Anda di halaman 1dari 45

PETUNJUK PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN

Disusun oleh:

TIM LABORATORIUM
BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

LAB. BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN


JUR. BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
APRIL, 2014
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga buku Petunjuk Praktikum ini
dapat diselesaikan oleh Tim Laboratorium Biologi Struktur dan
Fungsi Hewan, Fakultas Sains dan Matematika Undip. Buku
Petunjuk Praktikum ini berisi materi yang dilengkapi dengan
gambar untuk membantu mempermudah praktikan dalam
memahami materi praktikum.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan buku petunjuk praktikum ini.
Semoga buku petunjuk ini bermanfaat bagi kalangan
akademisi maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang, April 2014

TATA TERTIB
1. Semua praktikan wajib mempersiapkan diri sebelum
kegiatan praktikum dimulai dan mempelajari materi yang
berkaitan dengan acara praktikum
2. Praktikan harus memakai pakaian yang rapi dan tidak
diperbolehkan memakai kaos oblong dan sandal.
3. Praktikan wajib menggunakan jas praktikum setiap
melakukan acara praktikum di laboratorium.
4. Praktikan harus hadir di laboratorium 10 menit sebelum
acara dimulai.
5. Setiap acara praktikum selalu diawali dengan pretest. Bagi
praktikan yang terlambat, tidak ada penambahan waktu
untuk pretest.
6. Praktikan harus hadir pada setiap acara praktikum. Bagi
praktikan yang tidak bisa hadir harus menunjukkan surat
keterangan tertulis yang disertai dengan lampiran/bukti
yang menguatkan.
7. Praktikan yang tidak hadir harus inhal (mengganti hari
praktikum) dengan konsekuensi semua biaya untuk
pembelian bahan dan pelaksanaan praktikum ditanggung
praktikan yang bersangkutan.
8. Laboratorium menyediakan lembar laporan sementara
untuk setiap praktikan yang digunakan untuk mencatat hasil
pengamatan setiap acara praktikum. Laporan sementara
dari praktikan harus disahkan oleh asisten masing-masing.
9. Setiap praktikan wajib membuat laporan resmi praktikum
dengan format yang sudah ditentukan oleh Tim
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan. Laporan
resmi wajib dikumpulkan satu minggu setelah pelaksanaan
praktikum.
10. Praktikan wajib menjaga ketenangan dan ketertiban selama
pelaksanaan praktikum

11. Praktikan yang memecahkan atau merusakkan peralatan


praktikum, diwajibkan mengganti dengan peralatan yang
sama.
12. Setiap praktikan wajib mengikuti responsi (ujian akhir
praktikum) setelah menjalankan semua acara praktikum.
13. Praktikum dinyatakan selesai setelah semua praktikan
mengikuti semua acara praktikum dan responsi.

FORMAT LAPORAN
Laporan resmi praktikum memiliki format sebagai berikut:
I. Judul Acara
II. Tujuan
III. Tinjauan Pustaka
IV. Metodologi (Alat, Bahan, dan Cara Kerja)
V. Hasil dan Pembahasan
VI. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................
KATA PENGANTAR..........................................................
TATA TERTIB PRAKTIKUM..............................................
FORMAT LAPORAN..........................................................
DAFTAR ISI.......................................................................
ACARA I
PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK........
ACARA II
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM.........
ACARA III
STRUKTUR ORGAN TURUNAN
EKTODERM..........................
ACARA IV
STRUKTUR ORGAN TURUNAN
MESODERM.........................
ACARA V
STRUKTUR ORGAN TURUNAN
ENDODERM.........................

Hal
1
2
3
4
6
7
12
22
30
40

ACARA I
PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan praktikum dengan acara ini,
praktikan diharapkan dapat mengenal dan menjelaskan
tahapan perkembangan embrio katak dengan benar.
DASAR TEORI
Perkembangan/Ontogeni Katak
Ontogeni atau ontogenesis/morfogenesis adalah proses
perkembangan organisme mulai dari fertilisasi, zigot sampai
terbentuk organisme dewasa yang memiliki sistem tubuh
dengan sel-sel yang matang fungsional. Ontogeni pada katak
dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Peleburan sifat-sifat genetik yang berasal dari sel gamet
jantan (spermatozoa) dengan sel telur (ovum) yang
menghasilkan zigot
2. Embriogenesis: tahap perkembangan lanjutan dari zigot
yang terdiri dari pembelahan, gastrulasi, dan dilanjutkan
dengan organogenesis.
Pembelahan (cleavage) merupakan tahap awal dari
perkembangan zigot yang ditandai dengan terjadinya beberapa
kali pembelahan mitosis secara cepat. Sitoplasma dari zigot
akan dibagi secara proporsional ke dalam beberapa sel hasil
proses pembelahan.
Pembelahan katak dikenal dengan istilah radial
holoblastik/holoblastic unequal. Telur katak memiliki kuning
telur (yolk) yang lebih banyak dan terkonsentrasi pada bagian
kutub vegetal (vegetal pole). Hasil pembelahan blastomer di
daerah kutub animalis (animal pole) akan menghasilkan
mikromer (sel yang berukuran kecil), sedangkan di daerah

kutub vegetal akan menghasilkan makromer (sel yang


berukuran lebih besar).

