KOLON
Made Agus Suanjaya, MD, General Surgeon
MATERI PEMBAHASAN
b. Divertikulosis
c. Proktitis
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
d. Hemoroid penunjang, diagnosis,
Dalam kasus yang khas, gejala yang tampak adalah anak tiba – tiba terjadi serangan mendadak, dimana anak yang
sebelumnya sehat, sekarang mengeluh nyeri kolik berat yang berulang dengan interval yang sering dan disertai upaya
kaki tegang dan lutut tertekuk dan menangis keras. Bayi mungkin awalnya merasa nyaman dan masih bisa bermain
normal diantara fluktuasi rasa nyeri; tetapi jika intususepsi ini tidak berkurang, lama kelamaan bayi akan menjadi
semakin lemah dan lesu.
Nyeri perut intermiten yang parah terjadi pada 15 – 20 menit pada bayi dan balita adalah ciri
intususepsi dan tercatat 95% anak dengan diagnosis ini. Anak biasanya akan tenang diantara
episode kolik.
Pada beberapa keadaan, lesunya pasien tidak menunjukkan tanda perut yang nyeri. Namun, jika pada
keadaan anak terjadi syok, dengan demam dan peritonitis, bisa terjadi. Denyut nadi menjadi lemah dan
halus, laju pernafasan menjadi cepat dan dangkal, dan
anak merintih
Muntah merupakan gejala yang terjadi pada sebagian
besar kasus dan biasanya lebih sering terjadi pada fase
awal. Pada fase selanjutnya, muntah akan berwarna
seperti cairan empedu.
Kotoran pada awalnya juga masih tampak
normal dalam beberapa jam setelah gejala timbul.
Setelah 1 – 2 hari, anak akan mengeluarkan feses yang
bercampur dengan lendir dan darah (red currant jelly
stool).
Trias intususepsi yaitu adanya massa abdomen berbentuk sosis, feses
dengan lendir dan darah, dan nyeri abdomen. Gejala-gejala ini ditemukan pada <
30% pasien intususepsi dan kejadian muntah biasanya akan memberikan prediksi
nilai positif > 90%, dan meningkat dengan adanya perdarahan anus
Palpasi abdomen massa abdomen yang
teraba lunak dan berbentuk sosis, yang biasanya dapat teraba
jelas ketika anak nyeri sekali.
USG gambaran massa tubular dan gambaran sandwich atau pseudokidney pada potongan
longitudinal dan gambaran donat atau target sign pada potongan transversal. USG memiliki
sensitivitas 98-10% dan spesifisitas 98% dalam mendiagnosis intususepsi.
Udara, salin hidrostatik, atau kontras enema telah menggatikan pemeriksaan dengan menggunakan barium.
Kontras enema biasanya akan menunjukkan gambaran filling defect atau cupping yang terhambat karena
adanya intususepsi ini. Dengan menggunakan reduksi udara, akan mengurangi komplikasi dan paparan
radiasi yang lebih rendah daripada paparan Teknik hidrostatik kontras lama
Pemeriksaan radiologis sangat penting dalam mengevaluasi intususepsi. Foto polos abdomen
dapat dilakukan 2 posisi yaitu posisi telentang (supine) dan posisi left lateral decubitus. Pola
gas pada usus dalam perjalanan penyakit ini awalnya dapat normal, namun dapat terjadi
obstruksi jika gejala klinis menetap.
Temuan yang ada biasanya adalah kurangnya gas pada usus di daerah fossa iliaka kanan.
