PENDAHULUAN
patologi yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hepar. Penyakit ini
telah ditemukan sejak jaman Hipocrates. Abses hepar merupakan penyakit serius
dikelompokkan berdasarkan etiologi, yaitu abses hepar piogenik dan abses hepar
tinggal di daerah tropis dan subtropis. Angka mortalitas abses hepar masih tinggi
yaitu berkisar antara 10-40%. Insiden abses hepar jarang, berkisar antara 15-20
kasus per 100.000 populasi dan tiga per empat kasus abses hepardi negara maju
adalah abses hepar piogenik, sedangkan di negara yang sedang berkembang lebih
Untuk menegakkan diagnosis abses hepar ini selain pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologi. Modalitas radiologi yang dilakukan pada laporan kasus ini
Abses hepar 1
keakuratan yang lumayan tinggi tetapi sangat sulit untuk membedakan antara
abses hepar piogenik dengan amoebik, hal tersebut tidak mengurangi manfaat
ultrasonografi pada kasus abses hepar tertutama untuk negara berkembang seperti
Abses hepar 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepar merupakan organ intra abdomen terbesar. Organ ini dibungkus oleh
jaringan ikat, dan terletak pada kuadran kanan atas, yaitu didaerah hipokondriaka
2.web.britannica.com/eb- media/13/74313-00431BFAEEC.jpg)
visera yang berdekatan dan oleh karena itu bentuknya tidak teratur, permukaan ini
Hepar terdiri dari tiga lobus yaitu lobus kanan,lobus kiri dan lobus
kaudatus. Lobus kanan dengan kiri dipisahkan oleh vena hepatika media. Lobus
kanan terdiri dari segmen anterior dan posterior yang dipisahkan oleh vena
hepatika kanan. Lobus kiri terletak di epigastrium dan hipokondrium kiri, dan
Abses hepar 3
terdiri dari segmen medial dan lateral yang dipisahkan oleh vena hepatika kiri,
ligamentum teres dan fusiform. Lobus kaudatus merupakan lobus terkecil, terletak
di permukaan posterosuperior dan lobus kanan, dipisahkan dari lobus kiri oleh
ligamentum venosum.
membagi hepar menjadi 8 segmen, berdasarkan vena porta dan vena hepatika.
Tiga cabang utama dari vena hepatika membagi hepar secara vertikal dan oblik
serta garis yang melewati percabangan vena porta kanan dan kiri membagi hepar
secara transversal.
pada posisi yang unik dan mendapatkan perdarahan dari cabang utama dari vena
porta dan dari cabang kanan dan kiri. Terlebih lagi, drainase pada segmen 1 tidak
masuk ke dalam vena hepatika melainkan ke vena kava inferior. Lobus kanan dan
kiri dipisahkan oleh vena hepatika media dan vesika felea. Segmen posterior lobus
Abses hepar 4
kanan (6 dan 7) mendapat suplai darah dari cabang posterior vena porta kanan.
Segmen anterior (5 dan 8) mendapat suplai darah dari cabang anterior vena porta
menjadi cabang kanan kiri.Lobus kiri terbentuk mulai segmen 2 sampai 4. Vena
hepatika terletak di antara segmen. Vena hepatika sinistra membagi lobus kiri
hepar menjadi segmen lateral (2 dan 3) dan medial (4). Vena hepatika dekstra
Hepar merupakan suatu organ yang memiliki dua aliran darah, dimana
30% nya disuplai oleh arteri hepatika dan 70% dari vena porta. Arteri hepatika
venosa yang kaya akan hasil pencernaan yang telah diabsorbsi dari saluran cerna.