Gambar 1. Tahap pembelahan dan gastrulasi embrio katak

Pembelahan pertama pada embrio katak terjadi secara


meredional melalui bagian tengah gray crescent. Pembelahan
kedua juga terjadi secara meredional dan tegak lurus dengan
bidang pembelahan pertama. Pembelahan pertama dan kedua
terjadi di dekat kutub vegetal dan mengalami perlambatan
8

karena adanya yolk yang banyak. Pembelahan ketiga terjadi


secara equatorial lebih dekat ke kutub anima yang
menghasilkan 4 mikromer dan 4 makromer di daerah kutub
vegetal. Selanjutnya, tahap pembelahan ini akan menghasilkan
sel-sel mikromer yang banyak di kutub anima dan sel-sel
makromer yang lebih sedikit di kutub vegetal. Sel-sel embrio
akan terus membelah dan memasuki tahap morula. Embrio
morula pada katak terdiri atas 16-64 sel yang kemudian akan
terus berkembang memasuki tahap blastula (128 sel). Tahap
blastula ditandai dengan terjadinya kompaksi sel-sel hasil
pembelahan (blastomer) ke bagian tepi (kortek) yang diikuti
sekresi bahan-bahan spesifik ke dalam rongga yang terbentuk
di bagian dalam embrio. Tahap pembelahan juga dikenal
dengan tahap pembentukan rongga embrio/blastosul yang
disebut kavitasi (cavitation).
Gastrulasi merupakan tahap perkembangan lanjutan dari
embrio blastula. Tahap ini ditandai dengan terjadinya
penurunan kecepatan mitosis dari blastomer, migrasi dan
perubahan tata letak dari blastomer untuk membentuk tiga
lapisan bakal benih (primordial germ cell), yaitu ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang
terletak di bagian luar, sedangkan mesoderm dan endoderm,
berturut-turut terletak di bagian tengah dan dalam embrio.
Tahap ini juga ditandai dengan terbentuknya peta nasib (fate
mape) dari ketiga lapisan germinal tersebut. Lapisan ektoderm
akan berkembang lebih lanjut membentuk sel-sel epidermis
dan sel-sel saraf, lapisan mesoderm berkembang membentuk
beberapa organ, seperti jantung, ginjal, jaringan otot, tulang,
dan sel-sel darah. Lapisan endoderm akan berkembang
membentuk dinding saluran pencernaan, dan jaringan
turunannya, seperti hati dan pankreas. Akhir dari tahap ini juga
ditandai dengan adanya gastrosol yang akan berkembang
lebih lanjut membentuk rongga perut primitif.

Gambar 2. Ontogeni perkembangan katak.

Perkembangan
lanjutan
dari
gastrulasi
adalah
organogenesis. Proses ini ditandai dengan neurulasi
(pembentukan bumbung neural). Sel-sel pada lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, endoderm) yang terbentuk pada akhir
gastrulasi akan melakukan interaksi satu dengan lainnya untuk
membentuk organ-organ tubuh. Organogenesis dimulai
dengan terjadinya interaksi antara sel-sel mesoderm di daerah
tertentu dengan lapisan ektoderm di sebelah luarnya sehingga
terbentuk tabung/bumbung neural (neural tube) yang
merupakan bakal dari sistem saraf. Proses ini di sebut
neurulasi. Akhir dari organogenesis akan dihasilkan beberapa
organ tubuh dengan sel-sel spesifik yang telah matang
fungsional.

10

METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Sediaan awetan embrio katak
2. Model morula, blastula, dan gastrula embrio katak
3. Mikroskop biologi
4. Mikroskop stereo binokuler
5. Pipet dan gelas arloji
Cara Kerja
1. Amati sediaan awetan embrio katak pada embrio tahap
pembelahan, morula, blastula dan gastrula dengan
menggunakan mikroskop stereo binokuler. Gambar dan beri
keterangan!
2. Amati, gambar, dan beri keterangan model embrio katak
pada stadium morula, blastula, dan gastrula!

11

ACARA II
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan praktikum, praktikan diharapkan
dapat mengenal dan menjelaskan tahapan perkembangan
embrio ayam dengan benar.
DASAR TEORI
Perkembangan embrio ayam diawali dengan pembentukan
stria primitiva, processus cephalicus, dan diferensiasi lanjut
dari blastoderm. Bagian-bagian tersebut mulai terbentuk pada
embrio umur 16-24 jam. Stria primitiva terletak di sepanjang
sumbu tengah yang terdiri atas beberapa bagian, antara lain:
a. Primitive ridge, terdiri atas sel-sel mesoderm, terkonsentrasi
di bagian tengah, dan berfungsi sebagai pembatas
b. Primitive groove, terdiri atas sel-sel mesoderm yang
terkonsentrasi di bagian tengah yang berfungsi sebagai alur
c. Primitive knot (nodus Hensen), merupakan suatu simpul
yang terletak di ujung anterior stria primitive.
Processus cephalicus merupakan garis yang membentuk
lipatan kepala (head fold) yang meluas ke arah anterior, mulai
dari nodus Hensen. Di sebelah anterior dari lipatan kepala
terdapat daerah bening yang disebut proamnion.
Blastoderm merupakan lapisan sel yang ditemukan pada
embrio tahap blastula yang terdiri atas sel-sel yang disebut
blastomer. Blastula pada ayam disebut blastodiskus. Embrio
tahap blastula memiliki daerah bagian tengah di atas blastosol
yang disebut area pellusida. Area ini terletak di bagian dalam
dari area opaca, jernih dan bebas vitelus. Adapun, area opaca
terletak di bagian luar, tampak agak keruh, dan terisi penuh
dengan vitelus/yolk. Blastodiskus tersusun oleh dua lapisan,
yaitu epiblas yang terletak di sebelah luar dan hipoblas yang
terletak di sebelah bawah dari epiblas. Tahap perkembangan
12

