Anda di halaman 1dari 179

ATRESIA

ATRESIA ESOPHAGUS
Embriologi tersering: usia minggu ke 6-8

Klasifikasi Gross
A: no fistel (long gap)
B: Proximal TEF
C: Distal TEF  85%
D: Proximal + distal TEF
E: TEF (tipe H)  komplikasi tersering adalah pneumonia
F: stenosis

Diagnosa
Klinis
 Hipersalivasi
 Abdomen scaphoid

Radiologi
 Babygram  NGT tampak pada C7-Th12  tidak sampai ke gaster
 Bronchoscopy  untuk melihat ada/tidaknya TEF

Tatalaksana
Awal: cegah aspirasi, operasi dapat dilakukan saat usia 6 tahun
 Gastrostomy + esophagostomy
 Thoracostomy posterior approach  pada fistel (+)
 Gastric pull up  pada long gap (tipe A)
 Transposisi kolon

AKALASIA
Disfungsi dari Lower Esophageal Sphincter (LES) untuk membuka karena
degeneratif dari plexus aurbach.

Diagnosa
Klinis
 Sulit menelan
 Regurgitasi
 Rasa penuh pada substernal
 Odynophagia

Radiologi
 Esofagografi (OMD)  bird beak like
 Manometri (Gold standard)   LES saat relaksasi

Diagnosa banding
 Hiatal hernia
 HPS
 GERD
Tatalaksana
 Konservatif
o Relaxan (nitrogliserin)
o Pneumatic dilatation
 Operatif
o Heller Cardiomyotomy (myotomy 5cm dari LES ke 2 cm proximal
gaster) + Funduplikasi

HPS
Hipertrofi Mukosa Pilori

Diagnosa
Cardinal sign
 Non fecal vomitus (jernih)
 Gastriv wave
 Hipoklornemia
 Hipokalemia
 Asidosis
 Olive sign
 Usia 12 hari

Radiologi
 OMD
o Caterpillar sign
o String sign
o Shoulder sign
o Umbrella sign
 USG  tebal pylorus >4mm dengan diameter lumen 14 mm atau panjang
saluran 16mm
 X-ray  single bubble

Tatalaksana
Ramsted Piloromiotomy

ATRESIA PILORY
Klasifikasi (3 tipe):
I = tipe membrane
II = solid cord/fibrotic
III = Gap pillory-duodenum

Diagnosa
Klinis
 Distensi epigastrium
 Muntah jernih non bilious

Radilogi
Single bubble
Diagnosa banding
 Atresia duodenum proximal
 HPS
 Malrotasi + midgut volvulus
 Gastric volvulus

Tatalaksana
 Tipe I  piloroplasty
 Tipe II
o Piloroplasty
o Bilroth I
 Tipe III  sama dengan tipe II

ATRESIA DUODENUM
Kegagalan rekanalisasi/vakuolisasi pada masa embrio

Klasifikasi Asetraf (3 tipe)


I = tipe membran/wind sock type
II = tipe obliterasi (jaringan ikat)
III = Komplit separasi/putus

Diagnosa
Klinis
 Muntah bilious/keruh/hijau  regurgitasi
 Distensi epigastrium
 Meconium kering
 Residu NGT >20cc

Radiologi
Babygram  double bubble

Tatalaksana
 Duodeno-duodenostomy
 Duodeno-jejunostomy

ATRESIA JEJUNO-ILEAL
Lesi vaskular local (a. mesentrika)

Klasifikasi Grossfeld (4 tipe)


I = tipe membran
II = Obliterasi/jaringan ikat
III A = Separated “V type”
B = apple peel/Christmas tree
IV = Multiple atresia

Diagnosa
Klinis
 Muntah bilious
 Distensi
 Mekonium kering/dempul

Radiologi
 Babygram  multiple bubble
 Barium enema  mikrokolon, menyingkirkan DD/ Hirschsprung, meconium
ileus dan untuk melihat malrotasi

Tatalaksana
 Tipe I, II, IIIA  reseksi anastomosis, bishop koop, santoli
 Tipe IIIB – IV  reseksi, plikasi

MEKONIUM ILEUS
Sumbatan akibat meconium yang lengket, biasanya berhubungan dengan fibrotic
kistik

Diagnosa
Klinis
 Muntah bilious
 Distensi
 Peristaltik 

Radiologi
 Babygram  Groung glass, Soap bubble, Kalsifikasi (mekonium peritonitis)
 Barium enema  dapat untuk diagnostik, menyingkirkan diagnosa banding,
maupun terapeutik  mekonium menjadi encer

Laboratorium
Sweat test  kadar klorida pada keringat
Tatalaksana
 NOM  kontras enema
 Operatif  irigasi + enterostomy (santoli/bishop koop)

TEMPAT-TEMPAT PENYEMPITAN ESOFAGUS


1. UES (upper Esophageal Sphincter)
2. Aorta notch
3. Persilangan cabang bronchus kiri
4. LES (Lower Esophageal Sphincter)]

ATRESIA ANI
Embriologi saluran cerna
 Foregut (esophagus – duodenum)
 Midgut (duodenum – Kolon transversum)
 Hindgut (1/3 distal kolon transversum – anus)

Etiopatologi
Kegagalan penurunan septum anorektal pada masa embrional (minggu ke-8)

Embrionik
 Sel-sel primitif  minggu ke 4
 Term  minggu ke 6-8
 Pemisahan septum  minggu ke 8

Klasifikasi (PENA)
 Letak
o Tinggi: jarak rektoanokutan >1cm  kolostomi  8 minggu kemudian
PSARP
o Rendah: jarak rektoanokutan <1cm  minimal PSARP
 Jenis kelamin
o Laki-laki
 Tanpa fistel
 Rektovesika fistel
 Rektouretra fistel
 Perianal fistel
o Perempuan
 Tanpa fistel
 Rektovestibular
 Rektovaginal
 Rektoperianal
 Kloaka

Diagnosa
Klinis (PF)
 Anal dimple  pada letak rendah (+)
 Bucket handle  pada letak rendah (+)
 Mekonium di urin (bila terdapat fistel)
 Fistel

Radiologi
 Babygram  melihat kelainan kongenital lain (VACTREL)
 Knee chest position (Invertogram)
o Letak tinggi  >1cm
o Letak rendah  <1cm

Tatalaksana
Catatan:
 Rektovestibula kolostomi dilakukan pada usia 3 bulan  konsistensi feses
sudah lebih padat sehingga membuat fistel tidak adekuat
 Tindakan Minimal PSARP tidak melewati anal dimple, caranya:
1. Buat marker di arah jam 1, 5, 7, dan 11
2. Insisi anal dimple sampai dengan punctum rectum
3. Klem mukosa rectum di jam 3, 6, 9, dan 12 (teugel)
4. Jahit mukosa ke kulit dengan water tight

KELAINAN KONGENITAL UMBILIKAL


OMPHALOCELE
Defek di umbilical ring oleh karena gagalnya migrasi embrionik fold kranial,
kaudal, dan lateral.
Embriolog: usia minggu ke 4-12

Diagnosa
 Defek >4cm
 Viscera dibungkus selaput amnion dan peritoneum dan northon jelly
 Umbilical cord (+) on top

Etiologi
 Infeksi
 Obta-obatan
 Merokok
 Defisiensi B6
 HIpoksia
 Genetik

Kelainan penyerta
 Beckwith Weiderman
 OEIS
 Gershoni
 Donai barrou
 Prunebelly
 Pentalogy Cantrell

Tatalaksana
 Konservatif (Defek besar)  kantung diolesi iodine povidon dan ditutup
dengan silobag agar terjadi epitelialisasi
 Primer closure, syaratnya:
o Ukuran defek kecil (kurang dari sama dengan 5 cm)
o Tidak ada keluhan penyerta
o Staged closure  mencegah komplikasi ACS
Skin flap  Silobag  Sequel sac ligase

GASTROSCHIZIS
Defek paraumbilical oleh karena lesi vaskular (v. umbilical dextra)

Diagnosa
 Defek <4cm
 Tidak ada sac
 Umbilical cord (+) normal

Kelainan penyerta (-)

Etiologi
Gagal berkembangnya coelom umbilicus akibat lesi vaskular = dinding kanan
lemah.

Tatalaksana
 Pre op:
o Iv line untuk menjaga trias stabilitas:
 Air dan elektrolit  175cc/kgBB/24jam
 Asam basa
 Suhu
o Viscera ditutup dengan kassa + NaCl + antiseptic
o Antibiotik
o OGT/NGT  dekompresi atas-bawah
 Repair rerlaparatomy
o Primer closure <20menit  jangan oedem
o Stage closure >20menit (sudah oedem)  Skin + silobag

GRANULOMA UMBILIKAL
Defek granulasi 1-10mm

Terapi
 Albothyl
 Eksisi

INFEKSI UMBILIKUS (OMFALITIS)


Keluar cairan purulent dari umbilicus diserta inflamasi, hiperemis, dan
leukositosis  Fascitis Nekrotikan

PATENT OMPHALOMESENTRIK DUET REMNANT (POMDR)


Sisa duktus omphalomesentrikus  dapat keluar feses dari umblikus

Variasi
 Sinus
 Kista
 Sisa mukosa
 Kongenital band

Tatalaksana
Minilaparatomi semilinear insisi  cari dasar
 <2cm  insisi lagi
 >2cm  laparatomi reseksi

URACHUS
Sisa duktus urach, dapat berupa:
 Kista
 Sinus
 Urachus persistent (keluar urin dari umbilicus)

Diagnosa
 Fistulografi
 CT-Scan
 MRI

Tatalaksana  eksplorasi
 Infeksi  drain
 Kista  eksisi
HERNIA UMBILIKAL
Kelemahan dasar umbilical oleh karena lemah fascia Richter. Tidak ada jaringan
tali pusat

Tatalaksana
 Small ring <1cm  close spontan, tidak perlu op/NOM
 Large ring >1,5cm dan menetap sampai dengan usia 5 tahun  operasi

UMBILICAL CORD HERNIA/OMPHALOCELE


Merupakan defek peritoneum dan fascia + sac amnion. Ukurannya kecil, defek
<4cm.

Tatalaksana  Primer Closure

HIRSCHSPRUNG DISEASE (HD)


Definisi: Kelainan kongenital aganglionic usus (defisiensi plexus Aurbach dan
Meissner) dari sphincter ani internal ke proximal setidaknya rectosigmoid
(Meissner  submukosa, Aurbach  muskularis propia)

Etiologi
 Inkomplit
 Migrasi sel crest pada neuroenterik sistem
 Hostile environment terapi

Klasifikasi
 Rektosigmoid  75%
 Midtranversum (long segment)  17%
 Total kolon aganglionik  8%
 Total kolon + Intestinal 1/3 distal  jarang
 Ultra short  jarang

Diagnosa
Klinis
 Neonatus
o Trias HD
 Fekal vomitus
 Distensi
 Meconium late >24jam  42%
 Anak-anak/Dewasa
o Gangguan defekasi
o Riwayat luxant
o Enterokolitis
o Malnutrisi (failure to thrive)

PF
 Dam contour
 Dam steifung
 Bising usus 
 RT  feses menyemprot

Radiologi
 Abdominal X-ray (babygram)
o Udara ke rectum (+)
o Dilatasi usus
o Air fluid level
o Diameter kolon >6.5cm
 Barium enema  tekniknya: Posisi pasien tengkurap kemudian water
soluble dimasukkan dengan C-arm melalui kateter no8 tidak lewat 2cm
(akan melewati zona aganglionik), lalu miringkan sampai terlihat zona
transisi  watersoluble di stop  kateter dilepas dan difoto ulang pasca
evakuasi
o Zona dilatasi (ganglionik)  abrupt
o Zona transisi (kerucut)  cone
o Zona sempit (aganglionik)  Funel
o Reverse rektosigmoid index  sigmoid > rektum
o Ireguler mukosa pada aganglionik  enterokolitis
o Retensi barium 24-48 jam  khas pada HD

Biopsi
 Full rectal thickness 0.5-1cm diatas dentate line
 Suction biopsi (noolet) di submukoa 2,3,5 cm dari anorektal verge
 VC

Elektromagnet
 Elektroda ke atas (kontraksi)  (+)
 Elektroda ke bawah (relaksasi)  (-)

Pewarnaan Histokimia asetilkolinesterase

Imunohistokimia S102

Diagnosa banding
 Atresia ileum
 Mekonium plak
 Atresia rektal
 NEC
 Small left colon
 Obstipasi psikogenik

Tatalaksana (pullthrough)
 Sementara
o Wash out 2x sehari (20cc/kgBB/x washout)
o Kolostomi
 Neonatus usia 2 bulan (definitf)  maturitas ganglion (+)
 Kontraindikasi pullthrough
 Anak terlambat didiagnosa  >>dilatasi usus
 Enterokolitis dan KU buruk
 Zona transisi tidak jelas
 Penyakit mengancam nyawa
 Dekompresi tidak adekuat
 Definitif
o Duhamel (retrorectal pullthrough)
o Soave (endorectal pullthrough)
o TEPT  3-5 hari PBJ  14 hari anal dilatasi  Businasi selama 6 bulan
(cincinati)
Bulan I: 1x1
Bulan II: selang 1 hari
Bulan III: selang 2 hari
Bulan IV: 2x seminggu
Bulan V: 1x seminggu
Bulan VI: 1x sebulan
o Swenson (preservasi rectum distal, rektoanal)
o Rehbein (seperti LAR)

Komplikasi pullthrough
 Early: obtruksi, ILO
 Late: konstipasi, inkontinensia, enterokolitis, striktur

HAEC
Sindroma  Diare (69%), muntah (51%), distensi, demam (34%), kolik, feses
darah dan bau, letargi (27%)

Diagnosa
Klinis  mirip dengan pasien HD

Radiologi  babygram
 Saw tooth (gergaji)
 Dilated bowel
 Penumatosis (udara di dinding usus)

Terapi
 Kasus ringan: antibiotik broad spectrum oral
 Kasus berat: antibiotik broad spectrum iv
 Pencegahan:
o Washout pre dan pasca op rutin
o Diet tinggi serat

Menurut Grossfeld, HD + atresia ani 3,4%

PERIPHERAL VASCULAR DISEASE


ARTERI
Definisi: penurunan perfusi pada ekstremitas yang mengancam viabilitas
ekstremitas
Etiologi
 Penyempitan lumen
 Thrombus
 Emboli
 Atherosclerosis  buerger’s, CVI, ALI
 Structural change  trauma, diseksi
 Spasme vascular (reynoud)

Faktor resiko
 Usia tua (70 tahun)
 DM
 Hipertensi
 Hiperkolesterolemia
 Riwayat klaudicatio
 Nadi abnormal pada ekstremitas
 Hiperlipidemia
 Rokok

Diagnosis
Anamnesis
 Pain (claudication)
 Ulcer
 Blackish limb colour

Klinis  Dry ulcus


 Bone: deformitas
 Muscle: mengecil
 Vena: kolaps
 Kulit: mengkilat, rambut rontok, dry ulcus, lemak subkutan , perubahan
warna

Laboratorium
 KGDS
 Urin dan darah rutin
 Lipid profile
 Ur/Cr
 Coagulation profile (bleeding time dan cloting time)
Nilai normal PT: 12-16”, APTT: 23-36”, INR: 0.9-1.2”, D-dimer <300ng/ml

Pemeriksaan penunjang lainnya


 Non-invasif
o USG Doppler
o Duplex USG imaging
 Grayscale B mode  anatomi pembuluh darah
 Color flow
 Pulse
o Hand held Doppler (tes ABI)
 Invasif
o Kateter angiografi
o CT-angiografi
o MR-angiografi
o Digital subtraction angiografi  gold standard

Tes inspeksi:
 Buerger postural tes
Posisi supine -> elevasi kaki 30o selama 2 menit  pucat  severe iskemik
 Capillary refilling
Pasien duduk, kaki terjuntai  20-30 detik belum merah  severe iskemik
 Venous refilling
Dari posisi tes buerger lalu kai diturunkan  vena >4-5 detik baru refill 
severe iskemik

Tes ABI  Normal >1.0


Sistolik ankle
Sistolik brachii
0.8-0.9  mild
0.41-0.8  moderate
<0.41  severe

Pemeriksaan fisik lainnya


 Bandingkan temparatur kedua kaki
 Gangrene (nilai lokasi, sensasi, nyeri)
 Pulsasi (Femur, popliteal, a.tibia posterior dan anterior)
 Venous refilling (Harvey sign)
2 jari telunjuk di atas vena  urut menjauh proximal ke distal  lepas distal
 lambat terisi  iskemik
 Capillary refilling
Tekan kuku/nail bed 2-3 detik  lepaskan  >2 detik  iskemik

Boyd Klasifikasi klaudikasio


Grade I = nyeri dan hilang saat istirahat
Grade II = nyeri dan berkurang dengan istirahat  pincang
Grade III = nyeri meskipun saat istirahat

Wagner ulcus classification


I = superficial ulcer
II = deep ulcer tanpa abses/osteomyelitis
III = deep ulcer + abses
IV = gangrene
V = ekstensi gangrene

Terapi
 Konservatif  hentikan rokok, control DM/gula darah, HT dan heart disease
diobati, control hyperlipidemia
 Medikal
oPentoxiphilin 400mg 2x1
oCilostazol 100mg 2x1 (vasodilator)
oAnalgetik (diklofenak)
oAspirin 1x80mg (anti-trombotik)
oProstaglandin
oAnti-koagulan (heparinisasi)
3-5IU/kgBB/jam selama 3 hari dengan syringe pump (1cc = 5000IU)
 Surgical
o Endovascular
 Angioplasty  optimal pada suprainguinal dan kasus stenosis
 Trombektomi
o Open
 Suprainguinal
 Aortobifemoral bypass
 Femoro-femoral bypass
 Infrainguinal
 Femoro-poplitea bypass
 Femoro-tibial bypass

Indikasi operasi
 Intermitten claudication
 Critical limb ischemic

AU Critical limb ischemic


Onset 7 hari Onset >7 hari
Klinis 6 P Klinis 6 P
Intermitten Claudicatio Gangrene/death limb
Tindakan: limb saving Tindakan: life saving

REYNAUD DISEASE
Type

Disease Phenomenon

Komorbid Vasokonstriktor
idiopatik Stress suhu
penyakit lain (β-blocker)

Etiologi: hiperaktivitas saraf simpatis  kontriksi  hipoksia  iskemik

Diagnosis
Klinis
Perubahan warna pada akral (jari, telinga, dan hidung)
Putih  iskemik, biru  sianosis, merah  kontriksi

Terapi
 Konservatif  Ca-channel blocker (nifedipin, nitrogliserin)
 Operatif
o Digital simpatotectomy
o Laser terapi CVCA

Fontaine staging
I = asimptomatik
II = Intermitten claudication
III = iskemik, pain at rest
IV = ulceration or gangrene

Tindakan
 Stage I, II  imaging  revaskularisasi elektif  heparinisasi/trombektomi
 Stage IIb  imaging (bila tidak ada gawat darurat)  revaskularisasi
emergensi
 Stage III, IV  amputasi

BUERGER DISEASE
Definisi: segmental oklusi arteri perifer distal ekstremitas

Etiologi: perokok (2 bungkus)

Diagnosa
Klinis
 Shinoyaclas
o Perokok
o Usia <50tahun
o Oklusi infrapoplitea
o Tidak ada sebab lain dari atherosklerotik
 Nyeri bertahap
 Sianosis
 Nekrotik
 Perabaan dingin
 Klaudikasio intermitten
 Capillary test dan vena refilling test (+)

Radiologi
 CT-angiografi/MRI
 Arterografi (curiga emboli paru)

Terapi
 Vasodilator/prostaglandin
 Operasi
o Simpatectomy ( arterial pressure)
o Bypass graft (untuk daerah proximal)

VENA
CHRONIC VENA DISEASE
Klasifikasi
Clinical (0-6): no sign, telangiektasis, varises, leg edema, skin change (pigmen),
ulcus healing, active ulcus

Etiologi: kongenital, primer, sekunder

Anatomi:
 Superficial vein (great magna)
 Perforator (v. perforator)
 Deep vein (v.saphena prava/short saphena)

Patofisiologi:
 Refluks (insufisiensi valve)
 Obtruksi (thrombus)
 Refluks + obstruksi

Diagnosa
1. Primer atau sekunder?
2. Mengenai saphena magna atau spahena prava?
3. Mengenai safenofemoral atau popliteal inkompeten?
4. Mengenai perforator?
5. Klasifikasi klinis?
6. Dengan atau tanpak komplikasi?
Tes untuk diagnostik
 Safenofemoral inkompeten (superfisial)
o Trendelenburg I
o Morrisey cought impulse
 Perforator inkompeten
o Trendelenburg II
o Torniquet tes
o Pratt tes
o Fegon tes
 Deep Vein
o Perfleks tes
o Honen sign
o Moses sign

Terapi
 Telengeaktasis  skleroterapi
 Vena berikosa (diameter 3mm)
o Stripping
o Phlebektomi
 Leg edema  stocking compress
 Skin change  vaselin
 Ulcus healing  vaselin
 Ulcus aktif  debridement

CHRONIC VENA INSUFISIENSI


Definisi: disfungsi katup vena dan gangguan aliran balik

Etiologi
 Kongenital (avalve, malformasi)
 Primer (insufisiensi, elongasi, redundant)
 Sekunder (thrombus)

Faktor resiko
Lama berdiri, rokok, trauma, AV shunt, herediter, hamil ,ascites

Diagnosa
 CEAP
 Tes CVD
 Pemeriksaan penunjang
o Non-invasif
 USG Doppler
 Duplex USG  probe diletakkan di safenofemoral joint mid tight dan
safenopoplitea  (+) bila ditekan betisnya terdengar suara
(audible)
o Invasif
 Venografi (+) bila terdapat filling defek, oklusi, kolateral, disfungsi
vena
Terapi
 Skleroterapi: indikasi  varises kecil, rekuren, telangiektasis <0.5mm,
kosmetik
o Sodium tetradexyl 3% + Etamolamid maleat 5%
o Stocking compress 3-6 minggu post skleroterapi
 Operasi: indikasi  kosmetik, ulkus, gejala simptomatis
 Ulkus vena (bissgard metode)
o Debridement + topikal antibiotic bila infeksi
o Istirahat dengan kaki elevasi
o Stocking kompres 30-40minggu
o Mobilisasi jinjit sampai dengan granulasi
 Obtruksi  thrombectomy + stripping/phlebectomy hook (superficial vein)
 Insufisiensi  valve repair
 Endovascular
o SEPS (subfasial endoperforator surgery)
o EVLA (endovenous Laser Ablasi)

DEEP VEIN THROMBOSIS (DVT)


Definisi: dijumpai thrombus dalam vena

Etiologi (Virchord Triad)


 Vena statis
 Hiperkoagulasi
 Rusak dinding vena

Diagnosa
Klinis  Classic Homar Sign
 Edema
 Nyeri dorsoflexi
 Distensi vena

Laboratorium
D-dimer tes  parameter thrombosis aktif

Radiologi
 USG Doppler
 Venografi

Terapi
 Konservatif  heparinisasi 5 hari kemudian monitor dengan cek APTT
 Operasi
o Palma operation  femoro-femoral graft
o May-Husein  popliteal-safena magna graft
 Endovascular  SEPS & EVLA

TRAUMA VASKULAR
Jenis trauma vascular
 Komplit transeksi
 Partial rupture
 Trombosis akibat kontusio
 Spasme vaskular akibat trauma

Etiologi
 Gunshot  70-80%
 Stab wound  5-10%
 Blunt trauma  5-10%
 Iatrogenik  5%

Diagnosa

Klinis

Hard sign Soft Sign

 Pulsatil bleed  Hipotensi/shock


 Pulsatil hematom/expanding  Defisit neurologi (nerve injury
hematom pada daerah pembuluh darah
 Pulseness utama)
 Bruit/thrill pada AV fistula  Hematom tidak expand
 6P  Cedera pada daerah proximal
pembuluh darah utama
 Riwayat perdarahan aktif
(subjektif)

Pemeriksaan Penunjang
 Pulse Oxymetri
 ABI tes
 Radiologi
 USG Doppler
o Tunika intima tear
o Thrombosis
o Pseudoaneurisma
o AV fistula
 USG Duplex
 CT-angiografi  Gold standard

Derajat Shock
Volume Akral Urin Kesadaran Nadi Tekanan
(ml) (x/mnt) darah
I <750 Normal 1cc/kgBB normal <100 Normal
II 750-1500 Sedang 0.5ccc/KgBB  100-120 Normal
III 1500-2000   delirium 120-140 
IV >2000  (-) koma >140 

Manajemen
 Hemorrhage control
Direct pressure site injury
Pasang kateter untuk hentikan perdarahan (pada luka tusuk dalam dan luka
tembak)
Jika mungkin, saat operasi pasang balloon ke bagian proximal trauma

 Resusitasi cairan untuk control perdarahan


o Resusitasi minimal (jangan aggresif)
 TD akan menyebabkan lepasnya clot yang sudah terbentuk
Maintanance sistolik pada batas perfusi ke otak baik (jangan terlalu
tinggi)
o Resusitasi setelah terkontrol
Aggresif untuk kembalikan volume sirkulasi
Cairan hangat (kristaloid, darah, dan FFP) untuk mencegah asidosis,
hipotermia, dan koagulopati

 Operatif Strategi
o Laserasi  suturing
o Avulsi/losis  vein patch
o Transeksi
 End to end suture
 Side to side suture
 End to side suture
o Graft
o Contusio-trombosis
 Trombektomi
 Graft
o Damage control surgery
Ligasi eksternal a.iliaca (efek samping  critical limb ischemic)
Semua vena boleh diligasi termasuk v.cava inferior
o Shunting  dilakukan pada:
 Critical limb ischemic  dapat dengan selang infus, NGT, bahkan
chest tube sesuai dengan diameter pembuluh darah  sebagai
temporary
 Cedera + fraktur yang akan di ORIF

Respon Resusitasi
Rapid  stabil  beri maintenance  tetap stabil
Transient  stabil  beri maintenance  tidak stabil
Unrespon  tidak respon dalam pemberian cairan
MESS SCORE (ELSA)
Energy
Low (close fracture) 1
Medium (open fracture) 2
High (gun shot) 3
Massive (crush) 4
Limb ischemic
Pulse , iskemik (-) 1*
Pulse (-), slow capillary filling 2*
Pulse (-), cold, capillary filling (-), 3*
paralise
Shock
TD stabil 0
Hipotensi, respon terhadap resusitasi 1
Persisten hipotensi, TD<100 2
(unrespon)
Age
<30 tahun 0
30-50 tahun 1
>50 tahun 2

Keterangan:
*Lebih dari 6 jam  skor x 2
MESS skor >7 = amputasi

TO ANASTOMOSIS
1. Siapkan larutan spooling 1cc heparin/100cc NaCl 0.9%.
2. Spooling di stump sampai dengan lancar dan thrombus (-).
3. Refreshing stump
4. Anostomosis dengan prolene 7.0
5. Pastikan flow lancar post-anostomosis
6. Heparin 5IU/kgBB/jam dengan syringe pump selama 3 hari + aspilet
1x80mg selama 1 bulan.

Syarat Anostomosis
 Gap <2 cm end to end
 Gap >2cm graft
 Akral baik, hangatkan ekstremitas (dingin  spasme/thrombus)

CLEFT LIPS
Problem/masalah yang dapat timbul pada pasien:
 Kesulitan minum air/resiko aspirasi 
 Gangguan bicara
 Gangguan pendengaran
 Infeksi telinga
 Gangguan gigi dan rahang
 Malnutrisi
 Gangguan perkembangan wajah

Etiologi/predisposisi
 Kongenital
 Gangguan pada trimester 1
 Obat-obatan
 Radiasi
 Stress saat kehamilan
 Virus
 Trauma

Diagnosa
 Anamnesis  sambil liat kondisi pasiennya
 Identitas pasien
 Anak keberapa dari berapa saudara
 Kelainan VACTREL

Manajemen

Jenis teknik operasi


1. Milard
2. Le mesuier
3. Mirault
4. Temison

LUKA BAKAR
Etiologi
 Air panas
 Api
 Listrik
 Gesekan
 Kimia
 Inhalasi

Respon tubuh terhadap luka bakar


 Lokal
o Zona sentral/nekrotik koagulopati
o Zona intermediate/statis  gangguan mikrosikulasi  3-5 hari 
nekrosis
o Zona perifer/hiperemis  dilatasi pembuluh darah oleh mediator-
mediator inflamasi
 Sistemik
o  permeabilitas kapiler karena proses inflamasi  endotel vaskular
rusak sehingga mengaktivasi mediator inflamasi
o hipovolemik  albumin pindah ke interstitial dan permeabilitas 
edema
o hipermetabolik  stress hormone  takikardia, hipertermia, balance
cairan 
o Imunosupresi  depresi mekanisme  aktivasi mediator inflamasi
o Barrier usus terganggu  trauma dan syok  paralitik
o Gangguan pertumbuhan massa otot/tulang  membaik setelah 1-3
tahun
o ARDS  trauma inhalasi/banyak menghirup asap

Manajemen
 Resusitasi (FATT + ESMB)
 Rawat luka
 Cuci (air/saline/chlorhexidine 0.1%)
 Tutup/balut (plastic/opsite)
 Elevasi ekstremitas
 Hentikan proses burning (stop, drop, cover face, and roll)

ESMB (Emergency Severity Management of Burn)


Primary survey First Aid Secondary
Survey
*AVPU = alert, vocal response, pain response, unresponse
*AMPLE = allergy, medicine, past illness, last meal, event (kronologi trauma)

PRIMARY SURVEY of BURN


Airway:
 Patensi jalan napas  ajak pasien bicara
 Minimalkan fleksi dan ekstensi leher
 Pasang collar neck

Breathing:
 Bebaskan gerakan dada
 Luka bakar yang melingkar di dada  eschartomy
 Beri O2 100% 15L/i dengan rebreather mask
 Awasi frekuensi napas <10->30x/i

Circulation:
 Perhatikan tanda-tanda hipovolemik  pucat, kesadaran , capillary refill
>2 detik
 Cek lab lengkap
 Resusitasi
 Double iv line

Disability  mengikuti AVPU

Environtment:
 Lepaskan pakaian
 Miringkan pasien
 Kontrol suhu tubuh pasien agar tetap hangat
 Hitung luas luka bakar

FIRST AID of BURN


Fluid:
 Pasang double iv line
 Cairan resusitasi adalah RL
o Anak: RL + D5% + NaCl 0.45% + KCl 20meq
NaCl 0.45% + D5%  10kg = 100cc/kgBB; 10-20kg/50cc/kgBB
500cc NaCl 0.9% + 25cc D5%  untuk tambahan maintenance
o Holiday zegar (maintenance pada anak)
 <10kg = 100cc/kgBB
 10-20kg = 1000 + (N x 50cc)
 >20kg = 1500 + ( x 30cc)
o Parkland Modification
 3-4cc/kgBB x luas luka bakar + maintenance pada anak
 diberikan pada luka >20% atau pada anak >10%
 pemberian cairan selama 24 jam dengan cara pemberian
 ½ pada 8 jam pertama
 ½ pada 16 jam berikutnya

Analgetik  morfin iv 0,05 – 0,1 mg/kgBB

Test:
 Lab darah rutin, Ur/Cr, Echocardiografi, dll
 Radiologi  cervical, thorax, dan sesuai indikasi (daerah trauma lainnya)

Tubes:
 Pasang kateter untuk pemantauan urin
 Pasang NGT (bila luka bakar pada dewasa >20% dan anak-anak >10%)

FRAKTUR
RADIUS ULNA
Manajemen
 Konservatif
o Tindakan
o LAC  DP, MN, PS  3 minggu  nilai klinis radiologis
 Operative
o ORIF
o OREF

Komplikasi
 Awal: perdarahan, kompartemen
 Lanjut: Frozen shoulder, stiffness

SUPRACONDYLER HUMERI
Klasifikasi Gartland
 Tipe ekstensi
o Undisplace
o Partial displace
o Displace
 Tipe Fleksi  distal fraktur ke arah dalam

Manajemen
 Konservatif pre-op
o Posterior arm sling
o U-slab
o Dunlop traction
 Operatif

Komplikasi
 Awal: perdarahan, kompartemen, lesi n.radialis, infeksi
 Lanjut: volksmen iskemik, AVN, varus deformity, malunion, nonunion

CLAVICULA
Manajemen
 Konservatif
o Figure of eight, bandage
o Arm sling
 ORIF

Indikasi operasi
 Open
 Distal/lateral
 Multiple trauma
 Kejang
 Segmental
 Neurovascular injury
 Komplikasi fraktur

SHOULDER DISLOCATION
Klasifikasi
 Anterior
 Posterior
 Sublukasi errecta

Teknik repair
 Stomson
 Kocher’s
 Hipocrates
 Spaso
 Mile

TIBIA
Proximal
Isolated fraktur 1/3 proximal fibula + ligament  Moisonare Fracture

Komplikasi
 Ankle injury
 Peroneal nerve injury/entrapment
 LCL injury

Mekanisme trauma: twisting


Tibia-fibula (kruris)
Kompartemen kruris
1. Anterior
2. Lateral
3. Posterior superfisial
4. Posterior profunda

PF
Look: swelling, luka, hematoma, kompartemen sign(?)
Feel: nyeri, NVD (pulse, parestesi, drop foot, kompartemen)
Move: ROM  sendi knee/ankle

Penunjang
Rontgen
 Tibia-fibula (cruris)
 Knee joint
 Ankle joint

Manajemen
 Menurut Gustilo Anderson, terdapat 4 kompartemen:
o Soft tissue
o Konfigurasi fraktur
o Severity energy trauma (mekanisme trauma)  high: oblique,
transverse, kominutif; low: spiral
o Kontaminasi
 Menurut Montra Tibia-fibula
o Antibiotik
o Debridement
o Stabilisasi
o Soft tissue cover
o Rehabilitasi
Pasca operasi  parsial weight bearing ASAP/dalam beberapa hari kemudian
dilanjutkan full weight bearing setelah 6 minggu. Sebaiknya weight bearing
dilakukan setelah tampak callus pada rontgen ulang.

