PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai seluruh bagian kolon, dan jarang mengenai usus kecil. Gejala
penyakit ini pada masa bayi biasanya kesulitan pergerakan usus, nafsu
makan yang menurun, penurunan berat badan, serta kembung pada perut.
penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.
Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk Down
Sindrome.
1
B. Rumusan masalah
hirschprung?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum
segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada
B. Epidemiologi
Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi
3
prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan
C. Etiologi
bagian saluran cerna bagian bawah colon dan rektum. Akibatnya tidak ada
D. Embriologi
ini terdapat pada rektum dan sigmoid. Hal ini diakibatkan oleh karena
distal pada minggu ke lima sampai minggu ke dua belas kehamilan untuk
membentuk sistem saraf usus. Aganglionik usus ini mulai dari spinkter ani
4
termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis
E. Patogenesis
distal colon dan sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka
dari itu bagian yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon
5
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah
melebar.
F. Diagnosa
gangguan pasase usus, poor feeding, vomiting. Apabila penyakit ini terjadi
6
G. Gejala klinis
Pada beberapa bayi yang baru lahir dapat timbul diare yang menunjukkan
adanya enterocolitis. Pada anak yang lebih besar, pada beberapa kasus
dapat mengalami kesulitan makan, distensi abdomen yang kronis dan ada
kehidupan, distensi abdomen dan muntah. Beratnya gejala ini dan derajat
pertama kehidupan.
pada pola makan, perubahan makan dari ASI menjadi susu pengganti atau
7
adanya riwayat konstipasi, kembung berat dan perut seperti tong, massa
faeses multipel dan sering dengan enterocolitis, dan dapat terjadi gangguan
8
necrotican. Perforasi spontan terjadi pada 3% pasien dengan penyakit
dengan perforasi.
H. Pemeriksaan Penunjang
macam stadium distensi usus kecil dan besar. Ada beberapa tanda dari
enema, yang paling penting adalah zona transisi. Posisi pemeriksaan dari
lateral sangat penting untuk melihat dilatasi dari rektum secara lebih
optimal. Retensi dari barium pada 24 jam dan disertai distensi dari kolon
polos abdomen yang ditandai dengan adanya kontur irregular dari kolon
9
dinding intestinal. Perubahan tersebut dapat terlihat jelas dengan barium
jika sel ganglion ada. Tidak adanya sel ganglion, perlu dipikirkan ada
teknik yang tidak benar dan dilakukan biopsi yang lebih tebal. Diagnosis
radiologi sangat sulit untuk tipe aganglionik yang long segmen , sering
seluruh colon. Tidak ada zona transisi pada sebagian besar kasus dan kolon
dengan gejala ileus obstruksi yang tidak dapat dijelaska. Biopsi rectal
metode ini adalah dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang
karena tidak dilakukan anestesi umum. Metode ini lebih sering dilakukan
penyakit hirschprung. 1,4 Pada bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan
linea dentate dan juga mengambil sample yang normal jadi dari yang
10
normal ganglion hingga yang aganglionik. Metode ini biasanya harus
I. Penatalaksanaan
11
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : By. BA
Umur : 2 bln
Agama : Islam
Nama Ibu :-
Alamat : Sukorejo
12
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : diare sejak 4 hari yang lalu sebelum MRS, disertai
perut membesar
lendir 7x dalam satu hari bau seperti telur busuk, perut kembung dan
2 bulan selama 1 minggu, minum asi dan susu formula sejak lahir,
Tidak ada keluarga yang sedang atau pernah sakit seperti yang diderita
pasien.
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
13
7. Riwayat kelahiran :
SC 8 bulan di Rs pandaan
8. Riwayat postnatal :
9. Imunisasi :
Orang tua nya mengatakan pernah tetapi tidak tau imunisasi apa
C. Pemeriksaan Fisik
4. BB : 4 kg
5. TB :-
14
7. Pernafasan : 26 x/menit
sekret (-/-)
14. Tenggorokan :-
17. Cor :
15
d. Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, bising (-)
18. Pulmo :
19. Abdomen :
c. Perkusi : Tympani
tidak teraba
16
D. Pemeriksaan penunjang
HCT 22,30 %
GDA 84 mg/dL
HCT 39,80 %
E. Diagnosis banding
1. Ilius paralitik
2. Hirschprung disease
3. NEC
F. Diagnosis Kerja
G. Penatalaksanaan
17
Lembar Monitoring
22-08- 09.15 S: muntah (+) demam (+) Inf . RL 400 cc/24 jam
2016 BAB warna hijau cair 7x
sehari , lendir (+), darah (-) Inj. Antrain 40 mg 3x 1
sesak (+), BAK (+) Inj. Ranitidin 8 mg 2x1
O : cm , gizi cukup c. dr oktavian Sp.A
TTV : pasang rectal tube
N : 108 x/ menit Inf. D10 0,18ns 300cc/ 24
RR : 26 x/menit jam
18
RR : 38 x/menit
S : 37 oC
24-08- 08.45 S : kembung (+) muntah (-) Colon in loop besok jam