selanjutnya, lapisan epiblas akan berkembang menjadi embrio,


sedang lapisan hipoblas berkembang membentuk selaput yang
melindungi dan memberi nutrisi embrio. Selaput-selaput ini
dikenal dengan selaput ekstraembrional.
Gastrulasi pada ayam memiliki ciri khas, yaitu adanya garis
primitif (primitive streak). Daerah ini terbentuk diawali dengan
terjadinya penebalan pada bagian midposterior dari area
pellusida (Kohler cycle). Penebalan tersebut sebagai akibat
adanya migrasi sel-sel dari bagian lateral dari epiblas bagian
posterior menuju ke bagian tengah (sentral). Garis primitif
terbentuk, karena adanya penyempitan di area yang
mengalami penebalan yang memanjang dari posterior ke
anterior mencapai 60-75% dari sumbu anterior-posterior
embrio. Selanjutnya, pada garis primitif akan terbentuk lekuk
primitif (primitif ridge) yang berfungsi sebagai tempat terjadinya
involusi dari sel-sel yang akan masuk ke dalam blastosol.
Ujung anterior dari garis dan lekuk primitif ini ditemukan
bonggol yang membentuk cekungan pada bagian tengahnya,
yang berfungsi sebagai area masuknya sel-sel ke dalam
blastosol. Bonggol ini disebut nodus Hensen.
Nodus Hensen mempunyai peran penting dalam proses
perkembangan, yaitu tempat bermigrasinya sel-sel yang akan
membentuk mesoderm ke bagian anterior/kepala. Migrasi
selanjutnya juga melalui area ini, yaitu sel-sel mesoderm yang
bergerak ke arah anterior yang akan membentuk notokord.
Adapun sel-sel yang bermigrasi ke arah lateral dari garis
primitif akan membentuk mesoderm dan endoderm embrio.
Selanjutnya, sel-sel yang akan membentuk mesoderm
bergerak antara lapisan endoderm dengan mesoderm,
kemudian mendesak ke atas epiblas di bagian midanterior
untuk membentuk tonjolan kepala. Secara bersamaan, sel-sel
yang bermigrasi ke arah dalam pada garis primitif akan
membentuk dua arus sel, satu bermigrasi ke bagian yang lebih
dalam bergabung dengan hipoblas di bagian tengah dan
13

menggeser hipoblas ke arah lateral. Sel-sel di daerah ini


selanjutnya akan berkembang membentuk organ-organ
endodermal dan selaput ekstraembrional. Arus kedua dari
migrasi sel ini terjadi pada bagian antara epiblas dengan
hipoblas dalam balstosol yang selanjutnya akan berkembang
membentuk lapisan mesoderm embrio.
Tahap selanjutnya dari gastrulasi ayam adalah terjadinya
pemendekan dari garis primitif yang diikuti pergeseran nodus
Hensen ke posterior. Bagian anterior dari nodus Hensen yang
terdesak ke arah posterior terbentuk tonjolan kepala dari selsel epiblas dan notokord dari sel-sel korda mesoderm.
Pemendekan dari garis primitif terjadi sejalan dengan
terjadinya pemanjangan dari notokord dari antarior ke
posterior. Posisi paling posterior dari nodus Hensen ini akan
terbentuk anus dari embrio. Tahap ini, seluruh epiblas terdiri
dari sel-sel yang akan menjadi ektoderm. Ketika terjadi migrasi
bakal mesoderm dan endoderm ke arah dalam embrio, bakal
ektoderm akan berepiboli mengelilingi atau membungkus yolk
sehingga yolk akan terbungkus oleh sel-sel ektoderm,
endoderm bermigrasi ke bagian paling dalam embrio, sedang
mesoderm terdapat diantara kedua lapisan tersebut.

Gambar 3. Migrasi sel pada primitive streak dan peta nasib


embrio ayam
14

Gambar 4. Migrasi sel pada primitive streak dan peta nasib


embrio ayam tahap lanjutan

15

Gambar 5. Embrio ayam tahap inkubasi 16-24 jam

16

Gambar 6. Embrio ayam tahap inkubasi 30-38 jam

17

Gambar 7. Embrio ayam tahap inkubasi 48 jam

18

Gambar 8. Embrio ayam tahap inkubasi 24, 33, 72, dan 96 jam

Perkembangan lanjutan dari embrio ayam ditandai dengan


terbentuknya beberapa organ dan sistem organ yang semakin
lengkap. Embrio ayam dengan umur inkubasi antara 30-38 jam
ditemukan beberapa struktur yang telah mengalami
perkembangan, antara lain peredaran darah, sistem saraf,
somit, pembentukan tubuh embrio, dan bakal amnion.
Sistem saraf pada embrio ayam periode inkubasi ini terdiri
atas otak, canalis centralis, dan vesicula otica (calon rongga
telinga). Otak telah berkembang menjadi bagian-bagian yang
spesifik, antara lain proensefalon, mesensefalon, dan
rhombensefalon. Proensefalon ditandai oleh bagian ujung yang
membesar, di sebelah kiri dan kanan terdapat vesicula optica.
Mesensefalon terletak di bagian tengah antara prosensefalon
19

