OLEH :
ROSELINA PANGHIYANGANI
HUSNUL KHATIMAH
SITI WASILAH
NIKA STERINA SKRIPSIANA
EMBRIOLOGI NEUROSENSORIS
I. Dasar Teori
Pengamatan embriologi neurosensoris dalam praktikum ini dilakukan
pada preparat awetan embrio ayam. Meskipun pengamatan perkembangan embrio
ini diamati dari organisme ayam, tetapi contoh yang diberikan secara umum dapat
mewakili perkembangan embrio vertebrata atau secara khusus pada manusia.
Neurulasi
Neurulasi embryo ayam termasuk tipe lipatan. Dataran lamina neuralis
(neural plate) yang terletak di sebelah anterior nodus Hensen membentuk lipatan
sepasang. Dikanan kiri linea mediana terbentuk lipatan neural ‘neural fold’ atau
torus medullaris dan diantaranya terdapat ‘neural groove’ atau sulcus neuralis.
Puncak lipatan tumbuh ke medial dan bertemu pertama kali ketika embryo
mempunyai 8 pasang somit atau 27 jam dalam pengeraman. Tempat
pertemuan/peleburan pertama lipatan neural menjadi bagian mesencephalon.
Peleburan menjalar ke anterior dan posterior dengan demikian terbentuklah
canalis neuralis, crista neuralis juga terbentuk. Neuroporus anterior terjadi
apabila penutupan canalis neuralis di sebelah anterior belum sempurna. Peleburan
epidermal mengikuti peleburan bagian daerah di atas canalis neuralis sehingga
canalis neuralis sendiri berada di bawah lapisan epidermal. Peleburan canalis
neuralis di sebelah posterior tejadi dengan lambat. Torus medullaris di sebelah
posterior masih melebar dan lubang canalis neuralis di sini disebut neuroporus
posterior. Di linea mediana di antara ujung torus medullaris posterior terdapat
lekukan yang disebut sinus rhomboidalis dan di dasar cekungan itu terdapat stria
primitiva yang terus terdesak ke posterior. Lubang neuroporus posterior masih
tetap ada sampai embryo umur 40 jam dalam pengeraman. Akhirnya penutupan
canalis neuralis sempurna setelah umur 48 jam dalam pengeraman. Enteron
dibentuk dari lembaran entodermal pipih, tetapi mekanismenya belum diketahui
dengan jelas. Enteron depan ‘foregut’ terbentuk akibat pertumbuhan memanjang
lipatan kepala yang diikuti oleh pertumbuhan enteron ke anterior dan masuk
dalam lipatan kepala itu. Rongga enteron depan ini pipih dan berhubungan
dengan enteron tengah ’midgut’ melalui pintu enteron depan (portal intestinal
anterior). Enteron depan mulai terbentuk bersamaan dengan pembentukan somit
yang pertama atau sebelum canalis neuralis terbentuk. Enteron depan juga
mengadakan penonjolan ke arah dorsal sebagai enteron kepala (preoral gut) dan
tonjolan ke ventral sebagai kantong-kantong pharynx. Enteron tengah
permulaannya hanya mempunyai dinding dorsal saja. Dinding lateral entodermal
tumbuh ke arah medial sehingga bagian kanan dan kiri makin mendekat. Dengan
demikian dinding enteron lateral terbentuk sehingga enteron tengah mempunyai
dinding dorsal dan lateral. Sebelum dinding ventral terbentuk sempurna
entodermal melanjutkan perkembangan sebagai kantong vitellus. Dinding ventral
memerlukan waktu lama sekali untuk menutup atau terbentuk sempurna setelah
vitellus habis. Pembentukan enteron belakang terjadi setelah embryo mempunyai
somit banyak sekali yaitu setelah terbentuk lipatan ekor atau setelah 48 jam dalam
pengeraman. Enteron bagian belakang tumbuh memanjang masuk dalam lipatan
ekor sebagai enteron ekor. Evaginasi ke arah ventral yang terletak di sebelah
anterior adalah evaginasi yang pertama dan akan membentuk allantois. Allantois
timbul setelah umur 72 jam dalam pengeraman. Enteron belakang berhubungan
dengan enteron tengah melalui pintu enteron belakang (portal intestinal
posterior).
Dalam pengeraman posisi embrio adalah pipih dorso-ventral. Dalam
pengeraman 40 jam mulai terjadi torsi di ujung anterior. Torsi menjalar ke
posterior dan pada umur 48 jam sudah setengah bagian anterior mengalami torsi
sehingga di bagian anterior sudah terjadi posisi miring sedang di bagian posterior
masih tetap dengan posisi dorso-ventral. Bagian kiri embryo di bawah dan bagian
kanan di atas. Torsi terus ke posterior dan pada umur 72 jam dalam pengeraman
semua bagian tubuh embryo ada pada posisi miring. Pada embryo mammalia
arah torsi berlawanan dengan embryo ayam. Bagian kiri di atas sedang bagian
kanan di bawah. Torsi pada embryo mammalia terjadi berkali-kali sehingga tali
plasenta (umbilikalis) tampak spiral.
