Anda di halaman 1dari 30

MODUL PRAKTIKUM HISTOLOGI

SISTEM DIGESTIVE
BLOK 2.1 digestive system i
Disusun oleh:
Penanggung Jawab Mata Kuliah
dr. H.Arif Yahya, M.Kes

NAMA : ………………………………………………………………..

NIM : ………………………………………………………………..

TUTOR : ………………………………………………………………..

KELOMPOK : ………………………………………………………………..

LABORATORIUM STRUKTUR
UNIT LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
SEMESTER GANJIL TA 2020/2021

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………………… 2


Tata Tertib Praktikum ....................................................................................................... 3
Kata Pengantar ................................................................................................................... 4
I. Tujuan Praktikum ............................................................................................ 5
II. Teori Praktikum ............................................................................................... 6
III. Prosedur Kerja ................................................................................................. 22
IV. Daftar Pustaka .................................................................................................. 23
Lembar Kerja Praktikum .................................................................................................... 24

2
TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM
LABORATORIUM TERPADU

1. Praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah dibuat dan
disetujui bersama oleh Ketua Blok, Medical Education Unit (MEU) atau
Pharmaceutical Education Unit (PEU), dan Kepala Lab Terpadu, sesuai dengan alur
(SOP) penjadwalan praktikum dan ujian praktikum.
2. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan ujian praktikum harus sudah hadir
paling lambat 10 menit sebelum kegiatan dilakukan.
3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus membuat prosedur kerja praktikum/
tugas pendahuluan dan menyerahkannya ke dosen pembimbing sebelum praktikum
dimulai.
4. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum di Laboratorium Terpadu
harus menjaga dan merawat semua fasilitas yang ada di dalam laboratorium.
5. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan untuk
menggunakan instrumen tanpa sebelumnya melakukan orientasi atau pelatihan yang
diberikan oleh dosen pengampu praktikum.
6. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi di luar keperluan
praktikum.
7. Mahasiswa, dosen, dan laboran tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman
ke dalam laboratorium.
8. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan lain selama berada di dalam laboratorium.
9. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang
berada di dalam laboratorium harus selalu memakai jas laboratorium dan sepatu
tertutup.
10. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium wajib memakai semua alat perlindungan pribadi (Personal Protection
Equpment, PPE) yang sesuai dengan prosedur yang dilakukan.
11. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium harus memperhatikan dan mengikuti Safety Data Sheet untuk setiap bahan
yang digunakan.
12. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang
berada di dalam laboratorium harus mengikuti instruksi kerja alat (IKA) untuk setiap

3
penggunaan instrumen atau alat selama praktikum, yang meliputi tahap persiapan,
penggunaan, dan pembersihan setelah penggunaan.
13. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam
laboratorium tidak diperkenankan memasukkan orang yang tidak berkepentingan ke
dalam laboratorium.
14. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus selalu membawa modul praktikum,
lembar-lembar pencatatan, dan alat-alat yang diperlukan masing-masing praktikum.
15. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus melakukan pengembalian semua alat
yang digunakan dalam keadaan bersih dengan waktu yang sesegera mungkin.

4
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan pembuatan modul petunjuk praktikum Histologi Sistem Digestive Blok
Sistim Digestive ini dengan lancar.
Modul petunjuk praktikum Histologi Sistem Digestive Blok Sistim Digestive ini dibuat
dalam rangka penyelenggaraan proses pembelajaran dalam bentuk Problem Based Learning
(PBL) yang diberlakukan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Malang.
Kami menyadari akan kekurangan dalam pembuatan modul ini dan merupakan
kebanggaan kami apabila para pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk
kesempurnaan modul ini
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Dini Sri Damayanti, M. Kes selaku
ketua Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang, para
teman sejawat, teman dosen dan seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
tugas ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun
Penangggung Jawab Mata Kuliah Histologi

dr. H. Arif Yahya, M.Kes

5
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Histologi Sistem Digestive Blok Sistim Digestive


1. Mengetahui dan memahami secara histologi macam-macam jaringan sel yang menyusun
organ-organ sistim gastro intestinal.
2. Mengetahui dan memahami secara histologi macam-macam jaringan sel yang menyusun
organ-organ kelenjar endokrin.

6
SISTEM DIGESTIVE

Sistem digestive dimulai dari mulut hingga anus terdiri atas :


1. Rongga mulut dan perlengkapannya (bibir, mukosa pipi, lidah, kelenjar liur, gigi)
2. Saluran pencernaan (esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
3. Kelenjar Pencernaan besar (Pankreas, hati) dan kandung empedu .

BIBIR

1. Bagian luar seperti kulit biasa (pars kutanea) epitelnya berlapis pipih tanpa kornifikasi
, terdapat kelenjar lemak, kelenjar keringat dan folikel rambut.
2. Pars inetrmedia merupakan peralihan antara kulit dan mukosa. Kadar kertohialin lebih
tinggi , stratum lisidumlebih tebal sehingga lebih transparan. Drmisnya membentuk
papil-papil tinggi dan mengandung pleksus kapiler sehingga tampak merah. Tidak ada
rambut, kelenjar lemak dan kelenjar keringat, tetapi dalam dermal papil banyak akhiran
saraf sensoris.
3. Pars mukosa : bibir bagian dalam epitelnya berlapis pipih tanpa kornifikasi . Lamina
propria mengandung papil-papil tinggi dan terdapat kelenjar mukos kecil-kecil kelenjar
labialis yang bermuara pada permukaan mukosa.