Komplikasi
 Awal: vascular injury (popliteal)  harus repair, kompartemen (fasciotomi
di anterolateral s/d posterolateral), infeksi
 Lanjut: Malunion, non/delayed union, stiffness, osteoporosis

TES LESI NERVUS


Radialis:
 Thumb extension
 Wirst extension
 Finger extension

Ulnaris:
 Froment test  pegang kertas  ibu jari fleksi = lesi (+)
 Opposite sign test  regangkan jari 1-5

Medianus:
Oke sign  pertemukan jempol dengan telunjuk

Test DRUJ Ruptur  piano key test

RULE OF TWO dalam X-RAY


2 view (AP/lateral atau AP/Oblique)
2 extremity
2 articulation
2 occupation (saat edema dan setelah edema mereda)

PATELLA
Klasifikasi
 Transverse
 Cominuted (stelata)
 Longitudinal
 Distal pole
 Oesteochondral

Manajemen
 Konservatif  removable brace
 Operatif  ORIF
o Corelage wiring (senar)
o TBW  4-6 minggu  mobilisasi dalam 1 minggu post TBW untuk
mencegah stiffness
o Partial patellectomy jika bisa rekonstruksi
o Total patellectomy jika tidak bisa rekonstruksi

Komplikasi
 Full ekstensi (-)
 Patella alta (menjauh)

TIBIA PLATEAU
Klasifikasi Schatzker
I = lateral split
II = lateral split + depress
III = Depress lateral
IV = split + depress medial
V = Bicondilar plateau
VI = disosiatif metafisis dan diafisis

Manajemen
 Konservatif  indikasi: undisplace, low energy
o Hinged knee brace  4-8 minggu partial weight bearing (1/3-1/2 BB)
 12 minggu full weight bearing
o Kocher splint
 Operatif
o OREF
o ORIF

PELVIS (yang paling sering dislokasi hip posterior)


Diagnosa
Klinis (untuk dislokasi hip posterior  dashboard injury)
 Endorotasi
 Slice flexi
 Shortening
 Adduksi

Radiologi
Seanton line (-)

Penilaian Rö pelvis
1. Sacroiliac line
2. Ileopectineal line
3. Ileopubic line
4. Symphisiolisis
5. Doom acetabulum
6. Lip anterior acetabulum
7. Lip posterior acetabulum
8. Tear drops
9. Seanton line
Reposisi  dipasang traksi agar tidak terjadi rekuren  dilakukan dalam GA
 Teknik bigelow
 Alice
 Thomson
Traksi dilakukan kea rah yang deformitas  flexi hip 90o dan eksorotasi s/d
terdengar suara “clunk”

Indikasi Operasi
 Symphisiolisis >2,5cm
 Rupture uretra pars bulbosa
 Hemodynamic unstable  mencari sumber perdarahan

FEMUR
Definisi: fraktur di tulang femur pada bagian proximal sampai distal femur

Etiologi
 Trauma (high energy)
 Patologis
 Metastasis tumor
 Iatrogenic

Klasifikasi
 Fr. Neck femur  Fr. 1/3 medial
 Fr. Intratrochanter  Fr. 1/3 distal
 Fr. Trochanter  Fr. Supracondiler
 Fr. 1/3 proximal  Fr. Condiler

Diagnosa
Anamnesis
 Nyeri dan sulit menggerakan femur
 Luka pada femur
 Memar pada femur
 Riwayat trauma
 Penyakir degenerative
 Benjolan di femur (tumor)

PF
 Look: deformitas, luka, perdarahan aktif, swelling, kontaminasi, tampak
fragmen tulang, soft tissue damage
 Feel: nyeri, krepitasi, NVD sensibilitas baik/tidak, pulsasi arteri di popliteal
dan regio femoral
 Move: ROM terbatas

Pemeriksaan penunjang
Rontgen Femur AP/lateral, hip, dan knee
Diagnosa banding
 Dislokasi hip
 Fraktur pelvis
Manajemen
 Emergensi  traksi dan pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mengontrol
perdarahan, imobilisasi, dan untuk mempermudah transfer/rujuk
 Konservatif  traksi dilakukan selama 1-2 minggu dengan beban 3kg/
1/7kgBB posisi abduksi  evaluasi anatomical leg length (trochanter –
condyle lateral) bila overriding 1cm, tulang akan normal kembali dalam 1
tahun  pasang hemispica selama 3 minggu  nilai klinis dan radiologi
 Belum ada perbaikan  pertahankan
 Ada perbaikan  lepas
Pada bayi: Bryant traction/balance traction (beban dihitung, panggul
terangkat 1cm dari bed)  beberapa hari s/d 1 minggu  hemispica 3-4
minggu  evaluasi klinis dan rontgen
Pada anak: skin traction
Pada dewasa: skeletal traksi  splint (Thomas metode) atau tanpa splint
(perlains traction)  stocking  6-8 minggu  lepas traksi (upper third
dilanjutkan hemispica, lower third dilanjutkan brace/hinged knee)  16-24
minggu
Indikasi: usia <10 tahun, close fracture, acceptable/simple fracture
Fungsi traksi: imobilisasi, jaga alignment, nyeri
 Operatif
 OREF
 ORIF
Indikasi: usia >10tahun, open or close fracture, gagal konservatif, non-
acceptable, multiple fracture, kejang
 Rehabilitasi
 Follow up minggu pertama pasca operasi  hari pertama mobilisasi
fleksi dan ekstensi (isometric mobilization)
 Follow up minggu kedua pasca operasi  partial weight bearing dengan
tongkat (isotonic mobilization)

Operatif approach
 Proximal femur
o Lateral
o Posterolateral
o Anterolateral
o Ileofemoral
o Nailing
 Shaft femur
o Interlocking nail
o Lateral
 Distal femur
o Anterolateral
o Lateral parapatelar
o Medial
o Posterior
Komplikasi fraktur
 Awal: perdarahan, kompartemen, the second hit (5-6hari): Fat emboli (72%)
dan imunocompromise (aktivasi proinflamation agent), gangrene gas
 Lanjut:
o Sendi stiffness, septik arthritis, arthritis
o Tulang  malunion, non union, osteomyelitis, delayed union, refraktur
o Otot  myositis ossifican
o AVN

ANKLE
Definisi: fraktur mengenaik tibia, fibula distal dan tallus serta ligament complex
yang mengikatnya.

Sindesmosis: ligament complex antara tibia dan fibula yang menjaga kestabilan
ankle. Terdapat 4 ligamen:
 ATFL (anterior talofibular ligament)
 PTFL (posterior talofibular ligament)
 Intraoseus
 Transverse tibiofibular ligament

Klasifikasi
 Weber
A = fraktur fibula  sindes
B = fraktur fibula sejajar sindes
C = fraktur fibula  sindes
 Langlansen (mekanisme trauma + fraktur malleolus medial)
 Pillon (sindesmosis/fibula + fraktur distal tibia)

Diagnosa
Radiologi
 x-ray: ankle AP/lateral + Mortise view
 CT-scan/MRI

Komplikasi
 Lesi n.peroneus  drop foot (dorsoflexi (-))
 Lesi n.anterior tibia  tarsal tunnel syndrome

Manajemen
 Konservatif
Indikasi: undisplaced talar tilt
o Teknik: LLC (1/3 BB) 3 minggu  PTB 4 minggu  klinis radiologi 
pertahankan PTB 10-12 minggu  partial weight bearing 2 minggu
 Operatif
o OREF
 Soft tissue jelek
 Edema berat
 Unstable deformity
Jenis: uniplanar unilateral, uniplanar bilateral, multipleplanar
o ORIF
DISLOKASI HIP
Definisi: keluarnya caput femur dari acetabulum atau menembus acetabulum

Etiologi
 Trauma
 Kongenital (CHD)

Reduksi
Traksi ke arah deformitas (adduksi dan internal rotasi)  s/d fleksi hip 90o 
eksorotasi s/d terdengar suara “clink”  evaluasi reduksi dengan fleksi hip 90o
dan longitudinal serta posterior force (tekanan)  pasang traksi (2 minggu) 
Rö hip  partial weight bearing 3 bulan

Klasifikasi
 Posterior dislokasi
 Anterior dislokasi
 Central dislokasi

POSTERIOR HIP DISLOKASI


Anamnesis
 Pasien sulit dan nyeri menggerakkan ekstremitas bawah panggul
 Riwayat trauma, mekanisme, waktu, arah (dashboard injury  dari arah
lutut mendorong ke posterior)

Pemeriksaan Fisik
 Look: Adduksi, slight fleksi, shortening, endorotasi (internal rotation)
 Feel: nyeri/tidak bisa memposisikan ke posisi normal/tidak dapat
meluruskan kaki. Teraba caput femur di panggul
 Move: ROM terbatas, NVD(?), lesi n.ischiadicus/region arteri obturator

Pemeriksaan penunjang
 Rö pelvis AP dan femur AP/lateral bila dicurigai adanya fraktur di femur
(tampak gambaran caput di posterior acetabulum dan disalignment seanton
line)
 CT-scan
 Obturator view (judet view)  melihat anterior dan posterior acetabulum

Diagnosa banding
 Dislokasi anterior
 Dislokasi sentral
 Fraktur neck femur
 Fraktur Intertrochanter
 Fraktur 1/3 proximal femur

Terapi
 Close reduction dengan pembiusan  approach: Allice, Bigelow, Captain
Morgan, Stinson, dll
 Open reduction (bila gagal close reduction atau neglected dislocation) 
approach: posterior approach (Kocher-langenback)
 Rehabilitasi
o Pasca reposisi skin traksi selama 2 minggu  partial weight bearing,
mobilisasi sampai full weight bearing selama 3 bulan
o Mobilisasi segera dilakukan bila rasa nyeri berkurang

ANTERIOR HIP DISLOKASI


Anamnesis
 Pasien sulit dan nyeri menggerakkan ekstremitas bawah panggul
 Riwayat trauma, mekanisme, waktu, arah (jatuh dalam posisi kaki
mengangkang dengan dorongan dari arah belakang ke depan)

Pemeriksaan Fisik
 Look: Eksorotasi, abduksi dan ekstensi, benjolan di inguinal
 Feel: Teraba caput femur di inguinal
 Move: ROM terbatas, NVD (?), rupture a.gluteal superior (?)

Pemeriksaan penunjang
 Pelvis AP  disalignment seanton line, caput femur di anterior
 Obturator view

Diagnosa banding
 Dislokasi posterior
 Dislokasi sentral
 Fraktur neck femur
 Fraktur Intertrochanter
 Fraktur 1/3 proximal femur

Terapi
 Close reduction  Allice, traksi, adduksi
 Open reduction  approach: anterolateral pasca reposisi
 Rehabilitasi  sama dengan dislokasi posterior pasca reposisi

CENTRAL DISLOKASI
Anamnesis
 Pasien sulit dan nyeri menggerakkan ekstremitas bawah panggul
 Riwayat trauma, mekanisme, waktu, arah (jatuh dari ketinggian atau arah
trauma dari lateral)

Pemeriksaan Fisik
 Look: memar di paha, tungkai tidak tampak kelainan
 Feel: nyeri
 Move: ROM terbatas

Pemeriksaan penunjang
 Rö pelvis AP: caput femur menembus acetabulum
 Obturator view: fraktur dinding anterior-posterior rim acetabulum
Diagnosa Banding
 Dislokasi anterior
 Dislokasi posterior
 Fraktur neck femur
 Fraktur Intertrochanter
 Fraktur 1/3 proximal femur

Terapi
 Close reduction  traksi + skin traction 4-6 minggu
 Open reduction  approach: posterior approach (Kocher-llangenback)
 Rehabilitasi  partial weight bearing mulai minggu ke-8

Klasifikasi Thomson & Eipstein


I = dislokasi tanpa fraktur acetabulum
II = Dislokasi + fraktur acetabulum posterior (single fragmen)
III = Dislokasi + fraktur acetabulum posterior (comminuted fragmen)
IV = Dislokasi + fraktur acetabulum floor
V = Dislokasi + Fraktur acetabulum floor + femoral head

Komplikasi
Awal: sciatic nerve palsy/injury, ruptur a.obturator
Lanjut: AVN, rekuren, OA, myositis, osteosklerotik head femur

FRAKTUR DISTAL RADIUS


FRAKTUR COLLES
Definisi: fraktur distal radius dengan distal fragmen ke arah dorsal.

Faktor resiko  usia tua, osteoporosis (fraktur patologis)

Mekanisme trauma  jatuh dengan menahan tubuh (out stretched arm)

Diagnosa
Klinis
 Dinner Fork deformity oleh karena fragmen tulang distal ke arah dorsal
 Shortening

Terapi
 Non-operative
o Undisplace fracture  below elbow cast 3 minggu (palmar fleksi, ulnar
deviasi)
o Displace fracture  close reduction under GA/block anestesi  below
elbow cast 3-6 minggu  evaluasi klinis dan radiologi  mobilisasi
ASAP
 Operatif  comminuted fracture
Komplikasi
 Awal: sirkulasi tangan terganggu, nerve injury, RSD (reflex sympathetic
dystrophy)  KHAS
 Lanjut: malunion, delayed union, non union (poor vascularization, soft tissue
interpose), stiffness

SMITH FRACTURE (REVERSE COLLES)


Definisi: fracture distal radius dengan distal fragmen ke arah anterior

Mekanisme trauma  jatuh dengan posisi tangan (dorsum manus) menahan


tubuh

Diagnosa
Klinis  garden spade deformity

Terapi
 Non operatif (stable) close reduction on GA + below elbow cast 6 minggu
 Operatif (unstable)

MONTEGIA FRACTURE
Definisi: fraktur shaft ulna + dislokasi proximal radius ulnar joint

Mekanisme trauma  pasien jatuh dengan tangan menahan tubuh yang berputar
(outstretch and twisting arm)

Diagnosa
Klinis  Lesi n.radialis (drop hand), swelling elbow

Terapi (prinsipnya kembalikan panjang os ulna)


 Dewasa: operatif
 Anak: non operatif
o Close reduction under GA + press head radius
o Imobilisasi LAC supinasi + fleksi elbow

GALEAZZI FRACTURE
Definisi: fraktur shaft distal radius + dislokasi distal radius ulnar joint

Mekanisme trauma  jatuh dengan tangan menahan tubuh dan super imposed
rotation

Diagnosa
Klinis
 Tonjolan styloid ulnar (dislokasi)
 DRUJ mobile  piano key test

Terapi (kembalikan panjang tulang radius)


 Anak: non operatif  close reduction under GA
 Dewasa: operatif  ORIF
 Kontrol pasca operasi/reduksi
o Close reduction  imobilisasi dengan LAC 3-6 minggu
o Evaluasi dengan X-ray untuk koreksi
 DRUJ tereduksi tapi unstable  pasang LAC posisi supinasi, elbow
fleksi 90o selama 6 minggu
 DRUJ tidak tereduksi  open reduction (untuk remove soft tissue
interpose) lalu LAC/k-wire transverse

RADIO-CARPAL FRACTURE (BARTON FRACTURE/FRAKTUR SUBLUKSASI)


Definisi: fraktur volar dari distal radius dan subluksasi volar distal radius ke
anterior (gambaran seperti fr.smith) ataupun dorsal (gambaran seperti fr.
Colles) bila mengenaik subluksasi dorsal dari distal radius.

Diagnosa
Klinis  dinner fork (?), Garden spade (?)

Terapi
 Non operatif (stable)  close reduction under GA + below elbow cast 3-6
minggu
 Operatif (unstable)  ORIF/cross wire

Penyebab non union


 Poor vascularization
 Distraction/space pada fragmen fraktur
 Soft tissue interpose
 Infeksi
 Execive movement
 Severe soft tissue damage

Fat emboli (Gord & Wilson criteria)

Mayor Minor

• Sesak • Takikardia
• Penurunan kesadaran • Demam
• Petechial rash • Jaundice
• Anemia
• Trombositopenia
• Fat myoglobinuria
• Retinal change
• Gangguan ginjal

Keterangan: 1 Mayor + 4 Minor

Terapi  oksigenasi + balance elektrolit

Sumber perdarahan tulang


1. Arteri yang memberi nutrisi
2. Periosteum
3. Metafisis
OSTEOMYELITIS
Definisi: inflamasi akut/kronis pada tulang dan struktur sekitarnya yang
disebabkan karena organisme pyogenic

Diagnosa
Klinis
 Akut: demam, nyeri, edema, eritema, gerak terbatas
 Kronis: ulkus dan drainase sinus

Laboratorium
 Darah lengkap: LED 
 Kultur pus

Radiologi (X-ray)
 Squester  tulang mati
 Periosteum >>

Klasifikasi
 Waktu
o Akut: 7-14 hari
o Sub akut: 14 hari – 3bulan
o Kronis: >3bulan
 Stadium
I = medular
II = kortikal
III = medulokortikal local
IV = medulokortikal diffuse

Terapi
 Akut: antibiotik 6 minggu
 Sub akut: debridement
 Kronis: Debridement + gathering antibiotic

Komplikasi
 Osteonecrosis
 Septik arthritis
 Gangguan pertumbuhan
 Kanker kulit SCC
 Fraktur patologis
 Abses tulang
 Bakteriemia  sepsis
TRAUMA KEPALA/TRAUMA CAPITIS (TC)
Terdiri dari:
 COP (cedera otak primer)  trauma langsung di kepala, tengkuk/jatuh
terduduk  gangguan fungsi dan anatomi otak  fraktur, DAI, kontusio,
laserasi scalp
 COS (cedera otak sekunder)  perdarahan dan edema otak, hipoksia,
infeksi, TIK, infark

Falsafah penatalaksanaan (diawali ABCDE  tatalaksana trauma)


1. Penatalaksanaan cedera primer
2. Pencegahan cedera sekunder
3. Optimalisasi faal organ

Manajemen TC

GCS Hemiparese
Anisokor
CKR
kejang
Lateralisasi

Observasi 2 Bradikardia
jam Bradipnoe
Cushing
Hipertensi

Indikasi MRS:
1. GCS <15
2. Hemiparese, anisokor,
MRS (+)
kejang
3. Nyeri kepala dan muntah
persisten MRS (-)
4. Rinorrhea/otorrhea
5. Fraktur
6. Luka tusuk/luka tembak
7. Tidak ada yang KRS
mengawasi
(rumah)
8. Rumah di luar kota
9. Mabuk, amnesia, epilepsi
10. Abnormal CT-scan
11. Multiple trauma
Advis neurologis
Observasi 1. Nyeri/vertigo >>
(GCS, lateralisasi, Cushing) 2. Muntah-muntah >>
3. Gelisah
4. Parese
5. Kejang
6. Bangunkan pasien setiap 1-2
jam
Indikasi CT-Scan
CKS/CKB 1. Nyeri kepala + muntah
2. Kejang
3. Luka tusuk/tembak
4. GCS  1 point
5. GCS <15 post terapi tidak membaik
CT-Scan 6. Bradikardia (nadi <60x/i)
7. Multiple trauma

Operable CKS/CKB

Operasi MRS

12 Langkah perawatan RS
1. Observasi GCS, lateralisasi,
chusing
2. Defisit neurologis
3. RR
4. Sirkulasi (nadi dan TD)
5. Temparatur
6. Gelisah
7. Cairan elektrolit dan nutrisi
8. Epilepsi
9. Miksi
10. Defekasi
11. Perawatan kulit
12. Perawatan mata

Saat observasi, bila:


 GCS , lateralisasi (-), cushing (-)  cek ekstracranial causa
(Sirkulasi/Elektrolit/Metabolik/Neoplasma/Trauma/Encephalitis/Drugs)
 stabil: CT-scan, tidak stabil: koreksi
 GCS , lateralisasi (-), cushing (+)  CT-scan ulang

Gejala TIK 
 Cephalgia  Bradikardia
 Muntah proyektil  Gelisah
 GCS   Bradipnoe
 Kejang  Papil edema
 Hipertensi
Herniasi
 Supratentorial
o Uncal
o Central
o Subflacid
o Transcoronaria
 Infratentorial
o Upward
o Tonsilar

TIK = ICP  normal 10mmHg


 >20mmHg = TIK
 >40mmHg = >>TIK

CPP (cerebral perfusion pressure)


CPP = MAP – ICP
Normal: 80mmHg
Bila <70mmHg  prognosa buruk

Terapi medikamentosa
1. Hiperventilasi untuk  PCO2
2. Cairan intravena (NaCl 0.9%)
3. Manitol (brain dehidrasi)
Indikasi: dilatasi pupil bilateral, RC (-), bradicardia, GCS 9
Dosis 0.5gr/kgBB/bolus  diulang 4-6 jam kemudian
0.5gr = 2.5cc manitol 20%
4. Antikonvulsan (phenytoin)
Indikasi: resiko tinggi kejang (CKB, pasien anak, fraktur kompresi), laserasi
korteks, lesi intracerebral, cana dalam
Dosis: 17mg/kgBB/iv lambat  1 minggu
5. Koreksi asam basa
6. Pemberian nutrisi adekuat
7. Vasodilator (pada <6jam trauma)
8. Nimotop (ca channel blocker) 2.1cc/jam  karena TIK menyebabkan
vasokontriksi pembulu darah

Prognosis
 Baik o GCS awal <8
o Usia <30tahun o Lesi countercoup
o GCS awal >8 o Ukuran lesi besar/multiple
o Lesi coup o Delayed operasi >4jam
 Buruk o Extracranial jelek
o Usia >30tahun o Cysterna menyempit
BURRHOLE EKSPLORASI (diagnostic dan terapeutik)
Definisi: tindakan pembuatan lubang pada calvaria untuk mengetahui
perdarahan extraaxial sebelum tindakan definitive craniotomy

Indikasi
 Trias EDH: lucid interval, kontraparese, pupil anisokor
 Tidak ada CT-scan
 Ada fraktur calvaria

Lokasi kanan atau kiri


 Ipsilateral pupil midriasis atau kontralateral hemiparese
 Bila tidak ada lateralisasi makan di burr di daerah fraktur site atau jejas
scalp
 Bila pasien coma tanpa tanda yang jelas lakukan di hemisfer kiri dulu
(dominant)

Lokasi Burr
1. Pertama di temporal (2cm atas arcus zygoma dan 2cm di depan tragus)
2. Frontal (2cm di depan sutura coronaria segaris midpapilaris line)
3. Parieto-occipital (4-6cm di atas prima)
4. Fosaa anterior
Bila tidak dijumpai, dilakukan kontralateral cranial

ANATOMI OTAK
Cerebrum
 Hemisphere sinistra  pusat bahasa dan bicara
 Hemisphere dextra
 Lobus frontal  emosi, fungsi motorik, motor speech area
 Lobus temporal  memori
 Lobus parietal  sensori dan orientasi
 Lobus occipital  pusat penglihatan

Cerebellum  fungsi koordinasi dan keseimbangan dengan membentuk koneksi


hemisphere, brain stem, dan medulla spinalis

Batak otak (brain stem)


 Midbrain (mesencephalon)  pusat kesadaran
 Pons  pusat kesadaran
 Medula oblongata  pusat cardiorespiratory

Tentorium
 Supratentorial  fossa anterior dan media
 Infratentorial (fossa posterior)
 Incisura tentorium  celah yang menghubungkan hemisphere dan brain
stem (midbrain)

MEKANISME DEFISIT NEUROLOGIS


Pupil anisokor  penekanan n.III di mesencephalon akibat TIK (lesi massa dan
edema)  n.III berjalan di sepanjang tentorium dan letaknya superficial yang
memasuki incisura tentorium

Kontralateral parese  penekanan di jaras traktus motorik piramidalis yang


bersilang setelah foramen magnum (midbrain) melalui incisura tentorium 
decussatio piramidalis
Lucid interval
 Pertama tidak sadar karena direk trauma mengenai/mengguncang midbrain
(mesencephalon dan pons)
 Lalu pasien sadar
 Tidak sadar yang kedua kalinya diakibatkan cedera otak sekunder akibat
TIK, perdarahan, edema, dll

Kemohen syndrome  ipsilateral hemiparese oleh karena herniasi mencapai


jaras persilangan motorik di traktus piramidalis uang mendorong midbrain ke
arah berlawanan

TATALAKSANA PASCA OPERASI


1. Head up 30o (CBF, CPP, CSF, dan venous return lebih baik)
2. Oksigen 10L/i
3. IVFD NaCl 0.9%
4. Antibiotik iv (atas indikasi)
5. Analgetik iv
6. Manitol iv (atas indikasi)
7. Phenitoin iv (atas indikasi)
8. NGT, kateter
9. Antipiretik (os tidak boleh demam)
10. Rehabilitas
11. Rawat kulit, mata, dan paru

Pasien pasca operasi tidak membaik, kemungkinan:


 Rebledding
 Reperfusi injury
 Edema
 Infark

EDH
Indikasi operasi
 Simtomatik: trias klinis, radiologi bikonvek
 Asimtomati: radiologi bikonvek
 Anak-anak

Sumber perdarahan
a. A. meningea media
b. Diploe
c. Sinus venosus

EDH pada frontal tidak mengalami kesadaran  kompensasi falx serebri, fokal
trauma tidak diffuse sehingga tidak mendesak ARAS (batang otak)

EDH dapat on going bledding 6-18jam  HARUS MRS

SDH
Indikasi operasi
 Tebal >1cm
 Midline shift >0.5cm

Sumber perdarahan
 Bridging vein
 Laserasi kortek
 Arteri kortikal
Klasifikasi SDH
Akut: 1-3hari
Sub akut: 3-21 hari
Kronis: >21 hari

Tindakan
 Akut dan subakut: craniotomy evakuasi
 Kronis: burrhole drainase

ICH
Indikasi operasi
Klinis
 kesadaran
 Bradikardia
 Nyeri kepala
 Parese (basal ganglia)
 Afasia motorik (Broca)

Radiologi
 Efek massa
 Midline shift >0.5cm
 Volume >25cc
 Lokasi operable

ICH Stroke
 Parese: thalamus, ganglia basal
 Non parese: cerebellum, pons, periventrikel

FRAKTUR DEPRESS
Penilaian
 Dasar luka
 LCS
 Pulp
 Tepi luka
 Corpal

Indikasi operasi
 Open fracture
 LCS(+)
 Pulp (+)
 1 tabula
 Anak-anak

Komplikasi  fokal epilepsy

FRAKTUR BASIS CRANII


Tersering: os petrosus  gangguan pendengaran

Diagnosa
Klinis
 Otorrhea, rhinorrhea
 Battle sign
 Raccoon eye/brill

Tes  halo ring/halo sign


DAI (GCS <8)
Grading
I = substansi grisea
II = Corpus collosum
III = Brain stem
IV = pergeseran midline

CONTUSIO CEREBRI
Grading
I = fokal lesi single (lobus) di 1 hemisfer
II = fokal lesi multiple (lobus) di 1 hemisfer
III = bila ada midline shift atau lesi di 2 hemisfer

HIDROCEPHALUS
Non-komunikans  obstruksi
Komunikans  Produksi, Absorbsi

Tipe
Emergency Hidrocefalus  paraventrikel edema
Kongenital Hidrosefalus  Dandy walker, aquaductus stenosis

Sirkulasi LCS
Plexus choroideus  ventrikel lateral  foramen Monroe  ventrikel 3  aqua
ductus silvii  ventrikel IV  luscha dan magendi  subarachnoid  absorsi
melalui granulation

Komplikasi VP-Shunt
 Infeksi
 Peritonitis
 SDH
 Rekuren

CHOLESISTITIS (TG13)
Etiologi
 Gallstone (95%)
 Obstruksi (GB/Cystic)
 Mekanik
o Bile statis (CGK)
o Trauma mukosa GB
o Aktivasi mediator inflamasi (citokin, interleukin)
 Acalculus
o Operasi
o Trauma
o Puasa lama  TPN, Long ICU stay
o Luka bakar

Faktor Resiko
 4F (Fat, Forty, Female, Fertile)
 Obat-obatan

Patofisiologi
1. Edema (2-4hari)
2. Nekrotik/Bleeding (3-4 hari)
3. Supurative/abses (7-10hari)
4. Chronic
Diagnosa
 Lokal (A)  Murphy sign, nyeri RUQ
 Sistemik (B)  leukositosis, demam 38o, CRP>1
 Imaging (C) dengan CT-scan/USG/HIDA (hepatobilier imunodiacet) Scan 
enlargement GB, dinding GB tebal >5mm, debris echo, pericholesistik, stone
 A+B = suspek; A+B+C = (+) mild

Severity dan terapi


 Mild (A+B+C)  antibiotik dan general support care  observasi  early
laparascopic cholecystectomy (LC)
 Moderate (onset >72jam, leukositosis >18000, teraba massa RUQ, lokal
inflamasi/abses)  Antibiotik dan general support care  sukses: elektif LC;
gagal: drainase GB (PTGBD) kemudian elektif LC
 Severe (disfungsi organ hati/ginjal/paru/jantung/trombositopenia) 
Antibiotik + general support care  drainase GB  elektif LC

Follow up (BUNDLE management)


 Diagnostik ulang 6-12jam setelah suspek
 Severitas ditentukan dalam 24jam setelah terdiagnosa dan diulang/24jam
 Imaging (USG, CT-scan, HIDA scan, MRCP, X-ray abdomen)
 Mild: kolesistektomi 72 jam setelah konservatif gagal
 Moderate: GB drainase/kolesistektomi (experience center)
 Moderate & severe: GB drainase  2 minggu kemudian elektif LC
 Beri antibiotik dan general support secepatnnya + resusitasi + elektrolit 
kolesistektomi

Komplikasi
 Perforasi
 Fistula
 Pankreatitis gallstone
 Pericholic abses
 Peritonitis bilier
 Ileus gallstone

Indikasi laparascopic cholecystectomy


 Simtomatik: biliary colic & akut kolesistitis
 Asimtomatik: long TPN, sickle sel, kronik imunosupresi, porcelain
gallbladder
 Komplikasi gallstone
 Acalculus cholesistitis

Kontraindikasi laparascopic cholecystectomy


 Absolute
o Tidak bisa di GA
o Koagulopati
o GB cancer
o Sepsis
o Ileus
o PJK/PPOK
 Relatif
o Kolangitis
o Peritonitis
o Sirosis
o Hipertensi portal
o Hamil
o Overweight
CHOLANGITIS
Etiologi
 Calculus (48-70%)
 Infeksi
o Pankreatitis
o Parasit
o Inflamasi
 Iatrogenik
o Operasi
 Malignansi/tumor
o Tumor duodenum
o Cholangiosarcoma
o Tumor ampula vater
o Ca caput pancreas  CA 199
o Sindroma mirrizi
 Tipe I: external pressure stone GB neck
 Tipe II: biliobilier fistula
 Mekanik
o Cloth blood
o Bilier striktur
o Fibrotik papilla
 Kongenital

Diagnosa
 Sistemik (A)  fever shaking chill >38o, leukosit <4.000 - >10.000, CRP 1
 Cholestatis (B)  jaundice : Total bilirubin >2, LFT (SGOT, SGPT, ALF, GGT)
1.5xSTD
 Imaging (C) dengan CT-scan atau MRCP  stone CBD, dilatasi CBD/bilier,
striktur CBD, post stent CBD
A+B = suspek; A+B+C = (+) mild

Severity dan terapi  cari penyebab/etiologi  bila calculus dapat simultan


dengan drainase
 Mild (A+B+C)  antibiotic s/d 24jam  gagal  drainase bilier
 Moderate (2 dari fever >39o, usia >75tahun, Bil total >5, leukosit >12.000,
Hipoalbumin <STDx0.7)  drainase bilier early, antibiotik + general support
 Severe (disfungsi organ  cardio: hipotensi no respon; neuro: kesadaran;
ginjal: Cr >2mg/oligouria; hati: PT-INR >1,5 STD; darah: trombosit
<100.000; paru: FiO2 <300)  drainase bilier

Follow up (BUNDLE management = cholesistitis)

First choice terapi  biliary drainase


 Endoscopy drainase  sphincterectomy  ballooning  remove stone with
basket  pasang stent
 PTBD (jika endoscopy sulit)  guiding USG  needle 18 dan insersi FR 7-10
drain dengan fluoroscope (C-ARM)

Indikasi Cholangiografi
 Pre-operatif
o Klinis dengan: pankreatitis, kolangitis, jaundice
o Radiologi: ada batu CBD, dilatasi CBD >0.8mm
o Lab: Total bilirubin >3mg/dl, ALP 2xSTD
 Intraoperatif
o Anatomi bilier tidak jelas
o Multiple small gallstone di GB
o Dilatasi duktus sistikus
o Deteksi trauma GB

Nilai Normal
SGOT: <25U/l
SGPT: <29U/l
GGT: 90U/l
ALP: 61-232 U/l
Bil total: 0.5-1.3
Bil direk: 0.1-0.25
Bil indirek: 0.2-0.7

Antibiotik yang digunakan


 Broadspectrum
 Anaerob
 Penisilin
 Quinolon (untuk grade 1-2)

PANKREATITIS
Etiologi (I GET SMASHED)
Idiopatik (10%)
Gallstone (45%)
Ethinol/alcohol (35%)
Trauma
Scorpion bite
Mumps
Autoimun
Steroid
Hyperlipidemia/Hipercalcemia
ERCP
Drugs (10%)

Komplikasi
 Abses/infeksi
 Pancreas nekrosis
 Ruptur vaskular/thrombosis
 DM
 ARDS (sepsis)
 Encephalopathy
 Koagulopati

Diagnosa Banding
 Ileus
 Appendicitis akut
 Perforasi gaster/duodenum
 Bilier disease
 Rupture hepatoma

Diagnosa
Klinis
 Nyeri abdomen/epigastrium
 Distensi/paralitik
 Nausea dan vomitus
 Demam
 kesadaran dan shock
 takikardia & hipotensi
 Jaundice ringan
 Grey turner  ecchymosis umbilical
 Collens sign  ecchymosis flank

Laboratorium
 Leukositosis
 amilase dan lipase 3xSTD
 Ureum
 Hiperglikemia
 SGOT dan SGPT  gallstone
 AGDA
 LDH
 HCT

Radiologi
 CT-Scan: pancreas nekrosis/abses
 X-ray abdomen: dilatasi small bowel  sentinel loop
 USG: Abses, edema

Terapi
 Konservatif (supportif care)
o Resusitasi cairan dan elektrolit
o Koreksi metabolik abnormal
o Nutrisi (TPN)
o NGT dekompresi
o Antibiotik
o Penghambat sekresi (somatostatin, glucagon, protease inhibitor)
 Operatif  gagal konservatif, komplikasi pankreatitis, pankreatitis + biliary
disease  opbratie approach
o Reseksi nekrotik dan irigasi peritoneum/drainase  severe, progresif
nekrotik, atau abses
o Cholesistectomy  rekuren akut pankreatitis, mikrolithiasis
o Spincteroplasty pancreas sphincter  disfungsi sphincter pancreas
o Induksi Endoskopi  akut gallstone pakreatitis, rekuren pankreatitis,
disfungsi sphincter

Jenis drainase
 Frey (reseksi head pancreas)
 Duval (reseksi distal)
 Puestow (longitudinal pancreaticojejunostomy)

Prognosa Severitas (Ranson criteria)


Saat datang
Glukosa >200mg/dl
Age >55tahun
LDH >350/l
AST/SGOT >250/l
WBC/leukosit >16.000

Setelah 48 jam
Calcium <8mg/dl
HCT <10% dari N
Oksigen (PaO2) <60%
BUN  (ureum) >5mg/dl
Base deficit >4m/dl
Squestration >6L

Prognosa Mortalitas
0-2 <5%
3-4 15%
5-6 40%
7-8 100%

ASBO (Bolgna Cevidline) Review 2013

Predisposisi
 Iskemik / strangulasi FORS
 Inflmasi Free Oxygen Radicals

Diagnostik Susp. ASBO


1. Pemeriksaan Fisik
 Distensi
 Obstruksi/konstipasi
o Tanda Iskemik/strangulasi
o Nyeri (Iskemik) persisten
o CT Scan
 Free Fluid
 Mesenterika oedem
 Tidak ada feses di kolon
 Tidak ada vascular usus
2. Radiologi
 Ct-Scan
o Obs. Total
o Iskemik/strangulasi
 MRI : Kontra indikasi Ct.Scan
 Ro. Abdomen (Ap/erreet) Post WSCM/barium enema
o Multiple airfluid level
o Dilatasi Small Bowel
o Distribusi gas kolon (-)
 USG
o Distensi
o Freefluid Iskemik
 Barium Meal : Dilakukan post non gagal
 Barium enema(WSCM)

Manajemen ASBO

 Strangulasi (-)  Strangulasi


 > 6 minggu Riwayat Op.  < 6 minggu post op
sebelum ASBO  Carsinoma /
 Partial
 Ada perbaikan perawatan ± 72  Tidak ada perbaikan
jam