Temuan lainnya seperti adanya massa lunak pada kuadran kanan atas abdomen. Jika dari
gambaran foto polos abdomen mendukung suatu intususepsi, maka harus dilanjutkan kepada
pemeriksaan barium enema dengan memanfaatkan reduksi hidrostatik untuk konfirmasi
diagnosis
Non
Operatif
operatif
PROGNOSIS
Timbulnya kantung bernama divertikula dalam usus besar (kolon). Divertikulum (satu) biasanya
tidak menyebabkan gejala apapun infeksi menyebabkan komplikasi divertikular atau
pendarahan rektum dan diverticulitis
Divertikel saluran cerna paling sering ditemukan di kolon, khususnya di sigmoid. Divertikel kolon adalan divertikel palsu karena
terdiri dari mukosa yang menonjol melalui mukosa otot seperti hernia kecil. Divertikel sejati jarang ditemukan di kolon. Divertikel ini
disebut divertikel pulsi karena disebabkan oleh tekanan tinggi di usus bagian distal ini. Besarnya dapat beberapa millimeter hinga dua
sentimeter; leher divertikel atau pintunya biasanya sempit, tetapi mungkin lebar. Kadang terbentuk fekolit (batu feses) didalamnya
Divertikulosis sigmoid sering disertai obstipasi yang dipengaruhi oleh diet, terutama makanan kurang berserat. Patogenesis
dipengaruhi tekanan intralumen dan defek dinding sigmoid. Tekanan intralumen bergantung pada kepadatan feses yang meningkat bila
kekurangan serat
Adanya penonjolan kantung dengan diameter 1mm sampai dengan beberapa sentimeter yang menonjol ke dalam jaringan
lemak perikolik atau appendices
epiploicae. Kelainan ini khususnya terdapat di antara taenia mesenterika dan antimesenterika, jarang di taenia
antimesenterium.
Secara histologist, dinding kantong hanya terdiri dari mukosa dan submukosa dan biasanya tanpa lapisan otot sama sekali
dan tanpa disertai dengan inflamasi. Sering kantong berisi feses yang mungkin tidak dapat segera dikeluarkan sebab leher
divertikel lebih sempit dari kantongnya
- Divertikulitis :
Merupakan peradangan sekunder dari satu atau lebih divertikel yang terjadi bila feses yang ada di
dalam kantong mengalami pemadatan dan kemudian disertai dengan infeksi sekunder e. coli dan
organism enteric lainnya. Sering terjadi perforasi kecil pada kantong
Sebuah divertikulum merupakan penonjolan pada titik-titik yang lemah,
biasanya pada titik dimana pembuluh nadi (arteri) masuk ke dalam lapisan otot
dari usus besar. Kejang (spasme) diduga menyebabkan bertambahnya tekanan
dalam usus besar, sehingga akan menyebabkan terjadinya lebih banyak
divertikula dan memperbesar divertikula yang sudah ada
- Divertikulosis akut :
a. Malaise
b. Demam
c. Nyeri dan nyeri tekan pada fossa iliaka kiri dengan atau tanpa
teraba massa.
d. Distensi abdomen
Anamnesis nyeri perut perlu dibedakan antara nyeri kolik dan nyeri menetap, serta
hubungannya dengan makan dan dengan defekasi. Perlu pula ditanyakan warna tinja, terang
atau gelap, bercampur lender atau darah, dan warna darah segar atau tidak. Juga perlu
ditanyakan apakah terdapat rasa tidak puas setelah defekasi, bagaimana nafsu makan,
adakah penurunan nafsu makan, dan rasa lelah.
Gejalan dan tanda yang sering ditemukan pada kelainan kolon adalah dyspepsia,
hematokezia, anemia, benjolan, dan obstruksi karena radang dan keganasan.
Pada divertikulosis 80% penderita tidak bergejala (asimptomatik). Keluhan
lain yang nyeri, obstipasi, dan diare oleh karena adanya gangguan
motilitas dari sigmoid.
Pada pemeriksaan fisis nyeri tekan lokal ringan dan sigmoid sering dapat
diraba sebagai struktur padat. Tidak ada demam maupun leukositosis bila
tidak ada radang. Bisa teraba tegang pada kuadran kiri bawah, dapat
teraba massa seperti sosis yang tegang pada sigmoid yang terkena.