MUKOSA PIPI

Epitelnya sama dengan mukosa bibir, lamina propria terdiri atas jaringan pengikat
fibroelastis . Lamina mukosa banyak serat elastis dan pembuluh darah . Mukosa pipi melekat
dengan otot-otot pipi dan terdapat kelenjar mukosa kecil-kecil.

LIDAH

Lidah terdiri atas otot serat-serat ototo bergaris yang diliputi oleh selaput mukosa yang
mengandung kelenjar. Diantara otot tersebut terdapat kelenjar yang bersifat mukosa murni
(Weber) terdapat pada pangkal lidah saluran keluarnya bermuara di belakang sulkus terminalis.
Kelenjar serosa murni (Von Ebner) terdapat di badan lidah dengan muara di depan sulkus

7
terminalis di dasar parit papila sirkumvalata dan yang bersifat campuran (Blandin
Nuhn)terletak di ujung lidah
Mokosa lidah bagian dorsal dibedakan menjadi 2/3 bagian depan dan 1/3 bagian
belakang yang batasnya adalah sulkus terminalis berbentuk huruf “V”. Bagian depan sulkus
terdapat banyak tonjolan–tonjolan kecil sehingga lidah tampak kasar yang dinamakan papila
lingualis. Bagian belakang sulkus permukaannya mengalami peninggian akibat adanya
nodululi limfatisi dan tonsila lingualis.

Papila lingualis merupakan tonjolan epitel mulut disertai lamina propria dan terdapat
4 jenis papil .
1. Papila Filiformis tersebar diseluruh permukaan lidah, bentuknya menyerupai
kerucut , bagian tengahnya terdiri atas jaringan lamina propria , epitelnya seringkali
mengalami kornifikasi.
2. Papila Fungiformis bentuknya menyerupai jamur karena mempunyai tangkai dan
bagian atasnya melebar. Papil ini mengandung kuncup pengecap (taste bud) dalam
epitelnya.
3. Papila Sirkumvalata jumlahnya tidak banyak terdapat disekitar sulkus terminalis
Papilnya menonjol ke permukaan dibatasi oleh parit melingkar dengan banyak
kuncup pengecap dalam epitel dinding lateralnya. Saluran keluar kelenjar serosa
(Ebner) bermuara pada dasar parit ini.
4. Papila Foliata terdapat pada bagian samping dan belakang lidah. Bentuknya mirip
daun dengan banyak kuncup pengecap . saluar kelenjar serosa juga bermuara di
sekitar dasar papil ini.

Semua papil mengandung serat-serat saraf sensorik untuk sentuhan rasa dan
kuncup pengecap terdapat pada semua papil kecuali pada papila filiformis.

8
Gambar 1. : Bagian permukaan dorsal lidah dekat sulkus terminalis untuk menujukkan nodulus
limfatikus, tonsila lingualis , kelenjar dan papil lidah.

KELENJAR SALIVA UTAMA

Terdapat banyak kelenjar kecil-kecil di rongga mulut namun ada 3 pasang kelenjar saliva utama
yaitu (1) kelenjar Parotis, (2) Sumandibularis (submaksilaris) dan (3) sublingualis.
1. Kelenjar Parotis merupakan kelenjar saliva terbesar terbungkus oleh kapsul tipis
jaringan pengikat yang membentuk septa-septa membagi kelenjar menjadi lobulus-
lobulus. Parotis merupakan kelenjar serosa, tubuloalveler kompleks sel alveoli
berbentuk piramida dengan inti bulat terletak di bagian basal dengan sitoplasma
basofilik. Bagian awal salurannya disebut duktus interkalatus yang dibatasi oleh
epitel sekuamos simpleks atau kuboid rendah. Duktus interkalaris bermuara ke
dalam duktus ekskretorius atau duktus striatus dibatasi oleh epitel selapis silindris
karena dengan mikroskop elektron tampak garis-garis di bagian basal selnya. Kedua
saluran ini terletak dalam lobulus (intralobularis) dan bermuara ke saluran yang
lebih besar duktus interlobularis yang dibatasi oleh epitel kolumner selapis atau
kolumner kompleks.
2. Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) merupakan kelenjar tubuloalveoler
kompleks seperti parotis, namun sebagian besar asinusnya bersifat serosa sebagian
lannya bersifat mukosa.. Terdapat juga asinus mukosa yang diliputi oleh asinus
serosa (demilune serosa) atau bulan sabit . Duktus interkalatus pendek sehingga
tidak begitu dominan.

9
3. Kelenjar Sublingualis merupakan kelenjar campuran, namun sebagian besar
asinusnya bersifat mukosa. Beberapa diantaranya berupa demilune serosa, jarang
yang bersifat serosa murni. Duktus interkalatus maupun duktus stratus relatif
pendek

SALURAN PENCERNAAN

Dinding saluran pencernaan mulai dari esofagus sampai dengan anus umumnya mempunyai 4
lapisan utama atau tunika yaitu :
1. tunika mukosa
2. tunika submukosa
3. tunika muskularis
4. tunika adventisia atau serosa

1. Tunika mukosa mempunyai 3 lapisan yaitu (1) membran epitel (2) lamina propria (3)
muskularis mukosa.
Epitel : mulai dari bibir sampai kardia adalah skuamos kompleks
nonkornifikasi dan bersifat protektif. Selanjutnya samapi rektum berupa epitel selapis
kolumner bersilia dan sel goblet, bersifat skretoris dan absorbtif. Kemudian mulai anus
mulai dengan epitel skuamos kompleks tanpa kornifikasi dan bagian lebih luar dengan
kornifikasi.
Lamina propria : terdiri atas jaringan pengikat longgar sering terdapat
infiltrasi limfosit , bahan antar selulernya mengandung serat-serat kolagen, elastis dan
retikuler. Didalam lamina propria banyak didapatkan pembuluh darah, kelenjar,
infiltrasi limfosit dan kadang-kadang otot polos penggerak vili.
Muskularis Mukosa : pada umumnya terdapat dua lapis kecuali pada esofagus
hanya satu lapis tetapi sangat tebal dan lambung tiga lapis. Fungsinya sebagai
penggerak mukosa agar dapat berhubungan secara sempurna dengan makanan yang
akan dicerna.