NOM  Operasi
 NGT  Laparascopy
 Resusitasi cairan
 Observasi total obstruksi

Kontras (-)
Water soluble contrast medium
dikolon 24-36
(WSCM)
jam
Tampak kontras di kolon dalam 24 jam=Perbaikan
Indikasi Lain operasi:
 Akut abdomen/peritonitis
 Ileus persisten 72 jam
Konstipasi kriteria Rome III:  NGT 500cc selama 30 hari
 Nyeri persisten abdomen > 4 hari
1. BAB < 3x/Minggu, Berat <35 gr/Hari  CRP ≥ 75 mg/hari
2. Gangguan Frekuensi, Inkomplete evaluasi  Leukosit ≥ 10.000
 Free Fluid
3. Fekal Keras  Sisa zat kontras lama tertinggal
4. Nyeri/ Susah defekasi

(NB: 2 dari gejala (+) Konstipasi)


KKR

 TME : Deseksi tajam pada extra facial, (Fascia propia & presakral) + eksisi
lengkap mulai mesorektum sampai dengan dasar pelvis dan batas lateral
 Insidensi dalam pencegahan (12,8/100.000)
 Faktor resiko (Lingkungan dan genetic :
o Modifikasi : Inaktifitas/ obesitas/ merokok/ alcohol/ diet daging merah
o Non Modifikasi : Genetik/ Riwayat KKR/ Polip/ IBD/ Kolitis

Deteksi Dini/ Screening

Resiko sedang: Resiko Tinggi:


 Usia 50 tahun atau lebih  Riwayat KKR/ Keluarga
 Tidak ada R/ KKR/ Keluarga  Riwayat polip
 Tidak ada polip  Riwayat IBD
 Tidak ada IBD  Riwayat reseksi kuratif KKR
 Ada adenoma diusia 60 tahun  Curiga HNPCC/Lynch/FAP
(Familial adenomatosa polyposis)

Screening:
Screening
1. Untuk mendeteksi adanya kanker:
 Riwayat Keluarga -> kolonoskopi/ 5 tahun
 GFOBL ( Gamoc Fecal Ocult Blood test) Per
 Riwayat reseksi kuratif -> kolonoskopi/ 5
 FIT ( Fecall Imunochemical test)
tahun
Tahun
 Riwayat polip -> 6 bulan s/d 5 tahun post
 Fekal Test & exfoliated DNA
op
2. Deteksi lesi kanker lanjut:
 Sigmoidescopy -> per 5 tahun
 Calmoscopy -> per 10 tahun
 CT Colonoraphy -> per 5 tahun
 Barium enema double kontras -> 5 tahun

1. Diagnosis
 S : Keluhan = 7 pertanyaan wajib (Emergensi: Tanda obstruksi + nyeri hilang
timbul)
 BAB berdarah/ peningkatan frekuensi/ diare/ selama 6 minggu (semua
umur)
 Peningkatan frekuensi/ diare selama 6 minggu ( > 60 tahun)
 Teraba massa di fossa iliaka dextra
 Teraba obstruksi/ konstipasi
 Massa di rectum (intralumen)
 Anemia (penurunan berat badan) ?
1. O :
 Pemeriksaan fisik :
 Teraba massa di fossa iliaka dextra
 Teraba obstruksi/ konstipasi
 Massa di rectum (intralumen)
 Anemis/ penurunan berat badan) ?
 Positif (+) RT
 Keadaan Tumor (jumlah rekurent)
 Mobilitas (jaringan atas/bawah organ lain)
 Ekstensi (sacrum/ coccygis)
No Penunjang Kelebihan Kekurangan

1. Endoskopi Sens 95%/ diagnose + terapi/ radiasi 5-30% tidak sampai sekum/ hanya GA/
biopsy (-) lokalisasi tumor dapat tidak akurat/
mortalitas 1:5000

2. Barium Enema Sens 65%/ tidak GA/ tersedia di tiap RS/ T1 Tidak terdeteksi/ rendah akurat/ sens
Double Kontras aman menurunpada polip < 1 cm/ radiasi (+)

3. CT Colonografi Sens tinggi/ dapat mengenai extralumen/ Tidak detek polip < 10 mm/ Radiasi (++)/
aman/ dapat menentukan metastase ahli terbatas/ fasilitas terbatas/ tidak dapat
biopsy

NB : Penunjang penetapan stadium menggunakan operasi TNM


 CT Scan/ MRI/ ERUS (endorectal USG)/ MRI
 PF RT juga menetukan T saja
 ERUS modalitas merendahkan T15

 CME : Complete mesocolon excise


STADIUM
TX : Tumor primer not assessment NX : Not Asses M1A : Metastase 1 organ
T0: No evidence primer tumor N1: 1-3 Limfnode region M1B : Metastase > 1 organ
T15 : Insitu (Intrasel) N2: ≥ Limfnode region
T1 : Submukosa N3: Limf region vascular
(Limfovaskular)
T2 : Muskularis Propria
T3 : Serosa (perikolika)
T4 :
 T4A : Penetrasi visceral peritoneum
 T4B : Pentrasi organ sekitar/ struktur lain
(kulit

Ca. Colon Manajemen


Stadium 0 = T15 N0 M0 Eksisi loka / pacpektomy
Stadium I = T1-2 N0 M0 Wide eksisi (hemicalectomy + kolektkasn) +complete
meso
Stadium II= T3-4 N0 M0 Wide eksisi + adjuvant pada resiko tinggi :
 Obstruksi/ perforasi
 Invasi limfo vascular
 T4
 poordifferentiated
Stadium III= T1-4A-B N1-2 M0 Wide eksisi + adjuvant
Stadium IV= any T any N M1  Wide eksisi tumor primer + reseksi metastase tumor
yang resektable
 Paliatif (kemo sistemik) metaastase tumor tidak
resektable

Ca Rectum Manajemen IIIC : T4 N2 M0


Stadium I
1. TEM ( Transanal Endoscopy Mesosurgery :
a. Well differentiated
b. < 30% dari lingkar rectum
c. Ukuran < 3 cm
d. Mobile
2. TME pada resiko tinggi
Stadium IIA-IIIC
1. Kemo neoadjuvant + TME (2-3 hari setelah radiasi) + radiasi jangka pendek (5x5gy)
2. TME + adjuvant
Stadium IIIC (Lokal unresektable)
Neoadjuvan + TME + Radiasi jangka panjang 25x4 gy
Stadium IV
1. Resektable : Reseksi staging, lesi sinkrons + evaluasi reseksi atau sikrons metastase 5FU + RT pelvis
2. Borderline : Kombinasi kemoterapi atau 5 FU + RT pelvis dan nilai ulang reseksi
3. Unresektable : kemopaliatif + Simptomatik, sinkrons metastase
REGIMEN INFOLFOX FOLFIRI CAPE OX MAYO DEGRAMO

Terapi Sistemik Surveilan Pasca op Evaluasi PA molecular

Kemoterapi Rekomendasi A  Uji murs KRAS Prediksi


respon antibody, abti EGF
 5 FU : Anti metabolit pirimidin  Post reseksi bebas polip/sinkrons (vascular)
(menghambat sintesa DNA/RNA) kolonoskopi 1-3-5 tahun  Uji murs BRHF Prediksi
 Levcoform : peningkatan efek 5 FU  Ada polip polipektomi respon lini pertama terapi
 Ca pecesabine (ixeloda) = 5FU kolonoskopi 1 tahun pasca antitumor
 Oxaliplatin = ankylating agent polipektomi  Protein Mis Match Reapir
(menghambat replikasi DNA)  CT scan abdomen/ 3tahun (MMR)
 Irenotekan (Menghambat replikasi  Untuk kasus emergensi:  Prognosis baik pada stadium II
DNA)  CT Scan/ tahun
 Kolonoskopi 3 bulan post op
 Nilai klini dan RT Radiasi
Tergetnya terapi
1. Down size
 Bava zi zunab = Kompetitor reseptor 2. Local control
VEGF (Vaskulo Endotelial Growth 3. Preserving spinchter
Factor) dalam vasculogenesis 4. Penurunan rekurensi
(pembuluh darah)
 Cetuximat
 panitumumat

Stadium IIA-IIIC :
1. Kemoradioterapi Neoadjuvan ( 5FU + RT janka pendek capecitabin + RT Jangka
pendek )
2. Reseksi dengan TME dan adjuvant :
a. 5 FU + leucoporin
b. 5 FU + folpox
c. Cape Ox
Stadium IIIC ( Locally unresectable)
 Neoadjuvan : 5FU/RT atau cape/RT atau 5 FU/ leuco/ RT
 Reseksi + TME
 Adjuvant : 5 FU + leucovorin atau folfox tau cape ox

Stadium IV A/B ( Metastasis dapat di reseksi)


 Kemoterapi kombinan
 Reseksi metastase + rectum atau 5 EU/RT
 Pengkajian ulang untuk stadium

Stadium IV A/B ( Metastasis borderline rerectable)


 Kemoterapi kombinan atau 5 FU/ pelvic RT
 Penilaian ulang untuk stadium dan kemungkinan reseksi
Stadium IV A/B ( Metastasis synchronoli tidak dapat direseksi atau secara medis tidak
dapat dioperasi)
 Bila simptomatik, terapi simptomatik reseksi atau stoma atau kolon sreaty
 Kemoterapi paliatif untuk kanker lanjut
 Bila asimtomatik bukan terapi non bedah lalu kaji ulang untuk menentukan
kemungkinan reseksi

TME : Total Mesorectal Excision


Diseksi tajam pada batas ekstrafasial dengan eksisi lengkap mulai dari mesorektum ke
dasar pelvis termasuk batas lateralnya.

Ca Mamae

Faktor resiko tinggi:


 Umur 35 tahun Etiologi
 Haid pertama < 12 tahun  Usia Diagnostik Differential
 Lambat menopause  Diet (life style), alcohol,  Fibro kistik disease
 Melahirkan anak > 35 konsumsi lemak, rokok  Galaktokel
tahun  Terpapar radiasi  Mastitis
 Tidak pernah hamil  Genetik : Keluarga gen  FAM
 Riwayat Keluarga supresor tumor  Phyloides Tumor
 Pernah op payudara o BRCA I (+)Tindakan
o BRCA II
 Terpapar radiasi oovarektum
Salpinyo

 Terapi hormon  Hormonal : estrogen


 Onkogen : Ras, C-mye,
EGFR (Epidermal Growth
Factor Receptor), HER-2
neu, R53
Klinis
I : Benjolan, luka, refracted nipple, nipple discharge,
dimpling, peau de orange, Pembesarah KGB, warna kulit
P:
- Nilai tumor (BAJU KOLOT PERU)
- KGB Axilla dll
- Mobilitas
- Nyeri tekan

Anamnese
 Kapan benjolan
 Progresifitas
 Nyeri
 Demam
 Benjolan tempat lain
 Riwayat operasi
 Riwayat penyakit
 Melahirkan, menyusui dan menarche
 Hormonal terapi
DIAGNOSA
 Riwayat keluarga
 Gambaran metastase (paru, otak, hati, 3 tulang)
TNM FAKTOR RESIKO

Laboratorium
 Tumor marker Ca 153
 LFT
 α fetoprotein

Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi:
a. Mamografi
 Screening
 Diagnostik
 Follow Up
 Usia > 35 tahun curiga ganas
o Densitas di gigi yang padat
o Batas tidak teratur (komet sign)
o Kalsifikasi (Padat=Ganas)
o Gambaran stelata
o Gambaran translusen
o Perbandingan sekitas tumor (besar tumor)
b. USG
 USG mamae usia < 25 tahun oleh karena
fibrokondilar padat
 Melihat metastase hepar
 Vaskularisasi meningkat
 Permukaan tidak rata
c. Ro. Thorax
 Melihat metastase paru

Patologi
1. Sitologi : FNAB
2. Sentinel Biopsi
3. Histopatologi (Gold Standard)
a. VC
b. Biopsi
4. IHK : ER, PR, HERZN, Ki 67
Terapi

Menurut tujuan: Menurut jenis: Menurut Moda terapi:


 Kuratif =  Terapi primer : Fokus  Lokal dan regional :
Menyembuhkan pada kanker operasi dan radiasi
 Paliatif = Memperbaiki  Terapi sekunder : pada  Sistemik : Hormonal,
keadaan umum koomordi lain kemoterapi, terapi
Memperpanjang  Terapi komplikasi : pada target, terapi imun,
surfiviry life year komplikasi yang terjadi dan komplementer
(+) Acun radiasi: 50gy
bila curiga residitif
tambah 10-20 gy

Operasi
1. Mastektomi radikal (Halsted) : seluruh jaringan payudara + KGB axila I, II, III
+ pektoralis klasik
2. Mastektomi radikal modifikasi (Patey) : seluruh jaringan payudara + KGB
axila I dan II saja + NAC
3. Simple Mastektomi : mengangkat seluruh jaringan payudara saja
4. Nipple sporing/ Mastektomi subkutan : Seluruh jaringan payudara saja
5. BCS: Hanya tumor dengan batas bebas tumor + KGB axila I dan II
(quadratectomy)
Syarat: ukuran <3cm, tidak sentral, panen dengan mempertahankan payudara stadium
0-1

TNM

T: N: M:

1. < 2cm 1. Axila ipsilateral mobile Metastasis jauh


2. > 2-5 cm 2. a. Axila ipsi terfiksir
3. > 5cm b. Mamaria interna
4. a. infiltrasi dinding dada 3. a. Infraclavicula
b. Infiltrasi permukaan kulit
c. TyA+B b. 2A + 2B
d. Inflamatory Ca c. Supraclavicula

STADIUM

Operatif Inoperatif

I : T1 N0 M0 IIIB : T1-T4 N0-N2 M0

II : T2 N1 M0, T3 N2 M0 IIIC : T1-T4 N0-N3 M0

IIIA : T1-T3 N0-N2 M0 IV : AnyT AnyN M1


Manajemen Terapi
Ca Mamae Operable

Stadium I Stadium IIA-IIIA

Low Risk High Risk


BCS BCS MRM KT/RT Neoadjuvan :
MRM + + Respon No
+ KT KT Respon
RT + +/- BCS MRM
+ + RT RT + +/-
HT HT +/- +/- RT RT
HT+/- TT HT+/- +/- +/-
TT HT +/- TT HT +/- TT
Catatan :
Low Risk
 Stadium I
 ER/PR (+)
 HER 2 (-)
 Umur > 35 tahun

High Risk
 Stadium tinggi III
 ER/ PR (-)
 High Timidin indek
 Umur < 40 tahun

Regimen
C : cycloforpamid
A : Adnamion
F : 5 FU
C:
E : Pirubisin
F:

Adjuvant 6 siklus
Paliatif 12 siklus
Nev 3-3
Ca Mamae Inoperable

Inoperable Stadium IIIB, Stadium IV


IIIC

Bleeding (-) Bleeding (+) Oligometastase Simptom (-) Simptom (+)

Kemo neo adj Radiasi


Kuratif  Simptomatis (simple
 SBRT mastektomy)
 Metastasektomy  RT Paliatif
 Atasi nyeri
Respon No Respon Respon

MRM KT MRM
+ Lini 2 +
RT + KT KT +/- HT +/- TT
+/- RT +/-
HT +/- TT +/- HT +/- TT
HT +/- TT

Follow up Post op
 1 – 2 tahun : per 2 tahun
 3 – 5 tahun : per 3 tahun
 > 5 tahun : per 6 bulan
 Laboratorium dan marker per 3 bulan
 USG thorax per 6 bulan

Catatan sistemik terapi


1. Kemoterapi :
a. Anti metabolit pirimidin (menghambat sintesa DNA) ex. 5FU, capecatabin
(xeloda)
b. Ankilatry agent (menghambat replikasi DNA) ex, cyclofosfamide, cysplatin
c. Topoisomerase ex, Doxorubicin/ Adnamicin, Topotecam
d. Mikro tubule (targetnya agent) ex, vincristine, paclitaxel
2. Hormonal :
a. Aromatase inhibitor ex, Anastrazole (Femara)
b. SERM (Selective Estrogen Regulator Modulator) ex, Tamoxipen
3. Targetnya terapi
a. Cek HK Her 2Nev (+) (lebih dari 3) = Onkogen protein (+), Terapi
trantuzumat 1 tahun
b. Cek KRAS VEGF (+) = Vaskular epidemin growth factor, terapi
mevacizumat
4. Radioterapi bila ??
a. T3 – T4
b. KGB > 3
c. KGB Menembus kapsul
d. Ragu safety margin tumor
Abes/ames/macis Abes/ames/macis
RESTI RESREN
G:poor diferentiated G:Well
A:>40th A:
Nodul M: KGB/paru/M1 M: -
Etiologi: tumor, hormonal, tiroid/struma E:Jaringan sekitar E: -
endemik, infeksi, trauma S:ukuran >4cm S:ukuran <2cm

Faktor resioko
Maligna - <20 - >50th Benigna
- Laki-laki
- Riwayat radiasi
Inoperable operable F
- Keluarga dan anak
NAB
- Progresif
- Gangguan mekanik
T4B ismolobektomi - Riwayat keluarga ganas jinak
Biopsi insisi PF:ikut saat menelan
+ CV Cek kgb
Lab: T3,FT4,TSH -Folikuler
T-marker( human -Hurtle disease
tiroglobulin) Supresi 6 bln
Calcitonin
Ro:USG

mengecil
-Bebesar
-Statis
jinak
ganas
vc

Ismolobektomi

papilare folikulare medulare anaplastik

Low risk High risk


Debulking
Radiasi
eksterna/kem
Total tiroidektomi oterapi

(TT)
observbasi

Cold nodu
 Tatalaksana metastase regional: KGB leher + infiltrasi sinus dan vena Jugularis
Scan tiroid
- operable→TT+RND
- inoperable→Radioterapi externa/kemoterapi: Adriamicin 50-60 mcg/mm2
Sidik tiroid I131
 Tatalaksana metastasis jauh
- Well diferentiated:TT + radiasi(ablasia)→4 mgg kemudian
Respon (+) Respon (-)
- Poor diferentiated: kemoterapi Terapi supresi kemoterapi
6bln sampai
 Post total tiroidektomi cek:T3 – T4 2 minggu postop,calsium 24 jam TSH 0,1

 Tyrax
1. Supresi (pada malignansi)→dosis tinggi agar disuse atropi sisa tiroid postop (target
TSH 0,5)
2. Substitusi (non malignansi)→mengganti kekurangan post total tiroidektomi
3. suplemen→tambahan saja (hipotiroidisme)→endemik goiter
 Indikasi op tyroid
1. Malignansi
2. Obstruksi nafas
3. Tumor besar
4. Tidak berhasil medikamentosa
5. Estetika
6. Severe Exopthalmus/ Hipertiroidisme (Hiperfungsi nodul)
7. Wanita ingin hamil setelah 1 tahun terapi

 Komplikasi Operasi
1. Tahap Dini :
a. Perdarahan (300 cc/jam)
b. Lesi N. Laringeus Superior
 External Branch : serak
 Internal Branch : Tersedak
c. Lesi N. Laringeus
d. Tyroid rekuren storm
2. Tahap Lanjut :
a. Hipoparatiroidisme
b. Hipokalsemia (1 – 2 hari) Post op : kejang
Terapi : Ca. glukonas 10% dalam 100cc Nacl/hari + kalsium oral
c. Hipotiroidisme

 Penilaian tumor
1. Substrat
2. Regio
3. TNM
4. Histopatologi

 Nilai Normal
1. FT4 : 10 – 30 pmol/L
2. TSH : 0,3 – 3,3 miµ/L
3. T3 : 1,5 – 3,0 n mol/L
4. Kalcium : 8,5 – 10,5 mg

 USG tyroid
1. Mampu deteksi 2 – 3 mm ukuran tumor
2. Kistik dan solid tumor
3. Mix kistik dan solid : maligna
4. Sebagai guiding untuk FNAB
5. Follow up pada terapi hormonal
6. Follow up recurensi post op
7. Deteksi invasi vascular
8. Deteksi KGB

 FNAB
Dapat membedakan jinak dan ganas sensitifitas 98% dan spesifik 100%

 Indikasi CT Scan dan MRI


1. Jika ukuran besar
2. Retrosternal tyroid

 Follow up post op Ca, Tyroid

Post Total Tiroidektomi

 4 minggu sidik tyroid


 T3,T4, TSH
 Kalsium (1-2 hari post op)

Sisa jaringan tyroid (+) Sisa jaringan tyroid (+)

Ablasi (I131) Terapi Supresi/ 6 bulan


subtitusi

Metastasis (-) Metastasis (+)

Bila 2 tahun berturut


turut (-) metastasis,
follow up diulang 3
tahun sekali

 Terapi Hormon
1. Supresi (terapi digihoriken agar hipertiroid) Thyroxan levo thyroxin dose
1,7Meg/kg BB/hari diharapkan dis use absorbs tyroid
2. Subtitusi (terapi pengganti) dosis dari rendah ke maksimal
3. Suplemen (tambahan) pada hipertiroidisme

 Terapi PTU 50 – 100mg


1. Pada anak : 5 – 7 gr/KgBB/Hari
Dewasa : 150 – 300mg/Hari
2. Hipokalsemia Kejang Ca. Glukonas 10%
3. Tyroid storm : Hampir akhir dari tyroid, berupa adrenergik hiperaktivitas

 Manifestasi
1. General (Demam, Derajat meningkat, distress, prapsi
2. GIT (nausea, vomitus, abdominal pain)
3. Neurologi : cemas, kejang, koma
4. Cardio : Hipertensi, hipotensi, takikardia, atrial fibrilasi, aritmia

 Mortalitas
Cardiac failure, aritmia dan hipertensi

 Terapi : PTU (600mg) + potassium iodide 5 H5 + propranolol 4


Tiroid
Non
Toksik
Toksik

difuse noduler difuse noduler

Grave Plumer disease Endemik Tumor /


disease goiter neoplasma

tirotoksikosis Hasimoto
Dequervain

Hipertiroid/

Pemeriksaan
penunjang
LAB Darah
rutin
T3,FT4,TSH
Tumor marker Calcitonin
Ca-medulare

Radiologi

Foto cervical USG:


-Lihat metastasis -Melihat nodul
tulang yang tidak
- kalsifikasi teraba
-kistik atau solid

Sidik
tiroid
Cold nodul=nodul ≤ yodium →CA

FNAB

Hampir 100% pada papilare,medulare dan anaplastik

Histopatologi Geld Stundent


Tumor Kulit Ganas

Melanoma
Non Melanoma Lesi Pra Kanker :actimic…… kerato
acentoma, bowen defense, enritro plasia -> Asal Sel melanosit:
BSC (Basalioma) xerodermal  Kulit, mukosa dan ….
Non keratinizing sel di basal epidermis
SCC (Squamous Cell Ca) Faktor Resiko
Faktor Resiko Asal keratinizing sel  Usia 35 – 55 tahun
 Paparan sinar UV -> Mutasi gen  Congenital naevus >5% dari luas tubuh
 Genetik Faktor Resiko  Genetik
 Imunosupresor  Paparan Sinar UV  5 Naevus ukuran >5mm
  50 Naevus ukuran >2mm
 Fistula Imunosupresi
 Displastik naevi syndrome
 Ulcus kronis  Infeksi/virus
 Paparan matahari
 Perut luka bakar (menjalin ulcus)  Xeroderma pigmentosum
Lokasi  Kulit putih
 Muka  Xeroderma pigmen Klasifikasi Histopatologi
 Hidung  Fistula 1. Lentigo (LMM)
 Badan  Arsen 2. Superficial spread (SSM)
3. Nodular (NMM)
 Leher 4. Acral lentigerous (ALM)
 Kepala Lokasi 5. Unclassified
 Punggung  Wajah
 Tulang  Ektremitas atas TNM
 Ektremitas bawah Jenis Ukuran
Tebal ≤1 mm
TNM  Bibir T1
T2 Tebal 1-2 mm
T: T1 ukuran ≤ 2cm  Dorsum manus T3 Tebal 2-4 mm
T2 ukuran 2-5 cm T4 Tebal > 4 mm
N1 Meta ke 1 KGB
T3 ukuran >5 cm TNM N2 Meta ke 2-3 KGB
T4 ukuran invasi ekstradermal Sama dengan BSC, bedanya : N3 Meta >4KGB
N: N1 Nodul regional T4: invasi extradermal dalam (tulang M1a Meta kulit
M: M1 Metastasis jauh kartilago otot) M1b Meta paru
M1c Meta Viscera Abdomen

Stadium Stadium Diagnostik


I : T1 N0 M0 Sama dengan BSC Klinis
II : T2-3 N0 M0  Naevus progresif, gatal, bleeding ulcus
III : AnyT N1 M0 Diagnosa  PF, ABCDE asimetris, border, color,
IV : AnyT AnyN2 M1 Klinis Diameter >6 mm, elevation
 Cowly flower ulcus Radiologi
Diagnosa  Berbau  X Ray thorax
Klinis  Lesi menonjol -> Eksofitik  USG abdomen
 Naevus progresif  CT Scan
 Bleeding
 Ulcus tak sembuh sembuh rodent  MRI
 Progresif Biopsi
 Tidak bau  Endofilik  Ukuran >2 cm -> insisi
 Fibrosing/ morphea like  Infiltiatif  Di wajah -> insisi
 Squama (superfisial) Radiologi  Ukuran < 2 cm -> Eksisi, Safety 1 cm
Radiologi  X Ray daerah lain,CT scan/ MRI
 X Ray daerah lesi -> nilai infiltrasi Biopsi Terapi
Lesi Primer
Biopsi  Ukuran ≤ 2cm -> eksisi
 Insisi  Tebal ≤0,76mm
 Ukuran >2 cm-> insisi  0,76 – 1,5 mm
 Eksisi
 > 1,5 mm
Terapi Wide Eksisi
Terapi  Sama dengan BSC,bedanya radikalitas  (SM) 1 cm
 Radikalitas eksisi 0,5-1 cm (SM) 1-2 cm  (SM) 1,5 cm
Radikalitas tidak tercapai terapi adjuvant  Meta regional sama dengan melanoma  (SM) 2 cm
radioterapi Malignansi region
 MOHS micrographic Surgery (MMS)  Extremitas bawah -> Deseksi KGB Inguinal
 Rekonstruksi daerah lesi (Primer,  Extremitas atas -> Deseksi KGB axila level I
STSE, FTSE, dan FLAP)  Leher -> RND

Catatan : Bila reseksi + radiasi tidak dapat
dilakukan -> Kemoterapi : Decarbazine +
Tamoxifen

Kanker Rongga Mulut


Oral Canty Ca

 Epidemiologi Type Thery : SCC, Perempuan > Laki-laki, Resiko Usia < 40 tahun
 Keluhan : Lesi Rongga Mulut ( Leukoplakia)
TNM

T1 : < 2cm N1 : Ipsilateral, ≤ 3cm, single


T2 : 2-4 cm N2 : 1 – 3 – 6 cm, multiple
T3 : > 4 cm N3 : Lebih dari 6
T4a : Infiltrasi tulang, N. Alveolaris, Dasar
mulut, kulit M1 : Metastasis Jauh
T4b : Infiltrasi, masticator space, ptery grid
plate, A. carotis

 Diagnostik
1. (S) Anamnesa : Cara menelan, bicara, progresifitas tumor, riwayat radiasi (Hot
Plate Chewy Sign)
2. (O) PF : Baju Kolot Peru + Tarik Lidah + Cek KGB leher ada tempat untuk
BIMANUAL PALPASI dari sedasi
Rontgen : Schedel, waters, CT Scan
Histopatologi : Biopsi Open, punch

 Tindakan
1. T1 dan T2 Wide eksisi trans oral Radikalitas (Tepi sayatan harus RO)
2. T2 atau lebih/ KGB palpable Bedah umu jangan kerjakan, approach (
lower check dan Upper check ) swing mandibulektomi Radioterapi + RND
3. Tumor Inoperable Paliatif (sitostatik)
Tumor Kelenjar Salivatorius

 Mayor : Parotis, Submandibula, Sublingual


 Minor : Kelenjar liur aerodigestivus dan sinus paranasal
 Parotis :
1. Lobus superfisial
Dibagi secara imaginer oleh N.VII
2. Lobus profunda (Facialis)
Vassa : A. Carotis eksterna dan V. Facialis Posterior
 Submandibula : Letak di trigonum submandibularis (batas margo inferior
mandibula dan M. digestricus anterior dan posterior) dekat dengan N. lingualis
dan N.XIII (hypoglosus))
 Sublingualis : Letak dibawah lidah kanan kiri (paramedian)
 Etiologi :
1. Wood dust (debu kayu) pabrik
2. Resiko tinggi > 40 tahun
 Diagnostik:
S : Keluhan benjolan, kelenjar parotis (pre auricular sehingga telinga terangkat)
paralisis N. fascialis, disfagia, odinofagia, paralisis N. IX, X, XI, XII, pembesaran
KGB leher
(I, II dan III) progresifitas tumor, paparan radiasi dan pekerjaan
O : Pemeriksaan fisik
I: Terangkat cuping telinga, KGB leher, intra oral, pendesakan organ
P: Baju Kolot Peru + Ipsi atau kontralateral
 Pemeriksaan Penunjang
Menilai tulang mandibula dan maxilla sinus, Rontgen :
 Schedel AP/L + Reverse water
 Thorax untuk metastase
 CT Scan untuk menilai qorable dan approach operasi

Biopsi: FNAB (atensi 58 – 96%)


 TNM
T1 : < 2 cm
T2 : < 2 – 4 cm
T3 : > 4 cm
T4a : Expansi ke M. Lidah (palatoglosus, styloglosus, hyoglosus)
T4b : Expansi ke tulang atau A. Carotis interna

N1 : 1 buah ipsilateral < 3 cm


N2 : Soliter atau multiple kontralateral 3 – 6 cm
N3 : soliter atau multiple > 6 cm

M : Metastase
 Stadium:
1. T1-2 N0 M0
2. T1-3 N1 M0
3. T1-4a N2 M0
4. AnyT AnyN M1
Terapi operatif

operable

Non operable
- Metastaseis/
Tumor sekunder N(+) N (-)
-limfoma Eksisi RND Eksisi tumor
(five margin 1cm)

kemoterapi
- Cysplatin
-carboplatin

Radioterapi: high grade, dose


margin <5mm, Stadium lanjut,
infiltrasi kulit/tulang,KGB paska
diseksi (+), tumor rekuren

Tumor glandula N (-)


salivatory

maligna

Benigna
eksisi→PA→Stop

sublingual submandibula parotis

Parotidekto
Eksisi/PA Eksisi/PA
m superfisial
PA

ganas jinak ganas Jinak


stop ganas jinak

Radikal Tidak Diseksi Total


radika mandibula stop
parotidektom
l i

Kgb (+) Kgb (-) Kgb (-)


reeksisi Kgb (+)
RND stop stop
RND
Sepsis Resuscitation Bundle
1. Pengukuran laktat serum
2. Pemeriksaan kultur darah untuk pemberian antibiotik
3. Pemberian antibiotik spektrum luas dalam 3 jam pertama
4. Pemberian 30 ml / KgBB cairan kristaloid apabila dijumpai hipotensi atau laktat
serum ≥ 4 mmol / L
5. Pemberian vasopressor apabila tetap hipotensi setelah pemberian resusitasi cairan
untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) ≥ 65 mmHg
6. Apabila hipotensi tetap bertahan setelah diberikan resusitasi cairan atau laktat
serum ≥ 4 mmol / L
a. Mempertahankan CVP (Central Venous Pressure) > 8 mmHg
b. Mempertahankan ScvO2 (Saturation Central Venous Oxygen) ≥ 70 %

pH pCO2 HCO3
Asidosis Murni N
Respiratorik Terkompensasi sebagian
Terkompensasi penuh N
Murni N
Asidosis
Terkompensasi sebagian
Metabolik
Terkompensasi penuh N
Asidosis Respiratorik dan Metabolik
Murni N
Alkalosis
Terkompensasi sebagian
Respiratorik
Terkompensasi penuh N
Murni N
Alkalosis
Terkompensasi sebagian
Metabolik
Terkompensasi penuh N
Alkalosis Respiratorik dan Metabolik

PO2 meningkat bisa karena peningkatan O2 karena diberi dan bisa karena nyeri

Arteri Vena
pH 7.35 – 7.45 7.39 – 7.41
PO2 80 – 100 mmHg 35 – 40 mmHg
PCO2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg
HCO3- 22 – 26 mEg / L 22 – 26 mEg / L
Base Excess -2 s/d +2 -2 s/d +2
Faktor koagulasi
1. Intrinsik : dilihat dari APTT  faktor XII, XI, X, VIII
2. Ekstrinsik : dilihat dari PT (INR)  faktor VII A (merupakan reaksi sel bisa
karena infeksi, tumor, radang)

Tanda – tanda peritonitis anak :


 Edema dinding abdomen
 Hiperemis paraumbilikal dan flank area

Urethelial papiloma
 Grade I : diferensiasi baik
 Grade II : diferensiasi sedang
 Grade III : diferensiasi kurang

HN mart USG
 I : masih di dalam pelvis renalis
 II : sampai di calix tapi calix masih cuping
 III : calix tidak cuping lagi
 IV : calic sudah ballony (parenkim menipis)

Quack : < 10 cc / s  indikasi operasi


Urine sisa : > 100 cc

Penanganan cedera kepala


1. Penanganan cedera primer
2. Penanganan cedera sekunder
3. Penanganan cedera organ lain

Meningioma : dari lapisan arachnoid

Atresia Ileum
 Pasti ada polihidramnion
 Ada mikrokolon pada pemeriksaan barium enema

Untuk resusitasi dilihat MAPnya

Ventrikel melebar karena brain atrofi  ventrikulomefaly

Nervus kranialis :
1. Olfaktorius
2. Optikus
3. Okulomotorius
4. Troklearis
5. Trigeminus
6. Abducen
7. Facialis
8. Vestibulokoklearis
9. Glossofaringeus
10. Vagus
11. Accesorius
12. Hipoglosus

Hidrosefalus = produksi, distribusi, penyerapan

SOL = space occupaying lession

Penekanan dari colculus post  kegagalan nervus 3


Bola mata ke bawah  fenomena sunset

Aquaductus stenosis  sumbatan di aquaductus

Kelainan kongenital yang paling sering


 Baby walker sindrom
 Aquaductus stenosis

Perdarahan untuk tulang

Amoeba Pyogenic
Usia < 50 tahun Usia > 50 tahun
Laki-laki : perempuan = 10 : 1 Laki-laki : perempuan = 1 : 1
Hispanic descent Predisposisi etnik tidak ada
Dapat dari perjalanan ke daerah Demam tinggi
endemik Pruritus
Disfungsi paru Kuning
Nyeri berat Septik syok
Diare Teraba massa
Abdominal tenderness
Hepatomegali

Enteric content :
 Fecices buat peritonitis : 8 – 12 jam
 Cairan : < 8 jam

Omfalokel terdiri dari 2 lapisan yaitu amnion dan peritonium

Tanda kardinal
 Painless

Klaudikasio intermiten : nyeri saat beraktivitas dan berhenti atau menghilang saat
istirahat

Acute limb iskemik


 Ekokardiografi
 Angiografi
 Persiapan amputasi

Penanganan fraktur tulang belakang


1. Tahap dini  nilai ABC, imobilisasi
2. Tahap lanjut  stabilisasi posterior untuk bisa beraktivitas mandiri
3. Rehabilitasi  untuk dapat bekerja mandiri

Angry Braun : tampak otak swelling, kemerahan (SAH) + SDH

Cacat bawaan otak


 Cefalokel 80 %
 Hidrosefalus kongenital 10 %
 Cacat bawaan 10 %

Berdasarkan patoembriologik
1. Malformasi perkembangan
2. Defek tabung neural
3. Hidrosefalus kongenital