dan rhombensefalon yang pendek, sedangkan rhombensefalon


terdiri atas 3-4 segmen yang disebut rhombomer.
Selain perkembangan sistem saraf, embrio tahap ini juga
ditandai dengan perkembangan sistem peredaran darah.
Organ/jaringan yang telah terbentuk, antara lain jantung, aorta
ventralis, aorta dorsalis, arteria omfalomesenterika, dan vena
omfalomesenterika. Tata letak beberapa organ/jaringan
tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Jantung berupa gelembung yang terletak di sebelah sinister
pada fasia ventralis.
b. Aorta ventralis, merupakan percabangan trunkus arteriosus
ke arah kranial
c. Aorta dorsalis, merupakan lanjutan aorta ventralis ke arah
dorsakaudal
d. Arteri omfalomesenterika, merupakan lanjutan aorta
dorsalis yang bercabang menjadi arteri vitelina
e. Vena omfalomesenterika, merupakan pertemuan vena
vitelina yang masuk ke dalam jantung dari arah
posterior/dorsal.
Tahap perkembangan embrio ini juga ditandai terbentuknya
somit yang berjumlah 11-18 pasang. Somit adalah untaian
segmen longitudinal yang berbentuk seperti blok yang terdiri
atas sel-sel mesoderm dan terletak di kedua sisi tulang
belakang
embrio
yang
sedang
mengalami
proses
perkembangan/diferensiasi. Somit merupakan lempengan
vertebra (calon ruas-ruas tulang belakang). Diferensiasi lebih
dari somit akan membentuk sklerotom, saraf tulang primordial,
dermatom, jaringan mesenkim, dan miotom/otot primordial.
Selain somit, juga terbentuk usus depan primitif (fore gut)
dan aksis badan. Usus depan terletak di bawah
rombensefalon, mengalami perluasan, dan bermuara pada
bagian intestinal portal anterior yang berhubungan dengan
vitelus. Bentuk aksis badan terdapat dalam satu bidang yang
disebut bidang sagital. Waktu inkubasi 38 jam akan ditandai
20

terjadinya torsi, yaitu gerakan memutar pada bagian anterior


dan membelok ke arah belakang dengan arah dorso-ventral.
Embrio ayam taap 72 jam ditandai dengan terbentuknya
beberapa struktur tubuh yang tampak lebih lengkap, seperti
terbentuknya calon sayap dan kaki (limb bud), selaput amnion,
dan tonjolan alantois. Alantois adalah selaput yang terdapat
pada bagian posterior embrio yang akan berdiferensiasi lebih
lanjut membentuk saluran pencernaan dan pernafasan. Selain
itu, tahap ini juga ditandai dengan perkembangan sistem saraf,
yaitu terbentuknya telensefalon yang dilengkapi dengan
hemisperium serebri dan diensefalon dengan tonjolan epifisis.
Tahap ini juga ditandai dengan perkembangan saluran
pencernaan, sistem peradaran darah, dan bentuk embrio
semakin sempurna.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Whole mount embrio ayam umur inkubasi 16-24 jam
2. Whole mount embrio ayam umur inkubasi 30-38 jam
3. Whole mount embrio ayam umur inkubasi 48 jam
4. Whole mount embrio ayam umur inkubasi 72 jam
6. Mikroskop biologi
7. Mikroskop stereo binokuler
Cara Kerja
1. Amati sediaan awetan whole mount embrio eyam pada
embrio tahap blastula, gastrula, dan organogenesis dengan
menggunakan mikroskop stereo binokuler. Gambar dan beri
keterangan!
5. Amati, gambar, dan beri keterangan model embrio ayam
pada stadium blastula, gastrula, dan organogenesis
tersebut!

21

ACARA III
STRUKTUR ORGAN TURUNAN EKTODERM
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, diharapkan praktikan
dapat menjelaskan proses perkembangan sel-sel ektoderm
menjadi jaringan kulit dan saraf dan menyebutkan bagianbagian penyusun jaringan turunan ektoderm tersebut.
DASAR TEORI
Ektoderm akan berkembang membentuk sel-sel epitel yang
terletak di bagian luar tubuh dan turunannya, seperti rambut,
kuku, kelenjar epitelium, lapisan mulut, email gigi, lensa mata,
bagian dalam telinga, epitelium penciuman (olfactory), kelenjar
kutaneus, mamae, hipofisis anterior, dan nasal.

Gambar 9. Jaringan saraf turunan dari ektoderm


22

Selain itu, ektoderm juga akan berkembang membentuk


bumbung neural (neural tube), yang meliputi otak, korda
spinalis, retina, badan pineal, hipofisis posterior, dan saraf
motoris. Turunan lainnya dari ektoderm adalah pial neural
(neural crest). Selama perkembangan, bagian ini akan
berkembang menjadi beberapa bagian, antara lain saraf dan
ganglion sensoris, ganglion simpatik, medula adrenalis,
tengkorak/kranium, lapisan dentin pada gigi, sel-sel pigmen,
mesenkim kepala, dan lengkung kartilago brakialis.
Sistem saraf pusat (SSP) berasal dari bumbung neural
yang dihasilkan dari proses neurulasi.

Gambar 10. Neurulasi


23

Bumbung neural dan salurannya (neurusoel) berdiferensiasi


menjadi otak (brain) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Saluran dalam otak terdiri atas 4 ventrikel dan di
dalam tulang belakang terdapat kanalis sentralis.