Pada ini tahap ujung lipatan neural telah bersatu membentuk tabung neural. Di
daerah kepala lipatan kepala telah membentuk tonjolan kepala yang disebut
prosenchepalon (otak depan) dan rongga tabung neural di bagian dalam disebut
prosocoel. Tonjolan kepala yang berada di ujung anterior notochord akan
melekuk kebagian ventral (fleksi) dan selanjutnya membentuk vesikula otak
tengah (mesocoel, mesencephalon), otak belakang (rhombencepalon). Bagian
cephalic dari sistem saraf pusat ini dikenal sebagai Encephalon. Lipatan neural
akan melebar ke daerah lateral membentuk vesikula optik. Jantung pada tahap ini
masih berbentuk kantung tubular yang menonjol kearah kanan keluar, dan dari
badan dikiri-kanan dilokasikan dua vena besar, vena omphalomesenterica yang
akan bersatu menjadi sinus venosus dan terus berlanjut kebagian posterior dari
bulbus jantung menjadi atrium. Anterior dari jantung dindingnya lebih tebal dan
ini akan menjadi ventrikel, mengarah ke depan ke ventral cabang aorta menjadi
arcus aorticus yang melewati foregut secara dorsal. Aorta dorsal terletak
posterior di bawah somit dan tumbuh ke arah kuning telur. Di area vasculosa
pulau-pulau darah bersatu membentuk pembuluh darah dan selanjutnya
membesar menjadi sinus terminalis. Mesoderm lateral tumbuh membentuk dua
bagian dan diantaranya terdapat rongga besar yang disebut ‘embrionyic coelom’
yang selanjutnya akan menjadi rongga badan ekstra embrio. Mesoderm di bagian
luar disebut mesoderm somatik dan yang di bagian dalam disebut mesoderm
splanknik. Sebagian dari mesoderm splanknik akan membentuk jaringan otot
jantung yang disebut miokardium. Invaginasi ektoderm di daerah oral plate atau
penyatuan dari intestinal portal akan menjadi stomodeum dan pelebaran rongga
dibagian dalamnya akan menjadi faring.
A.1. Bentuk umum. Seluruh bagian kepala telah terlepas dari blastoderm. Ada 2
kemungkinan yang menyebabkan hal ini :
1. Lekukkan kranial (cranialis flexure). Terdapat dalam daerah otak
tengah (midbrain).
2. Lekukkan servikal (cervikal flexure). Terdapat dalam batas antara
kepala dan badan berlawanan dengan ujng posterior jantung.
2. Bagian anterior embrio, sekarang menempel dengan sisi kirinya diatas
kuning Telur (yolk).
3. Badan bagian tengah dibatasi oleh lipatan sisi tubuh (lateral body fold), dan
mulai terbentuk lipatan ekor (tail fold).
D. Mesoderm
1. Notokor (Notochord). Bentuk notokor mengikuti bentuk lengkung embrio,
sehingga tetap ada hubungan dengan susunan saraf. Notokor terlihat di
daerah faring sebelah anterior sebagai garis yang agak tebal.
2. Somit. Bagian luar yang padat disebut dermomiotom, yang akan
berkembang menjadi kulit (dermis) dan otot. Bagian sebelah dalam
sklerotom yang akan berkembang menjadi tulang, antara lain tulang
belakang (columna vertebralis).
Tanggal :
Nama asisten :
Nama :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Nama asisten :
Nilai :
PRAKTIKUM II
SIDIK JARI (FINGER-PRINTS)
I. Tujuan
III.Cara Kerja
1. Siapkan semua peralatan untuk membuat gambar pola sidik jari yaitu, bantalan
stempel yang telah dibasahi dengan tinta, dan kertas kosong.
2. Cucilah ujung-ujung jari tangan dengan sabun
(terutama yang memakai hand body lotion) untuk menghilangkan kotoran dan
lemak.
3. Tempel dan tekanlah ujung jari tangan ke bantalan stempel( mulai dari jari
kelingking kanan atau kiri), kemudian tempelkan ujung jari tersebut ke kertas
kosong. Begitu seterusnya untuk kesepuluh jari. Usahakan penempelan ke
kertas diurut letaknya agar anda tahu jari mana yang akan dibuat gambaran
sidik jari berikutnya.
4. Amatilah bentuk pola dasar sidik jari anda, cocokkan dengan Gambar 7.1
5. Sebelum menghitung banyaknya rigi buatlah garis menggunakan pinsil dari
triradius( rigi-rigi yang menunjuk ke tiga arah dengan sudut kira-kira 1200) ke
arah pusat dari pola sidik jari (Gambar 7.2).Pada pola arch ( lengkung) tidak
terdapat triradius sehingga tidak dapat dibuat garis atau tidak dapat dihitung
jumlah riginya. Pada bentuk whorl (spiral) terdapat dua triradius, anda bisa
membuat garis dari salah satu triradius.