Tarsus di bola mata  sebagai pemegang palpebra


Pada kelopak mata
 Outer line : kulit
 Inner line : mukosa bisa diambil (hidung, mulut)

Untuk organ amputed dengan clean cut


 Bersihkan amputed dengan NaCl 0.9 %

Orkhidopeksi : meletakkan dan memfiksasi testis pada skrotum

Testis abnormal : testis ektopik dan testis undecensus

Untuk bedah umum


 Hirsprung  barium enema  kolostomi  observasi  swenson / soaue
procedure
 Suction biopsi dilakukan > 3 cm di atas anal dimple

Pada fraktur
 Plating costae : nyeri, mengganggu pernapasan, fraktur anterior, fraktur segmental

Comoncanel pada atresia ani dengan kolaka dilakukan colon in loop  bila > 3 cm
maka letak tinggi

Subdural akut  kronis

Subdural akut (hiperden), subakut (isoden), kronik (hipoden)

Diafragma urogenital
 Uretra anterior : naviculare, pendiculare, bulbosa
 Uretra posterior : prostatica, membranacea

Penanganan utama ruptur uretra


 Cepat : PER (primary endoskopi re-enlargement)
 Delay
 Sistostomi  diversi umum
 Tunggu luka healing 6-8 minggu
 Lakukan uretrografi dan sistoskopi

Penanganannya : sache
Reseksi anastomosis uretra
Tumor Buli
Tx : tumor primer tidak ditemukan
T0 : tidak ada tumor primer
Ta : non invasive papillary carcinoma
Tis : carcinoma in situ : flat tumor
T1 : tumor invasi ke jaringan subepitelial
T2 : tumor invasi ke otot
T2A : tumor invasi ke otot superfisial (setengah dalam)
T2B : tumor invasi ke otot dalam (setengah luar)
T3 : tumor invasi jaringan perivesica
T3A : secara mikroskopis
T3B : secara makroskopis (massa ekstravesica)
T4 : tumor invasi prostat, uterus, vagina, dinding pelvis, dinding abdomen
T4A : tumor invasi prostat, uterus atau vagina
T4B : tumor invasi dinding pelvis atau dinding abdomen
Nx : kelenjar limph regional tidak bisa diakses
N0 : tidak ada metastase kelenjar limph regional
N1 : metastase di kelenjar limph tunggal di pelvis mayor (hypogastrik, obturator,
external iliaca, atau presacral)
N2 : metastase di multiple kelenjar limph di pelvis mayor
N3 : metastase pada kelenjar limph iliaca comunis
Mx : tidak ada metastasis
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : metastasis jauh

Kritis : bila tidak dilakukan tindakan maka akan mati atau cacat
Emergency : suatu keadaan yang tidak terprediksi yang harus segera mendapat
immediate tindakan

CVP : 8 - 12
MAP : 65 - 90
SvO2 : ≥ 70 %
Cardiac output : 2,5

Hematuri : buli
Ginjal
Meatal bleeding : uretra
Tipe ruptur buli :
 Contusio
 Trauma intraperitoneal
 Trauma ekstraperitoneal

Cerebelum itu kalau ada massa maka akan menekan ventrikel 4

Pembacaan foto thorax


A : airway  trakea
B : breathing, bone
C : costophrenicus, corakan paru, cor
D : diafragma
E:

Algoritme pengobatan trauma colon menurut stone dan febrian

Trauma colon
Tidak ada hipotermi
Tidak ada asidosis Syok Perdarahan
Ya Diversi
Tidak ada koagulopati komorbid

No Anastomosis
primer
Dilakukan reseksi Ya

No Repair primer

Algoritme penanganan trauma rectal

Trauma rectal Low Energy


Tidak ada hipotermia Intraperitoneal
Tidak ada asidosis
Tidak ada koagulopati Repair primer
Energi tinggi dengan Tidak diversi
kehilangan jaringan Tidak drainase

Ekstraperitoneal

Prosedur hartman

Tidak ada kehilangan Kehilangan jaringan


jaringan
Debridement
Colostomy Repair
Drainase Colostomy
Transperineal Transperineal drainase
Irigasi
Hartman

Kalau pasien diberi asam traneksamat  menghambat fibrinolisis  jadi asam


traneksamat kontraindikasi pada DIC

Tampponade jantung : trias beck


 Hipotensi
 JVP meningkat
 Suara jantung menjauh

Soft tissue healing 3 minggu

CPP = MAP – ICP

Manitol  berikan pada severe brain injury


DA I
Mengambil cairan dari ekstravaskular ke intravaskular

Well score untuk DVT


Leon score
Severe sepsis
Surgery
colonisasi

Perforasi gaster
 Ulkus peptik : H. Pylori, NSAID
 Inflamasi diverticulum colon sigmoid
 Trauma
 Penyakit chron
 Kolitis ulserasi
 Tumor ganas

Perforasi : libera, recta


Kalau tidak terlalu distensi tidak perlu diukur perforasi
Diagnosis banding haloorgan perforasi gaster, ileum
Tekanan intra abdominal
 Grade 1 : 12 - 15
 Grade 2 : 16 - 20
 Grade 3 : 21 - 25
 Grade 4 : > 25

Daerah yang lemah dari mandibula : subkondilar, angulus mandibula dan mentalis

Tipe fraktur
 Fraktur simple (fraktur tertutup)
 Fraktur kompoun (fraktur terbuka)
 Fraktur komunisi  hancur
 Fraktur greenstick
 Fraktur patologis

Lokasi fraktur
 Dentoalveolar
 Kondilus
 Koronoideus
 Ramus
 Sudut mandibula
 Corpus mandibula
 Simfisis
 parasimfisis

Pola fraktur
 Fraktur unilateral
 Fraktur bilateral
 Fraktur multiple

Pleksus koroideus  ventrikel lateral  foramen monrow  ventrikel 3 


aquaductus livi  ventrikel 4  foramen maghandi, lucka

Komplikasi luka bakar listrik


 Jantung  VF
 Otak
 Otot

EDH
 Lucid interval
 Lateralisasi ipsi lateral
 Hemiparesis kontra lateral

Jumlah slide x diameter = 80 cc

Galeazi : ekstraartikuler
Coles : ekstraartikuler
Barten : intraartikuler

Anatomi pembuluh darah kaki


Hartman prosedur
Syarat usus disambung
Fraktur kominutif
Fraktur segmental

Dento alveolar fraktur : pasang kawat segera


Untuk ORIF maksilofasialis < 3 minggu

Cranioplasty
 Autograf : 3-4 bulan
 Acrilic : 6 bulan

Hematome scalp
 Subgaleal : melewati sutura
 Subkutis
 periosteum

GCS dewasa
E4 : spontan
E3 : berdasarkan perintah verbal
E2 : berdasarkan rangsang nyeri
E1 : tidak memberi respon
M6 : menurut perintah
M5 : melokalisir rangsang nyeri
M4 : menjauhi rangsang nyeri
M3 : fleksi abnormal
M2 : ekstensi abnormal
M1 : tidak memberi respon
V5 : orientasi baik
V4 : percakapan kacau
V3 : kata-kata kacau
V2 : mengerang
V1 : tidak memberi respon
CKR : 14-15
CKS : 9-13
CKB : 3-8

GCS bayi
E4 : spontan
E3 : berdasarkan suara
E2 : berdasarkan rangsang nyeri
E1 : tidak memberi respon
M6 : aktif
M5 : melokalisir rangsang nyeri
M4 :menjauhi rangsang nyeri
M3 : fleksi abnormal
M2 : ekstensi abnormal
M1 : tidak memberi respon
V5 : senyum, orientasi terhadap objek
V4 : menangis tapi dapat ditenangkan
V3 : menangis dan tidak dapat ditenangkan
V2 : mengerang dan agitatif
V1 : tidak memberi respon

GCS yang tidak bermakna


 Hematome
 Spinal cord injury
 ETT
 Trakeostomi
 bisu

Yang tidak bisa dinilai GCS


 mabuk
 sedasi
 syok

Jenis fraktur
 Gambaran fraktur : linier, diastase, comminuted, depressed
 Keadaan luka : terbuka, tertutup
 Lokasi anatomis : konveksitas, basis cranii

Klasifikasi cedera kepala berdasarkan patologi


1. Cedera kepala primer, dapat berupa
a. Fraktur linier, depresi, basis cranii, kebocoran likuor
b. Cedera fokal yang berupa contusio coup atau countercoup, hematome
epidural, subdural atau intraserebral
c. Cedera difus yang berupa konkusi ringan atau klasik atau berupa cedera
aksonal difusa yang ringan, moderate hingga berat
d. Trauma tembak
2. Kerusakan otak sekunder
a. Gangguan sistemik : akibat hipoksia, hipotensi, gangguan metabolisme energi
dan kegagalan otoregulasi
b. Hematome traumatika : epidural, subdural (akut dan kronis), atau intraserebral
3. Edema serebral perifokal generalisata
4. Pergeseran otak (brain shift)  herniasi batang otak

 Tutup dengan kassa lembab


 Tutup dengan plastik
 Letakkan di dalam es
 Bila es mencair ganti
 Bila dalam es 12 jam bisa disambung
 Bila tidak dalam es 8 jam bisa disambung

Langkah – langkah penyambungan :


 Debridement
 ORIF
 Sambung pembuluh darah arteri dulu baru vena

Distal radius ulna fraktur dengan dislokasi dengan ada epifisis plate dilakukan
enokulasi

Velpo bandage dipertahankan 2 minggu dan tidak boleh lebih dari 3 minggu
6 point pembacaan foto ortopedi
1. Side
2.
3.
4.
5.
6.

Cara mengetahui olekranon sudah masuk : condilus dengan olekranon membentuk


segitiga ketika difleksikan dan satu garis ketika diekstensikan

Short bowel sindrom : dialami setelah reseksi usus ≥ 100 cm atau ≥ 25 % sehingga
terjadi malnutrisi

LUTS
1. Incomplete empty
2. Frequency
3. Urgency
4. Weak stream
5. Straining
6. Nokturia
7. Intermittently

Indikasi fraktur klavikula


1. Tenting
2. Fraktur terbuka
3. Terkena vaskular
4. Kosmetik
5. Fraktur dengan komplikasi
6. Fraktur dengan disertai fraktur costae

Abdomen
 Zona 1 : tengah : retro, perivertebra
 Zona 2 : kiri kanan
 Zona 3 : pelvica
Infeksi hepar
1. Abses hepar pyogenik : honeycomb appearance, gram begatif, biasanya karena
infeksi sirkulasi portal, nyeri kuadran kanan atas, demam. Symptom, sign dan
laboratory data pyogenic liver abses.
Symptom : demam, berat badan turun, nyeri, mual dan muntah, malaise, diare
Sign : efusi pleura, asites, massa di kuadran kanan atas, jaundice, hepatomegali,
tenderness di kuadran kanan atas
Data laboratorium : alkaline fosfatase meningkat, leukosit > 10000, albumin < 3 gr/dl,
hematokrit ≤ 36 %, bilirubin ≥ 2 gr/dl

2. Abses amuba : pus like material, berada di anterior superior lobus kanan, seperti
anchovy paste atau chocolate sauce, sering diare, berikan metronidazole 7-10 hari

Keganasan hepar
 47 % hepatoseluler carcinoma, 17 % metastase colorectal, 11 %
cholangiocarcinoma, 7 % neuroendocrine metastase, 18 % tumor lain
 Hepatocelular carcinoma disebabkan virus hepatitis, sirosis alkoholik,
hemochromatosis, dan NASH
 Cholangiocarcinoma : keganasan kedua

Abses liver
1. Bile duct : berasal dari cholangitis
2. Vena portal : pyelephlebitis dari appendicitis atau diverticulitis
3. Ekstensi langsung dari suatu penyakit contiguous
4. Trauma karena tumpul atau tajam
5. Arteri hepatic karena septikemia
6. Kriptogenik

Cystic hepatic lesi


1. Kista hepatik infeksi : abses pyogenic, abses amebic, kista hati hydatid
2. Kista hepatik kongenital : kista simpel, penyakit hati polikistik
3. Kista hepar neoplastik : kistadenoma, kistadenocarcinoma
4. Kista hepatis trauma

EGDT : menghentikan kegagalan organ

Kompartemen sindrom bertujuan menurunkan tekanan intravena

Maloklusi
 Subjektif  ketemu atas dengan bawah
 Objektif  bertemu atas dan bawah

Sadar  waters open mouth


Tidak sadar  reverse waters

SCALP : skin, connective tissue, aponeurosis, loose areolar tissue, perikranium


(tabula eksterna, diploe, tabula interna)
Selaput otak : duramater, araknoid, piamater

Open fraktur dengan luka tembak  high energy  emergency

Frankel
A : sensorik (-), motorik (-)
B : sensorik (+), motorik (-)
C : sensorik (+), motorik 1-2
D : sensorik (+), motorik 3-4
E : sensorik (+), motorik (+)

SCIWORA
 Prognosis sesuai klinis dan MRI
 C7 C4 up cervical
 Lower cervical C5-C8
 12 thoracic cord injury

Peribronkial flap  ruptur  emfisema subkutis dari leher baru ke dada

Ruptur uretra
 Hematom perineum, penis, dan scrotum
 Bloody discharge
 Floating prostat

Syok : inadekuat oksigenasi dan perfusi


Sepsis : lokal infeksi + SIRS (takikardi, takipneu, leukositosis / leukopeni, hipotermi /
hipertermi)

Indikasi CT scan
 Penurunan GCS lebih dari 1
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Lateralisasi
 Luka tembus atau bacok
 Luka tembak
Batu proksimal di ESWL
 Tidak ada obstruksi
 Tidak lengket dengan jaringan sekitar

Torsio : nyeri iskemik


Orchitis : nyeri inflamasi

Varikokel
 Kelemahan katup vena
 Grade 1 : dengan valsava teraba, berdiri tidak kelihatan
 Grade 2
 Grade 3 : disuruh tidur pun sdah kelihatan

Grade tumor menurut proliferasi sel tumor


 Grade 1 : weldy
 Grade 2
 Grade 3 : poor

Hidrokel
 Anamnesis : benjolan tidak nyeri
 Pemeriksaan fisik : kistik, transluminasi (+) / diapanoscopi
 USG
 Operasi
 Jaboulay : tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi
 Lord : tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan benang
chromic cat gut

SOL (space occupying lession)


DA I  angulasi, rotasi dan peregangan
Klasifikasi :
 Grade 1 : tidak terdapat kelainan patologi yang terlihat pada CT scan, mortalitas
9.6 %
 Grade 2 : cysterna masih tampak, midline shift 5 mm, tidak terdapat lesi
berdensitas tinggi atau campuran yang > 25 ml, mortalitas 13.5 %
 Grade 3 : cysterna kompres atau hilang, midline shift 5 mm, tidak terdapat lesi
berdensitas tinggi atau campuran yang > 25 ml, mortalitas 34 %
 Grade 4 : cysterna kompres atau hilang, midline shift > 5 mm, mortalitas 56,2 %
ICH : jumlah perdarahan > 25 cc
Flail chest : fraktur segmental lebih dari 2 costae yang berurutan

Fraktur basis cranii


1. Fraktur basis cranii fossa anterior
Os sphenoid, prosesus clinoidalis anterior dan gugum sphenoidalis
Gejala klinis : brill hematoma / racoon eyes, rhinorrhe
2. Fraktur basis cranii fossa media
Piramida petrosus os temporalis, prosesus clinoidalis posterior dan dorsum sella
Gejala klinis : battle sign, otorea, hemotimpanum, kelumpuhan nervus VII / VIII,
carotid cavernous fistula (CCF)
3. Fraktur basis cranii fossa posterior
Penatalaksanaan
 Observasi
 Tidak memasang NGT
 Tidak perlu antibiotika
 Tidak melakukan irigasi
 Bila 2 minggu LCS tidak berkurang  operasi
 Pada fraktur basis fossa media dan fraktur media  CT scan setiap 6-12 bulan

Epidural hematom
 Penumpukan darah di antara dura dan tabula interna
 Paling sering di temporal dan frontal
 Gambaran massa hiperdens berbentuk bikonveks
 Asal perdarahan : arteri meningea, vena, diploe, fraktur site
 Gejala klasik : lucid interval, hemiparesis kontralateral, dilatasi pupil ipsilateral
Dilatasi pupil bisa dikarenakan trauma, masalah pada fisura, herniasi (GCS turun
parah)

Subdural hematom
 Perdarahan di antara dura dan arachnoid
 Karena laserasi arteri atau vena kortikal
 Robekan bridging vein
 Akut : < 3 hari (hiperdens seperti bulan sabit)
Subakut : 4 – 20 hari
Kronis : ≥ 3 minggu
 Gejala klinis : penurunan kesadaran, pupil anisokor, defisit neurologis,
abnormalitas nervus 3
Tipe anastomosis vaskular
 End to end
 End to side anastomosis

Komplikasi
 Trombosis
 Infeksi
 Stenosis
 Fistula arteri vena
 Pseudoaneurisma

Pada NOM di management trauma abdomen


1. Klinis
2. Radiologis
3. Laboratorium

Hydrancefali karena carotis media tidak terbentuk


Cerebelumnya tidak terbentuk
Batang otak, cerebelum, lobus occipitalis (+)

CPA : cerebelum pontin angle


SDH : trauma  arachnoid robek  LCS di arachnoid keluar  numpuk di subdural
yang menyebabkan mekanisme katup
SDH post gejalanya penurunan kesadaran, sakit kepala, muntah, kelumpuhan saraf
cranial, dan kaku kuduk. Penyebabnya laserasi sinus vena, kontusio serebeli, bridging
vein yang robek

Indikasi foto schedel


 GCS 15
 Vulnus laceratum > 5 cm
 Luka tusuk / bacok / tembak
 Corpus alienum
 Deformitas (fraktur maksilofasial / tumor)

Indikasi CT scan kepala


 Nyeri kepala dan atau muntah menetap
 Kejang
 Luka tusuk / tembak
 Corpus alienum
 Penurunan GCS > 1 poin
 Cedera otak sedang dan berat
 Terdapat lateralisasi (hemiparese / pupil anisokor)
 GCS 15 dan selama 3 hari terapi konservatif tidak membaik
 Bradikardi (heart rate < 60 kali / menit) yang menyertai salah satu gejala di atas
 Multipel trauma

Dosis manitol  0.25 – 0.5 gr / KgBB dalam 10 – 20 menit


Brain dehidrasi = 5 cc / KgBB
Brain antioksidan = 2 cc / KgBB 4 – 6 kali per hari
Brain = 2 cc / KgBB 4 – 6 kali per hari
Indikasi manitol :
 Tanda – tanda herniasi transtentorial
 Perburukan neurologis
Syarat pemberian manitol : pasang kateter
Komplikasi :
 Gagal ginjal prerenal hiperosmotik
 Gangguan elektrolit
 Dehidrasi dan hipotensi
 Perdarahan intrakranial
Burhole
 Ipsilateral dengan pupil yang dilatasi
 Burhole dengan pupil yang duluan dilatasi
 Di tempat jejas yang menonjol
 Burhole di sisi kiri

Temporal
Frontal
Parietal
Occipital

Herniasi
 Supratentorial : hernia angulare, hernia transtentorial, herniasi uncal
 Infratentorial

Open fraktur depres indikasi operasi


 Infeksi
 Tulang melukai korteks  fokus kejang

Indikasi cervical foto


 Nyeri lokal di cervical
 Deformitas
 Krepitasi / edema
 Perubahan status mental
 Gangguan neurologis
 Jejas di atas klavikula
 Multipel trauma

Indikasi collar neck


 Multipel trauma
 Jejas di atas klavikula
 Penurunan kesadaran
 Dilepas jika klinis (nyeri berkurang) dan radiologis (rontgen cervical)

Meningitis purulenta, serosa

Golden period untuk gastroskizis = < 20 menit


Meningoencefalitis  meningen + encefal
Antara 3 dan 4  infeksi  kemungkinan TB

Metacarpophalangeal (MCP)  pembiusan lokal di jari

Emergency dalam ortopedi : open fraktur, osteomielitis akut

Papil edema  pupil atrofi  pupil aberans  stroke hemoragik

Fraktur avulsi : fraktur yang terjadi pada tempat insersi otot sehingga bila fraktur
maka segment fraktur tertarik

Arcuata : penyatuan arteri ulnaris dan radialis

Modified radical mastectomy : angkat seluruh stroma dan parenkim payudara, areola
dan puting susu serta kulit di atas tumor disertai diseksi kelenjar getah bening aksila
ipsilateral level I, II / III secara en bloc tanpa mengangkat muskulus pectoralis mayor
dan minor.
Kelenjar getah bening
 Level I : kelenjar getah bening yang terletak lateral muskulus pectoralis minor
 Level II : kelenjar getah bening yang terletak di belakang muskulus pektoralis
minor
 Level III : kelenjar getah bening yang terletak di medial muskulus pektoralis
minor
Apa indikasi operasinya
 Cedera persisten dengan nyeri menetap
 Riwayat trauma
Laporan kasus perempuan > 35 tahun dengan benjolan di payudara  ganas.
Pemeriksaan fisik : T, N, M. Resume klinis : anamnesis + pemeriksaan fisik  TNM
 bahasa medis. Diagnosa banding. Usul pemeriksaan penunjang : foto thorax, USG
hepar, USG mammae dan aksila, pemeriksaan PA. Diagnosa klinis. Terapi : operasi,
kemoterapi, radiasi.

Prolaps recti
 Rectopexy
 Low anterior resection
 Perineal protectomy
 Anal encirclement procedure
Terapi onkologi
 Umum
 Biological terapi : targeted terapi, imunologi
 Kemoterapi
 Hormonal terapi
 Lokal
 Operasi
 Radioterapi
 Terapi adjuvant

Prognosis : quo ad vitam, quo ad sanationam, quo ad functionam. Bonam, dubia ad


bonam, dubia ad malam, malam.

Indikasi pembedahan tiroid


 Penekanan
 Malignancy
 Toxicitas
 Kosmetik

Pada kompartemen sindrom


 4 jam saraf rusak
 8 jam otot rusak
Di femoral ada 3 kompartemen
Pada kompartemen harus dibuka semua fasia pada semua kompartemen

Hepar ada 8 segmen

Lien tidak bisa dipacking karena mudah berdarah

Divertikel  berasal dari usus dan gaster

Stroma (mesenkin)
Subdermis
Lemak sarkoma
Limfatik
Kalau epitel : carcinoma
Kalau epitel kelenjar : adenocarcinoma
Kelenjar limfe
 Level I : lateral muskulus pektoralis minor
 Level II : di bawah muskulus pektoralis minor
 Level III : medial muskulus pektoralis minor
Interpektoral : antara muskulus pektoralis mayor dan muskulus pektoralis minor

Tumor pyloides : kista sarcoma pyloides benigna

Intraductal carcinoma : bisa 2 payudaya, bisa BCS


Intralobular carcinoma : langsung MR

Paget disease : malignancy pada nipple


Infiltrasi dada : 4A
Infiltrasi kulit : 4B
Klasik MRT : pektoralis mayor angkat
Simpel mastektomi : buang payudara tanpa dalam
Subkutan mastektomi : buang dalamnya saja
3 minggu setelah biopsi segera mastektomi

T : sifat (nyeri, hangat), sejak, tahu ukuran awal dan sekarang, warna kulit, kulit ada
tanda lain
N:
M:
Faktor risiko : kapan pertama kali menstruasi dan menopause, kapan pertama kali
melahirkan, kapan pertama kali menyusui
Kalau tiroid tambah status
Mammografi : untuk screening payudara wanita > 40 tahun, tidak boleh pada massa
kenyal, curiga ganas, bisa dipalpasi
Ultrasonografi : untuk ukuran lesi, kista atau
Mastektomi : mengangkat
MRM : KGB level I dan II
En bloc : satu paket tidak terpisah
BCT : eksisi tumor + radiasi + diseksi kelenjar getah bening ketiak
HER – 2 human
Syarat sentinel
 3 sentinel  buang semua
 2 sentinel  buang yang itu saja

Kanker payudara operabel : T0, Tis, T1, T2, T3-N0, N1-M0


Yang tidak operabel : stadium 3B  T4-N0, N1, N2-M0
Halsterd  reverse halsterd
Stewart : posisi marginal vertikal
Pektoralis mayor dan minor : bukan dinding dada
ORR : oblique, tumornya kuadran atas lateral
Fibrogranular : berkurang sesuai usia  makanya payudara makin lama makin
kendur
Ketebalan 7-8 mm pada insisi flap
Batas atas vena axilaris untuk diseksi kelenjar limfe
Indikasi damage control
Trias of death : hipotermi, koagulopati, asidosis metabolik
Sel kanker : neovaskularisasi, mitosis meningkat
Metastasis : hematogen, limfogen, perkontinuitatum
Mild hipotermi
Moderate hipotermi
Severe hipotermi
Pada floating knee ditakutkan : emboli fat, cedera vaskular
Atypical sel dapat menjadi ganas

Mammografi : screening, diagnosis, follow up


Gastroskisis cairannya 175 cc / KgBB / 24 jam
Rhabdomyosarkoma
 Alveolar : paliatif
 Juvenile : sensitif pada kemoterapi
Tumor tiroid : karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma medulare,
karsinoma anaplastik
Prognosis papilare > folikuler
Mammografi grade 0 – 5
AMES : age, metastatic disease, extratiroidal extension, size
Age : pria < 41 tahun, wanita < 51 tahun
Pria > 40 tahun, wanita > 50 tahun
Metastase : metastase jauh, tanpa metastase jauh, ada kelenjar getah bening
Extent : papiler intratiroid / folikuler dengan invasive, kapsul minimal / papilare
ekstratiroid, folikuler dengan invasi mayor
Size : < 5 cm / > 5 cm
Tanda metastase di paru : TB milier, efusi pleura, coin lesion

Klasifikasi anorektal
Laki-laki
 Perineal fistula
 Retrouretral fistula
Bulbar
Prostat
 Rectovesical fistula (bladder neck)
 Imperforate anus without fistula
 Rectal atresia
 Complex defect
Perempuan
 Fistula perianal
 Fistula vestibular
 Cloaca persistent
 < 3 cm common channel
 > 3 cm common channel
 Imperforate anus without fistula
 Rectal atresia
 Complex defect

Luka bakar
Maintenance
 1500 + total burn + 10 %  bila urine output < 0.5 – 1 cc / KgBB
 1500 + total burn – 10 %  bila urine output > 2 cc / KgBB
Luka bakar
 Berat : derajat II > 30 %, derajat III > 10 %, derajat III pada tangan, kaki, dan
perineum
 Sedang : derajat II 15 – 30 %, derajat III 5 – 10 %
 Ringan : derajat II < 15 %, derajat III < 5 %
Indikasi rawat inap
 Syok bila luas luka bakar > 10 %
 Terancam edema laring
 Luka bakar pada muka, mata, tangan, dan kaki
Komplikasi : kontraktur, kosmetik, infeksi, gangguan jalan napas
Hipoanestesi pada luka bakar bisa karena syok dan kesadaran menurun
Bila syok, grade bisa naik
Escarektomi : insisi secara tangensial
Escarektomi : insisi hanya dibelah-belah saja
8 jam pertama keluar intravaskular ke ekstrasel
Malignan hipertermia karena obat bius
Submandibula level 1
Tiroid bone level 2
Cricoid bone level 3
Clavicula level 4
Sternokleidomastoid belakangnya level 5
Paratrakea zona 6
Mediastinum / para aorta zona 7
Ukuran tumor < 3 cm : eksisi
Ukuran tumor > 3 cm : insisi
Neck disection level 1
Lateral dari PD nervus vagus
Medial dari PD nervus recurens
Tumor doubling time : waktu pembesaran tumor
10 prinsip onkologi
 Tidak boleh infiltrasi
 Tidak boleh menekan
 Tidak boleh menarik
 Jaringan sekitar tumor
 Radiasi pra operasi
 Cuci karsinoma :
Cuci sarkoma : sublimat
 Radiasi pasca operasi

Landmark nervus fasialis


 Prosesus stiloid
 Timpanomastoid
 Trafal (pointer)
 Tendon posterior muskulus digantic
Prognosis pasien bedah saraf ditentukan
 Usia
 GCS awal
 Lesi coup atau contra coup. Contra coup prognosa jelak
 Gangguan lain
 Tekanannya tinggi atau tidak
Omfalokel direpair bila cavum abdomen sudah mampu menampung organ visera
Indikasi EVD
 CKB
 Hidrosefalus
 Perdarahan intrakranial
 Ensefalopati tertentu
 Perdarahan SAH
 Reseksi dari space occupying lession
Kontraindikasi EVD
 Oklusi CSF
 Tidak mampu untuk mengevaluasi
 Infeksi
 Perdarahan stratesis atau saat terapi antikoagulan
Tekanan intrakranial : 5 – 15 mmHg ; di atas 20 bisa dialirkan

Fibula itu hanya memiliki fungsi seperenam dari fungsi cruris


6 penyebab dislokasi head femur sulit tereposisi
1. Ada fraktur
2.
3.
4.
5.
6.
Apoptosis : kematian sel yang terprogram
Sindrom tumor lisis
 Hiperurisemia
 Hiperfosfatemia
 Hiperkalemia
Metabolit tumor
 Asam urat
 Fosfor
 Kalium
Meigs sindrom
 Tumor ovarium
 Ascites
 Pleural efusion
Indikasi kolesistektomi
 Absolute
 Simtomatis
 Komplikasi kolelitiasis : kolangitis, kolesistitis, pankreatitis gall stone, ileus
gall stone
 Asimtomatis
 Porselin
 Anak
 Sickle cell disease
 Relatif
 High risk : komplikasi
 Asam urat
Terapi lokal : pembedahan, radiasi
Terapi sistemik : kemoterapi, imunoterapi
Mikrometastasis
Doxorubicin  kardiotoksik
Pemilihan agen kemoterapi tergantung pada
 Jenis kanker
 Stadium kanker
 Usia pasien
 Status kesehatan pasien
 Masalah kesehatan lain
 Terapi yang pernah dipakai sebelumnya
Septikemia tidak boleh diberi kemoterapi
Penyebab abses perianal
 Infeksi TB dan HIV
 Obstruksi kripta glandular
 Keganasan
 Irritable bowel disease
 Trauma
Jenis abses perianal
 Ischiorectal
 Supra levator
 Horse shoe
 Intersphicter
 Perianal
Pancreatitis
 Most common : idiopatik, alkohol, baru
 Less common : hiperlipidemia, trauma, drug induce (amiodarone)
 Most less common : family
Severity : renson > 3, apache > 8, pankreatase
Karnofski
100 : normal tidak ada masalah, tidak ada keluhan
90 : bisa beraktivitas normal, gejala sedikit
80 :
70 :
60 :
50 :
40 :
30 :
20 : sangat sakit
10 :
0 : mati
Radiosenterizer : radio + kemoterapi (dosis 1/3 dan tunggal)
Kulit
 Epidermis : korneum, lusidum, granulosum, spinosum, basale
 Dermis
 Kelenjar keringat
Hand
 Hipotenar
 Adductor policis
 Tenar
 Interoseus compartemen
Fore arm
 Deep volar
 Superficial volar
 Mobile wade
 Dorsal

Indikasi operasi pada spine


 Nyeri yang tidak hilang dengan obat secara medikamentosa
 Progresif neurologi defisit
 Unstable fraktur  burst fraktur, kena colum posterior
TLSO : thoracolumbal sacral otosid
LSO : lumbosacral otosid
Tulang hyoid : C3
Cartilago tiroid : C4
Cricoid cartilago : C6
Cartilago 2 – 3 ismus tiroid
Posterior triangle : sternocleidomastoid, trapezius, clavicula
Anterior triangle : sternocleidomastoid, mandibula
Arteri tiroid
 Superior : dari karotis eksterna
 Inferior : truncus tyro cervical glandula
 Ima : cabang aorta
Vena
 Superior : atas ke vena jugular interna
 Media : lateral ke glandula jugular interna
 Inferior : pole bawah ke brachiocephalic vena
Hernia inkarserata : terjepitnya usus dengan timbulnya gejala obstruksi
Beda dislokasi rekuren dan habitualis
 Rekuren : dislokasi berulang namun tidak bisa direposisi sendiri
 Habitualis : dislokasi berulang dan bisa direposisi sendiri oleh pasien
Plano key sign test : mengetes adanya disruption dengan radioulnar sign
Syarat menyambung usus (sebelum 1 bulan atau setelah 3 bulan)
 Sistemik : hemodinamik stabil, status gizi, severe sepsis tidak boleh disambung
 Lokal : color, contractility, capilary, contamination
Indikasi DPL
 Pasien penurunan kesadaran
 Trauma di atas atau di bawah abdomen
 Trauma di belakang abdomen

Bila pergerakan diperiksa


 Aktif : soft tissue, hand tissue (sendi)
 Pasif : menyingkirkan salah satu penyebab
Penyebab malunion : poor blood supply, tidak fiksasi
NVD : pulsasi, sensasi, capilary test, sensitif test
NHL keganasan rendah
 COP : cyclophosphamide, oncovin, prednison
 Radioterapi low dose TOC + involved field radioterapi
NHL menengah
 Stadium I : CHOP : cyclophosphamide, hydroxydounomycin, oncovin, prednison
+ radioterapi + CHOP
 Stadium II – IV : kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi
NHL keganasan tinggi
 Diobati sebagai leukemia limfoblastik akut

Kemoterapi generasi I
 CHOP
 CHOP-BLEO
 COMLA
 CVP / COP : siklofosfamid, doxorubicin, prednison
 C-MOPP : siklofosfamid, mekloretamin, vinkristin, prednison, procarbazine
Kemoterapi generasi II
 COP-BLAM : siklofosfamid, mekloretamin, vinkristin, prednison, bleomisin,
doxorubicin, procarbazine
 Pro-MACE MOPP : prednison, metotreksat with leucovarin rescue, doxorubicin,
siklofosfamid, etoprusid, mekloretamin, vinkristin, prednison, procarbazine
 M-BACOD : metotreksat, leucovarin rescue, doxorubicin, siklofosfamid,
vinkristin, dexametason
Kemoterapi generasi III
 COPBLAM III
 ProMACE Cyto BOM
 MACOP-B
Siklofosfamid 750 mg / m2 IV
Hidroxidaunomicin 50 mg / m2 IV
Oncovin (vinkristin) 1,5 mg / m2
Prednison 100 mg

Prognosis lobular lebih buruk


Mammae
Drainase
Persarafan mammae
Intercostalis brachialis : menginervasi kulit bagian dalam brachialis
Targetnya : limfatik
Indikasi luka tusuk harus diperitonitis
Hemodinamik tidak stabil
Epistrasi  relatif
Peritonitis
Cara melihat luka tusuk itu tembus atau tidak yaitu dibuat luka lebar dan
menggunakan hak
Trias of death : hipotermi, asidosis, koagulasi

Radioterapi
Terapi malignancy
 Lokal : pembedahan, radioterapi
 Sistemik : targeted terapi, hormonal
Lokal terapi : untuk malignancy lokal, tumor solid, operabel
Indikasi radioterapi : inoperabel
Radioterapi adjuvan : diberikan pada saat kita tidak bisa membersihkan lesi tumor
Persiapan radioterapi : Hb ≥ 10 gr / dL, keadaan umum baik
Efek samping lokal
 Head and neck : sulit menelan, mukositis
 Kematian lokal jaringan meningkat
 Fibrotik
Teleterapi : pakai alat lalu diberi sinar