Gambar 11. Diferensiasi bumbung neural


24

Saluran di dalam telensefalon (telosoel) lateral kiri dan kanan


merupakan ventrikel I dan II, telesoel median dan diosoel
merupakan ventrikel III, sedangkan metasoel dan mielosoel
merupakan ventrikel IV. Mesosoel tidak membentuk ventrikel,
namun berdiferensiasi membentuk duktus Sylvius.
Membran
sistem
saraf
pusat
berkembang
dari
neuroepitelium yang merupakan sumber sel-sel saraf dan
neuroglia. Neuroepitelium pada sumsum tulang belakang dan
batang otak terdiri atas ventrikular/ependum (berbatasan
dengan lumen), mantel (materi kelabu/gray matter) yang berisi
banyak sel-sel saraf dan neuroglia, marginal (materi
putih/white matter) yang berisi banyak akson bermielin.
Hipofisis dibentuk oleh dua komponen, yaitu kantung
Rathke dari stomodeum yang berdiferensiasi membentuk
lobus anterior, sedangkan komponen infundibulum dari
diensefalon berdiferensiasi membentuk lobus posterior. Lobus
intermidiet terletak di perbatasan kantung Rathke bagian
posterior dengan infundibulum. Perkembangan lainnya dari
ektoderm akan membentuk beberapa organ indera.
Pembentukan organ ini ditandai dengan terjadinya
penebalan/plakoda pada ektoderm yang berhadapan dengan
otak. Plakoda nasal (olfaktorius), optik, dan otik (auditorius)
masing-masing berhadapan dengan telensefalon, diensefalon,
dan mielensefalon. Mata berkembang dari plakoda optik (bakal
lensa) dan vesikula optik pada diensefalon (bakal retina).
Telinga yang pertama kali dibentuk adalah bakal telinga dalam,
yang berasal dari plakoda otik, kemudian bakal telinga tengah
dan terakhir bakal telinga luar.
Jaringan saraf sebagai turunan dari ektoderm mempunyai
fungsi penting dalam koordinasi berbagai macam organ tubuh.
Jaringan saraf disusun oleh sel saraf yang disebut neuron.
Neuron saraf tersusun atas badan sel, dendrit, dan aakson
(neurit). Akson pada sistem saraf perifer (saraf tepi)
diselubungi oleh lapisan mielin yang dibentuk oleh sel Schwan,
sedangkan dalam sistem saraf pusat disebut oligodendrosit.
Selubung mielin pada sel saraf memiliki beberapa fungsi,
antara lain: melindungi akson sel saraf, memberi nutrisi saraf,
mempercepat aliran impuls saraf, melindungi saraf dari
tekanan mekanis, dan lain-lain.
25

Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dapat


diklasifikasikan menjadi neuron sensorik, motorik, dan asosiasi
(intermidiet). Neuron sensorik berfungsi menghantarkan impuls
dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang (medula spinalis).
Neuron motoris berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf
pusat ke otot atau kelenjar yang menghasilkan respons tubuh
terhadap
rangsangan.
Neurons
intermidiet
berfungsi
menghubungkan neurons sensoris dengan neurons motorik di
dalam sistem saraf pusat.

Gambar 12. Struktur neuron

26

Selain jaringan saraf, turunan ektoderm lainnya adalah


jaringan kulit. Kulit merupakan jaringan tubuh yang terletak di
bagian luar yang berfungsi sebagai pembatas (barier) dengan
lingkungan luar. Kulit terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu
epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri atas
lapisan
tanduk
(stratum
korneum),
lusidum,
granulosum/keratohialin, spinosum (stratum malphigi/pickle cell
layer), dan lapisan basa (stratum basale). Adapun dermis
terdiri dari pars papilaris dan retikularis.
Stratum korneum merupakan lapisan kulit yang paling luar,
terdiri atas beberapa sel yang berbentuk gepeng dan mati
akibat dari proses kornifikasi, tidak berinti, protoplasma telah
berubah menjadi keratin/zat tanduk, terdiri atas 15-30 lapisan
sel keratin. Adapun stratum lusidum merupakan lapisan yang
terletak di bawah stratum korneum. Lapisan ini tampak terang,
terdiri atas sel-sel yang berbentuk gepeng tanpa inti,
protoplasma telah berubah menjadi protein (elerdin), terdapat
pada kulit yang tebal, seperti pada telapak tangan dan kaki.
Lapisan lainnya adalah stratum granulosum. Lapisan ini terdiri
dari 2-3 lapis sel berbentuk gepeng, grainy (lapisan bulir padi),
sitoplasma bergranula kasar (keratohialin), berinti, terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Lapisan yang terletak di bawah
stratum granulosum adalah stratum spinosum. Lapisan ini dari
5-8 lapisan dengan tebal 0,22 mm (lapisan kulit paling tebal),
sel
berbentuk
poligonal,
terdapat
sel
Langerhans,
memproduksi keratin (protein tidak larut dalam air yang
berfungsi menjaga kelembapan kulit). Lapisan epidermis yang
paling dalam adalah stratum basale. Lapisan ini terdiri atas selsel berbentuk kubus/kolumner, mengandung sel-sel pigmen
penghasil melanin, aktif bermitosis dan mempunyai fungsi
reproduktif.
Lapisan dermis terdiri atas 3 jaringan, yang meliputi kolagen
dan serat elastis, otot, dan saraf. Lapisan ini mendapat suplai
darah dan inervasi saraf, lebih tebal dari epidermis, dan
27

mengandung aparatus sensoris, seperti sentuhan, tekanan,


temperatur, dan nyeri. Lapisan dermis terdiri 2 lapisan, yaitu
pars papilaris yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf, dan pembuluh darah. Pars retikularis adalah lapisan
yang banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut,
pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan
kolagen.

Gambar 13. Struktur jaringan kulit


Lapisan yang paling dalam adalah subkutan atau
hipodermis. Lapisan ini merupakan kelanjutan dari dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak.
Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang

28

berfungsi sebagai cadangan makanan. Lapisan ini terdapat


ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.