2. Tunika Submukosa : terdiri dari jaringan pengikat padat menghubungan tunika


mukosa dengan muskularis dan banyak didaptakan serat-serat elastis. Di dalam tunika
mukosa bisa didapatkan pleksus pembuluh darah (pleksus Halleri), anyaman serat saraf

10
tak bermielin yang terutama berasal dari plekses mesenterikus superior disebut pleksus
submukosa Meisneri, ganglion parasimpatis , kelenjar submukosa terutama pada
esofagus distal dan duodenum , noduli limfatisi.

3. Tunika Muskularis : pada umumnya terdiri atas 2 lapis , bagian dalam arahnya sirkuler
dan bagian luar longutudinal kecuali pada lambung ada tiga lapisan. Bagian dalam
umumnya lebih tebal dan dipisahkan oleh jaringan pengikat tipis dari bagian luar.
Fungsinya untuk menggerakkan makanan ke arah distal (peristaltik) dan
mempertahankan tonus usus agar proses pencernaan menjadi lebih sempurna. Di antara
lamina sirkularis dan langitudinal terdapat pleksus mienterikus Auerbach terdiri atas
serat-serat saraf parasimpatis dan beberapa serat simpatis postganglioner.

4. Tunika Adventisia (serosa) : merupakan lapisan terluar terdiri atas jaringan pengikat
longgar yang pada beberap tempat diliputi oleh mesotelium. Di lapisan ini bisa
ditemukan pembuluh darah, sel-sel lemak, pembuluh limfa dan serat saraf. Fungsinya
untuk fiksasi usus dengan jaringan di sekitarnya .

ESOFAGUS

Esofagus berupa tabung muskuler untuk menyalurkan makanan dari faring menuju lambung.

Tunika mukosa : Epitel skuamus kompleks tanpa kornifikasi dengan membrana basalis
cukup tebal . Pada perbatasan dengan kardia epitelnya berubah menjadi selapis kolumner.
Lamina propria berupa jaringan pengikat longgar dengan serat-serat kolagen halus dengan
beberapa serat elastis. Limfodit dan fibroblas banyak ditemukan , kadang-kadang noduli
limfatisi terutama di sekitar saluran kelenjar. Muskularis mukosa terdiri atas otot polos dengan
arah longitudinal makin ke bawah makin tebal. Merupakan muskularis mukosa yang paling
tebal dari seluruh saluran pencernaan.

Tunika submukosa ; terdiri atas jaringan pengikat longgar dengan anyaman serat
kolagen dan elastis . Tunika submukosa dan muskularis mukosa membentuk lipatan–lipatan

11
longitudinal sehingga pada irisan melintang lumennya berbentuk seperti bintang. Didapatkan
kelenjar esofagus tubuloalveoler yang bersifat mukosa murni.

Tunika Muskularis : terdiri atas dua lapis, bagian dalam arahnya sirkuler atau spiral,
bagian luar longitudinal. Pada 1/3 bagian atas kedua laisan otot ini terdiri atas otot bergaris
lanjutan dari otot-ototo farings. Pada 1/3 bagian tengah lapisan dalam berubah menjadi otot
polos sedangkan lapisan luar tetap. Pada 1/3 bagian bawah kedua lapisan menjadi otot polos.
Lapisan otot ini ketika masuk ke dalam kardia membentuk spincter.

Tunika Adventisia terdiri atas jaringan pengikat longgar diliputi oleh mesotelium

Gambar 2 : Penampang melintang Esofagus tampak epitel skuamus kompleks, lamina propria,
muskularis mukosa , kelenjar submukosa dan muskularis eksterna otot bergaris.

LAMBUNG

Lambung berbetuk huruf “J”dengan bagian kanan cekung disebut kurvatura minor dan
bagian kiri cembung disebut kurvatura mayor. Bagian atas sebelah kiri disebut fundus , ke

12
bawah menjadi bagian korpus (badan utama) dan melanjutkan menjadi antrum pilorus dan
spincter pilorikum. Pada lambung yang kosong , mukosa dan submukosa membentuk lipatan-
lipatan memanjang disebut rugae yang akan menghilang bila lambung teregang.
Bedasarkan atas macam kelenjarnya maka lambung dibedakan menjadi 3 daerah (zona)
yaitu : (1) Kardia ,banyak mengandung kelenjar kardia (2) fundus dan korpus mengandung
kelenjar fundus (3) pilorus bagian akhir dari lambung , banyak kelenjar pilorus. Kelenjar-
kelenjar ini terletak dalam lamina propria dan tidak pernah menembus muskularis mukosa.
Batas antara daerah tidak jelas sehingga tiap perbatasan didapatkan daerah peralihan. Epitel
lambung di ketiga bagian sama, yaitu selapis kolumner yang mensekresi cairan mukos (PAS
positif). Lapisan epitel mengalami invaginasi menembus lamina propria membetuk saluran
yang disebut gastrik pit atau foveola gastrika. Di dasar gastrik pit inilah kelenjar-kelenjar
lambung bermuara.