Rhabdomiosarkoma tipe embrional : kemoterapi


Liposarkoma : tidak radiosensitif
Kesimpulan PA : histologi, grading (rendah : diferensiasi baik, tinggi : diferensiasi
buruk), batas sayatan
Dosis 3000-5000 bisa dibagi 20-30 bisa juga 30-50
Facet di cervical ada 2
Acetabulum diminta foto ala craton position
Acetabulum ada 4 view
Colles pada orang tua yang fragmen distalnya ke dorsal
Fraktur yang necesity : fraktur galeazi, fraktur
Compartemen sindrome : peningkatan tekanan osteo fascia
Non union : ≥ 8 bulan
Penyebab non union : ketemu (-), rigid fiksasi (-), masuknya soft tissue, poor aliran
darah, severe soft tissue damage

Spinal cord injury without abnormality radiology

 30 mg / KgBB / jam  3 jam pertama


 5.4 mg / KgBB / jam  selama 24 jam
Setelah 3 jam  selama 48 jam

ALI
 Embolus
 Trombus
 Plak
Riwayat emboli
Riwayat aritmia
Riwayat klaudikasio
 Acute coronary sindrom
 Pada pasien selesai dilakukan trombolektomi akan mengalami suatu sindrom ...?
Kalau trauma medula spinalis dites gerakan dari jempol kaki
Bil road I : gastroduodenostomy
Bil road II : gastroyeyunostomy
Wipple : pancreaticoduodenectomy
Duodenum pars I : pars bulbosa
Galeazi harus dioperasi karena ada 4 alasan
Clavicula dioperasi : tenting, open, sepertiga lateral, segmen fraktur mengenai
parenkim paru, pekerjaan
Untuk clavicula  small DCP, sepertiga tubuler
Condiler : butter plate, hasseler screw
Fingertip injury : di distal
Penyambungan pembuluh darah 1 arteri 2 vena
Abses perianal :
 Perianal
 Ischiorectal / ischioanal
 Intersphincter
 Supralevator
Pada rectal toucher pada perianal abses : ada indurasi
Untuk melihat ada internal opening  anoscopy
Ischiorectal : kelihatan dari luar
Pada orang yang ada hemoroid bisa abses perianal
Kriteria crikenberg untuk atresia ani : dilakukan USG
Persiapan ventilator
Tendon ekstensor : ada sheath
Kalium = (nilai yang dituju – nilai sekarang) x BB x 0.4

Post kolesistektomi sindrom (PCS)


 Upset stomach
 Nausea
 Vomiting
 Gas
 Bloating
 Diare
 Persisten pain in the upper right abdomen

SIRS anak-anak
 Suhu > 38.5˚C atau < 36˚C
 Takikardia atau bradikardia pada usia kurang dari 1 tahun
 Takipneu
 Jumlah leukosit yang abnormal
Sepsis = SIRS + sumber infeksi
Severe sepsis = sepsis + disfungsi organ – jantung atau ARDS atau organ lain lebih
dari 2
Kriteria syok sepsis : sepsis + disfungsi kardiovaskular

Heart rate
 < 1 tahun : 110 - 160
 3 bulan – 2 tahun : 95 - 140
 2 tahun – 10 tahun : 80 - 120
 > 10 tahun : 60 - 100
Respiratory rate
 1 – 6 bulan : 30 - 50
 6 – 12 bulan : 24 - 46
 1 – 4 tahun : 20 - 30
 4 – 6 tahun : 20 - 25
 6 – 12 tahun : 16 - 20
 > 12 tahun : 12 – 16
Tulang - tulang pada carpal
 Scapoid
 Lunatum
 Triquetrum
 Trapezium
 Trapezoid
 Capitatum
 Hamatum
 Jempol : policis
 Telunjuk : indicis
 Tengah : middle
 Manis : ring
 Kelingking : digiti minimi
Tulang – tulang metatarsal
 Calcaneus
 Cuboid
 Talus
 Naviculare
 Cuneiformis
Fibula ke kalkaneus
Tibia ke talus
Jari kaki  toe, bukan finger
Mesenteric adenitis : mesenteric limfadenitis
 Pembengkakan kelenjar limfe dari abdomen yang menjadi penyebab nyeri perut
 Sering pada usia kurang dari 16 tahun
 Penyebabnya infeksi virus, infeksi bakteri
 Gejala : nyeri, tenderness, suhu meningkat, nyeri bisa di tengah atau right iliaca,
merasa tidak nyaman, nausea, diare, menggigil sebelum demam
 Diagnosa banding : appendicitis
Hati – hati pada fraktur distal femur dan proksimal cruris dapat terjadi floating knee
dan cedera poplitea

Teknik operasi herniotomi


 Pasien posisi supine dengan spinal anestesi
 Insisi secara oblik 2 cm medial SIAS sampai tuberkulum pubikum
 Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
 Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
 Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan
kantong hernia diidentifikasi
 Isi hernia dimasukkan ke dalam cavum abdomen
 Kantong hernia distal dan proksimal dipisahkan secara tajam dan tumpul sampai
preperitonium fat
 Rawat perdarahan
 Lakukan hernioplasti dengan mash gut
 Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Komplikasi operasi
 Perdarahan
 Infeksi luka operasi
 Cedera usus
 Cedera saraf intra inguinal, iliohipogastrik, atau genitoperineal
 Cedera kandung kemih
 Cedera vas deferens
 Cedera testis, orchitis, atrofi testis
Mangled extremity severity score
 Limb iskemia
o Pulsasi menurun tapi perfusi normal (+1)
o Pulsasi rendah, parestesia, CTR menurun (+2)
o Dingin, paralisis, tidak ada CTR (+3)
 Usia
o Kurang dari 30 tahun (0)
o 30 tahun sampai 50 tahun (+1)
o Lebih dari 50 tahun (+2)
 Syok
o Sistolik blood pressure lebih dari 90 mmHg (0)
o Hipotensi
o Hipotensi
 Mekanisme injury
o Low energy (+1)
o Medium energy (+2)
o High energy (+3)
o Very high energy (+4)

Tumor primer
Tx : tumor primer tidak diketahui
T0 : tidak ada tumor primer
Tis : carcinoma in situ, intraepitelial atau invasi ke lamina propria
T1 : tumor masuk submucosa
T2 : tumor sampai muskularis propria
T3 : tumor sampai muskularis propria ke jaringan peritoneum
T4a : tumor sampai peritoneum visera
T4b : tumor sampai ke organ sekitar
Anterior resection : rectum yang diambil dari abdomen
LAR : untuk sepertiga proksimal dan medial
ULAR : untuk sepertiga distal ; HAR : rectosigmoid
Ca colon  reseksi, neoadjuvan terapi (operabel)

Wire masuk bila


 Fisik : sudah rigid
 Radiologi
Indikasi fraktur klavikula
 Seizure
 Segmental
 Multiple fraktur
 Fraktur sepertiga lateral
 Open fraktur
 Tenting
 NVD injury
 Compartemen di hand hipotenar
Indikasi laparotomi at penetralis injury
 Peritonitis
 Free air
 Blood or rectal
Gun shoot wound
 Anterior abdomen
 Right upper kuadran
 Tangensial back / flank
Tempat peluru yang harus dicari
 Sendi
 Peritoneum
 Rongga kepala
 Rongga thorax
True length : SIAS ke maleolus medial melalui patela
Bone length : trokanter mayor ke epikondilus lateral
Appearance length : umbilicus ke maleolus lateralis melalui patela
Extropy kloaka
 Elevent trunk
 Extropi buli
 Atresia ani
 Ompalocele
Radiologi : penyempitan, segmen usus distal spastik, segmen proksimal dilatasi
Barium enema : perubahan caliber atau zona transisi (rectosigmoid)
Untuk membedakan short segmen atau colonic aganglionic
Bagaimana jejunum  hearring bone
Bagaimana ileum ?
Bagaimana caecum ?
1516 part VII abdomen
Jay l Grosfeld Pediatric Surgery Six
Reverse rectosigmoid index
Crush injury
 Wajib foto thorax
 Pain management (morfin)

Piano key sign  untuk melihat disruption pada radius ulna


Yang dinilai pada elbow
 Anterior humerial line
 Radius capital line
 Anterior dan posterior
 Hour glasses appearance
Yang ditakuti pada dislokasi : nervus ulnaris
Varus : distalnya mendekati sumbu tubuh
Valgus : distalnya menjauhi sumbu tubuh
Kalau lesi ulna yang diperiksa vromatis test yaitu pasien menjepit kertas lalu kertas
ditarik oleh pemeriksa. Bila pasien memfleksikan ibu jarinya maka itu positif
Menilai acceptable foto ekstremitas
 Dua view
 Dua kesempatan
 Dua sendi
Perdarahan femur
 Pars medula arteri nutrisi
 Pars perforanta
Bismuth’s klasifikasi untuk tumor
 Low CHD stricture dengan panjang stamp ductus hepatis > 2 cm
 Proksimal CHD striktur hepatik stump < 2 cm
 Hilar striktur, tidak ada residual CHD, tapi pertemuan duktus hepatis ada
Post kolesistektomi yang ditakutkan adalah bile duct injury
Duodenum 4 pars : intraperitoneum (pars I), retroperitoneum (pars II, III, IV)
Kalau mau buka pars II dengan koher manuver
Dumping sindrom
 Heart rate naik
 Tekanan darah turun
 Muntah – muntah dan diare
 Perut kram
Guna skin traksi (temporary, definite)
 Imobilisasi
 Mencegah nyeri
 Menghindari kontraktur otot
 Mendekatkan fraktur site
Bile duct injury : nyeri, bilirubin meningkat, BAB warna dempul

Fraktur supracondilar humerus


Klasifikasi gartland
 I : undisplaced  masih bisa closed reduction
 II : partial displaced  masih bisa closed reduction
 III : total displaced  harus open
Dua klasik sign : massa abdomen, perdarahan di rektum
Dua klasik simptom : muntah, nyeri perut
Bagaimana fisiologi bilirubin mewarnai feses
DPL (+) : gross blood, 100000 RBC
0 – 3 hari tertutup trombus
3 – 5 hari tertutup endotel
Bebas nyeri
Evaluasi ketat pada flap
Warna, refill
Warm < 8 jam
Dingin < 30 jam
Post operative, observasi :
 Warna, capillary return dan suhu
 Kurangi manipulasi
 Suhu hangat
Fore arm : superficial volar, deep volar, dorsal, heny’s mobile wad
Hand : tenar, hipotenar
Spondilitis : peradangan pada ruas tulang belakang
Spondilosis :
Nervus medianus : grasping
Nervus ulnaris : oposite test

Tibia platue fraktur (schatzker classification)


 Tipe I : split fraktur lateral tibial platue
 Tipe II : split fraktur dengan depresi permukaan lateral articular dan ini pada
orang tua
 Tipe III : depresi lateral tibial platue tanpa spliting melewati permukaan artikular
 Tipe IV : medial tibial platue dan split fraktur tanpa atau dengan depresi
 Tipe V : split fraktur melewati medial dan lateral tibia platue
 Tipe VI : disosiasi tibial platue region dari underlying diafisis

TB C :Untuk melihat/mengatur kecerahn berlapis


Focus: untuk memperjelas gambar
Gen : memperjelas gambar secara menyeluruh

Coronal
Longitudinal
Axial
Subcostal
Empedu: puasa 8 jam
Transduser :3.5 mhz dewasa
5 mhz anak dan kurus
Sympel cyst: Anechoic: lesi yang lebih hitam dari sekitarnya
Posterior akustik enhasmen
Lesi yang keras
 Hiperecoic: lesi yang lebih putih dari sekitarmya
 Posterior akustik shadow
Lesi yang solid lesion
 Hipoecoic:lesi lebih hitam dari sekitarnya, debris(+)
 Isoechoic: lesi yang sama dengan sekitarnya

Aorta <3cm
Kanan pasien: vena cava inverior
Vena lienalis
Arteri mesenterika superior
Aorta
Prosesus uncinatus <3cm klo lebih keganasan
Ginjal dapat naik 4 kosta: limpa
FAST (Focusn Assesment Sonografi for Trauma)
Tujuan :Mencari cairan diperitonial dan intra torakal
 Cepat
 Bisa dilakukan berulang
 Non invasif
Kekurangan:
 Pada pasien gemuk
 Banyak udara usus
 Membedakan cairan dengan darah
Di thorak
 Pleural space
 Pericardial space
5 tempat
1. Hepatorenal interface (morison pouch) & diafragma kanan (200cc)
2. Splenorenal interface & diafragma kor
3. Cavum douglas & retro urinary blader (laki2)
4. Pericardium
5. Pleura
Klo ada cairan :anecoic
Right posterior subhepatik recess (morrison pouch)
Normal colon ada haustrae
Klo di perirenal cairannya seperti renal asites ada gambaran saluran cerna lian
disampingnya
Chest USG
 Efusi/ Hematothorax& guiding thoracosintesis
 DD pleura dari parenkim lesi
 Diagnosa subpulmonis
Internal echo: darah/eksudat.
Cara baca USG
 Bentuk dan ukuran
 Batas parenkim dan ecocomplex
 Pelebaran pelvicalices(+/-)
 Tampak lesi hiperecoik dengan akustik shadow
Bentuk dan ukuran
 Dinding reguler,tidak menebal
 Dinding buli (3mm)
 Tidak tampak double countur
Ukur terbesar dan terkecil

Cupping, Blunting, flatting, clubbing, balloning


Syarat ESWL batu calix inferior
 Infundibulum lenght < 10mm
 Infundibulum weght>90 derajat
Batu primer: batu yang terbentuk tanpa adanya kelainan anatomi dan fungsional
(idiopatik)
Batu sekunder: - batu migrasi
- Kelainan anatomi dimanaadanya obstruksi infra vesika yang
menyebabkan
Kita curiga mukosa buli ganas→batu 40
Frankel
A: complete paralisis
B: Sensoris(+),motoris (-)
C: sensoris (+),motoris 1-2
D:sensoris (+), motoris 3-4
E: sensoris (+), motoris 5
OREF Stabil plain > 1Stabil
Bar-a lebih dekat dengan luka
Central cord Syndrome
Gambaran defisit neurologis akibat cedera→motorik ekstermitas atas lemah dari
ekstremitas bawah→bisa karena gangguan vaskularisasi arteri spinalisa anterior
Anterior cord syndrome
Paraplegi dan keahilangan sensoris,nyeri dan suhu disebabkan infark maedulaspinalis
Spinal syok: hipotensi,bradipneu,bradikardi

Fraktur acceptable
- Angulasi AP<5ᵒ, angulasi lateral< 10ᵒ
- No rotasi
- Kontak >50%
- Shortening yang dapat ditoleransi
Park in time table
0-3 minggu: hematome (inflamasi)
3-6 minggu: terbentuk kallus
6-12 bulan: konsolidasi
1-2 tahun: remodeling

Syarat menyambung usus


Lokal:kecidan diameter usus
Sistemik:hemodinmamik, bowel preterasion, elektrolit,albumin,lama operasi
Klo nstoma mukofistel bisa langsung disambung dengan fistel
Colon kanan lebih mudah langsung disambung karena:PD, bakteri, Feses
- 3-6 bulan : bisa dianastomosis
- Colon bebas tumor> 5cm
- Rektum bebas tumor >2cm
Kanker kolon stadium 1: reseksi
2: kemoterapi
3:kemoterapi
4: kemoterapi
Frankman fraktur: untuk ekstra artikuler

Ca Ginjal
Urinalisis,Hb, LED,ALF kalisum,LDH, fungsi ginjal,fungsi hati, fungsi koagulasi
Tumor Ginjal
- Anamnesa: nyeri pinggang
- Hematuria
- Teraba masa di abdomen
Gejala paraneoplastik:
- Hipertensi
- Penurunan berat badan
- Demam
- Neuromiopati
- Amiloidosis
- Peningkatan laju endap darah
- Anemia
- Gangguan fungsi hati
- Hiperkalsemia
- Polisitemia
Metastasis: paru,hepar, tulang
Pencitraan: - foto thorax
- CT Scan Abdomen
- Pemeriksaan sidik tulang
Diagnostik histologik
3 Subtipe dari RCC
- Clear Cell (80 – 90%)
- Papillary (10 – 15%)tipe I: tumor low grade. Tipe II:Tumor high grade
- Kromofob (4-5%)
Klasifikasi TNM
T
Tx: Tumor primer tidak dapat dinilai
T0: Tidak ada bukti tumor primer
T1a:≤4cm terbatas diginjal
T1b: ≥4cm≤7cm terbatas diginjal
T2a:≤10cm
T2b:≥10cm terbatas pada ginjal
T3a: meluas vena renalis atau kecabang segmental atau menginvasi perirenal dan atau
lemak sinus renal tetapi tidak melewati fasia gerota
T3b: meluas ke vena cava dibawah diafragma
T3c: meluas ke vena cava diatas diafragma/ menginvasi dinding vena cava
T4: tumor sudah menginvasi diluar fasia gerota
N
N1:metastasis ke sebuah KGB
M
M1:metastasis jauh
Stadium:
I:T1,N0,M0
II:T2,N0,M0
III:T1/T2,N1,M0
: T3,N0/N1,M0
IV:T4,Semua N,M0
Semua T,Semua N,M1
Prognosis
Kriteria MSKCC (Motzer) bila prediktor ≥3
LDH>1,5x
Biopsi prostat
Volume >60 :12 tempat
Volume <6o: 10 tempat
Hernia repair
- bassini→interupted suture tidak bisa pada femoral
- Shouldice repair →rumy sutures
- Cooper ligament atau mcVay repair
Jahit conjoint ke ligament pectineal(ileopubic test)
- Mesh Graft/anterior mesh/tension free/Lichstentein repair
- Preperitoneal repair
- Laparoscopy
Insisai Appendicitis : - gridian
- transfersal
- paramedian: dibawah umbilikus
- rokerford :para /retrosecal
Posisi appendisitis:- antesekal, retrosekal,anteileal,retroileal, pelvinal, preileal,post
ileal, pelvic,retrocaecal, paracaecal, sub caecal

Hemorroid:
metode langen back(eksisi/jahitan primer,radier)
metode white head(eksisi/jahitan primer
metode morgan miligan
mesh: -tuberculum pubicum
- Conjoint tendon
- Ligamentum inguinal
Posterior dislokasi
- Shortening
- Endorotasi
- Slight flexi
- Adduksi
Tension
Free tension
Laparoskopi:TEP, TAPP
Varicocele
Varicocele grade 1 : Teraba saat pasien valsava test
Varicocele grade 2 : Teraba saat pasien berdiri
Varicocele grade 3 : Terlihat saat pasien berdiri
Subklinis: bila pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan namun ketika USG(+)
Yang paling sering varicocele sebelah kiri karena venanya tegak lurus dan dia
bermuara pada vena renalis kiri,berbeda dengan sebelah kanan venanya lebih datar
dan bermuara pada vena kava
Terjadi varicocele kanan hati hati adanya tumor yang menekan vena kava
Cara operasi varicocele:
- Marmar: Subinguinal
- Ivanissevich: Inguinal
- Paloma: Abdominal
Marmar
- Identifikasi eksternal rig
- Insisi transfersal 1-2 cm diatas external rig
- Kutis,subkutis, fascia scarpae buka pakle hak
- Identifikasi cincin eksternal dan spermatik kord
- Sisihkan spermatik kord
- Cari vena yang berdilatasi dengan ukuran >2mm lalu diligasi dengan silk2-
0/3-0

Vesikolitotomi
Pada pasien dengan batu> 6cm
Teknik operasi:
- Pasien posisi supine
- Penis diletakkan pada lapangan operasi dan tutup dengan doek
- Masukkan kateter 22 dengan balon kateter dan isi kandung kemih
- Insisi transverse
- Lapis demi lapis sampai identifikasi pleksus santorini,dengan spuit lakukan
aspirasi
- Beri 2 jahitan tegel
- Buli-buli dibuka dengan cauter
- Masukkan clem,ambil batu
- Nilai buli,lakukan biopsi mukosa buli
- Buka kateter
- Nilai prostat
- Tutup buli dengan catgut plain4-0
Suction biposi dilakukan
- 2cm dari linea dentata
- 3cm dari linea dentata
- 5cm dari linea dentata
TURP sindrome
- Disorientasi
- Gangguan kesadaran
- Gangguan penglihatan
- Mual dan muntah
- Gangguan pola nafas
- CTR terganggu
- Hiponatremia
- Anemia
- Nyeri kepala
- Hipertensi
Prinsip eksternal fiksasi
Diletakkan di proksimal dan distal dihubungkan dengan eksternal frame
Di N III→tertekan inti N III, terjadi pupil dilatasi

Lapisan scrotum
- Cutis scroti
- Tunika dartos
- Fascia spermatika eksterna
- Tunika cremaster
- Fasia spermatika interna
- Tunika vaginalis testis:lamina vaginalis,lamina perienalis

Nefrektomi radikal: pengangkatan perifasial ginjal dan lemak perirenal


Perawatan luka:
- gentleness
- hemostasis baik
- approximate baik
Skin traksi: imobilisasi
Skeletal traksi: reposisi
Scal traksi
True lenght :sias ke maleolus medial
Appereance lenght:
Difuse langsung dengansyarat tidak ada perdarahan > 5cc
- Ada perdarahan kecil ditengah atau dibagian sternum
Gangguan motorik: area broca
Corpus cunilatum lateral:
Tumor fosa posterior → keseimbangan terganggu
Gangguan saensorik: weirnig

Flexor zone of hand Extensor zone of hand

Kompartemen di antebrachii
- Superfisial volar compartement
- Deep volar compartement
- Mobile wad compartement
- Dorsal compartement
Intususepsi
- Jenis kelamin:laki-laki 65 %
- Usia rata-rata 16 bulan:40%;3-9 bulan,15%, 2 tahun
- Sering terjadi dibulan januari, mei ,juli
- Sering karena virus
- Pernah sebelumnya
Simptomp:
- Nyeri 85%
- Muntah 80%
Sign
- Massa di abdomen 61%
- Rectal bleeding 60%
Cara memeriksa fraktur maksila
- Tangan kana pegang frontal
- Tangan kiri memegang alveolar
Compartemen sindrome: pain,pallor, pale, parastesia, paralisis,pulessness
regio brachium:
- Compartemen volar
- Compartemen dorsal

Coup –EDH
Counter coup-SDH, ICH, Contusio cerebri
SDH Efek masa lebih besar

Gambaran pneumediastinum pada foto thorax


- Spinnaker sail sign
- Pneumoperikardium
- Ring around the artey sign
- Tubular artey sign
- Double brachial wall sign
- Continous diapragma sign
- Extrapleural sign
- Naderio’s V sign
Mangeled score:
-syok
- Faktor sistemik:usia, mekanisme injuri, hemodinamik
- faktor bone,
- Faktor soft tissue
-faktor neurologik
- Faktor vaskular

Alat untuk elevasi fraktur depresi


- arch forceps
- Walsham forecep
- boles elevator
Koplikasi : sadle nose deformity
Digunakan:suture,splint, internal tampon

Hidrosefalus: asfiksia ,infeksi


Emergensi hidrosefalus: penambahan LK profiesif

CT Scan 3D tidak ada: waters dan reverse waters

Abses scrotum: tempat terlokalisisr, skin → soft tissue


Fluktuasi
Fournier ganggren: tempatnya luas , fascia necrotikan, fascia dartos di scrotum, fascia
bulba

Levort I: dentoalveolar
Levort II: Piramidalis: maxila dextra dan sinistra, Top nasi
Levort III: Discontinuitas maxilo cranial
Panoramic: mandibula
Trauma Spinal Injury: Brown Sequard, Anterior, posterior, lateral
Usia mempengaruhi lokasi pada tumor otak
Klo masih muda kraniofaringioma berasal dari... embrional
Teknik operasi tumor otak: intra tumoral

AAST Small Bowel


Grade I: Hematom→contusio atau hematom tanpa devaskularisasi
Laserasi → ketebalan parsial tidak ada perforasi
Grade II: laserasi→laserasi <50% lingkar usus
Grade III: laserasi →laserasi> 50% lingkar tanpa transeksi
Grade IV: laserasi → transeksi usu
Grade V:Transeksi usus halus dengan segmental tissue loss,vascular →
devaskuilarisasi segment

Syarat BNO
- Batas atas prosesus Xipoideus
- Batas lateral sias
- Batas bawah simpisis
Pasien bedah saraf: sensorik motorik
Otot orbita: superior rectus, superior oblique, medial rectus, inferior rectus,inferior
obliq, lateral rectus

Anatomi neck femur: basical, servical, subcapital

Congenital Talipes Equinovarus (Club Foot)


Talipes; Talus= Ankle
Pes = kaki
Equinus : jari lebih rendah
Varus:lateral kaki sebagai alas
GK: Ant: supinasi metatarsal, adduksi tarsal metatarsal
Lateral: equinus
Medial: varus
Posterior :- tumit kecil dan tinggi, atrofi gastroknemius, tumor varus
Test dorso fleksi (pada 24 jam pertama)
→bila ibu jari menyentuh crista tibia : bukan CTEV
Tipe: Postural
Idiopatik : CTEV
Sekunder: pada CNS:n Spina bifida, poliomielitis, artrogriposis, absent bone:
Fibula/. Tibia
DD/ Spina bifida, asenesis
Th: konserfatif:- serial plasteri selama 8 minggu pada tipe fleksibel
-Umur < 5bln
=Sirkuler gups atas lutut (above knee)
Operatif: - konserfatif gagal
= umur >5bln
- Tipe rigid
- Dilakukan posteromedial rele (PMR) + achiles tendon lighteng
kemudian,sirkular gips 6 minggu
Radiologi (setelah umur 2 bln) dibuat pada posisi berdiri
AP: sudut talocalcaneal: 30 – 50
Lat: sudut talar & calcaneus
Teknik ponceti
Komplikasi:skin blister,rocker
Diberi denish brown splint→dipakai terus menerus sampai usia 4 bulan
Pada pemeriksaan fisik , feel : hilangkan pain
Maloklusi tipe:open bite, prematur bite,cros bite

Fraktur maksilofasial
Pemeriksaan:
A: biasanya simple tidak ada masalah dilidah, communitif/ multiple masalah dengqan
lidah
Tujuan :oklusi yang baik
Terapi definitif:-semirigid :wire,arch bar
Rigid: plate
Arch bar: 3 minggu→karena masuk fasecalus
Foto:-Schedel AP/Lat →sinus-a ada isi atau tidak
- Waters:maksila: untuk menghindari interposisidari tulang tulang lain
- Panoramic →mandibula
Terjepit muskular infra orbita→diplopia
Fraktur zigoma: parastesia,diplopia,srabismus, diplase>3mm
Fraktur leofort maloklusi
Indikasi operasi: diplopia,gangguan mastikasi,kosmetik, gangguan saraf

Bibir sumbing
Cleft:
Penyebabnya: psikologis,gangguan zat kimia(bebas,obat-obatan), trauma
keturunan,nutrisi
Jadwal operasi(role of ten)
Lahir →dokter anak: beri makan yang cukup (sampai usia 3 bulan)
3 bln →bibir
10 – 12 bln→ palatum
Usia 2 tahun anak anak merangkai kata
8 – 12 tahun→alveolar bone graft
Rotation adventacemen flap: milad prosedur
Palatopharingioplasty: agar tidak terjadi air escape
Fraktur cominutif mandibula menyebabkan drop lingkar

Luka bakar
II A: Diatas basalis dengan dasar merah
II B: basalis ikut terbakar dan dasar merah
Epitelisasi: 0,5 – 1mm
Lebih dari 5cm di graft
Kintraktur: - difuse : belah,flap
- linear : 2 plasty
Komplikasi:edema, pneumonia,jaga agar tidak hipoalbumin
Brill hematoma: hematom di palpebra
Klo hematome palpebra semua baru fr blow out
Trigonum Talot : marking duktus sistikus dan arteri sistikus
Harus torakotomi: produksi hematotorax > 5cc/kgbb yang diamati selama 3 jam
Inti N III: batang otak
N II : bola mata masuk kebelakang mata
Tetralogi of fallot :
-VSD
- Stenosis pulmonal
- LVH
- Overiding aorta
AV shunt :
- Side to side
- End to side
- End to end
Persyaratan-a:- perbedaan tekanan< 20 mmhg
- tes allen baik
- diameter lumen pembuluh arteri ≥20 mm
- tidak ada obstriksi
Kontra indikasi:
- Vena-a telah ditusuk-tusuk
- Ada kalsifikasi
- Tes allen kurang baik

Algoritma
1. Arteri radialis dengan vena cephalica
2. Arteri brachialis dengan vena cephalica
3. Bahan sintetik A-V graft
4. Arteri brachialis dengan vena basalica
5. Kateter vena sentral
Komplikasi : stenosis, trombosis, aneurisma, sindroma steal arteri, hipertensi vena,
gagal jantung kongestif
Terapi PAD
 Cilostazole 2 x 100 mg (bila tidak ada gagal jantung)
 Pentoxyfilline 3 x 400 mg
Emergency bedah anak
Neonatus : atresia
Pertanyaan
 Mekonium terlambat  > 24 jam
 Ada anus atau tidak
Anak perempuan : anus vestibular, cloaca
Sign dan simptom : respiratory distres, muntah, distensi, nyeri, massa, perdarahan
gastrointestinal, hipersalivasi

1. Obstruksi gastrointestinal akut


2. Penyakit dengan iritasi peritoneum
3. Perdarahan gastrointestinal
4. Defect abdominal wall
5. Penyakit yang disebabkan distres pernapasan
6. Trauma
Obstruksi gastrointestinal akut
 Muntah hijau
 Distensi
 Mekonium terlambat
 Polihidramnion
Foto abdominal
 Obstruksi tinggi
o Double bubble (atresia duodenum)
o Sedikit gas pada duodenum (atresia jejunum)  3 bubble
 Obstruksi rendah
o Banyak gas (atresia ileum, ileus mekonium, plug mekonium sindrom,
hirscprung disease, anorectal malformasi)
Kontras enema
 Mikrocolon : jejunoileum atresia
 Gambaran busa sabun : mekonium plug sindrom
 Transitional zone : penyakit hirscprung
Atresia duodenum : double bubble, schapoid abdomen
Jejunoileal atresia : mikrocolon, bowel contour. Ada 3 tipe : tipe I membran, tipe II,
tipe III christmas tree
Hirscprung : dada katak, bukan akut abdomen
Intususepsi
 Pasang NGT dan kateter, rehidrasi, foto polos, USG abdomen
 Colon in loop : meniscus sign, coil spring, cupping sign
 Kausa indikasi : perforasi, lebih dari 2 tahun, total obstruksi, peritonitis
 Patologi lead point (+) : direseksi
 2 sign : currant jelly stool, sourge like mass
 2 simptom : vomitus, nyeri kolik
 Banana sign
 Pada USG : target sign
Hernia inguinal : ada gangguan vaskular (strangulata), ada gangguan pasase
(inkarserata)
Anorektal malformasi
 Letak rendah : mediana raphe, bucket handle, anoperineal fistula
 80 % atresia ani retrovesibuler
 Barium enema : > 1 cm (colostomy), < 1 cm (PSARP)
Iritasi peritoneum : nyeri, nausea, muntah, obstipasi, tenderness, abdominal rigid,
diare, demam
Appendicitis
 Xray  caecal ileus, fecalith
 USG  tubular > 6 mm
Perforasi  Xray  bowel
Ruptur lien operasi pada grade IV – V
Ruptur gaster : segera
Ruptur ileum : 4 jam

Kongenital diafragmatic hernia : kegagalan pembentukan diafragma, posterolateral


bochladeck. Faktor prognostik pada hernia diafragmatika : head lung ratio
Pembacaan foto femur : trokanter mayor, trokanter minor, fraktur, angulasi, rotasi,
kondilus femur
Foto maksilofasial yang diinginkan : anteroposterior, waters, reverse waters (pada
pasien yang tidak sadar)
Konfigurasi fraktur
Kalau rumus baxter pada pada luas luka > 20 %
Pada anak-anak > 15 %  rawat
Peritonitis karena organ berongga : gaster
Buka gips : dari proksimal ke distal

NaCl 0.9%  Na : 154, Cl : 154, 1 meq = 6 cc


NaCl 3%  Na : 513, Cl : 513, 1 meq = 2 cc
Ringer laktat  Na : 130-140, K : 4-5, Ca : 2-3, Cl : 109-110
Cairan 2 : 1 (D51/2NS)  Na : 77, Cl : 77, Dextrose : 50, Kal : 200
Cairan 4 : 1 (D51/4NS)  Na : 31, Cl : 31, Dextrose : 40, Kal : 160
Bila dehidrasi berat usia 2 tahun, berat badan 15 kg
 Rehidrasi 20 cc / KgBB / jam  bila urine kurang
 Untuk resusitasi natrium tidak boleh > 10 meq, maksimal 12 meq
 Koreksi kalium tidak boleh > 50 cc sekali koreksi
Maintenance natrium = 3-4 x BB
Maintenance kalium = 1-2 x BB
Untuk pembiusan, natrium : 125-128 (aman untuk pembiusan)
Long leg cast : 90 dorsofleksi, 15-30 knee, abduksi

Finger tip : hanya kena


Frakman fraktur
Barton fraktur
 Acute pain, terderness, bengkak, sulit menggerakkan wrist, gambaran deformitas
di wrist, nyeri saat menggerakkan wrist, ada bruising
 Terapi : closed reduction dengan casting atau splinting dengan 10 minggu
pertahankan
Perdarahan tulang
1. Arteri nutrisia dua per tiga bagian dalam cortex tulang
2. Periosteum sepertiga epifisis tulang
3. Metafisis
Membaca foto cervical
 Alignment
o Anterior ver line
o Posterior ver line
o Anterior laminal line
o Posterior laminal line
 Bone
 Cartilage
 Discus
 Exposure
Ulnar test : fromentis sign
Lapisan pembungkus testis
1. Kutis
2. Tunika dartos
3. Fascia spermatica externa
4. Muskulus cremasterica
5. Fascia cremasterica
6. Fascia spermatica interna
7. Tunika vaginalis propria
8. Tunika albugenia
Rectal prolapse
 Abdominal
o Rectopexy
o Low anterior resection
o Wells operation : pake mash
o Ripstein’s operation : jahit rectosigmoid juction dengan
 Perineal
o Thiersch
o Altmeier (rectosigmoid) dan delormes (membuang mukosa segmen yang
prolaps)

Hipertensi intra abdominal


 Grade I : 12-15
 Grade II : 16-20
 Grade III : 21-25
 Grade IV : > 25
 AKI I : 1-2 kali urine < 0.5 cc / KgBB
 AKI II : 2-3 kali urine 0.3 – 0.5 cc / KgBB
 AKI III : 3 kali urine < 0.3 cc / KgBB
Pada perforasi gaster bila dengan defek
 > 2 cm : omentum plak
 < 2 cm : omentum pach
Bila di gaster perforasi dilakukan antrotomi dilanjutkan dengan Billort I dan Billort II
Fraktur intercondiler
 Tipe I : tidak ada displaced fraktur
 Tipe II : tidak ada rotasi fragmen
 Tipe III : dengan rotasi
 Tipe IV : fraktur cominutif berat
Hering bone : plika sirkularis : yeyunum
Darm Steifung : patognomonis obstruksi
Untuk menentukan viabilitas : dibilas dengan NaCl 0.9 %  untuk peristaltik
Luka tembak yang diambil : sendi, thorax, abdomen
Kalau ada luka tembak sehingga ada ruptur usus dilakukan rectal toucher  ada
perdarahan
Plank : linea axilaris anterior, arcus costae, SIAS, vertebra
Efusi pleura masif  urgency
Komplikasinya stiffness, dilakukan back stab, dilakukan fiksasi 40˚

