Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI MATA & THT

Nama NIM : Siti Fadila Alviana Faisal


Kelompok : 020.06.0078
Sesi Modul : B/02
Dosen :2
: Mata & THT
: dr. Ryzki Mulianti,M.Biomed

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2022/2023
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 2
1.3 Manfaat Masalah 2
1.4 Waktu dan Tempat 2
1.5 Alat dan Bahan 2
1.6 Cara Kerja 3
BAB II ISI
2.1.Hasil 4
2.2.Pembahasan 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem indera adalah organ-organ tertentu yang di khususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa (sensoris impression) dari organ indera menuju otak dimana perasaan
ditafsirkan. Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus
mengumpulkan rangsangan yang khas dimana setiap organ berhubungan. Sistem indra
memerlukan bantuan sistem saraf pusat, organ indera adalah sel-sel tertentu yang dapat
menerima stimulus dari lingkungan maupun dari badan sendiri untuk diteruskan sebagai
impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf. Setiap organ indra menerima
stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai sistem organ indera hanya mampu menerima
stimulus, menghasilkan dan mengirim impuls saraf, interpretasi dari pada semua organ.

Pada sistem penglihatan, mata adalah organ yang sangat khusus untuk persepsi
bentuk, cahaya, dan warna. Mata terletak dalam rongga protektif di dalam tenggorokan yang
disebut orbita. Masing-masing mata memiliki selubung protektif untuk mempertahankan
bentuknya, sebuah lensa untuk memfokuskan cahaya, sel-sel fotosensitif yang berespons
terhadap rangsanga cahaya, dan banyak sel yang memproses informasi penglihatan. Implus
penglihatan dari sel-sel fotosensitif kemudian disalurkan ke otak melalui akson di saraf optik
(nervus opticus).

Pada sistem pendengan telinga adalah organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai
indra pendengaran dan organ yang menjaga keseimbangan. Secara luas telinga dibagi menjadi
3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Masing-masing bagian tersebut
memiliki fungsi spesifik terhadap tugasnya masing-masing.

Nasal (Hidung) merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui udara luar. Didalam
rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara yang
masuk, lendir berguna untuk melembabkan udara dan konka untuk menghangatkan udara
pernapasan (Sonjaya. 2010).

Laporan Histologi 1
Tenggorokan termasuk ke dalam bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas
saluran pernapasan di luar Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung,
faring, laring,trakea, bronkus ekstra-pulmonal dan serangkaian bronkus dan bronkiolus
intrapulmonal dengan diameter yang semakin kecil dan berakhir sebagai bronkiolus
terminalis. Untuk menjamin agar saluran napas yang lebih besar selalu terbuka, maka saluran
ini ditunjang oleh tulang rawan hialin (cartilago hyalina). Trakea dilingkari oleh cincin tulang
rawan hialin bentuk-C yang tidak utuh. Serat elastik dan otot polos, yang disebut otot
trakealis, menghubungkan ruang di bagian ujung-ujung tulang rawan hialin. Cincin tulang
rawan trakea menghadap posterior dan terletak berbatasan dengan esofagus.

Laporan Histologi 2
1.2. Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu memahami histologi mata dan THT.

1.2.2 Mahasiswa mampu mengamati komponen-komponen mata dan THT.

1.2.3 Mahasiswa mampu mengamati struktur beserta bagian-bagian dari komponen mata dan
THT.
1.2.4 Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri jaringan mata dan THT.

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai histologi mata dan THT.

1.3.2 Untuk dapat membedakan bentuk dari setiap komponen mata dan THT.

1.3.3 Untuk memahami struktur dan fungsi masing-masing komponen mata dan THT.

1.3.4 Untuk memmmahami ciri-ciri jaringan mata dan THT.

1.4 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Sistem Mata & THT
: Hari/Tanggal : Kamis 13 Oktober 2022
Waktu : 08.50 – 10.30 WITA

Tempat : Laboraturium Terpadu 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Al-


Azhar

1.5 Alat dan Bahan

1.5.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

 Kaca preparat.

Laporan Histologi 3
 Penutup kaca preparat.