Pada foto roentgen, barium tampak divertikel dengan spasme lokal dan
penebalan dinding yang menyebabkan penyempitan lumen
DIAGNOSA
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesa
fisik penunjang
Gejala Klinis Diverticulosis Gejala Klinis Diverticulitis
Konstipasi Nyeri akut pada kuadran kri bawah (93-100%)
Nyeri Abdomen : akibat kontraksi segmental yang berlebihan dari kolon Demam (57-100%)
Tanda-tanda divertikulosis akut : Iregularitas usus dan interval diare, Nausea, Vomiting
nyeri dangkal dan kram pada kuadran kiri bawah dari abdomen dan
demam ringan
Pada inflamasi local diverticula berulang, usus besar menyempit pada Teraba Massa
striktur fibrotic, yang menimbulkan kram, feses berukuran kecil-kecil, dan
peningkatan konstipasi.
Malaise Diare
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada divertikulosis adalah Barium Enema dan Kolonoskopi. Sensitivitas barium
enema sangat tinggi, bahkan polip kecil saja dapat terdeteksi. Pemeriksaan barium enema dapat menilai
kolon secara keseluruhan terutama jika terdapat suatu patologi di kolon bagian distal yang menghalangi
masuknya kolonoskop retrograde. Sedangkan manfaat utama kolonoskopi pemeriksaan maupun
intervensi kolon secara menyeluruh, dan biopsy
Barium Enema adanya spasme segmental dan penebalan otot yang mempersempit lumen dan
memberikan gambaran saw-toothed appearance. Namun pemeriksaan barium enema kontraindikasi
dilakukan pada fase akut diverticulitis. Selain itu USG Abdomen memiliki sensitivitas sekitar 69-89% dan
spesifisitas sekitar 75-100% dimana pada pemeriksaan USG Abdomen dapat ditemukan gambaran
penebalan dinding kolon dan massa kistik.
CT-Scan gambaran yang lebih definitive
dengan evaluasi keadaan usus dan
mesenterium yang lebih baik
dibandingkan pemeriksaan lainnya.
Pada pemeriksaan CT scan dapat
ditemukan penebalan kolon, streaky
mesenteric fat dan tanda
abses/phlegmon.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
c. Karsinoma Kolorektal
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Nyeri dan Asimptomatik
Diet tinggi serat (buah, sayuran, roti gandum, kulit padi)
Tingkatkan asupan cairan
a. Divertikulitis akut
Antibiotik dan istirahatkan usus
Drainase yang dipandu radiologi untuk abses local
Pada kasus divertikulosis asimptomatik diberikan modifikasi diet berupa makanan atau suplemen
tinggi serat untuk mencegah konstipasi dan diberikan intake cairan yang cukup. Pemberian tambahan
serat sekitar 30-40 gram/hari atau pemberian laktulosa yang dapat meningkatkan massa feses (sebagai
osmotic laksatif pada divertikulosis simptomatik yaitu 2x15ml/hari.
Pada kasus diverticulitis, usus diistirahatkan dengan menunda asupan oral, memberikan cairan intravena, dan
melakukan pemasangan NGT bila ada muntah atau distensi abdomen, memperbanyak makan sayur dan buah-
buahan, mengurangi makan daging dan lemak, antispasmodic seperti propantelin bromide (Pro-Banthine) dan
oksifensiklimin (daricon) dapat diberikan, dan antibiotic spectrum luas diberikan selama 7-10 hari.
2. Pembedahan
Operasi segera menunjukkan tanda-tanda peritonitis atau obstruksi loop tertutup. Dilakukan
dengan cara reseksi segmen usus yang sakit, biasanya kolon sigmoid, dan pengangkatan kolon
(kolostomi) tepat di sebelah proksimal titik reseksi. Rektum biasanya ditutup dengan stapler.
Operasi elektif kolon sebelah kiri tanpa peritonitis : reseksi segmen yang sakit. Pembedahan
darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis difus : reseksi segmen yang terlibat, tutup usus distal
(yaitu rectum bagian atas) dan keluarkan usus proksimal sebagai ujung kolostomi (prosedur
Hartmann). Pada pembedahan darurat pada kasus divertikulosis dengan komplikasi seperti abses yang
luas, peritonitis, obstruksi komplit, dan perdarahan berat. Pada kasus ini dilakukan pembedahan 2 kali
dimana pada operasi pertama dilakukan pembersihan cavum peritoneum, reseksi segmen kolon yang
terkena, dan dilakukan kolostomi temporer kemudian beberapa bulan dilakukan operasi kedua dan
pada operasi ini dilakukan penyambungan kembali kolon (re-anastomosis).