Kalau hisprung : double barel, single barel, dilakukan perlaparotomi


Kalau atresia ani : divided stoma
Hisprung dapat dilakukan colostomi, PSARP, full thickness biopsi
Fraktur maksilofasial bersifat urgency kecuali mandibula yang menyebabkan
perdarahan aktif
Pada fraktur nasal tidak perlu pemeriksaan foto radiologi
Fraktur mandibula simfisis dan parasimfisis  kompetensi
Fraktur dentoalveolar
Kalau fraktur patella pole atas kita wire supaya stabil
ZMC : lateral rima orbita, arcus zigoma, zigomatiko maksilari buttres, inferior rima
orbita
Fungsi patella : ekstensi dari knee, kalau tidak dilakukan patella alta
Dimasukkan ke kuadratus dan patella tendon
TBW digunakan untuk merubah simpel menjadi tension
TBW digunakan pada fraktur patella, olekranon, acromioclavicular joint, fraktur
lateral klavikula
Trauma hepar
 Grade I
o Hematome subcapsular < 10% surface area
o Laserasi capsular tear < 1 cm ke dalam parenkim
 Grade II
o Hematome subcapsular 10-50% area, intraparenkimal < 10 cm diameter
o Lacerasi capsular tear 1-3 cm ke dalam parenkim, < 10 cm panjangnya
 Grade III
o Hematome subcapsular > 50% atau ruptur subcapsular atau hematom
parenkim atau intraparenkimal > 10 cm atau meluas
o Laserasi capsular tear > 3 cm ke dalam parenkim
 Grade IV
o Laserasi kerusakan parenkim 25-75% lobus hepar atau 1-2 segmen counmand
 Grade V
o Laserasi > 75 % atau meliputi > 3 counmand
o Vascular juxtahepatic venous injury (retrohepatic vena cava), central mayor
hepatic vein
 Grade VI
o Avulsi hepar
Diagnosa banding penyakit hirsprung
 Atresia ileum
 Mekonium plak sindrom
 Atresia rectal
 NEC
 Neonatus dengan sepsis

Syarat sambung usus


 Sistemik : hemodinamik tidak dalam keadaan severe sepsis
 Lokal : contractility, capability, color, capilary
Pulsatif  di zona I (aorta dan vena cava)
Di zona II  expanding hematome
Di zona III  jangan pernah di eksplor kecuali tidak bisa berhenti
Hidrocolpor : dilatasi kistik vagina dengan akumulasi yang disebabkan gabungan dari
stimulasi kelenjar sekretorius dan obstruksi vagina
Pada cedera kepala harus di ORIF
Weighing : ketika fraktur setelah di sirkuler gips lalu tampak bengkok dan kemudian
direpair
MRI : bisa melihat sampai tingkat fungsi
Craniosinostosis primer : cranium dan sinus tertutup suturanya
Tindakannya : suturektomi. ALARA !!
Luka terbuka menyebabkan  hipoalbuminemia, anemia
Kandidat laparoscopy
 Tidak ada peritonitis
 Wanita
 Minimal invasive
 Tuberkelnya membesar
Hernia inguinalis
Obstruksi : demam, takikardi
Hernia diperiksa dengan  membuat nangis, ditekan perutnya, dibuat tertawa
Silk glove sign  diraba di atas tuberkulum pubikum  teraba penebalan di testis
Pada USG tampak
 < 4 : bukan hernia
 4 – 8 : suspect hernia
 > 8 : hernia  true hernia
Kapan dilakukan ferguson, mitchell bank
Hematome scrotalis  pada hernia yang besar
Osteomiolisis  untuk mengurangi efek dari amputasi
Komplikasi amputasi
Kontraindikasi
 Absolute : sepsis berat, koagulopati, gangguan paru dan jantung
 Relatif : peritonitis, previous surgery

Fraktur segmental : fraktur lebih dari 1 fragmen, dimana panjang fraktur site lebih
dari panjang diameter tulang
Deformitas
 Angulasi : varus, vagus, anteroposterior
 Rotasi : internal, eksternal
 Discrepetensi : perubahan panjang
ISK grade IIIA difiltrasi internal  osromielitis
Pada anak ada elastisitas pada jeratan
Beda hernia emergency dan hernia elektif
Hernia emergency : bukan cincin terlebih dahulu
Klasifikasi anorektal
 Laki-laki
o Fistel perianal
o Fistel rectouretral
Bulbar
Prostatica
o Rectobladder wide fistel
o Imperforate anus tanpa fistel
o Rectal atresia
o Complete defect
 Perempuan
o Fistel perianal
o Fistel vestibulal
o Persisten cloaca
≤ 3 cm common channel
≥ 3 cm common channel
o Imperforate anus tanpa fistel
o Atresia rectal
o Complete defect

Rumus oksigen dipakai pada respiratory rate > 24 kali / menit


Oksigen = (VT x RR x BB) / 1000
Tekanan intrakranial 10-15 cmH2O
Empat prinsip insisi di bedah saraf
 Accesibility
 Viability
 Cosmetik
 Extensibility
Le fort : fraktur maksila bilateral, ada floating maksila
Trauma ginjal dilakukan CT scan serial  lihat apakah sudah terbentuk hematom
sempurna
Tiga sensasi pada jari tangan : ulnaris, radialis, medianus
Nervus medianus di bawah carpo fleksor medianus
Hand
 Otot-otot ekstrinsik di antebrachii
 Otot-otot intrinsik di manus
Tendon sheath di fleksor
Tumor di kepala : tumor diambil intratentorial
Basalioma
Score HAIC
ICS 8 lateral batas antara abdomen dan thorax
Herniorapi dengan linchien : di anterior mesh graftnya
Herniorapi dengan laparoskopi : di posterior fascia tract versus mesh grafting
Penyebab hernia : batuk, mengedan, obesitas, keganasan
Isi hernia : kantung, penutup kantung, isi kantung
Richter hernia : berisi loop usus
Litter hernia : berisi meckel diverticulum
Klasifikasi
 Reponibilis : isi hernia bisa masuk kembali
 Ireponibilis : isi hernia tidak bisa dimasukkan
 Obstruksi : ususnya tersumbat namun aliran darah baik
 Inkarserata : terjadi obstruksi namun aliran darah masih baik
 Strangulata :
Tipe-tipe atresia esofagus
 Tipe A : atresia esofageal tanpa tracheoesofageal fistula
 Tipe B : atresia dengan tracheoesofageal fistula proksimal
 Tipe C : atresia esofagus dengan distal tracheoesofageal fistula
 Tipe D : atresia with double (proksimal dan distal) fistula
 Tipe E : fistula trakeoesofageal tanpa atresia (H type fistula)
Tujuh langkah membaca foto pelvic
1. Santon line
2. Ichio pecthin line
3.
4.
5.
6.
7.
Duodenum
 Tipe I : duodenoduodenoplasty
 Tipe II : duodenoduodenostomy
Worm eye view : difoto dari dagu
Cavernosgrafi  uretrografi  curiga fraktur penis
ETT : tidak sadar
Cara regulasi elektrolit
Repair tendon achilles : krackow (total), bunnel, kessler suture
Eggplant deformity : bengkok pada penis seperti terong
Burs Abdomen : Luka operasi yang terbuka sampai tampak fascia

Indikasi foto servical : Jejas diatas Clavicula, Penurunan kesadaran GCS dibawah 9,
Muiltipel Trauma

Micro penis :

Buret penis : Penis yang masuk kedalam, biasanya pada anak yang gemuk

Kalau jahit hati memakai chromic dengan jarum hati

Tumor hepar : Primer-resectable-dibuang sesuai aliran darahnya


Skunder-membuang hepar yang terkena saja sampai
batas inisisi

Pada by bila tulang tibia tidak ada maka posisi kaki akan fleksi kedalam serperti
CTEV

Pada by bila tulang fbula tidak ada maka posisi kaki akan adduksi keluar

KELAINAN CTEV

CTEV : Congenital Talipes Equinus Varus

Posisi

- Plantar fleksi talocranialis karena m. tibialis anterior lemah


- Inversi ankle karena m. peroneus longus, brevis dan tertius lemah
- Adduksi subtalar dan midtarsal
Klasifikasi : Easy Case/fleksibel, Resistant Case/Rigid

Kapan opern fraktur dilakukan tindakan definitife, Ketika tanda – tanda infeksi sudah
hilang dengan ditandai klinis dan labolaturium

Bila terjadi trauma ivedspin kemungkinan yang terjadi : Cord Contusio, Edema,
Hemoragik

SCIWORA : Spinal Cord Injury With OutRilock Abdominality

Klinis : X- Ray normal-SCIORA-CT- Scane-Normal-MRI

Tension Pneumothorak :

- Pendorongan trakea ke mediastinum


- Iga melebar
- Jantung bergeser
- Diagfragma kebawah
- Dehidrasi
- Dekompresi
- Kateter urine
- Defans (+)
Syarat penyambungan usu

- Sistemik : sepsis, KU
- Local : diameter usus, benang, teknik jahitan
Bila ada fraktur tibia fibula maka yang didahulukan tibia

Gentamisisn 1 amp/12 jam selama 3 hari saja


Fraktur pada anak – anak dimasukan fleksibel nail dan hindari memasukan dari
intermedular

OCCLUSI : bertemunya mesobucal grade pada molar I-II

Gluteus mayor dan ielopseos membuat ekstensi

Abduksi dan fleksi + skin traksi dilakukan pada keadaan femur fraktur

Fraktur komonitif pada tibia dan fibula yang dilakukan evaluasi : N. Phereneus di
proksimal fibula, tanda – tanda drop foot

A.Femoralis/A. foperantes

Mobilitas : early – segera setelah dipasang pen

Pneumonia hipostatik – pneumonia karena tidur terlalu lama

Fraktur maksila leoford III : fraktur dengan konfigurasi piramida, tepat dibawah

Trauma flowtingris : trauma yang menyebabkan kompartement syndrome

Adanya fraktur di ekstremitas ipsi lateral

Head Up 300 : TIK, Vena return terperbaiki

Kalau pergeseran base servical > 25 % maka lateral, bila < 25% bilateral

Pemberian methylprednison pada spinal cord injury harus dalam golden time < 8 Jam
dalam dosis 30 mg/kgbb

Trauma buli : Cistografi, USG, CT-Scan Cystografi

- Grash hematuria
- Nyeri supra pubik
- Ada jejas/hematoma supra pubik
- Ada fraktur pelvis
Appendixitis

Insidensi : USA 70.000 sampai 1 : 1000 anak pertahun

Perityphylitis – appendixitis

Appendixitis : inflamasi appendix

MC Burney

APP ada 8 minggu gestase yang merupakan lanjutan dari cecum

APP rotasi sampai final posisi di posteromedial cecum sekitar 2 cm dibawah ileosecal
value

Letak APP – Intraperitonial 95%

_ pelvis 30 % / 65 % caecum, 5 % extraperitonial, retrocolic, retrocecal

Ukuran APP rata-rata 8 cm ( 0,3 sampai dengan 33 cm ) diameter sampai dengan 10


mm
Pada darah cabang appendiceal dari arteri ileocoli yang melewati belakang ileum
terminal cabang A. mesentrika sup

Kelenjar lympb submucosa ada sejak lahir dan bertambah 200 pada usia 12 tahun dan
berkurang setelah usia 30 tahun dimana hanya sisa pada 60 tahun

1/3 pasien < 18 tahun

Banyak pada usia 11 dan 12

Stadium APP

- Acute APP
- Supurative APP
- Gangreneus APP dan APP perforasi adalah komplikasi APP
Dari simple inflamasi ke perforasi setelah 24 s/d 36 jam setelah gejala dengan
subsegmenr absess berbentuk diatas 2 sampai 3 hari

App karena obstruksi laminal yang diikuti infeksi

App mengeluarkan secret mucos ketika tekanan intra luminal 93 mmhg

20% karena fecalith bisa app acute : 30 s/d 40 % app perforasi

Hyperplasia appendiceal lymphoid follides penyebabnya

- Yesinia
- Salmonella
- Shigella
- Entamoeba
- Strongiloides
- Enterobius vermicularis
- Shistosoma
- Ascaris
- Enteric dan systemic veral infection seperti measles, chichen pox and
cystomegalos virus
- Carcinoid tumors
- Benda asinf
- Trauma
- Gejala gastrointestinal ringan seperti penurunan nafsu makan, gangguan
pencernaan, changes bowel habit ringan
- Anorexia
- Gejala gastrointestinal berat sebelum nyeri bisa merupakan gejala DD yang
lain
- Distensi APP diakibatkan dari jakaran nyeri visceral
- Nyeri visceral non specific di periumbilical
- Nyerinya dalam , tumpul pada dermatom T10
- Distensi APP berlanjut menimbulkan nausea yang terjadi beberapa jam
- Nausea sering terjadi tapi muntah tidak berat
- APP obstruksi merupakan tempat berkembangnya bakteri intraluminal
meningkat, saluran lympatik terhambat, menyebabkan edema dan
pembengkakan
- Peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena yang menyebabkan
iskemik, infark dan gangguan menyebabkan infeksi bakteri menyebabkan
demam, takikardi, leokositosis
- Exudate di dinding APP kontak dengan dinding peritoneal pariental
menyebabkan nyeri somatic, sehingga nyeri terlokalisir di APP/MC Burney
- Nyeri di kuadran kanan tanpa dirasakan nyeri visceral
- Pada APP retrocaecal dan nyeri somatic terlambat sampai dia pecah dan
menyebar infeksi karena dia tidak menyerntuh peritoneum barietal
- Retrocaecal nyerinya di plank atau pinggang
- Pada pelvis menyebabkan sering BAK, nyeri testis
- Gangguan perforasi : T > 30.60 , leokosit > 14.000, ada tanda peritonitis
caecum
- Factor resikonya : Laki- laki, usia terlalu muda/tua, factor anatomic seperti
retrocecal posisi
- Semakn panjang symptom semakin besar resiko perforasi
- Jarang konstipasi tapi sering rasa penuh di rectal dan tenesmus
- Diare jarang terjadi pada anak dan sering menyebabkan salah diagnose, G I :
indikasi abses pelvis
- Anak-anak yang masi kecil sulit didiagnosa, muntah, demam, nyeri perut
- Perforasi sering ditemukan pada laparatomi dan sering terjadi scondy small
bowel obstruksi sebagai akibat inflamasi yang berkepanjangan pada ileum
terminaldan caecum
Fisik diagnostic

- Mengurangi gerakan
- Kalau yang di retrocaucal dan pelvis gejalanya bisa seperti colik renal
- Fliksikan badan, kalau pada bayimemfleksikan kaki kanan kebadan
- Meminta anak menunjukan lokasi nyeri yang dirasakan dengan 1 jari
- Mempalpasi dengan kaki ditekuk mulai dari lokasi nyeri yang dirasakan
- Rousing’s Sign karena nyeri alih indikasi iritasi peritoneum dimana ketika
mempalpasi daerah kontra lateral nyeri akan meningkatkan hyeri dikuadran
kanan bawah
- Auskultasi kurang bermanfaat, yang terjadi penurunan bising usus tapi jarang,
tapi bisa menyingkirkan DD pneumonia lonus kanan bawah
- Nyeri sampai dengan T10 s/d L1
- Nyeri pada Mcburney : retrocecal di luar dan posterior spina iliaca superior :
pada pelvis ada tenderness pada rectum
- Perforasi – peritonitis , muscular regiditi – generalized rigiding abdomen
- Psosas muscle rigiding ( mengextensikan hipjoint obturator muscle passive
internal rotasi pada kaki kanan ) Retrocaecal APP
- Tandalain inflamasi : rebound tenderness, RT tidak specific

Syarat untuk disambung

- Tidak sempit
- Tidak ada fistel
- Businasi dilakukan setalah 2 minggu post PSARP
- Busi bulan ke 4 3-4 kali sehari
- Trans anal tidak boleh dibusinansi karena kita gak ganggu linea dentate
- PSARP harus di businasi
- Kompilkasi APP difuse peritonitis yang sering pada anak bayi karena omental
fat-a (-)
- Kalau yang sudah besar terjadi abses dimana teraba massa yang
kenyal/fluktuatif diatas abses
- Kalau sulit didiagnosa maka dapat dilakukan serial aldomial examination
- Lanbolaturium : leokosit meningkat 52 % s/d 96 %, netrofil meningkat,
pergeseran kekin 39 s/d 96 %, normal leokosit pada APP ada 5%, CRP,
sedimen eritrosisit
Diagnostic : anamnesa + pemeriksaan fisik + labolatory

Miss diagnostic 10% s/d 30%

Pada pericepeudikuler abses lebih samar

Diagnostik dan 8 faktor klinis

- Tenderness kuadran kanan atas


- Leokisitosis
- Nyeri alih
- Left shift
- Fever
- Nausea/vomiting
- Anorexia
- Iritasi peritoneum
Radiologi

- Plain radiologi : abdominal gas pada kuadran kanan lumbar sclerosis pada
kuadran kanan bawah, berkurangnya bayangan psoas
- Foto thorax : menyingkirkan DD pneumonia
- Barium enema contras : tidak komplit atau hilangnya pengisian ke appendix,
irigular lumen APP, efek IgE menurun sensitifitas dan spesificitas
- Scane leokocyte
- USG : >85% sensitivitasnya : 90 % spesifitasnya APP yang diameternya > 7
mm (diagnose)
- Appendicilit yang meningkatkan hasil : comprosi, lokasinya sendiri,
transfersum, transrectal, peripendicular abses
- CT-Scane sensitifitasnya 90%, spesifikasi 80%, APP > 6 mm, ketebalan
dinding APP > 1 mm, ada lemah periappendiceal, dinding APP menebal
DD nya

- Acut gastrointestinal
- Constipasi
- Infeksi saluran kemih
- Mesentrik adenitis : pelebaran limfoid mesentrum
Triatment

- Appendectomi, antibiotic pada komplikasi APP IV ampicillin, gentamisin dan


clindamisisn atau metronidazole, karena penyebabnya : esceria coli,
enterocolus, lelebsiella dan bacterioid, generasi varu : cefotaxime dan
clindamisin, cefotaxime saja, clindamisisn dan amokasin, clindamisin dan
aztrobah, cefepime dan metronidazole, ticarcilin dan clabulanate, piperacilin
dan tazobactam
- App acute diberi antibiotic preoperative s/d 48 jam
- App komplikasi 48 jam ada yang sampai % hari
Appendictomi (8 jam)

- Teknik open
- Insisi transfer atau obliq kuadran kanan atas
- Otot perut dipisahkan secara tumpul
- Ketika masuk cavum, APP dan caecum digerakan dan APP di keluarkan
melalui insisi
- Pisahkan massa APP dari dasar APP diligasi pada pangkal, pangkal dilakukan
simple legasi, inversion legasi dengan Z Stitch sutare atau iniversion tanpa
pengikat
- Simple legasi cepat dan mengurangi adhesi
- Inversion : control perdarahan baik lebih cepat, kontaminasi sedikit
- Kerugian bisa teraba intutusepsi
- Kemudian ditutup lapis demi lapis
- Tidak dipassang drain
- Segera beri diet normal
- Kalau normal diexplorasi apakah ada kemungkinan lain
Endoscopi

- Umbilicus untuk scope


- Dikuadran kanan atas
- Di kuadran bawah untuk retraksi diseksi
APP inflektrasi : APP mobile : operasi

- Dibuat celah dekat meso appendix, kemudian dilegasi dan APP dipotong
dengan scappler, kemudian APP dikeluarkan dari umbilicus
- Keuntungannya : singkat masa rawatan, menurunkan komplikasi luka,
menurunkan nyeri post operasi, mengakuatkan diagnose, lebih mudah pada
orang gemuk dan cepat penyembuhannya
- Keruguan : mahal, pemakai harus terlatih, peningkatan penemuan APP
normal, meningkatkan intra abdominal infeksi
- Dengan massa, tunda operasi sampai yakin akan massa tersebut
- Iv antibiotic 24 jam atau sampai leokosit normal
- Tidak demam 24 jam
- Drainese percutaneses baru akan dilakukan Appendictomi bila masanya besar
Komplikasi

- Infeksi luka : dari 50% ada 5%


- Susu obstuktif post op : 1 %
- Abses intra abdominal : 2 %
- Ileus yang berkepanjangan
- Fistel enterocutandis
- Suppuratif phlebitis
- Sepsis dan multi organ failure
- Pideplebhitis
Out comes

- Mortalitas rate hamper nol


- Antibiotic menurunkan komplikasi infeksi
- Morbiditas anak dengan komplikasi APP 10%
Deferticulum meckel : pada RT ada darah kehitaman DD APP

Lapisan APP

- Kutis
- Subkutis
- Fat
- Fascia scarpa
- Aponeurosis MOE dibuka pake hak ke medial dan lateral
- MOI
- Lemak peritoneum dibuka tumpul
- M. transfersus abdominalis
- Peritoneum
- Tampak caecum : tinea libra, colica, omentalis
- Psoas sign : karena ada inflamasi di M. Psoas, kalau di RT sakit : APP di
pelvis
Untuk menekan arteri

- Bulldock
- Lassho
- Peradanga : udem : necrotic
- Triase of death : hipotermi, hemokoagolopati
- Asam basa ( asidosis )
Syarat untuk di relaparotomi : triase of death sudah diatasi

Medical bleeding : perdarahan karena APPT dan PTT yang mengganggu koagulasi

Dari external fiksasi

Syarat anastomosis

- Sistemik : HD stabil
- Local : contraktifity, capability, colour, capillary refill
Tamponade jantung : triase of back, ekg low voltage, cvc : JVP meningkat

Sarcoccygeal : tumor di coccygeal insisi C atau V

Tipenya menurut Palliman

- Paalman I : diluar pelvis


- Paalman II : banyak duluar sedikit didalam
- Paalman III : sedikit diluar banyak didalam
- Paalman IV : semua didalam
Jenis-jenis tuor ovarium pada anak

- Dari lahir s/s usia 19 tahun


- Kombinasi jinak dan ganas 2,6 per 100.000 < 15 tahun
- Matur cystic teratoma > 5 tahun
- Granulosa cell tumor menurun > 9 tahun
- Yolk sac tumors 10 s/d 14 tahun
- Peut : jeghers syndrome, granulosa sel tumor, ovarian cystadenomas, sex cord
stromal tumor dengan anular tubuler
- Juvenile granulosa sel tumor : ollier disease ( multiple enchondromatosis ),
maffuccis syndrome ( enchondromatosis dan hemangioma )
- Sertoli – leydig sel tumor berhubungan dengan ollier disease
- Fibrosarcoma berhubunan maffuccis syndrome
- Sclerosing stroma tumor berhubungan dengan chediak – higashy syndrome (
oculocutaneus albinisin, infeksi pyogenic, dan abnormal granul leokosit yang
berupa deficiensi phagositosis.
- Kista ovarium berhubungan malformasi cranio fasial, laryngeal
- Mclune-albright syndrome : triad of café aulait macules, polyostotic fibrous
dysplasia, autonomous endocrine hyperaktif
- Fibromas berhubungan dengan syndrome sel nevus basal
- 70% karena mutasi BRCA : 20% BRCA 2
Gejala klinis

- Nyeri perut
- Anorexia, nausea, vomiting dan sering kencing
- Terab massa abdomen
- Pada kista ovarium mengeluarkan estrogen yang membuat perkembangan
isosexual mengakibatkan konsentrasi gonadotropin menurun
Ca-125 Ca-19.9 AFP 6HCT LDH
Endometrioma +
Epitel borderline +
Carcinoma +
Germ cell
Yolk sac + +
Dysgermioma + +
Immature teratoma
Chonocarsinoma +
Embrional + +
Endodermal sinus +
Sertoly leydig +

- Fetoprotein : germ cell tumor karena yolk sac fetus berkaitan dengan sumber
AFP. Peningkatan AFP : tumor yolk sacs, hepatoblastoma, hepatocellutar
carsinma, teratocardioma
- Human chorionic gonadotropin : peningkatan pada germ cell tumor seperti
seminoma, dysger minoma, chorio carcinoma dan occasionally emnryonal
carcinoma, peningkatan 100 mg/dl : choriocarsinoma
LDH : peningkatan LDH : sel turnover indicator malignancy, untuk prognosis
lymphoid tumor dan neuroblastoma

UNDERCENDED TESTIS

- Usia kehamilan 7 s/d 8 minggu testis dan ovarium pada posisi sama
- Testis dan ovarium di pengaruhi ligament cranial suspensory cranial dan
gubernaculum
- Testis secara komplit ppada minggu ke 5
- Dileher scrotum, sedikit diluar, atau diluar cincin inguinal
- Karena penurunan androgen mengakibatkan penurunan gonadotrophin yang di
produksi pada tulag atau placenta
- Abnormalitas genatofemoral nerves
- Karena defek dinding perut, : gastroschisis, omphalocele, defect tube neural.
Kriteria IV ke oral

- Bebas demam
- Leokosit menurun
-
Klasifikasi Dwerticalits

- Hinchey I : pericolik abses/mesentrik


- Hinchey II : abses luas sampai pelvis
- Hinchey III : perforasi diventiculits/ abses pecah, peritonitis purulent
- Hinchey IV : rupture diverticulits dengan contaminasi dari peritoneal caving
Tujuan Laparastomi

- Menurunkan tekanan intra abdomen


- Menurunkan kontaminasi
Lesi nervus radialis

- Drop hands
- Thumb extensi

Intusseption : invaginasi satu bagian usus kebagian lainnya

Intussuscepum : bagian dalam dan tengah yang memasuki usus

Intussucipiens : bagian yang dimasuki usus

Menerapkan p’sbb ke dua akut abdomen

Gejala : colicky pain : teraba massa ( banana sign ), current jelly stool

Insidennya 1 : 2000, inggris dan Scotland 1,5 – 4 : 1000

 1 : 50 inguinal
 6 : 100 APP
Laki > perempuan : 2 : 1 atau 3 : 2

P’cbb-a : viral, genetic

Intussusceptum membawa mesentrium ke intussuscipum dan vena mesentrium


berangulasi, terjerat dan tertekan diantara 2 lapisan intussucceptum – edema local
usus intussusceptum - kompresi vena – kongesti dan statis mengeluarkan mucus dan
darah dari intussusceptum – classic red currant jelly stool.

Usus kongesti dan tekanan meningkat terjadi iskemik kemudian nekrosis

Pseudoaganglionic : aganglionic post transanal

Whast out 20 cc/kgbb/x pemberian

100 cc/kgbb/hari

4 tipe intutusepsi

- General : - permanen – fixed


 Transien
- Specific : - idiopatik
 Post operatif
 Patologik lead paint
- Anatomic : neonatal hispung : kembug, muntah hijau, RT menyemprot,
meconium terlambat, bayi cholic, taka da akut abdomen,
 Soave prosedur
 Swanschon prosedur : abdomino
 Flat bottom : antresia ani dengan letak tinggi dengan inkonsi
nausea alvi
 Langerhein : infertogram : up stand down
- Yang lain
- Ileocolic
- Ileollecolic
- Appendicolic
Foto polos : meniskur sign, target sign

Hiprung dewasa : RT konsong, riwayat konstipasi kronik

Syarat barium enema : meneskus, colled spring

- Tidak ada perforasi


HPS : diusia 12 hari, gagal tumbuhpiloro myotomi preded newstret, foto diambil
setelah didekompresi

Curiga rupture uretra - barium

- Hematoma scrotum - udara


- Bloody discharce - gastropapin
- Floating prostat - nacl
Agenesis barium – malon procedur : antegrade whas but

Kembung : inbalance elektrolit, hipotugroid, sepsis, hipomagnesium

Diberikan wash out 10 – 15 cc Nacl 0,9%cara barium enema hisprung

- Pasien tidak dimanipulasi 24 jam


- Pasien dilakukan pemasukan kateter kecil
- Masuk 2 – 3 cm, chateter tidak dikembangkan
- Masukan kontraks secara perlahan tandpa tekanan
- Kontraks harus melalui zona dilatasi
Indikasi pemasangan collae neck

- Jejas diatas clapicula


- Gcs < 9
- Trauma/hematoma di scalp
Kalo APP dengan infiltrate teraba massa yang keras dan terfiksir, dilakukan
pembatalan operasi

Untuk melihat PCo2 menurun – respiratori

Hiperventilasi – alkalosis – beri ventolin, ketorolac

Atresia ileum tipe IV – multiple atresia – dilakukan colostomy, reseksi anstomisis


multiple, stoma dengan sawtoni prosedur yang proximal yang besar keluar yang distal
yang kecil dirumah

Trauma Ginjal

Trauma ginjal – CT-Scane kontras ke yang ada, non kontras + hematuria

- Kalau ada hematom zona II yang pulsasif ( berdenyut ) dan expending – luka
peritoneal
- Kalau grade V kadang – kadang tidak hematoma
- Kalau tidak ada CT-Scane dilakukan IVP
o IVP nya lekage contras grade IV
o IVP nya contras putus grade V
- One shot IVP dilakukan pada pasien yang tidak stabil yang penyebabnya
ginjal
- Trauma murni ginjal : stabil – diagnostic : CT-Scane grade I – V, BNO – IVP
grade II – V, USG – grade I
 Tidak stabil – surgical resusitasi
Trauma ginjal + trauma lain – ikut dengan yang lain : stabil : observasi

 Tidak stabil : surgical


Trauma pilar/palisade : trauma di daerah perineum

4 prinsip penanganannya

- Debridement
- Diversi
- Distal wash out
- Drainase
Trauma rectum menurut ASST

- I : Contusio : hematome tanpa devascularisasi


Laserasi : partial trichnes laceratum
- II : laserasi < 50% circumterence
- III : laserasi > 50% sircumtterence
- IV : pull thickness laserasi sampai perineum
- V : total rupture
Posisi akhir dari fraktur radius ulna

1/3 distal : pronasi

1/3 medial : netral


1/3 proximal : supinasi

Kalau tendon fleksor ada pembungkusnya/retinoculum, kalau tendon extensor tidak


da pembungkusnya

Ulnaris lebih mendominasi dari arteri radialis

Bristow prosedue II dislokasi shoulder dengan recurrent

Sepsis : SIRS + Fokus infeksi

SIRS : demam / hipotermi, HR > 90 x/i, Rr > 20 x/i

Pasien tidak sadar yang difikirkan

- S irkulasi
- E nsefalitis
- M etabolik
- E pilepsiu
- N eoplasma
- T rauma
- D rug
Part I : duodenum pars bulbosa

Cancer anoreksia – cachexia, BB menurun, penghancuran massa otot, jaringan lemak

Sign symptom

- Ada primer : tumor – induced metabolic change sekunder


Urine yang normal mencemari organ abdomen – peritonitis sampai 7 hari

3,5,7 – kateter uretra – menurut klinis (3 cistosomi, 5 draine)

3,5,7 – kateter urine – text book (3 draine, 5 cystostomi

Hernia femoralis lebih sering strangulate kareba lokus minorisnya kecil

Bedah plastik
Operasi: senin, selasa tapi rabu, kamis bisa untuk debridement
Poli: rabu
DM masuk OKA semuanya senin, selasa
JP I : 1. Mursalin ISO I post skin graft a.i uklus dekubitus a.r gluteus GV 3 kali sehari,
kemarin terakhir GV
2. lht ada konsul Abdullah Isya k4, ulkus dekubitus
JP II : 1. Ulfa K5B1, Combosio grade 2A/B
P/seminggu 2x masuk oka  selasa, terakhir jumat rawat anak, gizi dijaga
2. Abuzar k5b2, combusio grade 2a/b p/sama
3. Alif hulaimi k5b4, combusio grade 2a/b p/sama
4. kahja k6b2, ulkus dekubitus a.r gluteus p/skin graft senin
5. Asri k7b3, post rekontruksi mandibula+ post repair flap p/GV 3 kali sehari, terakhir
sabtu
NGT dan trakeostomi rencana diganti
JP III: 1. Nurul k4b1: combusio grade 3 80% p/ debridement senin, Hb: 8, siapin
darah 2x seminggu
2. Yuslidar k4b2; combusio grade 2 p/debridement 1 kali lagi boleh PBJ
3. Firman/ Rida, fraktur mandibula p/senin ORIF
3. Nilawati combusio grade III 90% k4b3 p/transfusi I kolf sebelum op besok
debridement
4. Salsabila k4b4, combusio grade II p/debridement selasa atau rabu
5. Rayan, k6b6; Fr Os nasal p/kasih nampak foto schedel persiapan rekontruksiGV
kalau basah
6. Zafar Wahab, k6B1; ulkus dekubitus a.r gluteus p/GV per 2 hari perawat yang
GVingatin
7. Sayuti, k7b2; Fr maksilofacialis p/persiapan ORIF ; konsul2
8. Isnaini k7b5; Fr maksilofacialis p/persiapan ORIF ; konsul2

ICU
Bed ISO I, Jauhari, Steven John + ulkus pedis p/ rawat luka 3 kali sehari; terakhir
jumat

PICU
Bed I, Mujibul ikram, ulkus dekubitus p/GV per hari dengan sufratul dan ulkus
dekubitus

IW
 Kasmaya, Fr simfisis parasimfisis mandibula p/siapkan ORIF ; konsul2
Geulima I
 Saiful Dullah ; V, post debridement ulkus dipaha p/ sudah PBJ hanya belum
pulang
Seurune I
 Suhaimi, k4b1, Hemangioma p/ rencana eksisi, konsul2
 Riski Aulia, Iso 2, p/GV diperut  tadi sudah  3 hari lagi GV lagi
Seurune II
 Rohani; post mastekomi, k6b4; skin graft p/GV dipaha 1 minggu
GV dipayudara kemarin terakhir 3 hari sekali
Geurute
 Noval, k1b ; combusio grade II P/debridement selasa atau rabu ; GV 1 kali
seminggu
 Azia P/

Jadwal selasa
- Adik dr. Mala  Mikrotia (Marhamah)
- Marzuki  ulkus dekubitus
- Putro Cut ka01  keloid dibibir

Lapisan kulit
Epidermis : 1. Stratum Corneum
2. Stratum Lucidum
3. Stratum Granulosum
4. Stratum Spinosum
5. Stratum Basale

Dermis

Klavus : Tonjolan epidermis ada titikya


Kalus : Tonjolan epdermis yang merata
Skin flap : Limberg ??