Arteri hepatika dan vena porta bercabangcabang paralel satu sama lain. Tumor-
tumor hepar pada umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri hepatika. Darah
arteri dan vena vena masuk ke vena centralis dari setiap lobulus hepar melalui
sinusoid hepar. Vena centralis mengalirkan darah ke vena hepatika kanan kiri, dan
patologi yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hepar. Kelainan
Abses hepar 5
tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang
supurasi didalam parenkim hepar. Penyakit ini sering timbul sebagai komplikasi
dari peradangan akut saluran empedu. Secara umum terdapat dua jenis abses
hepar berdasarkan jenis penyebabnya, yaitu: Abses hepar piogenik dan abses
hepar amoeba.
Abses hepar piogenik pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob gram
negatif dan anaerob, yang tersering adalah bakteri yang berasal dari flora normal
piogenik berkisar antara 0,006% - 2,2% dan jarang ditemukan pada anak, hanya 3
sirkulasi sistemik dan stasis empedu akibat obstruksi duktus bilier. Sumber
tersering penyebab terjadinya abses hepar piogenik adalah penyakit pada sistem
saluran bilier yaitu sebanyak 42,8%. Kolangitis akibat batu atau striktur
abses hepar. Kejadian yang paling sering adalah bakteremia vena portal dari
proses infeksi intra abdomen seperti abses apendiks dan abses akibattertelan
Abses hepar 6
benda asing. Pada 15-50% kasus abses piogenik tidak ditemukan fokus infeksi
yang jelas yang disebut dengan abses kriptogenik. Abses pada lobus kanan hepar
lebih sering bersifat kriptogenik, sedangkan abses pada lobus kiri hepar lebih
klinis seringkali tidak spesifik. Gambaran klasik abses hati piogenik adalah nyeri
perut terutama kuadran kanan atas (92%), demam yang naik turun disertai
menggigil (69%), penurunan berat badan (42%), muntah (43%), ikterus (21%) dan
nyeri dada saat batuk (51%). Pada 63% kasus, gejala klinis muncul selama kurang
dari dua minggu. Awitan abses soliter cenderung bertahap dan seringkali
penyebabnya lebih bisa diidentifikasi. Hepar teraba membesar dan nyeri bila
ditekan pada 24% kasus. Adanya hepatomegali disertai nyeri pada palpasi
merupakan tanda klinis yang paling dapat dipercaya. Beberapa pasien tidak
mengeluh nyeri perut kanan atas atau hepatomegali dan hanya terdapat demam
tanpa diketahui sebabnya. Ikterus hanya terjadi pada stadium akhir kecuali jika
ditemukan pada 66% pasien, sering disertai dengan anemia akibat infeksi kronis
dan peningkatan laju endap darah. Kadar alkali fosfatase biasanya meningkat,
polos dada dan abdomen memperlihatkan pembesaran hati, kadangkala tampak air
fluid level di dalam rongga abses dan diafragma kanan biasanya terangkat.
Abses hepar 7
ultrasonografi dan CT scan. Kedua teknik pencitraan ini dapat menentukanlokasi
cepat, noninvasif, cost effective, dan dapat juga digunakan sebagai pemandu
aspirasi abses untuk diagnostik dan terapi. Ultrasonografi dan CT scan juga dapat
dengan ultrasonografi atau CT scan hanya dilakukan jika pasien tidak memberi
respons yang baik secara klinis. Pada pemeriksaan USG tampak gambaran lesi
Gambar 3.(A). Pada abses hepar piogenik, tampak lesi hiperekoik, uniform
Tampak adanya gas di dalam abses pada lobus kanan hepar yang menggaburkan
Pada gambaran usg pada abses hepar biasanya bentuk bulat atau oval, tepi
Abses hepar 8
pula bervariasi , berupa lesi anekoik (50 %), hiperekoik (25%), hipoekoik (25%) ,
dapat dijumpai adanya fluid level atau debris, internal septa dan posterior acoustic
pada 86% kasus, hasil biakan steril ditemukan pada 14% kasus. Bakteri aerob
gram negatif ditemukan tumbuh pada 70% kasus dan yang paling sering adalah
Escherichia coli. Pemeriksaan biakan darah memberikan hasil positif pada 57%
kasus.