Tunika submukosa lambung terdiri atas jaringan pengikat longgar dengan serat serat
kolagen dan elastis. Fibroblas, limfosit dan sel plasma banyak terdapat di sini dan beberapa
sel lemak. Tunika submukosa mengandung pembuluh darah pembuluh limfe , saraf dari
pleksus submukosa.

Muskularis dibentuk oleh 3 lapisan otot polos (1) lapisan luar longitudinal, (2) lapisan
tengah, sirkuler dan (3) lapisan serong (oblik) . Dibagian pilorus, lapisan tengah sirkuler
menebal membentuk sfingter pylorus

Serosa pada kurvatura mayor dan minor bersatu dengan mesenterium mangandung
banyak lemak dan pembuluh darah.

Lambung bagian Kardia . Epitelnya kolumner tinggi bersifat ebgai pelindung dan
menskresi mukus . sitoplasma supranuklear terdapat granula berisi mukus. Terdapat perbahan
secara mendadak dari epitil skuamus komplkes esofagus menjadi selapis silndris. Kelenjarnya
tubuler simpleks bercabang dan bagian terminalnya sering bergelung dan lumennya melebar.
Sel–selnya terutama terdiri atas sel penghasil mukus dan mengandung enzim lisosom. Kelenjar
ini mirip dengan kelenjar esofagus bagian terminal. Dtemukan juga sedikit sel parietal
penghasil asam dan beberapa sel enteroendokrin.

13
Gambar 3: Struktur ketiga daerah lambung dengan kelenjarnya di masing-masing lokasi.

Lambung bagian Korpus . Bagian ini merupakan penghasil sebagian besar enzim dan
asam lambung. Gastrik pit relatif pendek sedangkan kelenjarnya tubuler simpleks , bercabang,
panjang dan lurus-lurus. Di dalam kelenjar fundus setidaknya ada 4 macam sel yaitu (1) sel
Parietal bentuknya polihidral atau bulat onjong terdapat di bagian tepi dari lumen , intinya
bulat
dan gelap dengan granula sitoplasma berwarna merah. Sel parietal merupakan sel terbesar
ukurannya dari ketiga lainnya dan penghasil asam lambung (HCl), (2) Chief cell atau zimogen
bentuknya kuboid atau kolumner pendek dengan pewarnaan HE dan PAS tidak dapat terwarnai
dengan baik, sehingga tampak pucat. Intinya bulat ke arah basal . Sel ini mensekresi enzim
pepsinogen dalam bnetuk granula sitoplasma pucat. (3) sel mukus leher bentuknya kuboid atau
kolumner rendah dengan granula sitoplasma berwarna merah muda pucat, intinya bulat terletak
di bagian basal. Sel ini menskresi mukus. (4) Sel Argentafin jumlahnya sedikit dan sukar
dilihat dengan pewarnaan rutin. Dengan pewarnaan impregnasi perak atau kromat , akan

14
tampak granula berwarna hitam dalam sitoplasmanya oleh karenanya dinamakan argirofil atau
enterokromafin cells. Sel-sel ini ditemukan sampai ke permukaan lumen kelenjar , granulanya
terkumpul di bagian basal dan skretnya masuk ke sirkulasi darah.
Kelenjar korpus mempunyai 3 segmen yaitu (1) segmen bawah , bagian ini terutama
mengandung sel utama atau zimogen , sel parietal tersebar diantara sel-sel utama dan letaknya
menonjol ke arah membran basal. (2) bagian tengah atau leher tertutama sel-sel mukus dan sel-
sel parietal tersebar diantaranya (3) bagian atas atau isthmus mengandung sel-sel permukaan ,
sel parietal tersebar diantaranya dan cukup banyak.

Lambung Bagian Pilorus . Epitelnya sama dengan di bagian yang lain Gastrik pit
mempunyai cekungan yang sangat dalam masuk ke lamina propria. Lamina propria diisi
kelenjar yang dibagian bawahnya menggelembung dan sedikit bergelung sehingga jarang
terposotng longitudinal. Biasanya hanya terdiri dari satu macam sel yaitu sel mukus leher sel
parietal relatif jarang. Lamina muskularis bagian tengah sirkuler membentuk sfingter diikuti
penebalan mukosa dan submukosa.

Gambar 4 : Lambung bagian Pilorus. Gastrik pit yang dalam dan kelenjar pilorus pendek-
pendek.

USUS HALUS

Usus halus mulai dari ujung pilorus sampai dengan batas ileosekal. Terdiri dari 3 bagian
yaitu ; (1) Duodenum (2) Jejunum dan (3) Ileum. Secara umum Lapisan dindingnya terdiri atas
tunika mukosa, submukosa muskularis dan serosa. Sesuai dengan fungsinya untuk memperluas

15
permukaannya maka dinding usus halus terdapat struktur penting berupa plika semisirkularis
(Kerkringi) , vili intestinalis , dan mikrovili.

Plika semisirkularis Kerkringi berupa lipatan mukosa dengan arah sirkuler atau spiral
setinggi 1/3 – 1/2 diameter lumen yang dibentuk oleh lamina prpria, muskularis mukosa dan
submukosa. Plika ini bersifat permanen dan tidak menghilang walalupun usus dalam keadaan
teregang penuh. Makin ke distal jumlahnya makin jarang dan menghilang pada pertenghahan
ileum.

Vili Intestinalis . Permukaan mukosa di antara plika semisirkularis dilengkapai dengan


tonjolan-tonjolan lamina propria yang berbetuk seperti lidah , jari-jari atau daun setinggi 0,5-1
mm yang disebut vili intestinalis. Muskularis mukosa dan submukosa tidak ikut membentuk
vili. Makin ke distal makin berkurang jumlahnya dan menghilang di akhir ileum. Kedua
struktur plika semisirkularis dan vili intestinalis merupakan tanda khas untuk usus halus.