Dislokasi posterior
- Shortening
- Fleksi
- Endorotasi

Dislokasi post itu khas pada dash bord injury

 Yang harus diperhatikan pada pasien ORIF implat failure


 Kl fibula harus diperbaiki yang distal
 Drop Hand  N. Radialis trauma
 Fr pada 2-3 jam tidak ada kompartmen sindrom

Infiltrasi
- Kutis
- Intercosta

Nacl 0,9% : 5cc: 1 meg


Nacl 3% : 2cc : 1 meg
Untuk tidak respone setelah 2 kali harus OKA
Untuk Transient Respone setelah 2 kali penggantian langsung OKA  Y ke 3 darah
 Golden Period pada open Fr depres <24 jam
 Bila lewat di urgentcy

3 Lapisan Skull :
1. Tabula Eksterna
2. Diploe
3. Tabula interna
Indikasi Operasi bil fr lebih tabula

Penilaian Back Step Afektif:


- Klinis  Stiky
- Radiologis  Bone Healing

Kontraktur primer : Kontraktur buat diambil


Kontraktr sekunder : kontraktur setelah penye luka

 Pada ruptur arteri dan tendon tidak perlu di rontgen bila tidak dicurigai adanya
fraktur atau corpus
 Jempol itu 50%
 K wire dipertahankan 3 minggu pada fraktur metatarsa
 Handle bun Injury yang sering terkena :
- Pankreas
- Duodenum
Cek amilase dan lipase
 Jempol tidak bisa diekstensi bila terjadi masalah dari N. Cutaneus ramus
superficialis mit hn dig dorsaler
 Hernia Obturator :
 Nyeri di hip, kaki dan lutut
 Muarah
 Howship-Romberg Syn  nyeri sampai kebawah ketika pinggul dibuka,
kaki ekstensi, rotasi medial dan
 Sering pada wanita tua, 70-80 mn, dengan multi para dan
 Syarat menyambung usus :
1. Sistemik N7 : N. Fasialis - sistem saraf zygomu
Olpac - Proy.zygoma quadrongular
Okulomotori - totrapod –frontal samporas maksila sphenoid

Perbaikan Bibir =Cheiloraphy=


 Usia : 3 bulan (10 minggu)
 BB > 10 pound (5kg) Rule over tens
 Hb > 10 gr/dl

Perbaikan Langit =Palatoraphy= Waters view


 Usia 10 s/d 12 bulan Coldwell view
Submentovertex view
Speech therapy setelah palatoraphy

Bila setelah palatoraphy + speech therapy suara masih sengau  pharyoplasty


(megecilkan suara nasal)  5-6 tahun (evaluasi gigi dan rahang)

8-9 thn  Alveolar bone graft oleh ortodonti


9-10 thn  bedah plastik  bone graft seiring pertumbuhan kaninus
Bila terjadi hipoplasia maxila di ikkan advancement osteotomi Le fort I pada usia 17
tahun

 Lahir  diberi penyuluhan


 3 bulan  operasi bibi dan hidung, pencetakan model gigi, evaluasi telinga
 10-12 bln  operasi palatum, evaluasi pendengaran & telinga
 1-4 thn  evaluasi bicara mulai 3 bulan pasca operasi , evaluasi pendengaran dan
telinga
 4 thn  bila suara masih jelek repalatorafi atau pharngoplasti
 6 thn  evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model nasendoscopy  bila perlu,
evaluasi pendengaran
 9-10 thn  Alveolar bone graft
 12-13 thn  final touch untuk operasi sebelumnya
 17 thn  evaluasi tulang muka, operasi advancement osteotomy Le Fort I

 Kompilasi Multiple Trauma


 Fat emboli  segera s/d 3x24 jam
 Gejala  sesak
 nyeri dada
 penurunan kesadaran

Jenis-jenis insisi Laparatomi :


 Paramedian
 Pararectal
 Ditibia yang di pasien N. Pherineus
 Dinilai distal tibia
Lakukan fleksi & ekstensi
 Diperiksa aktif & pasif karena kalau terjadi permasalahan disaraf & soft tissue
injury lain maka tidak bisa terjadi gerakan aktif sedangkan pasif bisa
 Ankilosing : kaku sendi tanpa ada manipulasi sebelumnya
 Ardenosis : kaku sendi karena telah ada tindakan

Volume tidal Dewasa : 6-8


Bayi : 4-6
 Syarat foto layak baca :
 Two view
 Two sendi
 Two kesempatan
The Gloving (terpisahnya kulit dan jaringan bawahnya dengan fasia krn) open :
Closed :

Ruptur Lien menurut AAST:


 Grade I : hematoma subcapsular <10% dari permukaan lacerasi kapsular dengan
kedalaman <1 cm
 Grade II : hematoma subcapsular 10-50% permukaan intrapararenchym
hematoma <5 cm diameter lacerasi dengan kedalaman 1-3cm tidak meliputi
pembuluh darah trabecular
 Grade III :
- hematoma subcapsular >50% dari permukaan atau meluas
- hematoma intraparenchyma >5cm atau meluas
- lacerasi dengan kedalaman >3cm atau termasuk pembuluh darah trabecular
- ruptur subcapsul atau hematom parenchym
 Grade IV : Lacerasi meliputi segmental atau pembuluh darah hilus dengan
devaskularisasi mayor (>25% spleen)
 Grade V : Shatfered Spleen trauma PO hilar dgn spleen devascularis avulsi

- Kalau ada robekan pada arachnoid ditakutkan terjadi mekanisme pentingnya


- Grade IV & V wajib dengan splenektomi

Hernia Inkarserata yang release diawasi


- Peratinitis
- Obstruks  Biasanya pada end mars

 Hernia
o Sliding Hernia : Kantong-kantong bagian isinya
o Litre Hernia : Hernia yang isinya diverticulum meckel
o Spigelian Hernia :
o Internal Hernia :
o Amyand Hernia : Hernia yang berisi Apendixitis

Yang dilakukan pada px bila currga Fr Pelvic


- AP Force/Kompresi
- Lateral Kompresi
- Axial Komprex  Tarik dari Ankle sakit dipelus
Clinical Union
- Nyeri (-)
- Stinky (ketika digerakan, fraktur site tidak bergerak)
Radiologi Union
- Ada kalus

Fr tulang panjang tks bawah sembuh 12 minggu

BNO= 1. Passing Stone


2. Hematuria berulang
3. Riwayat batu sebelumnya
4. ISK berulang
5. Hidronefrosis  Dari USG
6. Pasca Operasi didaerah pelvis
T7an: untuk mengetahui anatomi dari traktus Urinarius

Untuk membaca IVP


Slide = Slsi
Soft tisue = Psoas line  gladasi musculus dengan Adiposa
Stone = Batu
Spine =
Tidak tampak Compragmen Opase di pasa vertebra
Dextra, 5inictra dan colum pelvis . kalo ada pake ukuran

Foto 5 menit: Foto sepotong atas (Netrogram)


 Kontras sudah masuk kesistem pelvo calrces
Kanan dan kiri

Foto 30 menit (Pelvocalices)


 Kontras sudah masuk kedalam sistem pelvocalices dan buli-buli. Kesan parase
Laucar

Foto 60 menit (Cistogram)


 Dinding buli-buli regular
Tidak tampak paling defect
Tidak tampak identasi  Ada bayangan yang menutupi pembesaran prosifat
Tidak tampak double cantur  divertikel
 Fish huck  membentuk gambaran kata pause
Pada BPH dibuli-buli

Post Miksi/ Post Voldy


 Kontras habis

ESWL < 2cm


Multi Kistik Kidney  Biasanya Uni lateral. Kista (-) ditempat lain, non herediter
Poli  Bilateral, ditempat lain blasa  ada kista seperti hepar, pankreas, herediter
Autosomal resesif  Anak
Autosomal dominan  Dewasa
Terapi Batu Ginjal
 Batasan 20 mm
 Jika < 20mm
Pilihannya: 1. ESWL
2. PCNL
3. RIRS (Retrograde Intra renal Scirgery)
4. Laparoscopy
5. Open
 Jika > 20mm
Pilihannya : 1. PCNL
2. ESWL
3. RIRS
4. Laparoscopy

CA Buli-buli
To Mukosa
T1  Lamina propia
T2a  < ½ Detrusor
b > ½ Detrusor
T3a Mikroscopis kena serosa
b Makroscopis kena serosa
T4a Laki-laki  Prosfat/rectum
Perempuan  Uterus/rectum
b Dinding pelvis/ Dinding Abdomen
keluar dari perstoneal fat
CT Scan : T3b sampai dengan T4b

Terapi tumor buli


Bila curiga tumor buli
 Cystoscopy + TURBT
˅ ˅
Habis Tidak habis
‫׀‬ ‫׀‬
Dasar Tumor CT scan Abd pelvis dngn kontras
‫׀‬ ‫׀‬
‫׀‬
Mitonisin 40mg Radical Pallatif
(dalam 24 jam) Cystectomy Cystectoy
Px dgn interval 1 minggu T2-T4a T4b
Alternatif
o TUR-BT Ulang  3-4 minggu
o Alternatif radikal
ReTURBT + Kemotrapi MUAC+Radioterapi
Ukuran N normal:
CKD: 1. Netropothy PNC (Pyelonefritis Cronis) - DM
-As Urat
-Rokok
2. Uropathy

Asam UratLucen

Scrotall Mass
DD: Hernia : Hig timbul, Palsava test (-)
Tumor testis : Pain less  USG SkrotumMasa testis (-)
Px tumor marker ſβHccr
α Fero pota
LDH

Epidedemoorchitis: Infeksi di Epididimis & testis


Anamnesa : demam, Tanda-tanda inflamasi
Penyebab > Dalam (Ascendering Infeksi)
Luar : Furunkel
Karbunker

Torsio Testis
Torsio Testis Epidedemorchitis

Nyeri (+) (+)


Infeksi : demam (-) (+)
Nyeri BAKG (-) (+)
DD : Hiperemis (-) (+)
Diangkat : nyeri/phren sign Nyaman/ phren sign (+)
phren sign (-)
Kremoctet reflex (-) (+)
USG Dopler / (-)

Kremaster untuk mempertahankan suhu testis


Reflek Kremaster
- Gores paha dalam, itu pergerakan scrotum
(+) Bila testis naik turun
(-) Bila testis tidak naik

Penanganan Epididimoorchitis
- Bed rest.
- Scrotal suport: Menurunkan 1 ukuran celana dalam.
- Antibiotik

Syarat foto thorax yang baik/ layak baca:


- Identitas
- Marker
- Simetris
- Inspirasi cukup – Diafragma 5-6
- Tampak ѴTh IV Jelas

Luka Tembak yang harus dieksplor:


1. Sendi
2. Abdomen bila ada tanda-tanda peritonitis
3. Mata (intra bulbi)
4. Kepala ( Menurut dr. Mun, kl dr.Bustami tdk)

DD App :
1. Divertikulus
2. Corn Disease
3. Divertikel Meckel
4. Batu uretra distal
5. Tumor App (saecum)
6. Ilitis
7. Gastro Interitis
8. Kehamilan Ektopik
9. Adneksitis
10. Infeksi UVJ
11. ISK
12. PID
13. Kista ovarium terpeluntir
14. Tuba ovarium abses

Kalau fistel rectovesika dilakukan colostomi tranfersum

Etiologi Batu :
1. kurang minum
2. Diet tinggi kalsium dan oksalat
3. Asam urat

o pada semua pasien trauma dengan pneumothorax harus dipasang chest tube.
o Namun pada pasien yang bukan trauma dengan pneumo thorax > ⅔ paru baru
dipasang ehest tube
o Fraktur metatarsal I & V tidak stabil karna tidak ada yang mendukung
o Fomier gangren fasutis nekrotikan
o Tinea Libera
Tinea Colica Mendapat Caeclum dengan Apendix
Tinea Omentum
o Apendix sampai ke basis  Pulse Ring
Apendix biasa  Double Ligasi
o Dislokasi Elbow Joint
- Dilakukan reposisi dengan Traksi kontra traksi bila direposisi tidak masuk
kemungkinannya
- Soft Tisue
- Ada Fraktur
- N. Radialis  Drop hand
- N. Medianus  Clow hand
Pe

o Asonomosis  dilakukan grat


PT  Ekterinsik

= INR

APTT  Intrinsik ; Monitor Heparin

Hemofolia hanya APTT

TT  Monitoring Heparin

Faktor EKS = F.VII

Faktur Int = FXII, XI


Tromboegfopenea Produksi
Penghacuran
Distribusi Abnorkal
Dilusi
Platelet  Perhitungan darah tepi = Anemia
Leukemia
Klasifikasi Hati secara surgical
o Dibagi oleh garis khayal
Dari fundus fella & vena cava inf
Fr Maksila = Facial Appleveu : Donkey face
Plattey Nove
Aorta Abdominalis  A. Gastro duodenalis  A. Hepatica Kanan
A. Hepatica Kiri
Hilus hati

Vena Porta -Kiri


-Tengah
-Kanan
Luka Bakar  Dinginkan 3 jam pertamadi air 15º selama 20 menit

o Terbakar api,listrik,kimia,gas kimia


o Didalam/diluar gedung
o Luka bakar kimia disiram dengan air mengalir
o Grade I  Kena epidermis merah
o Grade II  Kena Dermis ada bula
IIa Dibawah bula ada epitet stratual basalis
Diatas stratum basalis
IIb Dibawah stratum basalis
Sembuh dengan parut (3 minggu sampai dengan 1 bulan)
o Grade III Kena seluruh ketebalan kulit
o Eschanotog Luka bakar melingkar. (pada luka lista)
o Antibiotik diberikan pada luka bakar yang mendapat penanganan dari UGD >
8jam.
o Koloid diberikan 500-1000ml dalam 1-2 jam setelah 18 jam
o Avp , N , TD  Berikan Manitol karna udem paru
o Keloid disebut bila luka > 1 tahun.
o Mini px Neurogi : GCS,Pupil,RC,Lateralisasi, Motorik, Sensorik
o Perforasi Thyfold??
Perforasi pada Thyford terjadi pada minggu ketiga dan terjadi di distal 1 leum

Zona Luka Bakar:


o Hiperenis : terlukar
o Statis : Teksah
o Koagulasi/nekrosis,plg dalam.

ALL= Anterior Longitudinal Liganent


PLL= Posterior Longitudinal Ligament  Melindungin spinal cord

Sprans  Ligament
Strains  Otot, tendon, combingi otot dan tendon.
Bronsecuard: Pengilangan klinis dengan tempat trauma penetraty
Temporal Horn melebar >0,7 mm.

o Pada cedera kepala meningkat KGDS karna adanya proses infkamasi.


o Letak tinggi colostomi > 2cm
o Letak rendah PSA <1CM
Fiksasi= Merendam bahan pemeriksaan

Volumenya

T7-an : -Mengawetkan jaringan

-Mencegah Autolysis

Cairan Formalin 10% = Alkohol 70%  jaringan

Alkohol 96%  untuk sitologi

-Memadatkan & mengeraskan jaringan

Syarat cairan fiksasi

o Daya tembus
o Tidak bahaya untuk lingkungan
o Dapat diwarnai
o Jaringan dapat disimpan lama >2 minggu
Volume cairan fiksasi 5-10x Vol jaringan

Formaldehid 40% 10ml+90ml Aquaidesh

Alkohol 100%  Daya tembus lambat, bisa pengawet mahal

Alkohol 70%  Bunuh kuman, tidak mengawetkan

Alkohol 96% Untuk FNAB & Paps mear

Alkohol 50%  Untuk cairan pleuia

Klasifikasi syok  Grade I = TD=N N= <750 <15

II= TD= N= 750-1500 15-30

III=

IV=

Tingkat kesadaran

o Nadi
o TD
Respon pemberian cairan -Rapid Respon
-Transien Respon
-Unrespon
AV Node ada di Trigonum kokh
Inotrofik (+) + Vasodilator -Arteri
-Vena

Hard sign (+)  Cylo tanpa Diagnostik


Golden time  6jam

 Knee Chest Position dilakukan karna tidak ada fistula.


 Distal pada colostomi pada parlen yang tidak ada anus harus dibersihkan karna
untuk pembuatan distal topografi agar hasilnya tidak bias.

FNAB= Find Neadle Aspirasi Biopsi


TTNA= Trans Thoracal Needle Aspiration

Histologi=Biopsi
Kuret
Sitologi= Segala macam cairan

Kl tulang 15 hari harus didecalsifikasi


Pada Thiroid semua yang ganas yang berbentuk folikuler disebut Neoplasma
Folikuler = T3

Mamariadisplasid = FCD (Fibrokistik Disease)


o Kalau untuk cairan berikan fiksasi 1:1 dengan alkohol 96%

FC= Fresh prozen Section


Sikologi = FNAB Histopalogi= Biopsi Insisi/
Eksisi
Cairan Pleura Kuretase
Cairan Asites Operasi
Spulum Frozen
Section
Pap’smear

Anatomi kepala & leher


T1: ≤ 2cm ; q ≤ 0,5cm, b : 0,5-1, c : > 1 > 2.
T2: 2-5 CM
T3: ≥ 5cm
T4: Terfiksir
No: tidak ada nodus. N1:1 Nodul, N2= 2 Simestris, N3: Asimetris.
Metastase: Tulang, Paru, Hati, Otak

Stadium: -Early = I,II


-Lokal Lanjut = III
-Advance = IV

Hasil Mamografi
1. No finding
2. Benignputih,batas tegas
3. Probably Malignant

Biopsi Eksisi = semua jaringan diambil


Insisi = Sebagian jaringan diambil

Triple Diagnostik: 1. Klinis


2. Mainografi
3. FNAB

Neonatus
Colon Tranversum = Ada Omentum –MayusCurvatura minor
-MinorCurvatura mayor
Midgut Polpulus  semua yang diperdarakin a.mesenterika superior
Duodenum part II, ileum, saecum dan colon desenden serta 1/2
colon Tranversal
Refleksi Peritoneum  batas colon desenden dengan sigmold
Rectum ⅓ Distal
⅓ Proksimal
⅓ Medial
Kalau jahit usus buntu harus sampai tunika submukosa karna sub mokosa paling
kuat.

A. Mesenterica Sup: a. Colica media


a. Colica kanan
a. Ileo colic
A. Mesenterica Inf: a. Colica kiri sampai Desendens
a. Sigmold Ke semua Sigmold
a. Hemorroidalis sup.

Pengobatan :

- Bedah
- Radiasi
- Kemoterapi
- Hormonal
- Target sel
Pemeriksaan fisik :

Zygoma maksila, rma orbra sup, rma orbita inf, fronto zygoma,naso zygoma, orcur
zygoma
Nasal  depresi, nyeri,
palpasi bimanual  pemeriksaan intraoral dan speculum
Depresi nasal dilihat dari lateral
Dormal interpapilar somni, telecautus 45mm
Normar intercantal 30mm

Insisi skin sparing :


Sentinel lymph node disection : dengan penyuntikan pada sekitar tumor yang
berwarna biru lalu ungu 30 menit. Bila ada warna biru diangkat

Indikasi Mama Abrantes dioperasi :


- Sakit
- Mengganjal
- Estetika

Upper Face : Frontal, Rimo orbital sup, zygoma


Middle Face Nasal, Rima inf orbita, lower ilid, bibir bagian atas Rima zygoma
Lower Face : lower lip, mandibula
Elongasi  pemanjangan wajah  Lefort III
Molar defect : tulang pipi  dilihat dari atas
Palpasi  nyeri
 Krepitasi
 Step off

- Faktor Virulensi
- Bagaimana speamen yang ditolak

Pada small bowel obstruksi dengan partial dengan tidak persisitent mutlak & nyeri
observasi sampai 72 jam dengan OGT bila membaik dilanjutkan non bedah. Bila tidak
membaik dibedah.

Fast : splenorenal

Fraktur tanpa pengenceran  undisplacement


Dengan pengenceran  displacement

 Fr. Clavicula 90% dikonservatif


 Ransel perban untuk imobiisasi dengan cara hiperekstensi bahu  figure of eight.
Biasanya dipasang pada pasien ketika sudah bisa imobilisasi
Indikasi operasi pada Fr clavicula :
- Open fraktur
- Tenting
- Profesi

Hisprunf disease : tidak dijumpai pleksus Aurbach & meisner mular dar spinchter Ani
tengah sampai rekto signoid

Cara membaca CT-Scan :


- Nama
- Umur
- Trauma/ non trauma
- Scalp hematome
- Bone windows
- Hyperdens / hypodens (Bran Window)
- Ventrikel
- Sisterna
- Mid line shift

Plantar fleksi & dorso fleksi  ruris talus joint


Letak arteri dorsalis  diantara metatarsal I&II
Tibialis post ruptur  harus disambung
Tibialis Ant (Arteri Dorsalis Pedis) ruptur  tidak harus disambung karena 40%

Tendon Achiles : tendon gastroseleous = crastrolerokeus + seleas

Mikrobiologi
Obligat : mutlak
Streptococus β  mikroaerofilik
A  mudah tumbuhnya
Suasana aerob
anaerob
Mc konkey  Gram (-)
Agar darah  gram (+)
Agar coklat  streptococus pneumonia
Medium selektif  salmonella, shigella
(medium ss)

- Tumbuh patogen
Flora normal  tumbuh kecil-kecil, tidak mucoid, tidak hemolisis

Jurnal MRSA : Mehicilin resisten streptococus Aureus


ISBL : Strain yang sudah resisten sefalosforin generasi III
Pan Resisten
Cuocum sensing

Klasifikasi Bakteri :
Cara kerja antibiotik :
MRSA  Panchomicin

Immobilisasi albow joint dengan


 Amstring
 Felpow 6-8 minggu

Reposisi elbow joint dengan - stemsen


- traksi kontra teraksi

Hisprung Disease
- Mekonium terlambat
- Susah BAB
- Riwayat penggunaan obat-obatan pencahar
- Bila BAB kecepirit

Pemeriksaan yang didapat :


- Distensi
- RT - Keluar angin
- kalau teraba feaces maka feacesnya seperti liqiud
Yang dilakukan :
- Barium anema
- Biopsi  full ticknis 3cm dari anal dampel
- One step operasi bila susah one step operasi dengan teknik duhamel

Pankreas terletak di C Loop Duodenum atu Pars 2


Ductus stensoni :Ductus Prankreatikus

Addison syndrome ? Custing Syndrome

Kontra Indikasi pada Barium enema untuk rilis intutusepsi


- Waktu > 24 jam
- Obstruksi total
- Perforasi

 Kalau mekonium flak di wash out maka distensi (-) namun bila hisprung distensi
(+)
 Hisprung :
- Duhamel  dilakukan dua waktu
- Tranrektal pulltrue
Indikasi operasi Ruptur Lien : grade III  hematom > 50%
Unstable Hemodinamik
 Evaluasi setelah resusitasi :
NOM  OM
- Klinis
- Lab dilakukan secara periodik
- CT-Scan

BT + Trombosit normal
APTT  Bleeding (-)  kurang faktor XII
PT  Faktor VII defisiensi

Sepsis bundle :
1. No Hypotensi : dalam 6 jam
- ukur laktat  bila laktat > 4mmol
- kultur darah
- antibiotik broadspectrum
2. Hypotensi & laktate > 4mmol
- cairan kristaloid 30ml/ug

Pankreastitis = Ranson Criteria

 Hypertensi peach-a PD di:


- Ganglia basalis
- Hipotamus
- Cerebelum
Nama lain ruptur total ileum :

Pembeda Ileum & jejenum dari pembuluh darah

Grade trauma pada duodenum & hepar

Papila verte pada pars II duodenum


Ductus Wersuni = paple verte Mayor
Ductus Santorini Minor

Wifel : prakreastikus & duodenum

Rotator Off : supra spinatus untuk mengangkat


Infra spinatus bahu
Unhappy triad : Titas Adonohom = kerusakan pada Medical contralateral ligamentum,
anterior cruriatum ligamentum dan mediskus medialis

Meningen durameter
Membran Arachnoid
Piameter
LMN  Perifer  saraf sampai otot
UMN  Cortex, batang otak, medspin

 Distal tofografi dilakukan untuk melihat jarak yang sebenarnya antar kulit dengan
rectal yang akan dibentuk sebelum PSARP

 Neck sindroma :
- Letargi
- Demam
- Distensi

 Partial obstruksi biasanya dibawah Ampula water sehingga muntah hijau


 Neck menurut Grausfel :
- Stage I = Susfect, konservatif, dipuasakan 7 hari
- Stage II = Perubahan hemodinamik
- Stage III =
Kalau distensi didrainase
HNP yang tertekan radix Medspin

Cervical Lordius = 9
Thorax kyphoris = 39
Lumbal = 57

Spine ada 3 kolum


Dikatakan tidak stabil bila terkena ≥ 2 kolum
GAMBAR

Fraktur dislokasi kena 3 colum


Unstable spine  spine yang kehilangan tekanan fisiologi untuk mempertahankan
anatomi

ERAS
(Erhan Rescovey)

Factor
Pre op : Aiin Treatier
Stres hormone hindari epidural
anastesi
Anabolic seng prepare pre op
carbohydrate
no fasty
Hyperglycemia Avoid Pre op
Carbohydrate
Post op :
Pain Control Post op Epidural

Puasa 6 jam sebelum operasi


 Puasa malam cetabolic respon  AONV
Insulin respone
 20% glucose IV
 Safe fast
Oral bowel preparation
 Hanya untuk rectal injury

Komplikasi
Post op (hari) DM (Tekanan)
Infeksi Leukosit
Janty PD
GCr
Polyneuropaty
Ventilator

Kalau resisten insulin 5-6 x komplikasi


10x infeksi
Yang paling penting pada stres pembedahan berat
 Kontrol gula <120 gr/dl

Stres operasi

Stres konon cytoleum

Insulin resonen

Ros production hyperglicemi

Treat with insulin


Komplikasi operasi :
- Fatal out come
- Perawatan panjang
- Teknik surgical
- Berhubungan dengan anastesi
Komplikasi akibat hyperglicemi :
Infeksi, GGK, Polyneuropaty, muscle wahes, respon inflamasi

Uptake glucosa dipengaruhi regulasi insulin otot


Lemak
Concensasi regulated Hati  lewat vena
porto
Ginjal
Sel darah
endothel
kalau stres maka
- Liver memecahkan glucosa simpanan ke darah
Post op  akut

Resisten insulin dari tertinggi ke rendah - laparatomi cholestela


- hernia
- open chole
- major coloreteral
Insulin akan turun pada H-2 post operasi

Faktor independen :
- Type operasi
- Blood lost

Post op
Hyperglicemia +
Insulin resisten -
Produksi gula +
Uptake glucosa -
GLUTA translocation -
Glycogen formation -

Bila aksi insulin normal maka metabolisme normal

 GD
 FFA
 Urea Excresi
Metabolic responses to surgical stress
Mayor surgery orthopedi
Nefrektomi

Neuro
Hormonal yang berkaitan dengan respon stres
Metabolik

Saraf Interkostalis  Cornu posterior  fraktur spinophalanikus  Talamus  CRF


 Hypothalamus  ACTH & CTH  Adrenal  Adrenalin stres
hormon
Cortisol  terjadi

 Adipocyte Lipolysis

 Terjadi hepatic gluconeogenesis karena Adrenal &


 Skeletal Muscle Protein Degrradation Cortisol

 Hepatic Acure Phase karena peningkatan


Protein syntesis glucagon

 Nitrogen merupakan End produk metabolisme

Infeksi Soft tissue


1. Celulitis  nyeri, panas, hyperthesia
2. Abses  rongga berisi materi purulent  drainase
3. Necrotizing soft tissue infection  infeksi kulit, jaringan soft sampai fasia 
true emergency surgical  damage

Post operative infection (5w)


- Wind = Atelektasis (ada udara)
- Water = UTI (Cairan)
- Walking = DVT (Gangguan berjalan)
- Wonder drug =
-
ICJ : Ileocaecal Junction
Akut Lung Injury

DD : Batu Uwet Retro penitro


PUD Autececil
Cloma disease A
Ileats tenine Kitis Suhesti
Kista ovarium tapelintis br Tsamni Csci Lemi

Komplikasi Stoma :
 Pada Ileostomi distal  gangguan elektrolit
 Iskemik lebih sering pada colostomy

Colostomy
- Yakinkan colon mobil
Fistel stich suture

Luka akut
Chronik : ada satu fase yang memanjang (biasanya inflamasi face)

Surgical site infektion = 30 hari


Superfisial = cutis
Deep = Fascia & otot (Facitis Nekrotican)

SIRS
- T < 36 >38
- HR > 90 2 atau lebih
- RR > 20
- WBC < 4000 >12000

Sepsis = SIR + Infeksi Lokal Sistemik

Diversi parsial  trauma


Rotal
Psbb Ileostomi colitis
Crohn disease
Tipe Ileostomi permanent Ileostomy  end ileostomy
Temporary (trauma, perforasi denga hemodinamik tidak stabil)
Perawatan  parafin/ zalf tidak larut air selama 1 minggu
Loop Ileostomy  proksimal lebih tinggi dari distal
sigmoid
Colostomy permanent
Temporary

Sigmoid dengan m. Harman

 Wiring metatarsak kaki dipertahankan 3 s/d 4 minggu


 Kekurangan wiring
- Pada metatarsal I harus 2 wiring karena untuk menghilangkan rotasi

 Angka residif pada hernia pada anak ± 1%


 CAAH : Congenital Adrenal Hiperplasia
 Normal cairan pleura
 Enterocolitis
Ringan - diare - tanda-tanda SIRS (+)
- feces bercak-bercak darah - malnutrisi (-)
Sedang - tanda-tanda SIRS (+)
- malutrisi (+)
Berat - tanda-tanda sepsis (+)
- malnutrisi (+)

 Hisprung + NEC  dilakukan colostomi


 Pasien hisprung dengan alat :
- Suctoin biopsi
- Rectal manumetri
 Normal hisprung
Defect muscular tur
Football sign : teresr hepatisnya oleh free cur
Perselulangan dicavum abdoment

 Tanda Herniasi :
- Bradikardi
- Hipertensi
- Bradipnue

Hernia benjola hilang timbul


Batas atas tidak jelas
Finger tap test
Himen test
Valsava manuver
USG pada hernia : lihat lihat defect diinguinal, hernia kiri kemungkinan pasti ada
kanan
Hernia inkaserata
Tunggu 6 jam  bila tidak bisa dilakukan taksis manuver

Komplikasi post neostomy :


- Kontrakted
- Prolaps
- Iritasi pada daerah stoma
- Kanan
- Bisa ditempatkan dimana saja
Colostomy = kiri
= ditempatkan di rectus abdominus
Komplikasi Hisprung disease  Enterocolitis

 Tanda-tanda NEC pada hisprung disease :


- Distensi hebat
- Mencret berbau busuk yang dapat berdarah
- Muntah hebat
 Hisprung : kelainan obstruksi usus fungsional karena aganglionik meisener dan
aurbach dalam lapisan usus, mulai dari spingter ani internus kearah proximal
setidak-tidaknya sampai rekto sigmoid.
 Perbedaan hisprung pada bayi dengan dewasa pada RT :
- Bayi = BAB nyemprot
- Dewasa = rectum kosong
 Hisprung + Enterocolitis = HAIEC

Trias of death :
- Hipotermi
- Koagulopati
- Asidosis
Komplikasi Hernorapy :
Acut hematome
Infeksi luka operasi
Necrosis testis
Undensesnsus testis iatrogenik
Klasifikasi Fraktur Mandibula :
Menurut tipe :
- Simple / tertutup
- Kompound / terbuka
- Komunisi
- Greenstick
- Patologis
Lokasi :
- Dentoalveolar
- Kondilus
- Koronoideus
- Ramus
- Sudut mandibula
- Korpus mandibula
- Simfisis
- Parasimfisis

Indikasi operasi fraktur Maksila :

- Terganggu jalan nafas


- Folating maksila
- Diplopia
Gangguan fungsi :
- Gangguan oklusi
- Gangguan saraf
- Diplopia
- Kosmetik

Kriteria Crush Injury :


 Luka yang masif diman tidak dapat / sulit untuk melakukan/ mengidentifikasi
jaringan normal

Stres / trauma dapat mnyebabkan hiperglekemi


Hernia pada dewasa beda dengan bayi
HIL kanan sering pada laki-laki
Hidrocele dioperasi pada usia 2 tahun
Tindakan operasi : Ligasi tunggu
Hernia Linguinsl : segera setelah

Nyeri Kolik :
- Akut
- Hilang timbul
- Refered pain

Indikasi IVP :
- Hamaturi
- Riwayat kencing berpasir
- Renal agenesis
- Polyuria
- BPH
- Congenital anomali
- Hidronefrosis
- Pyelonefrsis
- Renal hypertensi
Kriteria gambaran IVP :
1. 5 menit = tampak kontras mengisi ginjal kanan & kiri
2. 15 menit = tampak kontras mengisi ginjal & ureter
3. 30 menit = tampak blass terisi penuh oleh kontras
4. foto post initrisi = tampak blass kosong/ <1/3 nesikel

Libotripsi : penghancuran batu dengan gelombang < 1cm besar batunya

Operasi pada hernia diafragma pada usia >4 hari

Pada hernia diafragma : hipoplasia paru


Model ventilator H ≠ 0
Menilai prognosa : lingkar kepala, lingkar perut, gaster pull up

Cuci Tangan

 Tujuan hand hygiene :


Mencegah transmisi agen infeksius dari :
- Pasien ke pasien
- Pasien ke petugas kesehatan
- Petugas kesehatan ke pasien
 Jenis Handwashing
- Social handwashing (10 detik)
- Disenfektan tangan/ antiseptik (1 menit)
- Surgical hand disinfektan (3 menit)
 Cuci tangan dilakukan sebelum :
- Memeriksa
- Memakai sarung tangan steril
 Cuci tangan dilakukan sesudah :
o Jika tangan terkontaminasi seperti sesudah :
- Memakai/ memegang alat-alat kesehatan yang bekas pakai
- Menyentuh kulit, mucosa, darah, aliva & cairan tubuh pasien
- Selesai melepas sarung tangan
 Perlengkapan cuci tangan :
- Antiseptik
- Air mengalir
- Alat pembersih kuku
- Sikat lembut
- Handuk steril
Sindroma Patology of Contrell :
 Celah dibagian inferior sternum yang berhubungan dengan defek pada
garis tengah abdominal seperti omphalocele dan kecacatan pada
pericardium dan diafragmadengan adanya hubungan antara pericardial dan
cavum peritoneal dan dengan anomali cardiac seperti VSD atau yang
jarang ASD, tetralogi of fallot atau diverticulum ventricular kiri.
Trias EDH :
1. Lucid interval
2. Pupil Anisokor Ipsilateral
3. Hemparese kontralateral

TA Bor Eksplorai pada EDH :

1. Temporal
2.

Setelah pemasangan long left cast dibuka 3-4 minggu lalu diganti sarmento/ PTb
(Patella tendon Bering) Partial/weight bering yaitu menggunakan beban tubuh secara
partial  kalau sudah bisa dan tidak sakit full weight bering
- Sebelum carmento dibuka dinilai stiky yaitu : (-)
- Klinis : stabil, nyeri (-)

Meconium plak :
 Pentingnya BP & N pada ceclera kepala :
- Tanda-tanda hernioasi
- Cushing syndrome
 Efek massa pada EDH  indikasi operasi :
- klinis
- radiologis
- klinis sesuai radiologis
 Kalau massa di capital maka akan berefek herniasi supratentoral
 Bila temporal hernia ungkal
 Bagaimana mmeriksa bising usus dengan defek diperut
 Bagaimana melihat defek dari foto baby gram
 Untuk apa difoto lateral
 Dilakukan baby gram : untuk melihat kelainan penyerta lain.
 Jantung dikanan dan hati dikiri disebut situs inversus
 Kelainan kongenital yang tampak di baby gram dari atas kebawah
 Pembungkul omfolokel :
- Silver Burnazine
- Providone iodine 3%
- Alkohol

Burboritmik : Metalik sound  terjadi pada ileus obstruksi

Invaginasi spesifik >2 thn


Non spesifik <2thn
Milking pada non spesifik
 Galaezi Fr : Fr ⅓ distal radius dengan dislokasi head radius ulna joint
 Kalau unstable : dilakukan ORIF
 Kalau galaezi dilakukan Long cast dengan tangan posisi pronasi
 Management Fr. Galaezi
 Indikasi operasi pada EDH :
- Penurunan kesadaran
- Sakit kepala yang menetap
 Sumber perdarahan EDH :
- A. Meningea
- Fraktur
 Sumber perdarahan SDH : bleading vein
 Dinding peritonium + Amnion  Omfolokel
 Omfolokel ( <4cm cincin-a)  Hernia Umbilikal cord
 Strangulata  - gangguan pasase
- gangguan vaskuler
- nyeri

DD Atresia Duodenum :
- Anulare pankreas : pankreas diatas duodenum
- Stenosis duodenum
- Malrotasi bisa terjadi midgus volvulus

Mesentica superior  duodenum part II s/d tranversum


Inferior
Colica media
Colica
Iliocolica
15-20% usus mati terjadi sindroma short bowel
Tipe :
Atrenia Duodenum membran
Vi

Penyebab abses liver


1) Piogenik : Rw demam lebih nyeri, usia tua, hepatologi, abss multiple,
absesnya kental & purulenta, 80%
2) Amoboeik : Rw diare, usia muda, tidak ada hepatologi, abses tunggal
Pemeriksaan fisik :
 Orthopedi
- L : Deformitas, swelling, jejas
- F : Krepitasi, nyeri tekan, NVD
- M : ROM
 N. Radialis berada di sulcus N. Radialis
 4 prinsip penanganan fraktur
1. Recognize
2. Reposisi / Reduksi  yang dinilai acceptability
3.Retention
4. Rehabilitasi - 12 minggu pada dewasa
- 6 minggu pada anak-anak
 Angulasi Ant ≤ 5%
Lat ≤ 10%
 Rotasi tidak boleh
 Kontak antar tulang tidak boleh kurang dari 50%

Teknik untuk repair tendon


- Kessler
- Bunddle
Pasang back slab pada repair tendon 3 minggu

 Thompson test  untuk menilai Tendon Achiles


 Pasien dalam posisi telungkup kaki menggantung dilakukan manipulasi pada
gastroknemius
(+) : tidak ada plantar fleksi (Tendon Achiles putus)
(-) : ada plantar fleksi ( Tendon Achiles (+) )

 Alen Test :
- Tekan arteri radialis & ulnalis. Bila Ar. Radialis (+) maka merah pada dengan
/ jari di distal akan heperemis. Ditekan ± 5 menit
 A. Ulnalis bila ruptur hharus disambung karena 70% ke tangan
Apendixitis
 Pemberian antibiotik nonperforasi 24 s/d 48 jam
 Perforasi 7 s/d 10 hari

 Pasien DM resiko sedang


 Insufisiensi renal (18-32 skor)  bedah
 Fraktur supracondilar memiliki komplikasi dini:
- Kompartmen
- Volk iskemik
- Mess score
 Kontra indikasi pemasangan kateter :
- Bloody dircharge at MUE
- Hematome di perineum / skrotum
- Prostat melayang
 5 tempat perdarahan terbanyak :
1. Pelvis
2. Abdomen
3. Thorax
4. Femur
5. Retroperitoneal

Talus sulit sembuh :

Akut : 3 hari
SDH Sub akut : 3 hari s/d 3 minggu
Kronik : >3 minggu

 Ventrikel kanan yang sering kena tusuk


 Puasa merokok 1,5 bulan – 2 minggu

Teknik operasi :
- On pump
- Off pump

Appexander : alat untuk mengangkat jantung


Graf untuk bayfas :
- Vena saphena magna
- Arteri radialis
- Arteri mamaria sinistra

Injeksion freksion normal ≥55%


Jelek ≤35%
 Untuk mengambil a. Radialis kita melakukan halo test terlebih dahulu
 Katub mekanik
Biologis babi
Kuda
Sapi

 Pada jejenum high out put maka bila edema maka dilakukan anastomosis. Bila
pasien sudah stabil dan edema sudah hilang ± 2 minggu maka dilakukan re-
anastomosis,
 Baby gram pada Anorektal dilihat kelainan lain bukan udara sampai distal
 Kalau knee chess position untuk melihat jarak udara sampai distal. Bila >1cm 
high level.