mikroabses sukar dinilai karena lesi terlalu kecil. Apabila mikroabses >10 mm
atau membentuk kluster sehingga tampak massa agak besar maka prakontras
kluster piogenik abses tampak sebagai masa low density berbatas suram. Pasca
Abses hepar 9
kontras fase arterial tampak gambaran khas berupa masa dengan rim enhancement
dimana hanya kapsul abses yang tebal yang menyengat. Bagian tengah abses
terlihat hipodens dengan banyak septa-septa halus yang juga menyengat, sehingga
abses akan semakin menonjol dan sekitar dinding abses tampak area yang
hipodens sebagai reaksi edema di sekitar abses. Sebagian kecil piogenik bersifat
bakteri gram negatif, bakteri anaerob dan Streptococcus, harus segera diberikan
biakan bakteri, yang kemudian dapat diganti sesuai dengan hasil biakan dan uji
resistensi. Terapi antibiotik diberikan selama 2-4 minggu tergantung dari jumlah
abses, respons klinis dan toksisitas antibiotik yang dipilih. Pada beberapa pasien,
pemberian antibiotik saja efektif untuk pengobatan abses yang berukuran kurang
dari 2 cm (mikroabses). Pada hampir semua pasien dengan abses hati lebih dari 3-
4cm memerlukan aspirasi perkutan atau drainase dengan kateter yang dipandu
Abses hepar 10
Drainase perkutan merupakan tata laksana utama pada abses hati piogenik,
baik soliter maupun multipel. Tindakan ini lebih aman dan sama efektifnya
drainase abses perkutan tidak berhasil atau ada indikasi lain yang membutuhkan
mencakup 10% dari populasi seluruh dunia dan 95% di antaranya adalah karier
abses hepar. Insiden abses hepar amuba dipengaruhi oleh keadaan nutrisi,
jalur fekal-oral dengan menelan minuman atau makan yang mengandung kista
Entamoeba histolytica.
trofozoit beragregasi di lapisan musin usus dan membentuk kista baru. Lisis dari
neutrofil berkumpul di
tempat infasi tersebut. Ulkus pada epitel kolon merupakan jalur amuba masuk ke
Abses hepar 11
keperitoneum, hati dan jaringan lain. Organ hati merupakan lokasi penyebaran
cabang kecil vena portal intrahepatik menyebabkan nekrosis dan lisis jaringan
hati. Diameter daerah nekrotik bervariasi dari beberapa milimeter sampai 10 cm.
Abses hepar amuba biasanya soliter dan 80% kasus terletak di lobus kanan. Abses
mengandung pus steril dan jaringan nekrotik hepar yang encer berwarna coklat
kemerahan (anchovy paste). Amuba pada umumnya terdapat pada daerah perifer
abses. Pasien dapat merasakan gejala sejak beberapa hari hingga beberapa minggu
sebelumnya. Nyeri perut kanan atas merupakan keluhan yang menonjol, pasien
tampak sakit berat, dan demam. Seeto dkk melaporkan bahwa gejala abses hepar
amuba secara umum bersifat nonspesifik, 72% pasien mengeluh demam dan nyeri
di perut kanan atas. Selain itu anoreksia ditemukan pada 39% kasus dan
penurunan berat badan pada 29% kasus. Pada pemeriksaan fisik, 83% kasus
dilaporkan demam dan 69% dengan hepatomegali yang disertai nyeri tekan.
anemia ringan, peningkatan alkali fosfatase dan kadar bilirubin. Uji fungsi hati
pada umumnya normal. Feses dapat mengandung kista, pada disentri ditemukan
trofozoit hematofagus. Kista positif pada feses hanya ditemukan pada 10-40%
atelektasis atau pleural efusi. Pada pemeriksaan USG, biasanya dijumpai lesi
soliter,hipoekoik homogen dengan fine internal echo,bentuk bulat atau oval, batas
Abses hepar 12
tegas, dengan lokasi lebih sering di perifer (subcapsuler).