Gambar 14. Lapisan penyusun epidermis kulit


METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Preparat jaringan saraf
2. Preparat jaringan kulit
3. Mikroskop biologi
Cara Kerja
1. Amatilah preparat jaringan saraf dan kulit hewan mamalia di
bawah mikroskop biologi dengan perbesaran lensa objektif
10x, kemudian 40x.
2. Perhatikan lapisan sel yang menyusun kulit dan bagianbagian sel saraf. Gambar dan beri diskripsi !
29

ACARA IV
STRUKTUR ORGAN TURUNAN MESODERM
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, diharapkan praktikan
dapat menjelaskan proses perkembangan sel-sel mesoderm
menjadi jaringan tulang, otot, dan ovarium dan menyebutkan
bagian-bagian penyusunnya.
DASAR TEORI
Perkembangan mesoderm dapat membentuk berbagai
macam organ yang memiliki bentuk dan fungsi yang spesifik.
Mesoderm terdiri atas berbagai macam, meliputi mesoderm
aksial,
paraksial,
intermidiet,
dan
lateral.
Selama
organogenesis, mesoderm aksial akan berdiferensiasi menjadi
notokord yang kemudian membentuk nukleus pulposus.
Adapaun,
mesoderm
paraksial
akan
berdiferensiasi
membentuk otot-otot tulang dan jaringan ikat. Selanjutnya,
mesoderm intermidiet akan berdiferensiasi membentuk sistem
urogenital, meliputi gonad, berbagai macam duktus, dan
kelenjar asesoris. Mesoderm lateral akan berdiferensiasi
membentuk jaringan ikat dan otot-otot pada organ dalam dan
anggota tubuh, membran serosa pada pleura, perikardium,
peritoneum, sel-sel limfosit dan darah, sistem kardiovaskuler
dan limfatik, dan kortek adrenal.
Selama organogenesis, mesoderm akan berkembang
membentuk notokord, epimer, mesomer, dan hipomer.
Notokord pada hewan vertebrata akan berdiferensiasi menjadi
sumsum tulang belakang. Epimer berdiferensiasi menjadi
dermatom (dermis kulit), sklerotom (sumsum tulang), dan
miotom (otot kerangka). Mesomer berkembang menjadi organ
ekskresi (ginjal, uretra, ovarium, testis, saluran genital, dan
korteks adrenal). Hipomer berkembang menjadi somatopleura

30

(peritoneum), splachnopleura (mesenterium, jantung, sel


darah, sumsum tulang, pembuluh darah, dan rongga tubuh.

Gambar 15. Diferensiasi mesoderm

31

Epimer yang berdiferensiasi menjadi sklerotom akan


memisahkan diri dari somit berupa sekelompok sel mesenkim
yang bermigrasi ke bagian tengah (median) mengelilingi
notokord dan ke bagian dorsal mengelilingi bumbung neural.
Kelompok sel mesenkim membentuk vertebrae yang
mengelilingi notokord dan bumbung neural. Kemudian, somit
menyusun diri menjadi bumbung, terdiri atas 2 bagian, yang
meliputi dermatom (sebelah luar), menghasilkan mesenkim
yang akan bermigrasi ke bagian bawah epidermis membentuk
lapisan dermis dan miotom yang terletak di bagian bawah.
Adapun hipomer, dibedakan menjadi 2 daerah, yaitu jembatan
genital (genital ridge) yang akan berdiferensiasi menjadi gonad
dan nefrotom yang akan berdiferensiasi menjadi ginjal dan
salurannya. Hipomer yang berdiferensiasi menjadi mesoderm
somatik dan splanchnic akan berkembang menjadi bagian
tengah faring (fore gut). Hipomer lainnya akan berkembang
menjadi selaput rongga tubuh dan alat dalam (visceral), seperti
perikardium pleura, peritoneum, dan mesenterium. Semua
selaput ini disusun oleh epitelium pipih yang disebut
mesotelium dan jaringan ikat.
Tulang merupakan turunan dari mesoderm yang
mempunyai peran penting bagi tubuh, yaitu sebagai tempat
menempelnya otot yang memungkinkan tubuh dapat
melakukan gerakan secara aktif. Di dalam tulang terdapat vasa
darah, vasa limfatik, dan nervus (saraf). Tulang disusun oleh
masa organik dan anorganik. Masa organik merupakan
sepertiga dari berat tulang, yang terdiri atas kolagen dan
polisakarida
yang
mengandung
kondroitin
sulfat
(glikosaminoglikan). Adapun, masa anorganik merupakan
duapertiga dari berat tulang yang terdiri garam kalsium dan
fosfat yang terdeposit dalam kerangka organik.
Komponen penyusun sistem tulang, terdiri dari tulang
(bone/skeleton), sendi, kartilago/rawan, ligamen (ikatan tulang
dengan tulang), dan tendon (ikatan tulang dengan otot). Tulang
32

memiliki struktur pembentuk tulang, yaitu rawan/kartilago dan


tulang sejati (bone). Rawan/kartilago disusun oleh kondrosit
(sel kartilago) yang terdapat pada lakuna pada matriks protein
kolagen (proteoglikan). Berdasarkan fungsi dan komponen
penyusunnya, kartilago dibedakan menjadi kartilago hialin,
elastin, dan fibrosa (fibrokartilago). Kartilago hialin berfungsi
melapisi permukaan tulang yang bersendi. Kartilago elastin
merupakan campuran antara kartilago dengan serabut elastik
yang terdapat pada hidung dan telinga luar. Adapun, kartilago
fibrosa adalah merupakan campuran antara kartilago dengan
kolagen yang membentuk bantalan semi elastik, terdapat pada
diskus intervertebralis. Proses kalsifikasi dapat menyebabkan
rawan/kartilago tumbuh dan berkembang menjadi tulang keras.