 Amoeba Piogenik
<50 thn >50 thn
Diarhea jaundice
- yang paling banyak
- demam dan tidak ada perdarahan
- Gk buruk

 Penyebab perforasi jaster :


- Helicobacter pylori
- NSAID
- Tumor

 Cairan lambung 1000 s/d 1500 cc/ 24 jam


 Cairan pankreas = cairan lambung
 Cairan Gall bader = 800 s/d 1000cc/24 jam
 Kebutuhan cairan 25-30cc/kgBB/hari
 Kebutuhan kalori 25-30cc/kgBB/hari
 Caecum menyerap semua vitamin
 Dumping sidrome
 Usus bisa dipotong ≤ 60% ?

 Tanda khas pada peritonitis TB adalah fenomena papan catur. Dimana teraba
jaringan lunak diantara jaringan yang keras

 TB usu yang paling sering : usus halus

 TB khasnya peritonitis karena perforasi


 Defans Muscular  tanda halo viscus perforasi
 Pada solid organ  peteorismu
Syarat sambung usus
Sistemik : - Hb > 10
- albumin
- gizi
Lokal : - alat
- bahan
- kontaminasi
- kaliber
- edema
Respon terapi cairan :
 Rapid respon : syok berikan cairan  baik ; begitu maintenance tetap baik
 Transien respon : syok  berikan cairan  baik ; begitu maintenance syok
kembali ; persiapkan darah dan kamar operasi
 Non respon : syok  berikan darah tidak respon, perlu darah dan kamar operasi
Pada anak-anak cairan untuk resusitasi cairan syok 20 x BB
Smoil bowel left sindrom harus dicantumkan ibunya DM dan ibunya tiroid
Fungsi jempol 70%
Diagnosa banding tumor caecum :
 Tuberculoma  nanah, perkejuan, hanya di serosa
 Apendikular mass
 Adenocarcinoma  kelenjar getah bening harus dibiopsi
 Limfoma malignant
 Amoboma
Abdominal campartement sindrom dapat diturunkan dengan
 NGT, kateter
 Laparostomi  buka sedikit di linea alba lalu pasang drain
Hipotalamus berhubungan dengan emosi
Owner sindrome (C1 – C2) : MEPA, miosis pupil, eksoftalmus, ptosis, anhidrosis
Simpatektomi / vagotektomi  TIO
NPE : neurogenik pneumonia edema
Substansi nigra
Abdominal compartement sindrome menyebabkan :
 Gagal ginjal
 Gagal napas
 Aliran balik vena menurun  tekanan darah meningkat
Daerah paling rendah di morison pouch
Port colne stain : hemangioma
Femur fraktur
 Ada perbedaan discrepensi
 Tidak menggunakan angularis 5˚, 10˚
 Rotasi
Fraktur ulna harus dilakukan ORIF karena menghindari terjadi dislokasi radial head
Gambar fraktur femur :
 Transversa
 Linear
 Oblique nondisplaced
 Oblique displaced
 Spiral
 Kominutif
Lima artikulasi pada zygoma :
 Frontal prosesus
 Zigomatikomaksilari buttras
 Infraorbital rim
 Zigomatic arch
 Lateral orbital wall
Insisi 1 cm lateral batas anterior tibia
Anterolateral approach
Periosteum
Reduksi fragmen fraktur
Pasang plate anteromedial memakai 6 screw
Pada mana frakmen fraktur
Hiperdens  di CT scan
Karena mengandung zat besi (kandungan mineral)
Dura  kalsium
H. pilory, OAINS  degradasi mukus oleh pepsin  mengubah permeabilitas sawar
gaster  difusi balik asam klorida  histamin dikeluarkan  sekresi asam dan
pepsin lebih lanjut  berlangsung terus-menerus  perluasan submukosa dan
muskularis  tukak dalam  perforasi
Gaster  cardia, fundus, corpus antrum, pylori
Cairan perioperatif
Bowe preparation dan fagosit
Berat badan – 1,6
Serum creatinin + 1,8
Cairan : 25 – 35 ml / Kg
Sodium : 0,9 – 1,2 mmol / Kg
Potasium : 1 mmol / Kg
Kalori : turun 400 kalori
1 liter dex 5%  20 kalori
Proximal tubular klorida reabsorbsi turun
Indikasi
 Untuk mengganti cairan
 Maintenance
Kalau diare beri protein dan karbohidrat yang sederhana
Patologic reflux > 200 ml / 6 jam atau > 1 liter / hari
ERAS (enhanced recovery after surgery)
Tradisional : puasa, stres, lemah
Stres
Otot  sirkulasi  liver
Kolagen kulit  spleen
Bone kolagen 
Score resiko nutrisi
 BMI < 20,5 kg/m2
 Weight loss > 5% dalam 3 bulan
 Tidak makan
 Penyakit berat
Tujuan nutrisi perioperatif
Indikasi end stoma
 Terlalu ke distal
 Pada kasus tumor
Parenteral  pasien yang tidak bisa ade
Malnutrisi berat
 BMI < 18,5
 Weight loss > 10-15% dalam 6 bulan
 Serum albumin < 30 gr/dL
Arginin, nucleid acid, essentially fatty acid
Kombinasi enteral dan parenteral
Luka bakar  glutamin 0.35 – 0.5 gr / KgBB/hari
Refeeding sindrom
Resiko : malnutrisi berat (tua, kanker), ACOS, alkoholik, malobstipasi, gastric bypass,
terlalu kurus atau terlalu gemuk
Terjadi defisiensi mikronutrien : hipofosfat, hipokalemia, hipomagnesemia, tiamin
defisiensi, fluid retention
Perempuan 56 tahun 8 bulan konstipasi hilang timbul dan nyeri tumpul di perut
bawah, riwayat operasi yang banyak di daerah pelvik seperti sisterektomi ovarium
bilateral, KET. Riwayat intubasi yang sulit karena mulut terbuka kurang dari 4 cm.
Pemeriksaan fisik normal. Barium enema polip.
Jenis makanan sebelum operasi dan kapan makan terakhir – overnight fasting
Persiapan preoperatif metabolik – glukosa IV  5 mg / KgBB / hari
Apakah pasien makan langsung – beberapa jam setelah operasi
Bagaimana makanan pasien sekarang – enteral dengan gastric tube
How you will apply enteral nutrition – 25-30 cc / KgBB / hari = 30 x 50 = 1500,
posisi kepala 30˚ - 45˚, dipertahankan 5-7 hari
Kalau residu banyak – kasi prokinetik agent metoklopramid 3x10 mg
Perlukah parenteral nutrisi – evaluasi dulu pemberian obat, bila obat bekerja maka
tidak perlu, bila tidak membaik perlu parenteral
Kebutuhan protein gagal ginjal pada
 Predialitik : rendah
 Dialitik : tinggi
Kalori 30 kal / kg / hari
Protein 1,2-1,5 gr / kg / hari
Bila pasien sudah didiagnosa malnutrisi apapun penyebabnya harus segera diterapi
berapa pun staging keganasan itu karena akan mempengaruhi outcome
NGT untuk makan fr 10
NGT untuk dekompresi fr 20, 18
Berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm, penurunan berat badan 20 kg
60 / 1,52
BMI = 26.7
SGA : subjective global assessment
Fungsi : kekuatan otot, mobilisasi
Cara menghitung limfosit dari hitung jenis leukosit
Limfosit < 1000  indikasi HIV
Air dalam tubuh 60-70%
Komposisi normal badan :
 Intake adekuat + inflammatory disease  malnutrisi
 Body cell mass + fat mass sebagai predictor mortality
 Lingkar pinggang : laki-laki > 94 cm, perempuan > 80 cm
 Dari umbilikus ke hip
 Potasium dari sel tubuh
 Nitrogen di protein
Karbohidrat : 3.75-4 kalori / gram
Lipid : 9 kalori / gram
Protein : 4 kalori / gram
Pankreatitis akut  hipercolcanemia, amilase meningkat
Indikasi dan kontraindikasi parenteral
Total gastrointestinal 8000 ml
Masukin kateter vena central dari perifer namanya PICC
Empat tempat CVC
 Subclavia (komplikasi +)
 Jugular internal
 Brachial
 Axillar (anak-anak)
 Femoral (komplikasi +, infeksi +)
Tujuan central
 PN lama
 PICC
 Closed distal tip
 Subcutaneous inserted central venous port
 Skin funnelled CVC
Perifer kateter osmolaritasnya < 700 mmol
Makin sedikit lumennya semakin kecil komplikasinya
Lebih dari 4 minggu disebut long term
Monitoring dan komplikasi parenteral nutrisi
Osmolalitas yang menyebabkan flebitis 700-900 mmol
Indikasi hematologi : anemia, total limfosit count
Ventilasi > perfusi  hipoksemia
Ventilasi banyak, alveoli kolaps  hipoksemia
PaO2
CO2 meningkat  asidosis  karena ventilasi yang tidak adekuat
Neutrofil meningkat  infeksi bakteri
Limfosit (daya tahan tubuh)
Antikolinergik  membuat mukosa kering
Cairan cukup  sekret jadi encer
Intraoperatif bronkospasme : karena asma, diberi pelumpuh otot, terapi beta agonis,
halotan menyebabkan bronkodilatasi, steroid
Nyeri post operasi  aktivasi asma  beri opioid
Opioid bekerja di sentral
Untuk perifer beri NSAID seperti asam mefenamat, ketorolac
Anestesi epidural  segmental (obat anestesi lokal + opioid) contohnya bupivacain +
morfin
ARDS  fibrosis paru
Atelektasis  jantung terdorong ke arah yang sakit
Pink frothy sputum : tanda edema paru
Penanganan edema paru
 Kurangi cairan
 Oksigen
 Morfin
 Diuretik
 Kalau karena gagal jantung beri nitrogliserin
Baca indikasi pemberian antikoagulan
ARDS  kondisi paru-paru lengket dan susah mengembang karena banyak eksudat
Baca lung protective strategy
Acute care surgery
 Mekanisme kejadian
 Transportasi
Rujukan : ilmu, spesialis, pasien
Benang kromik  daya tahan  panjang
Malformasi anorectal anovestibular
 Pola makanan  sudah adekuat  colostomy usia 3-4 bulan
 Anostomi + HARP bisa dilakukan secara bersamaan  colostomi divided di RS
daerah
Sel injury : ATP turun  kerusakan membran  kalsium intraselular meningkat 
terjadi kerusakan DNA
Reaksi oksigemia
Oksigen restrakting ratio (jumlah oksigen yang digunakan di sel) hanya seperempat
dari kebutuhan
Darah dependen di paru di bawah pada saat berdiri
Darah independen di paru di atas pada saat berdiri
Intraselular : glukosa, Na : 8 meq / L, K : 151 meq / L
Interstisial : kristaloid, Na : 140 meq / L
Intravaskular : koloid
Keadaan yang merusak glikokaliks PD : hiperlipidemia, hiperglikemia, asidosis
Glikokaliks : bermuatan negatif
Platelet : bermuatan positif
Sel darah merah : bermuatan negatif
Albumin melindungi glikokaliks
Tekanan perfusi : MAP
Tekanan onkotik : protein
Interpretasi mikrosirkulasi
 Laktat
 Sirkulasi vena central normalnya 70%
 Base defisit
pH < 7.35  pasien tidak bisa kompensasi secara metabolik
laktat  hipotonis
NaCl 0.9% pHnya 6.4, Cl-nya 158
Pemberian NaCl yang berlebihan terjadi asidosis hiperkloremik
Sepsis, EGDT dan source control
Tujuan resusitasi :
 CVP 8-12 mmHg (kali 1.2 untuk cmHg)
 MAP ≥ 65 mmHg
 Urine output > 0.5 ml / kgBB / jam
 Saturasi CVP 70% atau saturasi mixed vena 65%
Inotropik pilihan : norepinefrin dan dopamin
Cairang yang pilihan : ringer laktat
Steroid diberikan pada syok septik
Anemia pada sepsis ditransfusi pada Hb kurang dari 7
Pada platelet < 10000, beri transfusi platelet
Nyeri akut : perifer
Nyeri kronik : neuropatik
Beta bloker untuk operasi vaskular
Cardiac output = stroke volume x heart rate
Stroke volume = preload, kontraktilitas, afterload
Oksigen delivery = CO x SaO2 x Hb x 1.34 x 10
EGDT = early goal direct therapy
Kalau suhu perifer dan central > 3 maka pasien syok
Diastolik turun :
 Volume
 Ada regurgitasi
Tekanan darah kanan dan kiri perbedaannya ≤ 10 cmH2O
Wedge pressure : tekanan atrium kiri
PCWB : atrium kiri
Edema paru
 Nitrat sublingual  venodilator
 Furosemid IV  venodilator, diuretik
 Nitrat IV < 70 mcg / menit
 Morfin
Morfin antidotumnya nalokson
Dopamin < 3 meq  vasodilatasi
Dopamin 3-5 meq  vasokonstriktor
Dopamin > 5 meq  inotropik
Tekanan darah 70-100 beri dobutamin  efek kontraktilitas
Tekanan darah < 70  norepinefrin
Normal CAP = 0-5 mmHg
Obesitas dan hamil = 10-15 mmHg
Critically ill = 5-7 mmHg
Intra abdominal hipertensi : IAH
Abdominal compartement sindrome : IAH + organ disfunction
Operasi yang safety ureum ≤ 100 gr / dl
Osbon wave (T yang terlalu dekat dengan S)  tanda hipotermi
Infus asam amino dapat meningkatkan suhu tubuh
aPTT memanjang  FFP
PPT memanjang  vitamin K 0.3 mg / KgBB (anak), dewasa 10 mg
Fibrinogen menurun  cryopresipitat
Skill station : usia 67 tahun, hernia, riwayat nyeri, pasien NYHA 3 nadi kuat, colok
dubur lihat ada darah, GDS < 200 untuk operasi sedang dan kecil
Efan sindrom : usia tua, trombosit turun
Spinal  hati-hati dengan faal hemostasis
Yang sering terjadi perdarahan pada stroke : hipotalamus, ganglia basalis
Indikasi operasi pada fraktur depresi
 Lebih dari satu tabula
 Open fraktur
 Penurunan GCS
 Kosmetik
Rovsing sign : nyeri tekan kanan ketika kiri ditekan
Dunphy sign : nyeri perut kanan bawah ketika batuk
Pada operasi appendicitis yang dipotong arteri appendicular yaitu cabang dari arteri
iliocolica
Target sign pada appendicitis : gambaran usus yang menebal atau berlapis
Trias invaginasi : defans, banana mass, bloody stools
Penyebab abses perianal : DM
Atresia jejunum + atresia ani dilakukan santolini prosedur + colostomy
Pemeriksaan fisik hernia
 Thumb test
 Batas atas tidak jelas
 Finger tip test  bila massa di ujung jari berarti lateral, bila massa di lateral jari
berarti medial
 Silk gloves test  tangan dimasukkan ke massa, tangan satu lagi memegang
 Zimen test
Hirsprung didiagnosa pada neonatus
Barium enema  aganglionik
Suction biopsi  diambil di mukosa
Operasi hernia 50 minggu setelah terjadi gestasi. Berarti 2 setengah bulan usiannya.
Pada anak lebih dari 2 setengah bulan segera dioperasi
Maneuver taksis untuk mereposisi hernia inkarserata atau strangulata pada anak-anak.
Pasien pada posisi tredelenberg yaitu 30˚ kepala ke bawah
Pada hirsprung bila pada barium enema tidak terlihat maka dilakukan barium retensi
(24-48 jam)
Foto barium enema  (> 24 jam) evakuasi barium enema  (24-48 jam) retensi
barium enema
Hidrosefalus : komunikan dan nonkomunikan
Hidrosefalus akut tandanya periventrikulat edema
Kekuatan otot
 5 : normal
 4 : mampu melawan tahanan
 3 : mampu melawan gravitasi
 2 : tidak bisa melawan gravitasi
 1 : hanya ada tonus otot
 0 : tidak ada tonus otot
Kalau fraktur di intercondilus maka komplikasinya varus, valgus, lesi pada nervus
ulnaris, stib elbow
Pada orang tua bisa dilakukan konservatif pada fraktur suprakondiler humerus
Gustillo / Adirson (klasifikasi fraktur terbuka)
 Grade I : patah tulang terbuka dengan luka < 1 cm, relatif bersih, kerusakan
jaringan lunak minimal, bentuk patahan simpel / transversal / oblik
 Grade II : patah tulang terbuka dengan luka > 1 cm, kerusakan jaringan lunak
tidak luas, bentuk patahan simpel
 Grade III : patah tulang terbuka dengan luka > 10 cm, kerusakan jaringan lunak
yang luas, kotor dan disertai kerusakan pembuluh darah dan saraf
o Grade IIIA : patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tapi masih
bisa menutupi patahan tulang waktu dilakukan perbaikan
o Grade IIIB : patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat dan
atau hilang (soft tissue loss) sehingga tampak bone expose
o Grade IIIC : patah tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah dan atau
saraf yang hebat
Empat fraktur penilaian open fraktur :
 Mekanisme trauma
 Konfigurasi fraktur
 Kontaminasi
 Kerusakan sof tissue
Penatalaksanaan open fraktur IIIA : OREF
Komplikasi dini : perdarahan, nerve injury, compartemen sindrom
Komplikasi lanjut : non union, infeksi
Untuk rehabilitasi lakukan early rehabilitasi
 H-1  rehabilitasi pasif  menggerakkan sendi lutut dan ankle
 Lakukan parsial weight bearing sampai ada tanda-tanda stinky (radiologis : tidak
ada garis fraktur, klinis : tidak nyeri dan stabil)
 Setelah itu lakukan full weight bearing
Kategori atau algoritme penya
Laki-laki
 Rectovesica fistel
 Kutaneus fistel  minimal PSA
Anak dilakukan babygram untuk menilai
 V : vertebra
 A : anal
 C : cardiac
 T : trakea
 R : renal
 E : esofagus
 L : limb
Kalau bayi ada fistel tidak perlu dilakukan knee chest
Kalau fistel recto vesica  kolostomi
Kalau rectoperineal  minimal PSA
Kalau fistel rectouretra  kolostomi
Tanda-tanda klinis anal imperforata letak rendah
SCALP : skin, connective tissue, aponeurosis, lost aveolar, periosteum (lengket
sampai sutura)
Scalp hematome : subcutaneus hematom, subgaleal hematom, subperiosteum
hematom
Cari tulang yang patah di epidural hematom yaitu lihat tulang yang di daerah
hiperdens
Garis tengah otak : septum pilosedum / septum interventrikel. Dinilai dari crista gali
ke POI (protuberansia Ocipital Inferior)
Tension pneumotoraks
 Dinding dada asimetris
 Hipersonor
 JVP meningkat
 Radiologis : diafragma menurun, trakea bergeser, mediastinum bergeser, ICS
melebar, corakan bronkovaskuler menghilang
 Needle chest tube : ICS II linea midclavicula
 MIST (mekanisme of injury, Injury sustained, sign and simptom, treatment and
terapi)
Pada orang tua jarang epidural hematome karena space antara duramater dan cranium
relatif tidak ada karena sudah lengket
Fraktur isolated : fraktur yang terjadi pada salah satu dari dua tulang panjang,
memiliki komplikasi :
 Internal splain : sulit merapat karena adanya satu tulang yang menahan
 OREF dibuka pada tibia
 OREF dibuka pada femur
Pada tibia dilakukan OREF pada medial karena tidak ada otot, tidak ada compartemen
 OREF di cruris untuk definitif terapi
 OREF di femur untuk temporer terapi karena banyak otot sehingga dapat
menyebabkan atrofi otot maka harus dilakukan ORIF segera
Hirsprung : persentase distensi
PSA : melewati batas sayatan
Minimal PSA : tidak melewati batas sayatan
Heparin + NaCl 0.9% : 10000 IU + 100 cc
Kalau CABG yang diambil arteri radialis
Tanda-tanda peritonitis pada anak :
 Hiperemis umbilikal
 Hiperemis flank area
 Edema skrotum
Kalau peritonitis kurang dari 1 jam  chemical peritonitis
Nyeri terus-menerus  strangulasi / iskemik
Nyeri kolik  penjalaran nyeri, nyeri hilang timbul karena gangguan pasase intra
luminal
Nyeri viseral  nyeri seluruh perut tapi tidak tahu dimana nyerinya
Nyeri somatik  TH 10
Yang dinilai pada abdomen xray pada invaginasi yaitu meniscus sign  tanda dengan
berbatas target sign
USG : pseudo kidney, donat sign, target sign
Appendicitis : demam subfebris, mula-mula nyeri di ulu hati lalu ke perut kanan
bawah, mual, muntah, flu dan batuk
HPS
 Persisten muntah
 Muntah proyektil
 Muntahnya putih
 Olive sign (massa seperti biji zaitun)
 Kontra peristaltik
 Distensi bagian atas saja
 Target sign positif
Atresia esofagus
 Muntah setiap yang masuk
 OGT tidak bisa masuk
 Perut scapoid / distensi dengan hipersalivasi
Double bubble : atresia duodenum
Triple bubble : atresia jejunum
Single bubble : HPS
Multiple bubble : atresia ileum
 Mekonium hijau kering / sisa
 Darm contour
 Darm steifung  patognomonis obstruksi
 Distensi
 Udara tidak sampai distal
 Pada barium enema ada mikro colon
Tindakan pada HPS : pyloromyotomi
HPS
 Muntah proyektil setelah makan / minum dengan jumlah tertentu
 Muntahnya setelah makan
 HPS muncul 2-4 minggu
Rehidrasi anak 20 cc / KgBB / jam
Target urine 1-2 cc / KgBB / jam
Foto abdomen ada single bubble
Istilah HPS dengan malnutrisi : gagal tumbuh atau failure to thrive
Trauma
 Direct trauma : trauma langsung mengenai organ target
 Acelerasi / deselerasi : di daerah iliosekal, di daerah treits
 Fenomena kantung kertas
Kalau buka abdomen darahnya dari intraabdomen darahnya merah kehitaman dan ada
cloth, kalau inhibisi dari retro darahnya merah tanpa cloth
Komplikasi nefrektomi
 Dini : perdarahan
 Lanjut : infeksi, urinoma (sumber infeksi dari urine)
Laparotomi  packing splen  packing hepar  cari sumber perdarahan yang lain
Zona pada retroperitoneal
 Zona I : center
 Zona II : bilateral
 Zona III : pelvis
Indikasi operasi bedah saraf
 Klinis
 Radiologis
 Klinis sesuai radiologis
Epidural hematome frontal GCS-nya bagus karena ada falv cerebri
Kalau hematome pada kedua mata dan ada anisokor maka ada masalah di sentral
Kalau hematome pada satu mata dan ada anisokor maka masalah di perifer
Kocher manuver
Mattock manuver
Brush manuver
Hard sign
 Pulsatile bleeding
 Expanding hematome
 Absen distal pulses
 Cold, pale limb
 Palpable thrill
 Audible bruit
Soft sign
 Riwayat perdarahan
 Hematome kecil non pulsatif
 Defisit neurologi
Fraktur fibula proksimal  cedera nervus peroneus
Dislokasi femur
 Dislokasi anterior
 Dislokasi central : caput femur masuk ke acetabulum
 Dislokasi posterior
Komplikasi hernia inkarserata yang release
 Peritonitis
 Obstruksi
 Rusaknya mukosa usus yang ditandai dengan adanya darah saat rectal toucher
Hematothorax masif
 Inisial : 1000 cc
 Yang diawasi > 5 cc / KgBB / jam dalam 3 jam pertama
 Dalam 24 jam ≥ 1500 cc
 Dilakukan torakotomi
Komplikasi bila korteks bermasalah / trauma : epilepsi post trauma (epilepsi akut,
epilepsi subakut, epilepsi kronik)
Contusio paru : gambaran khasnya snow storm
Difuse defans tenderness : nyeri pada 2 kuadran atau lebih. Indikasi laparotomi
Tipe I : AC joint ligament sprain, CC joint normal
Tipe II : AC joint disruption, CC joint sprain
Tipe III : Disrupsi AC dan CC ligamen
Tipe IV : posterior displacement through trapezius
Penyembuhan tendon 6 minggu
Bila sudah direpair maka dipertahankan 2-3 minggu
ASIA klasifikasi
 A : tidak ada sensoris dan motoris juga sensasi S4-S5
 B
Bila terjadi trauma maka terjadi fraktur jarang terjadi dislokasi
Langkah debridement : refreshing tepi luka, angkat corpus alienum, cuci luka
Pemberian metilprednisolon pada cedera medula spinalis yaitu pada ≤ 6-8 jam setelah
trauma
Indikasi laparoskopi kolesistektomi :
 Simtomatis kolesistitis
 Akut kolesistitis
Koledokolitiasis
 Gallstone pankreatitis
 Kolangitis atau obstruksi jaundice
Asimtomatis kolelitiasis
 Sickle cell disease
 Total parenteral nutrisi
Diagnosis banding akut abdomen
 Sangat sering
o Appendicitis akut jarang < 3 tahun
o Infeksi virus non spesifik
o Mesenteric adenitis
o Gastroenteritis
o Konstipasi
o Infeksi saluran kemih
 Kurang sering
o Intususepsi < 3 tahun
o Pneumonia lobus bawah
o Obstruksi usus (kongenital, adhesi)
o Obstruksi saluran kemih
o Hernia inguinal strangulata
 Jarang
o Henoch scholein purpura
o Primary peritonitis
o Pankreatitis
o Diabetik ketoasidosis
o Keracunan
o Porfiria akut
o Herpes zoster
o Sickle cell anemia
o Hemofilia
Perbedaan abdomen pada bayi dan anak
 Menonjol
 Lebar
 Pelvis dangkal, jadi pada bayi bladder bisa sampai umbilikus
Kalau bayi hernia diinsisi di bawah ligamentum inguinal
Kalau pada bayi prosesus vaginalisnya bercelah jadi bila cairan maka akan
melewatinya dan menyebabkan perubahan warna pada scrotum
Distensi dan inflamasi usus menstimulasi jalur simpatetik
Foregut  epigastrium
Midgut  umbilicus
Hindgut  infraumbilicus / regio hipogastrik
Dance sign : teraba kosong di kuadran kanan bawah. Pada intususepsi ileocecal
Rule 2 diverticulum meckel : 2 % populasi, 2 % simptomatik, 2 kaki dari ileocecal
Obturator sign : nyeri ketika melakukan internal rotasi kaki pada pinggul dan knee
fleksi
Khas appendicitis
 Nyeri perut di ulu hati pindah kanan bawah
 Demam
 Mual lebih dominan
Segmental paralitik  obstruksi  distensi
Peritonismus : nyeri saat ditekan
Chemical peritonitis : nyeri akut
Rectal toucher : spingter kuat, mukosa, ampula kolaps, massa, nyeri, arah, ST (darah,
feses)
Pada appendicitis di BNO ada ileocecal ileus
Natrium < 121 beri NaCl 3%
Durante operasi : dalam cavum abdomen tampak appendix erektil hiperemis
Infeksi : benjolan, ukuran, warna kulit
Teraba benjolan 1 buah dengan batas atas tidak tegas, benjolan dapat atau tidak ke
cavum abdomen
Terapi konservatif pada anak dengan hernia inkarserata 6 jam setelah ditidurkan
Teknik reeduksi manual pada hernia : taksis manuver
Indikasi bedah pada tiroid : tiroid yang non toksik atau ketika eutiroid
Hashimoto : secara fisik keras
Diagnosa banding benjolan di leher
 Trauma
 Keganasan
 Hormon
 Infeksi
 Toksik
Indikasi operasi endemik goiter
 Curiga ganas
o Pertumbuhan cepat pada 5 tahun terakhir
o Gangguan suara dan napas
 Kosmetik
Tiroiditis reidel : tiroidnya hiper
Tumor anaplastic carcinoma paling jelek prognosanya
Curiga ganas pada USG : ada gambaran papiler, nodul, pembesaran kelenjar getah
bening
Trias diagnostik : anamnesa, pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang  potong
beku
Nervus fasialis : trunkus fasialis superior, trunkus fasialis inferior
Penyebab efusi pleura
Efusi pleura yang dioperasi
Penyebab stoma mati : tension, terlalu kecil, duramon yang terjahit
Ortopedi fisikal examination : look, feel (nyeri tekan, krepitasi, NVD), move
Ortopedi isu : trauma (mekanisme of injury), infeksi, metabolik, degenerasi,
keganasan
Cervical : lordosis
Thorakal : kifosis
Lumbal : lordosis
Sakrum : kifosis
Nama-nama sendi
Bahu : multi direction
Appendicitis
Pemberian antibiotik pada appendicitis perforasi (7 hari), appendicitis akut (48 jam)
Antibiotik ada 3 : terapetik, empiris, profilaksis
Letak appendix : retrocecal, antececal (preileal), retroileal, pelvicum, epiploika,
subcecal
Patofisiologi appendicitis
Obstruksi lumen (karena sumbatan fekalit, tumor, cacing)  pembengkakan
(sumbatan pengeluaran mukus)  peningkatan tekanan intra lumen  edema +
ulserasi mukosa
Semua fraktur maksilofasialis  open fraktur
Darm steifung  tunggu 1 menit
Sosis like mass
Dense sign  kekosongan pada kuadran kanan bawah
Untuk trombus berikan heparin 3 cc / KgBB / hari
Fraktur distal : imobilisasi dengan posisi pronasi
Fraktur tengah : imobilisasi dengan posisi netral
Fraktur proksimal : imobilisasi dengan posisi supinasi
Diagnosa banding obstruksi : intraluminal, ekstraluminal, transluminal
Hearing bone  pada jejunum, karena terdapat lipatan mukosa yang disebut plica
policenter
Panjang normal pylorus : 15 cm
HPS
 Single bubble
 Caterpillar sign
 Olive sign
 Gastric wave
 Non bilous emesis
Bila ada trauma edema maksimum 2 x 24 jam
Pyloromyotomi  di bawah xipoideus, insisi tranvers sampai muncul mukosa
HPS : USG, barium enema (sebelum operasi)
Gastroskisis
 Pembungkus negatif
 Defek di lateral umbilical
 Defek ≤ 4 cm
 Kelainan penyerta sedikit
Omfalokel
 Pembungkus positif
 Defek di umbilical
 Defek ≥ 4 cm
 Kelainan penyerta banyak
Kalau ada konsul dengan app di meja operasi maka dilakukan app bila ternyata app
normal maka dilakukan 2D
 Dieksplorasi 2 inchi dari pavulla botrins
 Cari apakah ada divertikel
 Panjang 2 cm
 Terdiri dari 2 jaringan
Fibrin – pelvis
Pada gaster perforasi – sub diafragmatik
Hrs dibersihkan – sub renal
Pd – para kolika
Nervus VI adalah nervus yang terpanjang di intra kranial, jadi kalau hidronefrosis bisa
menekan nervus VI dan menyebabkan ptosis
Produksi LCS satu hari sebanyak 500 cc
Empat tempat burhole diagnostik pada epidural hematome :
 Temporal
 Parietal
 Frontal
 Occipital
Fraktur yang paling sering terjadi pada anak-anak :
 Suprakondiler humeri

Dua penyebab berdarah pada gastrointestinal pada bayi 1-7 hari :
 Koagulopati
 Swallow internal blood
Appendicitis infiltrat setelah 1 bulan dilakukan konservatif lalu 2 bulan kemudian
operasi
Tanda khas peritonitis : defans muskular
Tanda khas obstruksi : darm steifung
Fraktur klavikula sepertiga lateral harus dioperasi karena :
 Fraktur tidak stabil
 Dapat menyebabkan segmen fraktur menembus kulit
Fraktur kominutif : fraktur dengan lebih dari satu garis fraktur namun garis fraktur
masih di garis tulang
Fraktur segmental : fraktur dengan lebih dari satu garis fraktur namun garis fraktur
tidak di garis tulang
Indikasi operasi pada fraktur klavikula
 Open fraktur
 Fraktur sepertiga lateral
 Tenting
 Kerusakan NAV
 Fungsional
Compartemen sindrom fore arm ada 4 :
1. anterior
2.
3.
4.

Anda mungkin juga menyukai