Pada kasus divertikulosis raksasa, dilakukan
reseksi divertikula yang dilanjutkan dengan
reseksi segmen kolon yang terlibat Pada
Pembedahan darurat kolon sebelah kiri beberapa kasus dapat dilakukan reseksi
dengan peritonitis minimal atau tanpa divertikula saja yang disebut
peritonitis: Reseksi segmen yang terlibat dan diverticulectomy. Namun tindakan ini tidak
sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis dianjurkan karena jika terdapat suatu massa
primer). pada kolon, akan memicu suatu reaksi
inflamasi dan pengangkatan seluruhnya dari
sumber inflamasi yang akan menyebabkan
komplikasi adalah hal yang terpenting.
Perdarahan merupakan komplikasi yang jarang terjadi, dilaporkan sekitar 3-5% penderita
dengan divertikulosis mengalami perdarahan rektum Jika sebuah divertikula mengalami
perdarahan hematokezia. Perdarahan bisa bersifat berat, tetapi juga bisa berhenti
dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan khusus. Perdarahan terjadi karena
sebuah pembuluh darah yang kecil di dalam sebuah divertikula menjadi lcmah dan
akhirnya pecah
KOMPLIKASI
Fistula
Obstruksi Usus
PROGNOSIS
Proctitis peradangan pada dinding rektum.
PROKTITIS
Proktitis sering terjadi pada orang yang memiliki penyakit radang usus
(penyakit Crohn atau kolitis ulserativa). Infeksi menular seksual adalah
penyebab lain yang sering terjadi. Proktitis efek samping dari terapi radiasi
untuk kanker tertentu.
ETIOLOGI
Several diseases and conditions can cause inflammation of the rectal lining.
They include:
Inflammatory bowel disease. About 30% of people with inflammatory bowel disease (Crohn's disease or
ulcerative colitis) have inflammation of the rectum.
Infections. Sexually transmitted infections, spread particularly by people who engage in anal intercourse, can
result in proctitis. Sexually transmitted infections that can cause proctitis include gonorrhea, genital herpes
and chlamydia. Infections associated with foodborne illness, such as salmonella, shigella and campylobacter
infections, also can cause proctitis.
ETIOLOGI
Patofisiologi proktitis tergantung etiologi yang mendasarinya. Proktitis paling sering berkaitan
dengan inflammatory bowel disease (IBD), tetapi juga bisa disebabkan oleh radiasi dan
penyakit menular seksual.
Gangguan Sistem Imun
Disregulasi sistem imun yang sering berkaitan dengan proktitis adalah Crohn’s disease,
kolitis ulseratif, dan penyakit Celiac. Kondisi-kondisi tersebut memicu inflamasi yang
merusak dinding saluran pencernaan, termasuk mukosa rektum.
Infeksi
Proktitis yang disebabkan oleh infeksi sering kali didapat oleh infeksi menular seksual,
seperti gonorrhea dan klamidia, terutama pada kelompok dengan perilaku seksual
melalui anus. Bakteri atau virus yang terbawa dari luar akan berinokulasi melalui mukosa
rektum, menyebar, dan menimbulkan gejala.
PATOFISIOLOGI
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis proktitis mencakup keluhan sekret darah atau purulen dan nyeri saat defekasi, digital
rectal examination, ataupun hubungan seksual melalui anus. Pada pemeriksaan fisik akan
didapatkan tanda inflamasi pada rektum.