2016 panas ( ) BAB warna hitam 08.00-09.00
(1x ) sehari , lendir (+),
darah (-) sesak (+) BAK (+) Inf D10 0.18ns 300cc/24
jam
O : CM , lemah
Amniosteril 6% 100 cc/24
Abdomen : slight distended , jam
bising usus (+) ,
meteorismus , Vicc 4x100 iv
RR : 31 x/menit
S : 36,2 oC
25-08- 08.30 S : kembung (+) muntah (-) Colon in loop hari ini
2016 panas (-) BAB warna hitam
(1x ) sehari , lendir (+), Inf D10 0.18ns 300cc/24
darah (-) sesak (+) BAK (+) jam
RR : 32 x/menit
S : 37,5 oC
19
26-08- S : kembung (+) muntah (-) Inf D10 0.18ns 300cc/24
2016 panas (-) BAB warna hitam jam
(1x ) sehari , lendir (+),
darah (-) sesak (+) BAK (+) Vicc 4x100 iv
S : 37,5 oC
a/i/c/d +/-/-/-
TTV:
N : 110 x/ menit
RR : 32 x/menit
S : 37,5 oC
20
(-) sesak (+) BAK (+) Vicc 4x100 iv
TTV:
N : 110 x/ menit
RR : 32 x/menit
S : 36,8 oC
a/i/c/d +/-/-/-
TTV:
N : 110 x/ menit
RR : 32 x/menit
S : 36,8 oC
21
Abdomen : slight distended ,
bising usus (+) ,
meteorismus (+),
a/i/c/d +/-/-/-
TTV:
N : 110 x/ menit
RR : 32 x/menit
S : 36,8 oC
BAB IV
22
PEMBAHASAN
Pada kasus ini By. BA mengalami gejala muntah dan diare, muntah mulai
tadi malam, menurut orang tua pasien mengatakan BAB cair ampas warna hijau +
lendir 7x dalam satu hari, bau seperti telur busuk, perut kembung dan membesar
sejak 2 bulan, di beri makan bubur di usian 2 bulan selama 1 minggu, minum ASI
dan susu formula sejak lahir, pernah di pijat 2x perutnya sejak mengetahui
beraknya susah.
infus RL 400 cc/24 jam, inj Antrain 40 mg 3x1, inj ranitidin 8mg 2x1 (bb : 4kg ).
Setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan foto polos
abdomen. Berdasarkan hasil di dapatkan tanda-tanda infeksi dan hasil foto polos
abdomen didapat dilatasi intestinal, air fluid level dan dikonsulkan terapi di ganti
infus D10 0,18ns 300 cc/24 jam, infus aminosteril 6% 100 cc/24jam, inj viccilin
seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar pada
tetapi dapat juga terlihat pada usia yang lebih tua. Pada anak gejala yang muncul
23
dan diare intermiten. Konstipasi yang terjadi sering disusul dengan diare yang
(>24jam ) dan didapatkan gejala obstruksi intestinal setelah hari kedua (distensi
abdominal,muntah,minum berkurang).
pemeriksaan penujang untuk mengetahui kondisi lumen usus besar, dalam hal ini
dapat dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan barium enema (colon in
patologis teerdapat pelebaran usus. Tampak daerah transisi antara kolon proksimal
yang melebar dan kolon distal yang sempit. daerah transisi ini dapat berupa
perubahan kaliber yang mendadak, bentuk corong atau bentuk terowongan. Pada
pasien dalam khasus ini, telah dilakukan pemeriksaan tersebut dan diperoleh hasil
colon in loop berupa tampak kontras mengisi seluruh kolon, tampak pelebaran
pada colon sigmoid dan rektum beradasarkan hasil radiologi. Dengan ini dapat
dan elektrolit, antibiotik bila terjadi enterokolitis. Selain itu juga dilakukan
24
penanganan khusus berupa tindakan bedah. Dilakukan kolostomi dan kemudian
25
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
ditegakkan secara dini dan ditangani secara tepat dapat menghasilkan prognosis
yang baik. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilihat dari anamesa, pemeriksaan
fisik, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis yang khas pada
penyakit hirschsprung lebih dari 90% khasus PH mekonium keluar setelah 24 jam
yang diikuti distensi abdomen serta obtipasi kronik yang merupakan manifestasi
Sedangkan untuk anak yang lebih besar mempunyai gejala klinis kesulitan
makan, distensI abdomen yang kronis dan ada riwayat konstipasi berulang serta
gagal tumbuh kembang. Pada beberapa bayi yang baru lahir atau yang lebih besar
dapat timbul diare yang menujukan adanya enterokolitis yang bila tidak ditangani
penyakit hirschsprung yang ditandai dengan demam , muntah berisi empedu, diare
yang menyemprot serta bau busuk, distensi abdominal, dehidrasi dan syok.
26
tanda-tanda obstruksi usus letak rendah (setinggi ileum terminalis atau lebih
rendah lagi). Foto barium enema dapat memperlihatkan gambaran segmen sempit,
pada penyakit hirschprung yang didapat adalah hiperaktivitas pada segmen yang
dilatasi, tidak didapati kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus
aganglionik, dan tidak di jumpai relaksasi sfingter interna setelah distensi rektum
keseimbangan cairan dan elektrolit, antibiotik bila terjadi enterokolitis. Selain itu
27
DAFTAR PUSTAKA
Bauke VL, Pringle KC, Ekwo EE. Anorectal Manometry for Exclusion of
Nutrition. 1985;4:596-603
page 453-468
Disease. 2009.:1;68-73
28
Leonidas J.C., Singh S.P., Slovis T.L. 2004. Chapter 4 Congenital
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Foto Penderita
30
C. Hasil Colon in Loop
31
32