Mikrovili ; merupakan tonjolan-tonjolan sitoplasma pada permukaan bebas sel epitel


(lihat jaringan epitel)
Untuk melakukan fungsi digesti maka usus halus diperlengkapi sel-sel goblet dan
kelenjar. Sel goblet terdapat di antara sel epitel permukaan dan makin ke distal jumlahnya
makin banyak, menskresi mukus untuk melindungi epitel permukaan. Kelenjar-kelenjar
dapat mengeluarkan mukus dan enzim yang menurut lokasinya ada 3 macam yaitu (1) kelenjar
di luar usus ; hati dan pankreas (2) pada submukosa ; misalnya kelenjar Bruner di duodenum
(3) pada lamina propria ; kripte Lieberkuhn adalah kelenjar yang bermuara di pangkal vili dan
di permukaan usus besar , menskresi enzim dan mukus.

Epitel usus halus kolumner simpleks dan ada beberapa macam sel (1) sel absrobtif ;
kolumner tinggi permukaannya mempunyai striated border. (2) Sel Goblet menghasilkan
mukus tersebar di antara sel-sel absorbtif (3) sel Paneth terdapat pada dasar kripte bentuknya
silindris dengan puncak mengecil intinya di bagian basal. Puncak selnya mengandung granula
eosinofilik (4) sel argentafin lebih sering ditemukan di duodenum, intinya bulat terletak di
dekat permukaan sel.

16
Lamina propria terdiri atas jaringan pengikat longgar dengan banyak serat retikuler
dan serbukan limfosit dan anyaman pembukuh darah. Pada ileum terdapat kelompok noduli
limfatisi di lamina propria yang disebut plaques peyeri.

Muskularis mukosa terdiri atas 2 lapis otot polos, bagian dalam srkuler dab bagian
luar longitudinal. Berfungsi untuk mendekatkan mukosa dengan makanan agar absorbsi lebih
sempurna.

Tunika Submukosa terdiri atas jaringan pengikat longgar banyak serat elastis dan
kadang-kadang jariongan lemak. Di duodenum terdapat kelenjar sumukosa Bruneri berbentuk
tubuler bercabang di bagian bawah sedikit bergelung. Banyak pembuuh darah dan serat-serat
saraf yang membentuk pleksus Meisneri.
Tunika Muskularis eksterna : terdiri dari 2 lapis otot polos , bagian dalam sirkuler atau
spiral dan bagian luar longitudinal. Di antara kedua lapisan ini ditemukan pleksus myenterikus
Auerbach.

Tinika Adventisia berupa jaringan pengikat longgar yang diliputi oleh peritoneum
disebut juga serosa.

Duodenum ; plika kerkringi banyak dan panjang-panjang , makin ke dital makin


berkurang jumlahnya. Vili lebar-lebar berbentuk seperti daun , makin ke distal makin
berkurang jumlahnya. Kripte Lieberkuhn makin bartambah ke arah distal . Di submukosa
terdapat kelenjar Bruneri tubuler bercabang sedikit bergelung di bagian bawah. Sel goblet
makin bertambah ke arah distal. Di bagian distal duodenum terdapat muara duktus pankretikus.

17
Gambar 5 : Duodenum ; vili intestinalis, kripte Lieberkuhn, muskularis mukosae , kelenjar duodenum
dan lamina muskularis

Jejunum. Batasnya dengan duodenum tidak jelas , plika Kerkringi dan vila panjang-
panjang dan masih cukup banyak. Vili bagian proksimal mirip lidah dan bagian distal seperti
jari makin ke distal makin berkurang jumlahnya. Makin ke distal sel goblet dan kripte
Liberkuhn makin banyak . Tanda khas untuk jejunum tidak ada sehingga sulit untuk
mengidentifikasinya.

Gambar 6 : Usus halus ; Vili intestinalis, kelenjar, submukosa, l. muskularis eksterna dan serosa.

Ileum . Plika Kerkringi sangat berkurang jumlahnya dan menghilang pada akhir
ileum.Vili pendek-pendek dan atrofis dan makin jarang. Kripte Liberkuhn kadang-kadang
sukar dilihat karena tertutup oleh banykanya limfosit di lamina propria . Gerobolan limfosit
membentuk noduli limfatisi agregasi yang disebut plaques peyeri atau Payer patches.

18
Gambar 7 : Skema diagram Kripte dan Vili intestinalis.

USUS BESAR

Usus besar terdiri atas Sekum, Apendiks vermiformis, Kolon yang dibagi menjadi
bagian asenden, trnsversum dan desenden, zygmoid, Rektum dan Anus. bila dibandingkan
dengan usus halus, sususnan dindingnya ada beberapa perbedaan yaitu ;
1. Plika semisirkularis Kerkringi tidak ada , sebagai gantinya adalah plika semilunaris
yang dibentuk oleh mukosa, submukosa dan muskularis eksterna .
2. Tidak ada vili intestinalis dalam usus besar .
3. Kripte Liberkuhn lebih dalam , jumlahnya lebih banyak dan tampak berhimpitan,
dalam dasar kripte sudah tidak ditemukan sel Paneth.
4. Sel goblet lebih banyak.