Pada proktitis limfogranuloma venereum, pasien bisa asimptomatik. Tetapi, bisa juga
didapatkan sekret rektum mukoid atau hemoragik, nyeri anal, konstipasi, demam, dan
tenesmus. Proktitis yang berkaitan dengan radiasi atau inflammatory bowel disease, dapat
menunjukkan abses perianal, fisura anal, atau fistula anal. Sementara itu, kasus yang berkaitan
dengan infeksi menular seksual dapat disertai ulkus perianal atau rektal, chancres, kondiloma,
atau limfadenopati inguinal
DIAGNOSIS
Stool test. You may be asked to collect a stool sample for testing. A stool test may help
determine if your proctitis is caused by a bacterial infection.
Sigmoidoscopy + biopsi
Colonoscopy + biopsi
TERAPI
Antivirals. For proctitis caused by viral infections, such as the sexually transmitted virus herpes
antiviral medication, such as acyclovir (Sitavig, Zovirax, others).
In other cases, radiation proctitis can cause severe pain and bleeding that requires
treatment.
Proctitis caused by inflammatory bowel disease
Treatment of proctitis related to Crohn's disease or ulcerative colitis is aimed at reducing the
inflammation in your rectum. Treatment may include:
Surgery. If drug therapy doesn't relieve your signs and symptoms surgery to remove a
damaged portion of digestive tract.
KOMPLIKASI
Proctitis that isn't treated or that doesn't respond to treatment may lead to complications, including:
Ulcers. Chronic inflammation in the rectum can lead to open sores (ulcers) on the inside lining of the
rectum.
Fistulas. Sometimes ulcers extend completely through the intestinal wall, creating a fistula, an
abnormal connection that can occur between different parts of intestine, between intestine and skin,
or between and other organs, such as the bladder and vagina.
PROGNOSIS
Dari sini proses infeksi dapat menyebar secara distal sepanjang otot longitudinal
dan kemudian muncul di subkutis sebagai abses perianal, atau dapat menyebar
secara lateral melewati otot longitudinal dan sfingter eksternal sehingga menjadi
abses ischiorektal.
Kebanyakan abses yang berasal dari kelenjar anal adalah perianal dan
ischiorektal, ruang lain dapat terinfeksi. Pergerakan infeksi ke atas dapat
menyebabkan abses intersfingterik letak tinggi. Ini kemudian dapat menerobos
otot longitudinal ke ruang supralevator sehingga menyebabkan sebuah
abses supralevator. Setelah abses terdrainase, secara spontan maupun secara
bedah, terjadi komunikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal maka
disebut fistula ani
Selain pergerakan ke atas, ke bawah, dan lateral, proses supuratif
dapat menyebar melingkari anus. Jenis penyebaran dapat terjadi
pada tiga lapangan;
ruang ischiorektal, ruang intersfingterik, dan ruang supralevator
Penyebaran ini dikenal sebagai Horseshoeing
GEJALA KLINIS
Nyeri timbul bila abses terletak pada anus, disekitar anus atau pada kulit
perianal. Gejala peradangan bisa sistemik dengan tanda yang cukup jelas seperti demam,
leukositosis, dan bisa tampak toksik. Tanda dan gejala lokal tergantung pada letaknya
abses. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal, bisa didapatkan gejala abses
iskiorektal atau pelvirektal.
Abses perianal biasanya jelas karena tampak pembengkakan pada anus yang mungkin berwarna biru,
nyeri, panas, dan akhirnya berfluktuasi. Penderita menjadi demam dan tidak dapat duduk pada sisi
abses gluteus. Komplikasi karena
terjadi perluasan abses ke rongga lain dan bisa perforasi anorektum, atau ke luar melalui kulit perianal
Pasien dengan abses perianal biasanya mengeluhkan rasa tidak nyaman disertai pruritus didaerah
perianal. Nyeri perianal sering diperburuk oleh Gerakan dan tekanan perineum pada saat duduk atau
buang air besar.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya eritematosa, benjolan kecil, berfluktuasi dan adanya massa
subkutan di dekat lubang anus.
GEJALA KLINIS
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal, sebaliknya abses anorektal yang
terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding rectum atau lebih ke lateral yaitu di gluteus
Abses perianal biasanya tidak disertai demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang
baik.