Gambar 17. Sel-sel kartilago

Komponen tulang yang kedua adalah tulang sejati. Tulang


ini dibentuk oleh sel-sel tulang yang ada di matriks kolagen
dan mineral kalsium fosfat (hidroksiapatit). Ada 3 tipe sel yang
33

menyusun
osteoklas.

tulang

sejati,

yaitu

osteosit,

osteoblas,

dan

Gambar 16. Sel-sel penyusun tulang sejati

Osteosit adalah sel tulang yang matang fungsional,


berperan penting memelihara struktur tulang. Sel lainnya
adalah osteoblas. Sel ini merupakan sel pembentuk tulang
yang masih muda dan mempunyai fungsi dalam
perkembangan matriks ekstraseluler keras tulang. Adapun
osteoklas adalah sel-sel yang sudah larut ke dalam tulang.

Gambar 18. Morfologi sel penyusun tulang sejati


34

Tulang sejati dibedakan menjadi dua macam, yaitu tulang


spongiosa dan tulang kompak. Tulang spongiosa, contohnya
sumsum merah (red bone marrow) dan rongga sumsum
(marrow cavity) tempat sumsum kuning (yellow bone marrow).

Gambar 19. Tulang spongiosa dan kompak

Secara mikroskopis tulang tersusun dari sistem Havers


yang terdiri dari saluran saraf, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Selain itu, dalam tulang terdapat lamela yang merupakan
lempeng tulang yang tersusun konsentris dan lakuna berupa
ruang kecil yang terdapat diantara lempengan tulang yang
mengandung sel-sel tulang. Diantara lakuna terdapat kanalikuli

35

yang berfungsi sebagai tempat difusi makanan sampai ke


osteon.
Ovarium merupakan salah satu organ dalam tubuh yang
merupakan turunan dari mesoderm. Ovarium merupakan
organ penghasil gamet betina sekaligus hormon. Secara
struktural, ovarium dilapisi oleh jaringan ikat yang membentuk
tunika albuginea yang terdiri atas bagian korteks dan medula
yang tersusun atas sel-sel berbentuk bulat yang mengandung
serabut kolagen halus. Bagian perifer ovarium mengandung
sejumlah folikel primordial. Selain bagian perifer, ovarium
mempunyai bagian stroma yang terdiri dari sel-sel epitel yang
disebut sel granulosa. Sel-sel ini dapat memproduksi hormon
estrogen. Melalui pengamatan mikroskopis, dapat dilihat
bahwa ovarium memiliki berbagai macam folikel, berturut-turut
folikel primordia, folikel antral, dan folikel de Graaf. Selain itu,
pada ovarium dapat ditemukan korpus luteum, yaitu jaringan
ikat dengan sel-sel yang mengalami piknosis yang
menghasilkan hormon progesteron.

Gambar 20. Perkembangan folikel ovarium


36

Organ lain yang merupakan turunan mesoderm adalah otot.


Di dalam tubuh, otot mempunyai fungsi melakukan kontraksi
dan relaksasi. Serabut otot/sel otot merupakan komponen
utama jaringan otot. Ada 3 macam otot di dalam tubuh, yaitu
otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Unit struktural otot
rangka adalah serabut, sedangkan otot jantung dan otot polos
adalah sel otot.

Gambar 21. Tata letak otot rangka, jantung, dan polos

Otot rangka atau otot lurik memiliki ciri-ciri yang sangat


spesifik, antara lain serabut berbentuk pita memanjang
(penampang membujur) yang tersusun sejajar satu dengan
lainnya. Inti berbentuk lonjong, berjumlah banyak, terdapat di
bagian tepi serabut otot tepat di bawah sarkolema. Memiliki
miofibril yang terdiri atas keping gelap dan keping terang
37

secara berurutan. Diantara serabut-serabut otot terdapat


jaringan ikat kendur yang disebut endomisium.

Gambar 22. Struktur otot rangka

Otot jantung adalah otot yang memiliki struktur seperti otot


lurik, namun bersifat involunter. Otot ini memiliki ciri-ciri,
sebagai berikut, sel panjang, bercabang, dan bergabung satu
dengan lainnya melalui perantara cabang-cabangnya. Inti
berbentuk lonjong terletak di tangah sel otot. Serabut otot
jantung bergaris melintang tetapi tidak sejelas pada otot
rangka, dan memiliki keping interkalar pada tempat-tempat
tertentu. Diantara serabut-serabut otot terdapat jaringan ikat
kendur yang disebut endomisium.

38

(a)

(b)
Gambar 23. Struktur otot jantung (a) dan polos (b)

Otot polos memiliki struktur yang berbeda, baik dengan otot


rangka maupun otot jantung. Otot polos tampak tersusun
dalam dua lapis, lapisan dalam yang tersusun melingkat
(sirkuler) dan lapisan di sebelah luar yang tersusun
memanjang (longitudinal). Inti sel otot polos berbentuk lonjong,
pada otot polos yang mengkerut, inti berbentuk sirkuler.
Miofibril sel otot polos berbentuk homogen, oleh karena itu
tidak tampak garis gelap dan terang.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Preparat tulang, ovarium, dan otot
2. Mikroskop biologi
Cara Kerja
1. Amatilah preparat tulang, ovarium, dan otot hewan mamalia
di bawah mikroskop biologi dengan perbesaran lensa
objektif 10x, kemudian 40x.
2. Perhatikan struktur penyusun tulang, berbagai macam
folikel dan komponen penyusun pada ovarium, dan struktur
penyusun otot rangka, jantung, dan polos. Gambar dan beri
diskripsi !
39