19
5. Tunika muskularis membetuk tiga berkas yang disebut tinea koli tetapi pada bagian
rektum tinea koli tersebar lagi seperti semula.
6. Pada kolon dan rektum bagian atas kadang-kadang lamina serosa meninggalkan
dinding usus dengan interval yang tidak teratur, membentuk kantung-kantung
peritoineal dan mengandung lemak disebut appendises epiploisae.
7. Pada anus, mukosanya membentuk lipatan-lipatan longitudinal yang disebut
kolumna rektalis Morgagni.

Appendiks vermiformis merupakan kantung buntu didaerah sekum , pada penampang


melintang lumennya tambak berbentuk segitiga . Epitelnya selapis silindris dengan sel goblet ,
tidak ada vili. Lamina propria terdir dari jaringan limforetikuler dan banyak noduli limfatisi.
Bentuk dan panjang Kripte tidak menentu. Muskularis mukosae tidak berkembang bahkan
menghilang di beberapa tempat. Submukosa tebal dengan pembuluh darah dan saraf kadang-
kadang terdapat lemak. Lamina Serosa sama dengan pada usus halus.

Kolon. Seperti pada usus halus, hanya di sini tidak terdapat vili, kriptenya dalam
dengan sel goblet yang sangat banyak. Terdapat plika semilunaris . mempunyai tinea koli dan
menghilang pada rektum. Terdapat appendises epiploisae pada serosa.

Rektum anus . Epitelnya selapis kolumner dengan banyak sel goblet. Pada perbatasan
anorektal 2 cm dari lubang anus epitelnya skuamus kompleks tanpakornifikasi. Pada
permukaan otot sfingter ani aksterna terdapat rambut, kelenjar lemak dan kelenjar apokrin
sirkum analis. Mukosanya terdapat kolumne rektalis Morgagni , tidak mempunyai vili.
Muskularis mukosa pada kolumna rektalis menghilang sehingga tidak ada batas antara mukosa
dan submukosa. Lamina propria banyak vena-vena kecil dan limfosit. Tunika muskularis
eksterna sangat tebal , tetapi lebih pendek dari ukuran rektum sehingga tampak meliat di bagian
bawah disebut plika transversa. Otot sirkular pada anus sangat tebal dan membentuk sfingter
ani internum. Sedangkan sfingter ani eksternum dibentuk oleh otot bergaris perineum. Serosa
terdapat apendises epiploisae.

Vaskularisasi Lambung dan usus berasal dari arteria mesenterika menuju serosa dan
menembus lamina muskularis, di submukosa membentuk anyaman disebut pleksus Haleri .
Di usus halus anyaman pembukuh darah memberikan cabang-cabang ke permukaan

20
memebtnuk anyaman kapiler di sekita kripte. Vili menenrima vaskularisasi yang masuk
emlalui dasar vili memebntuk anyaman di bawah epitel. Darah dialirkan kembali melalui
sirkulasi vena yang menyertai arterinya.

Kapiler limfe membentuk anyaman ekstensif di sekitar kripte . Dari pleksus mukosa
ini cabang-cabangnya memnembus muskularis mukosa dan mementuk plkeus limfatik dalam
submukosa dan dari sisni pembuluh limfe yang lebih besar menembus lamina muskularis
mengikuti pembuluh darah menuju ke jaringan retroperitonel.

Absorbsi makanan. Pensernaan bahan makanan dalam lumen usus menghasilkan


pemecahan makanan sampai ke tingkat molekuler. Pemecahan ini dibantu oleh sekret kelenjar
pencernaan besar pankreas dan hati dan oleh getah usus dari kelenjar usus (kripte Lieberkuhn).
Empedu dari hati memecah lipid menjadi trigliserida sedangkan getah pankreas mengandung
enzim proteolitik dan pemecah karbohidrat. Getah usus mengandung lipase, maltase dan
peptidase . Pada orang dewasa, asam amino sebagai hasil pemecahan protein diserap oleh epitel
usus. Sebagian besar lipid diabsorbsi sebagai asam lemak dan monogliserda yang kemudian
diesterifikasi kembali menjadi trigliserida dalam retikulum endoplasmik agranuler. Kemudian
trigliserida bergabung dengan protein menjadi kilomikron.

KELENJAR PENCERNAAN BESAR

Terdapat dua Kelenjar pencernaan besar yang salurannya bermuara ke dalam usus yaitu
pankreas dan hati.

PANKREAS

Pankreas terdapat dalam cekungan duodenum meluas ke belakang peritoneum dan menuju ke
kiri mencapai hilus limpa. Dalam keadaan segar berwarna merah pucat diliputi jaringan
pengikat longgar tipis yang membentuk septa-septa ke dalam jaringan dan membagi kelenjar
menjadi lobulus-lobulus. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin.

21
Bagian eksokrin terdiri atas asinus atau alveolus berbentuk tubuloalveoler kompleks,
terdiri dar lima sampai delapan sel berbentuk piramid dengan lumen yang sempit. Sel
sentroasinus merupakan bagian dari sistem saluran yang berawal dari dalam asinus, sehingga
tampak sebagai sel-sel kecil ditengah asinus. Inti sel bulat di bagian basal sel banyak dengan
satu sampai tiga nukleoli. Sitoplasma bagian basal bersifat basofilik mengandung banyak
mitokondria . Sitplasma apikal tampak asidofilik mengandung granula zimogen yang
mengandung enzim dan dilepaskan ke permukaan sel melaui eksositosis.

(A) (B)

Gambar 8 : Alaveoli Kelenjar eksokrin Pankreas dengan sistem tubulinya (A) Skematis (B)
Mikrofotograf

Cairan pankreas mengandung enzim proteolitik, yaitu tripsin dan kemotripsin ,


karboksipeptidase pemecah peptida, ribonuklease dan deoksiribonuklease, amilase
menghidrolisis karbohidrat, lipase menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol dan asam
lemak.