1. Hitunglah jumlah rigi dari setiap pola sidik jari, banyaknya rigi dari setiap pola
sidik jari dihitung mulai dari rigi setelah triradius sampai ke tengah pusat atau
jumlah rigi-rigi yang dilewati oleh garis dari pinsil. Pada perempuan rata-rata
jumlah rigi dari kesepuluh jari adalah 127, sedangkan pada laki-laki 144 atau
145.
Gambar 5.2 Pola sidik jari bentuk loop dan cara membuat garis untuk
menghitung jumlah rigi sidik jari
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Tanggal :
Paraf asisten :
Nilai :
Tanggal :
Paraf asisten :
Nilai :
PRAKTIKUM III
I.Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum ini, praktikan akan dapat
1. menjelaskan penentuan golongan darah ABO
2. menetapkan genotif golongan darah praktikan sendiri.
II.Latar Belakang
A. Sistem ABO
Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner (1990) dan faktor Rh
yang ditemukan Landsteiner & Wiener ( 1924) juga ditentukan oleh alel ganda.
Landsteiner (1900) menemukan bahwa sel darah merah individu tertentu apabila
dicampur dengan serum dari darah orang lain dapat membentuk gumpalan atau
aglutinasi. Ini menunjukkan bahwa di dalam serum antibodi spesifik terhadap
antigen yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Dengan metode ini
ternyata individu dapat dibedakan menjadi 4 fenotif. Empat fenotif ini disebabkan
adanya perbedaan antigen yang terdapat pada sel darah merah. Perbedaan antigen
ini ternyata diwariskan. Antigen ini ada 2 macam yaitu antigen A dan antigen B.
Sedangkan fenotif individu ialah yang mempunyai antigen B saja, antigen A saja,
yang mempunyai antigen A dan B serta tidak mempunyai antigen. Gen I A dan IB
dominan jadi alel IA dan alel IB dapat diekspresikan dalam fenotif.
Genotip Fenotif Frekuensi Antigen Serum
eritrosit antibodi
AA/IAIA A 42 A Anti-B
AO/ IAIO
B. Sistem Rhesus
Sistem rhesus merupakan sistem yang menggunakan faktor Rh atau rhesus
yang berasal dari percobaan pada eritrosit kera rhesus. Antigen rhesus ini berupa
glikoprotein tertentu pada membrane plasma sel-sel darah merah dan membagi
golongan darah manusia menjadi 2 kelompok berdasarkan reaksi penggumpalan
antara antigen sel darah merah dengan anti serum Rh, yaitu positif dan negatif.
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih
banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi
antigeniknya. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-
antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang
yang tidak mempunyai rh- antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia
tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting
dalam transfusi. Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan
antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus
(Rh). Antigen ini juga ditemukan dalam sel darah merah manusia, sehingga darah
manusia di golongkan menjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh-:
• Orang bergolongan Rh +
Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki
orang berkulit berwarna.
•Orang bergolongan Rh-
Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki
orang berkulit putih.
Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai
antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka
pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure
apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus
merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah
lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ±
0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus
negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun
golongan darah ABO nya sama.
Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul160.000,
daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat
ditemukan selain dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan
air liur. Imun antibodi IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam
sirkulasi janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis. Penyakit
hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah anemia hemolitik akut yang
diakibatkan oleh alloimun antibodi ( anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan
darah ABO) dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal
isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin, dan timbul sebagai reaksi
terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab hemolisis tersering pada neonatus
adalah pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.
Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan
terhadap Irh . Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas
:
IV.Cara Kerja
Percobaan 1
1. Dengan menggunakan sebuah loupe, amatilah sisi atas jari-jari tangan
praktikan sendiri. Perhatikan dengan seksama apakah pada segmen digitalis
tengah jari-jari tangan tampak jelas tumbuh rambut. Sifat ini dapat ditentukan
oleh suatu seri alel ganda :
H1=rambut terdapat pada keempat jari,ibu jari tidak dipakai
H2 = rambut pada jari kelingking, manis dan tengah
H3 = rambut pada jari manis dan tengah
H4 = rambut pada jari manis saja
H5 = tidak ada rambut pada keempat jari
Dominansi dari Alel-alel itu ialah sebagai
berikut : H1 H2 H3 H4 H5
2. Buatlah dalam laporan tabel seperti berikut :
Percobaan 2
Tanggal :
Paraf asisten :
Nilai :
Tanggal :
Paraf asisten :
Nilai :
DAFTAR PUSTAKA
Ali N, Anwar M, Bhalti FA, Nadeem M, Nadeem A, Ali M (). Frequency of ABO
and Rh blood groups in major ethnic groups and casts of Pakistan.
Pakistan J. Med. Sci. 2005 ;21 :26 – 29.
T.W. Sadler. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7. EGC; Jakarta; 1995