ACARA V
STRUKTUR ORGAN TURUNAN ENDODERM
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, diharapkan praktikan
dapat menjelaskan proses perkembangan sel-sel endoderm
menjadi jaringan intestinum, hepar, dan trakea dan
menyebutkan bagian-bagian penyusunnya.
DASAR TEORI
Endoderm berkembang membentuk berbagai macam organ
dengan spesifikasi sel yang dimilikinya, antara lain
membentuk epitelium saluran pencernaan dan turunannya,
seperti hati, pankreas, vesikula urinaria, epitelium saluran
pernafasan, kelenjar tiroid, dan paratiroid. Organ-organ
turunan utama endoderm adalah saluran pencernaan makanan
dan kelenjar-kelenjarnya, paru-paru, dan saluran pernafasan.
Pembentukan saluran pencernaan diawali dengan
pembentukan archenteron, dilanjutkan dengan pelipatanpelipatan splanknopleura di bagian anterior, posterior, dan
lateral. Di bagian tengah saluran terdapat bagian yang terbuka,
yaitu pada tangkai yolk yang menghubungkan saluran dengan
kantung yolk. Saluran pencernaan terbagi menjadi wilayah
usus depan (fore gut), usus tengah (mid gut), dan usus
belakang (hind gut). Usus depan akan menjadi faring,
esofagus, lambung, dan duodenum anterior. Usus tengah
adalah bakal duodenum posterior dan sebagian dari kolon.
Usus belakang adalah bakal kolon dan rektum. Adapun,
lubang mulut terdapat di ujung anterior usus depan, dari
pertemuan ektoderm stomodeum dengan endoderm faring
kemudian sel-sel pada tempat pertemuan mengalami
peluruhan dan akhirnya membentuk lubang mulut. Ektoderm
stomodeum masuk ke dalam rongga mulut. Oleh karena itu,
epitel rongga mulut adalah turunan dari ektoderm. Hal yang
40

sama terjadi di bagian kaudal, epitel rongga anus atau kloaka


adalah ektoderm yang berasal dari ektoderm proktodeum.
Saluran pencernaan merupakan organ yang telah matang
fungsional, terbentuk dari proses diferensiasi lanjut ektoderm.
Saluran ini tersusun atas empat lapisan utama, yaitu lapisan
mukosa, submukosa, muskularis, dan adventisia/serosa.

Gambar 24. Struktur umum organ pencernaan

Lapisan mukosa adalah lapisan yang mengandung jaringan


epitel dan terdiri atas kelenjar, jaringan limfoid, kapiler, dan
muskularis mukosa. Adapun lapisan submukosa merupakan
lapisan yang terletak di bagian lebih luar dan mengandung
jaringan areolar, pleksus Heller dari pembuluh darah, pleksus
saraf Meissner, dan kelenjar limfatika. Jaringan areolar adalah
41

jaringan ikat longgar yang tipis, lunak, banyak mengandung


serat kolagen dan elastis. Lapisan muskularis pada saluran
pencernaan merupakan lapisan yang tersusun atas sel-sel otot
polos, baik yang tersusun melingkar (sirkuler) maupun
memanjang (longitudinal) dan mengandung pleksus saraf
Auerbach. Lapisan paling luar yang merupakan dinding saluran
pencernaan
adalah
serosa/adventisia.
Lapisan
ini
mengandung jaringan areolar, jaringan lemak, pembuluh
darah, dan mesotelium. Jaringan ini terdiri dari sel-sel epitel
yang berfungsi sebagai batas dengan rongga tubuh.

Gambar 25. Struktur histologis usus halus (intestinum tenue)


Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh yang
merupakan turunan dari saluran pencernaan. Hepar terdiri atas
unit struktural yang disebut lobulus hati, berbentuk prisma
poligonal, bagian pusat ditempati oleh vena sentralis.

42

Gambar 26. Komponen-komponen penyusun hepar

Gambar 27. Struktur histologis hepar


43

Dalam struktur hepar ditemukan sudut pertemuan interlobuli


yang
berbentuk
segitiga
(Trigonum
Kiernan)
yang
mengandung sel-sel hati, vena dan arteri hepatika, pembuluh
limfe, dan duktus biliaris. Di dalam lobulus hepatikus,
ditemukan sinusoid dan sel-sel hati yang tersusun menjadi pita
sel hati yang bercabang dan beranastomase. Sinusoid adalah
rongga yang melalui hati/jaringan hati yang memungkinkan
terjadinya pertukaran nutrisi dan zat lainnya antara darah
dengan hepatosit (sel hati). Diantara sinusoid pada jaringan
hati ditemukan sel Kupffer yang termasuk sistem
retikuloendotelial yang dapat melakukan aktivitas fagositosis.

Gambar 28. Struktur histologis trakea


Trakea merupakan komponen penyusun sistem pernafasan
yang diturunkan dari sel-sel endoderm. Organ ini berbentuk
tabung yang terdiri atas jaringan dasar, berupa serabut elastin
dan kartilago hialin. Trakea memiliki 2 lapisan utama, yaitu
muskularis dan mukosa. Jaringan otot pada lapisan muskularis
merupakan otot polos yang tersusun sirkuler. Lapisan mukosa
memiliki lamina propia (lapisan di bawah epitel organ yang
44

mengandung jaringan ikat dan pembuluh darah) yang terdiri


dari serabut elastin.

Gambar 29. Struktur lapisan mukosa trakea


Bagian permukaan trakea yang menghadap ke arah lumen
dilapisi oleh jaringan dasar berupa epitel berlapis banyak semu
(pseudostratified), bersilia, dan mengandung sel-sel goblet.
Kelenjar submukosa terdapat diantara kartilago hialin.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Preparat intestinum, hepar, dan trakea
2. Mikroskop biologi
Cara Kerja
1. Amatilah preparat intestinum, hepar, dan trakea hewan
mamalia di bawah mikroskop biologi dengan perbesaran
lensa objektif 10x, kemudian 40x.
2. Perhatikan struktur penyusun intestinum, hepar, dan trakea,
kemudian gambar dan beri diskripsi !
45

Anda mungkin juga menyukai