Sistem saluran (duktus ekskretorius) : terdiri dari tiga segmen yaitu (1) sentroasiner
(2) duktus interkalaris (3) duktus intralobuler dan interlobuler. Perubahan dari satu ke segmen
yang lain secara bertahap dengan epitel mulai dari skuamus, kuboid hingga kolumner.

22
Bagian Endokrin yaitu pulau Langerhans tersebar diseluruh pankreas sebagai
bangunan bulat tidak teratur terdiri dari sel-sel pucat banyak mengandung pembuluh darah.
Dengan pengecatan khusus dapat dibedakan ada tiga macam sel yaitu sel alfa, sel beta dan sel
delta. Semua sel berbentuk poligonal tidak teratur dengan inti bulat di tengah . Dalam pulau
sel beta lebih banyak dan terletak di tengah sedangkan sel alfa dan delta jumlahnya lebih sedikit
dan di perifer. Sel beta banyak mengandung granula yang ternyata berisi insulin. Sel Alfa
membentuk glukagon yang pelepasannya dirangsang oleh kadar gula yang rendah. Terdapat
bukti bahwa sel alfa juga melepaskan hormon adrenokortikotropik ((ACTH). Sel delta
melepaskan somatostatin yang dapat menghambat skresi insulin dan glukagon.

Gambar 9: Kelenjar endokrin Pankreas (Pulau Langerhans) dikelilingi asinus serosa

Pembuluh darah dan saraf : sirulasi pankreas berasal dari arteria seliaka dan arteri
mesenterika superior dan vena kembali ke sistem portal . Didal pankreas pembuluh darah ini
bercabang-cabang sampai tingkat arteriole dan menuju ke pulau-pulau Langerhans. Setelah
memberi vaskulari kepada pulau-pulau kemudian menuju ke bagian eksokrin. Sistem saraf
berasal dari saraf aotonom ganglion seliaka (simpatis) dan vagus (parasimpatis) dengan
beberapa ganlion di dalam jaringan pengikat interlobuler.

23
HATI

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak di bagian bawah diafragma
ruang abdomen. Dalam keadaan segar berwaran merah kecoklatan karena banyaknya
pembuluh darah di dalamnya. Vaskularisasi hati berasal dari arteria Hepatika cabang arteria
seliaka dan dari cabang-cabang vena porta . Dengan demikian hati menerima semua bahan
yang diserap dari usus keculai lemak yang sebagain besar melalui sistem limfatik. Hati juga
mempunyai fungsi detoksifikasi bahan yang diserap melalui usus . Empedu dari hati
dikeluarkan melaui sistem saluran ke dalam duodenum . Arteria hepatika, vena porta dan
saluran empedu keluar masuk melalui porta hepatis. Hati diliputi oleh selaput jaringan
pengikat fibrosa (Glison) yang membentuk septa-septa jaringan pengikat masuk dan membagi
hati menjadi lobus dan lobulus.

Struktus umum histologis hati terdiri dari stroma dan parenkim hati. Stroma
merupakan anyaman jaringan pengikat retikuler dan parenkimya terdiri atas sel-sel hati
(hepatosit) tersusun secara epitelial membentuk lempengan-lempengan saling berhubungan
dan bercabang-cabang tersusun secara radier dengan pusat di vena sentralis. Diantara
lempengan hepatosit terdapat sinusoid darah.

Lobulus Hati ; lobulus klasik hati merupakan masa berbentuk prisma poligonal
biasanya heksagonal tak teratur dengan ukuran 1-2 mm dengan vena sentralis di bagian
pusatnya dan pada tepi–tepi sudutnya terdapat segitiga portal (Portal Triad) atau kanal portal.
Pada manusia batas-batas lobuli hati tidak terlalu jelas. Di dalam segitiga portal terdapat
venula cabang vena porta, arteriol cabang arteria hepatika, duktus biliaris dan pembuluh limfe.
Ada pengertian lain tentang unit fungsional hati yang disebut lobulus portal dalam hal ini
segitiga portal sebagai pusatnya . Pada potongan melintang, lobulus portal berupa segitiga
dengan pusat kanal portal dan vena-vena sentralis sebagai tepi-tepi sudutnya.

24
(A)

(B)
Gambar 10: (A) Skema Lobulus Hati : vena sentralis dan kanal portal (B) Mikrofotograf vena
sentralis dan kanal Portal.

Parenkim Hati terdiri dari lempengan sel-sel hati yang bercabang-cabang dan
beranastomosis diantaranya terdapat sinusoid. Tebal lempangan pada umunya hanya satu sel
berawal dari tepi lobulus klasik menuju ke pusat atau vena sentralis. Sel-sel hati berbnetuk
poligonal dengan ukuran 20-
dengan satu atau dua anak inti , granula kromatin tersebar. Sitoplasmanya banyak mengandung
lemak dan glokogen tapi pada pembuatan preparat akan menghilang sebagai gantinya berupa
jala-jala tak teratur dan vakuola-vakuola bulat. Permukaan sel yang berbatasan dengan sel hati
lainnya terpisah oleh kanalikuli biliaris. Permukaan yang menghadap ke sinusoid, dipisahkan

25
dari sel endotel sinusiod oleh celah sempit disebut celah Disse . Sel endotel sinusoid seperti
endotel kapiler tipe II (berpori). Permukaan hepatosit yang menghadap ke celah Disse
mempunyai banyak mikrovili yang menonjol ke dalam celah .