Pada abses yang besar bisa disertai demam dan abses tersebut bisa menembus sampai ke permukaan kulit
disertai nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat pada saat mengedan, batuk atau bersin, biasanya adalah abses
intersfingter. Dengan berjalannya abses dan nyeri dapat mengganggu aktivitas untuk berjalan atau duduk
Diagnosis Abses Perianal
Anamnesa
Pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, RT
Pemeriksaan penunjang USG, CT – scan/ MRI
Laboratory testing will usually reveal an elevated white blood cell count. However,
an absence of a leukocytosis should not deter the physician from appropriate
treatment of an abscess.
Terapi
Prinsip terapi abses perianal:
Menghilangkan abses dan keluhan
Mencegah kekambuhan
Mempertahankan otot spincter
Abses harus dibedakan dengan selulitis, dalam perjalanannya berbeda
antara keduanya. Perbedaan dengan abses adalah selulitis merupakan infeksi
dengan suplai darah jaringan yang masih utuh Infeksi biasanya pada jaringan
yang lebih dangkal. Selulitis dapat diatasi dengan pengobatan antibiotik yang
tepat jika pengobatan dimulai sebelum nekrosis jaringan. Abses bisa keliru
diagnosanya dan didiagosis sebagai selulitis karena tidak terdapat fluktuasi
Pengobatan abses adalah dilakukan drainase, infeksi akan tetap terjadi
kecuali nanah sudah tidak ada. Abses adalah nanah dalam rongga avaskular dan
diliputi jaringan. Pengobatan bukan karena antibiotik saja. Jika tidak diobati,
Abses dapat berkembang keseluruh jaringan yang lebih dalam dan memiliki
potensi untuk berkembang menjadi infeksi yang mengancam jiwa, infeksi
sistemik
Setelah drainase abses Luka akan sembuh dalam
berhasil, nyeri biasanya segera beberapa minggu. Tindak
hilang. Pasien harus lanjut pembedahan dianjurkan
menggunakan Sitz bath , karena kekambuhan abses
minum laxatif, dan analgesik. akut terjadi pada 10%, dan
Pendarahan dan drainase perkembangan fistula-in-ano
biasanya mereda dalam kronis terjadi pada 50%
beberapa hari. pasien.
KOMPLIKASI
Sekitar dua pertiga pasien dengan abses anorektal yang diobati dengan
insisi dan drainase atau dengan drainase spontan akan mendapat
komplikasi
sebuah fistula anorektalkronis.
1. Thrombosis and
Infections of
Internal Vascular
Cushions
2. Anemia
3. Thrombosis of
External Vascular
Channels
4. Perianal
Dermatitis
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi
Etiologi prolaps rektum belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa kondisi patologis yang
mendasari terjadinya prolaps rektum, seperti kerusakan sistem saraf, penurunan tonus sfingter,
kelemahan otot-otot pelvis, mengendurnya jaringan ikat yang melekat pada mukosa rektum, panjang
kolon sigmoid yang berlebih (redundant colon), defek pada fascia pelvis dan intususepsi rektum
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi prolaps rektum adalah jaringan ikat pada mukosa rektum yang mengendur disertai sistem saraf
dan otot pelvis yang melemah, serta tonus sfingter yang menurun. Kerja otot dan sfingter yang mengalami
kemunduran tersebut menyebabkan gerakan rektum menjadi tidak terkoordinasi, pada kondisi kronis bisa
mengakibatkan rektum jatuh ke bawah keluar dari lubang anus.
Selain itu, ada pula beberapa teori yang menjelaskan terjadinya prolaps rektum. Teori yang pertama adalah
prolaps rektum terjadi akibat sliding hernia melalui defek pada fascia pelvis. Teori yang kedua menjelaskan
prolaps rektum dimulai dari intususepsi internal sirkumferensial rektum sebesar 6-8 cm proksimal menuju ke
kanalis analis.