Gambar 5. (A) Tampak gambaran abses amoeba dengan internal echo disertai
gambaran hallo hipoekoik. (B) Tampak gambaran abses hepar amoeba dengan
tetapi tak tampak adanya peningkatan vaskularisasi baik pada dinding ataupun
septa. Dapat pula ditemukan gambaran hallo yang hipoekoik maupun posterior
Abses hepar 13
Gambar 6; CT scan abses hepar amuba
prakontras tampak sebagai massa hipodens berbatas suram. Densitas cairan abses
berkisar 10-20 H.U. Pasca kontras tampak penyengatan pada dinding abses yang
tebal. Septa terlihat pada 30% kasus. Penyengatan dinding terlihat baik pada fase
porta.
histolytica telah banyak digunakan dan meningkat pada 90% pasien. Sensitivitas
IHA pada keadaan akut 70-80%, sedangkan pada masa konvalesen >90%.
Kekurangan IHA selain hasil tes diperoleh terlalu lama, hasilnya juga tetap positif
dan bukan infeksi yang akut. Saat ini IHA telah digantikan oleh EIA yang dapat
Uji serologis ini relatif lebihsederhana, mudah dilakukan, cepat, stabil dan
murah harganya serta memiliki sensitivitas 99% dan spesifisitas > 90%. Titer
positif dapat bertahan beberapa bulan hingga tahunan setelah sembuh sehingga di
merupakan terapi pilihan. Sembilan puluh lima persen abses amuba tanpa
Abses hepar 14
komplikasi membaik dengan pemberian metronidazol saja. Gejala klinis biasanya
90% kasus. Dosis perlu diperhatikan, karena metronidazol yang lebih rendah
sebagai pilihan utama untuk mengurangi ukuran abses. Salah satu dari
tindakantersebut dilakukan jika hasil serologis negatif pada abses berukuran besar
(>3-4 cm), tidak memberi respons terhadap terapi antiamuba setelah 4-5 hari atau
peritonitis amuba atau jika pasien tidak berrespons terhadap obat walaupun sudah
1. Kista Hepar
2- 7%. Sering ditemukan pada wanita kira kira 40% kasus dapat
disertai multiple kista hepar. Patognomonik pada kista hepar lesi yang
Abses hepar 15
pemeriksaan USG tampak gambaran anekoik, bentuk bulat yang ditandai
2. Metastasis Hepar
ditemukan lesi dengan berbagai tipe dapat berupa lesi dengan gambaran
solid, batas tidak tegas. Kadang dapat dijumpai lesi besar dengan nekrotik
Abses hepar 16
didalamnya, biasanya pada kasus- kasus metastasis setelah terapi
kemoraterapi.
Gambar 8. (A). Tampak lesi anechoic, lobulated, batas tegas pada lobus
sekitar vena porta, pada penderita dengan carcinoma colon. (Diambil dari
3. Kista Echinococcus
terinfeksi oleh cacing ini, dan kemudian siklus ini sampai ke manusia
Abses hepar 17
dan asimptomatik. Pada USG, kista ini biasanya memiliki dua lapisan
dinding berupa kapsul dengan dinding yang tebal, yang mungkin terpisah.
Abses hepar 18
BAB III
LAPORAN KASUS
2.4 Kasus
bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengeluh nyeri di perut kanan
atas sampai dada samping kanandisertai mual, muntah, nafsu makan menurun,
batuk dan demam. Pasien memeriksakan diri ke dokter dan diberi obat, keluhan
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit keluhan nyeri perut kanan atas
pemeriksaan USG dengan hasil suspek abses hepar. Keluhan berkurang tetapi
masih dirasakan nyeri di perut kanan atas sampai dada samping kanan, kemudian
fisik , didapatkan keadaan umum baik dengan status gizi yang cukup. Tekanan
darah terukur 100/80 mmHg, nadi terukur 90 x/menit, pernafasan 25 x/menit, dan
suhu 37,8C. Pemeriksaan kepala, leher, dada, dan ekstremitas tidak didapatkan
27,2% ; AT 389 x 103/ul ; SGOT 13 U/I ; SGPT 12 U/I ; Alb 2,26 g/L ; D bil 0,23
Abses hepar 19
mg/dL ; T bil 0,41 mg/dL; Hbs Ag (-) ; AFP 1,52 ng/ml ; PTT 13 (14) ; APTT
32,5 (32,4) ; INR 0,93 . Pemeriksaan tinja didapatkan hasil amoeba (-).