Sinusoid Hati : merupakan pembuluh darah yang melebar mengisi ruangan diantara
lempeng sel-sel hati, dindingnya dibatasi oleh sel endotel yang tidak kontinu. Sel endotel
sinusoid dipisahkan dari hepatosit oleh celah simpit yang disebut celah Disse yang terdiri atas
serat kolagen dan lamina basalis. Akibatnya cairan darah dengan mudah mencapai permukaan
hepatosit. Sel lain yang melapisi dinding sinusoid adalah sel Kupfer. Sel Kupfer termasuk sel
fagosit dalam sistem retikuloendotelial . Sinusoid diperkuat oleh kerangka jaringan pengikat
retikuler . Darah sinusoid berasal dari venula cabang terminal vena porta dan arteriol dari
arteria hepatika dan berjalan ke pusat bermuara dalam vena sentralis.

(A) (B)

Gambar 11: (A) Skema diagram sel hati ; celah Disse, kanalikuli biliaris , sinusoid. (B)
Mikrofotograf Hepatosit, Sinusoid, sel Kuppfer dan celah Disse.

Histofisiologi Hati . Secara fisiologi, hati mempunyai beberapa fungsi antara lain
adalah sintesis protein, sekresi empedu, penyimpanan zat metbolit , detoksifikasi dan fungsi
metabolik. Perotein yang disintesis antara lain adalah albumin, protrombin dan fibrinogen.

26
Protein-protein ini disintesis dalam retikulum endoplasma granuler dan diskresikan ke dalam
darah.

Gambar 12: Skema Histofidologi Hati

Pembentukan empedu dilakukan sel-sel hepatosit dalam retikulum endoplasma halus dan
diekskresikan ke dalam kanalikuli biliaris . Empedu mengandung 2 unsur utama yaitu asam
empedu dan bilirubin. Bilirubin dibentuk oleh sistem makrofag dan dintransfer ke hepatosit
di dalam retikulum endoplasmik halus dalam bentuk bilirubin hidrofobik . Kemudian
dikunjugasikan dengan asam glukuronat membentuk bilirubin glukuronat yang larut dalam air,
selanjutnya diekskreikan melalui kanalikuli biliaris. Metabolit yang disimpan dalam hati antara
lain adalah lipid , karbohidrat dan vitamin. Karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen.
Fungsi metabolik, hati berperan dalam perubahan lipid dan asam-asam amino menjadi glukosa
secara enzimatis melalui proses glukoneogenesis. Hati juga merupakan tempat untuk deaminasi
asam amino menghasilkan urea untuk ditranspor ke ginjal . Detoksifikasi di hati melalui reaksi
oksidasi, metilasi dan konjugasi. Enzin-enzim yang terlibat di sini terdapat dalam retikulum
endoplasma halus.

27
SALURAN EMPEDU

Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit akan dialirkan melalui kanalikuli biliaris, duktuli
biliaris dan saluran empedu. Saluran-saluran itu membentuk jala-jala yang akhirnya menyatu
membentuk duktus hepatikus. Duktus Hepatikus setelah menyatu dengan duktus sistikus dari
kandung empedu , berjalan menuju duodenum sebagai duktus koledokus. Duktus hepatikus,
sistikus dan koledokus dibatasi oleh membran mukosa yang mempunyai epitel silindris .
Lamina propria tipis yang dibatasi oleh lapisan tipis otot polos yang akan menebal pada dekat
duodenum memebntuk sfinkter yang mengatur aluran empedu.

KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu merupakan organ berongga berbetuk buah peer melekat pada permukaan
bawah hati .Dinding terdiri atas (1) lamina mukosa (2) Lamina muskularis (3) adventisia.

Ganbar 13: Mikrofotograf dinding kandung empedu dengan ketiga lapisannya

28
Lamina mukosa dalam keadaan kosong dindingnya melipat-lipat tampak tidak teratur
epitelnya selapis silindri tinggi dengan inti di basal dan permukaan bebasnya mengandung
mikrovili halus. Lamina propria berupa jaringan pengikat retikuler halus dengan banyak
pembuluh darah. Kadang-kadang terdapat nodulilimfatisi dan sedkit kelenjar mukosa. Lamina
muskularis terdiri dari otot polos dengan arah sertanya tidak teratur diantaranya terdapat
anyaman serat kolgen , retikuler dan elastis. Adventisia merupakan jaringan pengikat padat
kolagen pada beberapa tempat bersatu dengan kapsula Glison dan ditempat yang lain diliputi
peritoneum.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu melalui
resorbsi airnya. Kontraksi otot polos kandung empedu dirangsang oleh hormon koesistokinin
yang dihasilkan oleh mukosa usus halus.

II. PROSEDUR KERJA

1. Gambarlah hasil pengamatan preparat histologi organ-organ gastro intestinal


2. Gambarlah hasil pengamatan preparat histologi organ-organ endokrin

29
III. Daftar Pustaka :

Bloom W and Fawcet D.W. : A Textbook of Histology. 10 th ed. Philadelphia, WB Saunders


Co., 1978.

Coopenhaver W.M. and Johnson D.D. : Bailey’s Textbook of Histology. 7th ed. Baltimore, The
Williams Walkins Co. 1978.

Ham AW and D.H. Conmark.: Histology . 3th ed. Philadelphia, JB Lipponcot Co. 1979.

Junquira L.C. and J Carneiro : Basic Histology. 3th ed. Lange Med. Publ. 1980.

Leeson T.S and C.R. Leeson : Textbook of Histology. 5th ed. Philadelphia London, WB.
Saunders Co. 1989

30

Anda mungkin juga menyukai