Pada keadaan normal, sistem saraf, otot, sfingter, dan jaringan ikat pada pelvis bekerja secara sinergis ketika
seseorang berubah posisi, mengejan, atau batuk. Pada keadaan defekasi atau mengejan, terjadi gerakan
volunter yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal disertai dengan kontraksi otot-otot pelvis.
Pada saat yang sama, sfingter akan berelaksasi dan jaringan ikat akan mengendur supaya feses dapat turun
dari rektum ke anus.
Peningkatan tekanan intraabdominal yang terjadi akibat asites, masa intraperitoneal, obstipasi, organomegali,
dan batuk kronis .
DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan Penunjang.
Laboratorium. Tidak ada gambaran laboratorium yang spesifik pada prolaps rekti. Kadang
peningkatan kadar leukosit, penurunan hemoglobin.
Barium Enema. Evaluasi kolon untuk menyingkirkan kelainan primer pada kolon yang dapat
menyebabkan prolaps.
Video Defecography ( Colonic Transit Study ) Untuk menentukan prolap internal atau prolap
mukosa (parsial/ intusussepsi) bila tidak ada keluhan atau gejala yang jelas.
Material/kontras radiopaque/barium dimasukkan ke dalam rectum, perhatikan keluarnya
kontras saat defekasi.
DIAGNOSA
Pemeriksaan Penunjang
DIFFRENSIAL DIAGNOSIS
Intussusception
Proctitis
Prolaps recti vs hemorrhoids
TERAPI
Pembedahan
if you have Questions please contact us
agsramakrisna@yahoo.com
087864400591
KELUHAN UTAMA
Berak Berdarah
ANAMNESA KHUSUS
Berak berdarah sejak dua bulan, berak berisi darah
segar, berwarna merah terang, konsistensi keras, frekuensi
1x/hari. Awalnya penderita sering mengalami kesulitan
BAB sejak 1 tahun yll. Rata-rata BAB tiap 2 hari sekali
tanpa adanya BAB berdarah. Sejak 3 hari belakangan
keluhan dirasakan memberat, terutama jika BAB keras,
faktor memperingan (-). Nyeri sewaktu BAB (+). Benjolan
keluar dari lubang pantat saat BAB (+), namun benjolan
dapat masuk dengan sendirinya.
BAK normal 5-6 kali per hari , volume ± ½
gelas, warna kuning jernih, nyeri waktu
kencing dan kencing berwarna merah (-),
aliran kencing lancar.
Panas badan, mual/muntah tidak
dikeluhkan. Sering merasa lemah, letih atau
lesu tidak ada.
Panas badan, mual/muntah tidak
dikeluhkan. Nyeri saat BAB tidak dikeluhkan.
Keluar benjolan dari pantat saat BAB, BAB
disertai darah berwarna hitam , terdapat
benjolan di perut kanan tidak pernah.
Sering merasa lemah, letih atau lesu tidak
ada.
Penurunan berat badan tidak dikeluhkan.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :
›keluhan yang sama sebelumnya (-).
› Riwayat darah tinggi, kencing manis disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
›keluhan yang sama (-)
RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIAL :
›Penderita tidak suka makan sayur dan jarang
mengkonsumsi buah-buahan. BAB sering keras dan
sering mengedan.
›Pasien sebelumnya bekerja sebagai pegawai bagian
keuangan yang lebih banyak bekerja duduk.
PEMERIKSAAN FISIK
Status present :
Vital Sign: TD = 110/70 mmHg
N = 84 x /menit
R = 20 x /menit
Status general
Kepala : normocephali
Mata : Anemia -/-, Ikterus -/-, Refleks pupil +/+ isokor
THT : kesan tenang
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal,reguler,murmur-
Po : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Abdomen : I Distensi tidak ada, massa tidak ada
A Bising usus positif normal
Per timpani
Pal massa negative, L/S tidak teraba
Th/ :
Medikamentosa : ardium 3 x 2 tablet slm 3 hari
dilanjutkan 2 x 2 tablet slm 6 minggu
KIE tentang pola diet tinggi serat dan hindari untuk
mengedan