observasi hepatomegali dengan suspek abses hepar dan pasien diberikan terapi
didapatkan kelainan berupa pembesaran hepar (terukur 15,92 cm) dengan lesi
anechoic di lobus kanan hepar, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal
echo (+), ukuran 10,04 cm x 12,53 cm x 9,85 cm (volume 639,88 ml), posterior
enhancement (+), pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi. Sistema
bilier dan vakuler intra hepatal tak prominent. Pemeriksaan USG tersebut
Abses hepar 20
Gambar 10. pembesaran hepar (terukur 15,92 cm) dengan lesi anechoic di
lobus kanan hepar, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal echo (+),
enhancement (+), pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi, tak
pus, karena pasien kesakitan hebat maka pungsi tidak dilanjutkan pada hari
Gram negatif basil (+) , epitel (+) dan Leukosit (+), sehingga pasien tegak
September 2013 yang berhasil mengeluarkan 530 cc pus. Terapi yang sama tetap
Abses hepar 21
diberikan dan satu minggu setelah pungsi kedua keluhan pasien sangat berkurang
Abses hepar 22
BAB IV
PEMBAHASAN
Abses hepar 23
Pasien laki-laki dengan usia mendekati 50 tahun dengan gejala klinis pada
pasien sangatlah khas mengarah pada suatu abses hepar, dimana terdapat keluhan
nyeri perut regio kuadran kanan atas, demam, malaise, anoreksia, penurunan
berat badan, batuk, nyeri dada pleuritik. Hampir semua keluhan pada abses hepar
pyogenik terdapat pada abses hepar amoebik, kecuali keluhan nyeri dada dan
batuk.
Abses hepar 24
Pemeriksaan fisik pada pasien abses hepar baik pyogenik maupun amoebik
didapatkan pembesaran hati, hal ini juga terdapat pada pasien ini. Tanda ikterik
kadang juga didapatkan, tetapi biasanya pada fase lanjut, pada pasien ini tidak
didaptkan tanda-tanda ikterik. Ikterik pada abses hepar pyogenik terjadi jika
terdapat kolangitis supuratif, sedangkan pada abses hepar amoebik jarang terjadi.
menurun, serta lekosit yang meningkat, tetapi tidak didapatkan kelainan pada
fungsi hati maupun bilirubin. Pemeriksaan faeces tidak didapatkan amoeba. Hasil
laboratorium darah pada pasien ini mempunyai kesesuaian yang mengarah pada
hambatan dalam membedakan abses hepar pyogenik dengan amoebik, hal ini
dikarenakan gambaran pada kedua jenis abses tersebut relatif sama. Hal yang
sama juga terjadi pada hasil pemeriksaan ultrasonografi pada pasien ini, meskipun
demikian setelah kita telaah lebih jauh ternyata masih terdapat sedikit perbedaan
Abses hepar 25
Hasil pemeriksaan pada pasien ini yaitu di dapatkan pembesaran hepar
dengan lesi anechoic di lobus kanan hepar segmen batas tegas , bentuk bulat,
dinding licin, internal echo (+), posterior enhancement (+), pada CFM tampak
sedikit vaskularisasi pada perilesi. Sistema bilier dan vakuler intra hepatal tak
yang lebih spesifik, reverberation artefak, internal septa, dan halo hipoechoic. Lesi
yang terdapat pada pasien ini mulai terjadi nekrosis dan liquefaksi abses yang
Abses hepar 26
menyebakan gambaran intralesi yang mulai inhomogen sehingga terlihat suatu
echogenic debris di dalam lesi, kadang bisa didapatkan gambaran septa pada
beberapa penelitian. Kejadian ini berbeda dengan abses hepar amoebic dimana
abses. Letak lesi pada abses hepar juga dapat sebagai penentu perbedaan diantara
kedua jenis abses, dari gambaran ultrasonografi pasien ini bisa kita lihat bahwa
letak abses tidak tepat berada di sub capsuler , tetapi masih berada di parenkim
hepar yang merupakan salah satu ciri dari abses hepar pyogenik.