 Mikroskop.

1.5.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

 Sediaan dari eye

 Sediaan dari cochlea

 Sediaan dari conjungtiva

Laporan Histologi 4
 Sediaan dari lakrimal gland
 Sediaan dari nose cavity
 Sediaan dari epiglotis
 Sediaan dari trachea
 Sediaan dari palpebra
1.6 Cara Kerja
1. Menyediakan preparat yang akan diamati
2. Mengamati preparat di bawah mikroskop
3. Mengenali setiap bagian preparat
4. Menggambar hasil pengamatan pada buku gambar

Laporan Histologi 5
BAB II
ISI
2.1 Hasil Pengamatan

1 Eye

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
2 Cochlea

Perbesaran 10x
3 Conjungtiva

Laporan Histologi 6
Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
4 Lacrimal Gland

Perbesaran 10x

Laporan Histologi 7
Perbesaran 40x
5 Nose Cavity

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
6 Epiglotis

Laporan Histologi 8
Perbesaran 10x

Perbesaran 40x
7 Trachea

Perbesaran 10x

Laporan Histologi 9
Perbesaran 40x
8 Palpebra

Perbesaran 10x

Perbesaran 40x

L a p o r a n H i s t o l o g i 10
2.2 Pembahasan
1. Mata
Mata merupakan suatu organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit,
yang menganalisis bentuk, intensitas, dan warna cahaya yang dipantulkan oleh objek
dan menimbulkan sensasi pengelihatan. Mata terletak dalam struktur bertulang yang
protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita, yang juga mengandung bantalan jaringan
adiposa.
2. Cochlea
Cochlea merupakan saluran spiral yang terbentuk dari tulang dan berputar hamper
tiga kali dengan pusatnya adalah modiolus. Adanya membrana basalis dan membrana
vestibuli akan membagi cochlea menjadi tiga ruangan, yaitu scala vestibule, scala media,
dan scala timpani. Scala media merupakan tempat terletaknya reseptor pendengaran.
Bentuknya spiral seperti kulit keong dengan diameter 9 mm dan tinggi 5 mm.
3. Conjungtiva
Konjungtiva terdiri dari dua lapisan yaitu epitel konjungtiva dan stroma
konjungtiva, di mana stroma konjungtiva terdiri dari lapisan adenoid dan lapisan fibrosa,
serta terdapat kelenjar lakrimal aksesorius termasuk di dalamnya adalah kelenjar krause
dan wolfring.
4. Lacrimal gland
Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar dengan
tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis. Setiap lobus terdiri
dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui saluran atau duktuli dan
menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya terkumpul menjadi 6-12
duktus sekretori yang terbuka pada forniks konjungtiva. Sel asini merupakan unit
sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal dan suatu bagian dalam dengan sel-sel
asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel yang terletak pada dasar membran hialin dan
di sekitar kanalis sentralis. Sel pada lapisan basal bentuknya datar dan kontraktil,
sementara sel lain berbentuk silindris dan mengandung granul sekretori. Sekresi jalur
sinus ke dalam duktus intermediate dan akhirnya ke dalam duktus sekretori defintif.
Stromanya mengandung elemen limfoid.
5. Nose cavity

L a p o r a n H i s t o l o g i 11
Nose cavity atau rongga hidung dilapisi oleh sel mukosa yang secara histologi dan
fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan
terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu yang mempunyai silia dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. Pada bagian
yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang terjadi
metaplasia menjadi sel epitel skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah
muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada
permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting.
Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke
arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan
dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga
hidung. Gangguan fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan
menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh
pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat-obatan.
6. Epiglotis
Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu
mempunyai permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang
menghadap ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi
oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglottis pada permukaan yang menghadap
laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar
campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel toraks, bebas menyebar ke
dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin yang berdekatan. Di bawah
epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam lumen larynx.
Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu (atau lipatan vestibular), dan mereka
mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa
dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan
pita suara asli. Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat
berkas-berkas besar sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale.
Sejajar dengan ligamentum terdpat berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur

