 12-18 kali per menit.
- Pernapasan < 12x/menit disebut bradipnea, pernapasan >18x/menit
disebut takipnea
3. Tentukan sifat pernapasan PS :
- Torakal (gerakan dinding dada lebih dominan dibandingkan gerakan
dinding perut)
- Abdominal (gerakan dinding perut lebih dominan dibandingkan
gerakan dinding dada)
- Kombinasi (jenis pernapasan ini yang terbanyak, terdiri dari
pernapasan torako- abdominal (umumnya pada wanita sehat)
dan pernapasan abdomino-torakal (umumnya pada laki-laki sehat)
4. Ada dua penilaian kedalaman pernapasan, yaitu napas dangkal dan
napas dalam. Berikut ini adalah beberapa kelainan frekuensi dan
kedalaman pernapasan:
- Napas cepat dan dangkal (takipnea)
- Napas cepat dan dalam (hiperpnea/hiperventilasi)
- Napas lambat (bradipnea
5. Tentukan jenis irama pernapasan PS
- Pernapasan normal, dilakukan secara teratur dengan fase-fase
inspirasi-ekspirasi yang teratur bergantian
- Pernapasan Cheyne Stokes, terdapat periode apnea
(berhentinya gerakan pernapasan) kemudian disusul periode
hipernea (pernapasan mula-mula kecil amplitudonya kemudian cepat
membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus ini terjadi berulang-
ulang. Terdapat pada pasien dengan kerusakan otak, hipoksia
kronik.
- Pernapasan Biot (pernapasan ataxic), bentuk pernapasan tidak
teratur mengenai cepat dan dalamnya. Terdapat pada cedera otak
E. Pemeriksaan Tekanan Darah
- Lakukan pengukuran tekanan darah a. Brakhialis PS dalam keadaan
duduk dan catatlah hasil yang didapatkan.
- Pengukuran tekanan darah a. Brakhialis dengan cara auskultasi:
1. PS tetap dalam keadaan duduk dan tenang
2. Pasang manset stigmomanometer pada lengan kanan atas PS
3. Syarat pemasangan manset :
- Lengan baju digulung setinggi-tingginya sehingga tidak terlilit
oleh manset
- Tepi bawah manset letaknya 2-3 cm diatas fossa cubiti
- Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di
atas a. Brachialis).
- Pipa karet manset jangan menutupi fosa kubiti
- Manset diikat cukup ketat
- Kriteria manset yang tepat: Ukuran lebar balon dalam maset
20% lebih besar dari diameter lengan dan panjangnya cukup
melingkari ½ lengan.
4. Dengan cara palpasi, carilah denyut a.brachialis pada fossa cubiti
tangan PS. Perabaan denyut a. Brakhialis diperlukan untuk
memperoleh tempat yang sesuai dengan peletakan stetoskop.
5. Setelah duduk tenang, siapkan stetoskop di telinga saudara. Pompa
manset sambil meraba a. Brachialis pada daerah lipat siku (fosa
kubiti) sampai denyut nadi tidak teraba lagi (=tekanan sistolik).
6. Naikan lagi tekanan dalam manset sebesar 30 mmHg di atas
tekanan sistolik palpasi. Catatan : Bila denyut sudah tidak teraba lagi,
kita telah melampaui tekanan sistolik.
7. Letakan stetoskop didaerah lipat siku (fossa cubiti) sesuai dengan
letak a. Brachialis.
8. Sambil melakukan auskultasi pada a. Brachialis, turunkan tekanan
manset secara perlahan-lahan (2-3 mmHg/detik) dan tetapkan ke 5
fase Korotkoff.
Ph.I Suddent appearance of clear, but often faint, tapping
sound growing louder during the succeeding 10 to 14 mmHg
fall in pressure.
Ph.II The sound takes on a murmuring in quality during the
next 15 to 20 mmHg fall in pressure
Ph.III Sound chares little in quality but becomes clearer and
louder during the next 5 to 7 mmHg fall in pressure
Ph.IV Muffed quality lasting throughout the next 5 to 6
mmHg fall in pressure. After this all sound disappears
Ph.V Point at which sound disappear.
Keterangan : Sound of Korotokoff. Best & Taylor’s Physiol. Basic
of Medical Practice. Edisi ke 9. 1973, halaman 150
9. Catatlah hasil pengukuran saudara (Tekanan sistolik/Tekanan
diastolic mmHg).
10. Ulangi pengukuran butir 5-8 sehingga diperoleh 2 hasil
pengukuran. Nilai tekanan darah adalah nilai rata-rata ke-2
pengukuran.
11. Perhatikan: sebelum mengulangi pengukuran tekanan darah, air
raksa dalam stigmomanometer harus dikembalikan pada angka 0.
Hal ini untuk menghindari terjadinya pembendungan yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran. Berilah waktu istirahat selama 1-
2 menit antara tiap pengukuran, untuk memulihkan aliran darah di
bagian distal pembendungan.

Praktikum 13 :
1. Praktekkan cara kerja pemeriksaan fisik umum pasien berupa tingkat
kesadaran dan bentuk tubuh
2. Praktekkan cara kerja pemeriksaan vital sign berupa suhu tubuh,
pemeriksaan reflex pupil, dan respiratory rate

Praktikum 14 :
1. Praktekkan cara pengukuran tekanan darah
2. Buat makalah pemeriksaan fisik umum dan vital sign pasien (Minimal 4
lembar, maksimal 10 lembar)
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood. Human Physiology from cell to system; 3rd Edition.


Finn G. Buku Teks Histologi Alih Bahasa; F. Arifin G; Jilid 1 dan 2
Williams & Wilkins. 2002.Olaf E. Langland, Robert P. Langlais, John W. Preece.
Principles of Dental Imaging. 2nd Edition. Lippincott.
Widmann FK. Tinjauan Klinis atas hasil Pemeriksaan Laboratorium; Edisi terbaru
Trowbridge. Inflamation;
Miller RL, Gould AR, Bennstein ML, Read CJ. General & Oral Pathology for the
dental hygienist
Kumar J, Cotron RS, Robbins SL. Basic Pathology. Saunders Co.

Anda mungkin juga menyukai