gambaran CFM tampak pada dinding lesi, sedangkan pada intralesi tidak
ultrasonografi pasien ini. Jumlah lesi, batas/tepi dan ukuran sulit dijadikan
pembedan antara kedua abses tersebut, meskipun pada abses pyogenic cenderung
multiple dengan batas yang lebih tegas. Bentuk lesi yang cenderung bulat pada
hasil pemeriksaan ultrasonografi merupakan salah satu ciri pada amoebic abses,
meskipun begitu pada beberapa literatur pyogenik abses dapat mempunyai bentuk
yang bulat. Akhirnya dari data-data ultrasonografi yang telah dilakukan dapat kita
tarik kesimpulan bahwa dari gambaran ultrasonografi mengarah pada abses hepar
Abses hepar 27
pemeriksaan kultur dari aspirasi abses berupa cairan yang purulen. Hasil kultur
Abses hepar 28
BAB V
PENUTUP
2.6 Kesimpulan
hepar dengan lesi anechoic di lobus kanan hepar dengan letak tidak di sub
capsuler, batas tegas , bentuk bulat, dinding licin, internal echo inhomogen,
posterior enhancement kuat, pada CFM tampak sedikit vaskularisasi pada perilesi,
Abses hepar 29
DAFTAR PUSTAKA
2. Chu KM, Fan ST, Lai ECS, Lo CM, Wong J. Pyogenic Liver Abscess. Arch
3. Ong E, Espat NJ, Helton WS. Hepatic Abscess. Curr Treatment Opt Infect Dis.
2003 ; 5:393-406
6. Stain SC, Yellin AE, Donovan AJ, Brien HW. Pyogenic Liver Abscess Modern
7. Halvorsen RA, Foster WL, Wilkinson RH, Silverman PM, Thompson WM.
Radiol. 1988;13(2):135-41
Germany.July 1992.244-75.
Abses hepar 30
9. Grainger RG,Alison DJ, adam.A, Dixon AK..Diagnostic Radiology A Texbook
2003 : 737-86
11. Haaga JR,Lanzieri G, Gilkeson RC. CT and MRI of the Whole Body. Volume
13. Sudoyo, Aru. W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV.
14. Sjamsuhidayat, R., Jong, Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2005
15. Brook I, Fraizer EH. Role of Anaerobic Bacteria Inliver Abscess in Children.
16. Prianti Y, Bisanto J, Firman K. Abses Hati Pada Anak. Sari Pediatri, vol 7 No
17. Kelly DA,. Diseases of The Liver and Biliary System in Children. London:
Abses hepar 31
18. Perez JAP, Gonzalez JJ, Baldonedo RF, Sanz L, Carreiio G, Junco A, et al.
Clinical course, treatment, and multivariate analysis of risk factors for pyogenic
Amebic and Pyogenic Liver Abcesses : A Blinded Comparison. AJR. 1987 ; 149 :
499-501
23. Mc Kaigney C. Hepatic Abscess : Case Report and Review. Western Journal
24. Gupta M, Kesarwala H, Gaur S. Amebic liver abscess in a child. Clin Pediatr
1996; 3:155-6
Abses hepar 32