L a p o r a n H i s t o l o g i 12
regangan pita dan ligamentum dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita
menimbulkan suatu suara dengan tonus yang tidak sama.
7. Trachea
Trakea merupakan saluran kaku yang mnghubungkan laring dengan bronkus pada
paru-paru. Trakea terdiri atas tiga lapisan utama yaitu, mukosa, submukosa, dan tulang
rawan.
Mukosa trakea dilapisi oleh epitel selapis silindris semu bersilia dan bersel goblet,
yang terletak pada lamina basal. Epitel trakea terletak diatas jaringan ikat lamina propria.
Permukaan trakea dilapisi oleh silia yang tidak selalu nampak ketika diamati dengan
mikroskop. Lamina propria trakea mengandung serat elastin longitudinal yang jelas.
Lapisan submukosa berada teapt dibawah lamina propria. Submukosa tersusun atas
jaringan ikat longgar yang mengandung banyak kelenjar campur seromukosa.
Tulang rawan hialin pada trakea berbentuk menyerupai cincin huruf C. Di antara
ujung tulang rawan hialin terdapat anyaman berkas otot polos. Tulang rawan hialin pada
trakea disusun oleh sel-sel hialin dan dilapisi perikondrium pada kedua permukaannya.
Trakea adalah tuba yang memiliki diameter sekitar 20-25 mm dan panjang sekitar
10-16 cm. Trakea berbentuk tabung memanjang yang tersusun atas 20 tulang rawan
berbentuk cincin yang kuat,tapi fleksibel.Trakea terletak dari laring dan terbifurkasi
menjadi bronkus utama pada mamalia, dan dari faring ke syring pada burung, yang
merupakan jalan masuk udara menuju paru-paru.
8. Palpebra
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Epidermis terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan papilla. Di dalam dermis di bawahnya terdapat folikel-folikel rambut
dengan kelenjar sebasea terkait. Di dalam dermis juga terdapat kelenjar keringat. Lapisan
terdalam palpebra adalah membran mukosa, disebut konjungtiva palpebra. Lapisan ini
terletak bersebelahan dengan bola mata. Epitel pelapis konjungtiva palpebra merupakan
epitel berlapis silindris rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit
berlanjut ke atas tepo palpebra, kemudian ditransformasi menjadi jenis berlapis silindris
konjungtiva palpebra, laina propria terdapat lempeng jaringan ikat kolagen, yaitu tarsus.
Daerah ini mengandung kelenjar sebasea khusus (besar), yaitu kelenjar tarsalis meibom.
Asini sekretoris kelenjar ini dalam sebuah duktus sentral panjang yang berjalan paralel

L a p o r a n H i s t o l o g i 13
dengan konjungtiva palpebra dan bermuara di tepi palpebra. Ujung bebas palpebra
mengandung bulu mata yang muncul dari folikel rambut besar dan panjang. Terdapat
kelenjar sebasea kecil yang berkaitan dengan bulu mata. Di antara folikel rambut bulu
mata terdapat kelenjar keringat moll. Alpebra mengandung tiga set otot : bagian terbesar
palpebra adalah otot rangka, orbikularis okuli, muskulus siliaris di daerah folikel rambut
bulu mata dan kelenjar tarsal, dan di bagian atas palpebra terdapat berkas-berkas otor
polos, yaitu muskulus tarsalis superior. Jaringan ikat palpebra juga mengandung jaringan
lemak, pembuluh darah, dan jaringan limfatik.

L a p o r a n H i s t o l o g i 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem indra


merupakan alat yang berfungsi untuk merasakan, mencium, membau, mendengar, melihat,
dan meraba sesuatu secara intuitif. Sistem indra merupakan bagian dari tubuh yang
memiliki fungsi untuk menerima rangsang sesuai dengan modalitasnya masing-masing.

L a p o r a n H i s t o l o g i 15
DAFTAR PUSTAKA
diFiore. 2014. Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta.

Junqueira. 2002. Histologi Dasar. Edisi 12. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Sobbota. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta.

Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta

Victor P. Eroschenko .2014. Buku Ajar Histologi difiore dengan kolerasi fungsional .EGC-

Ed.12- Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai