OKTOBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
INVAGINASI
Oleh :
Nurul Ariefah, S.Ked
10542 0314 11
Pembimbing :
dr. Muhammad Rizal Tj, Sp.B
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
Invaginasi dapat terjadi pada setiap umur, bahkan dapat terjadi saat
intrauterine. Tujuh puluh persen atau lebih terjadi pada penderita berumur
dibawah 1 tahun. Umur penderita tersering sekitar 6-7 bulan. Pria lebih sering
daripada wanita.1
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri
atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas
serabut-serabut sirkular. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat,
sedangkanlapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung
pembuluh darah dan kelenjar. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk
liaptan-lipatan sirkular yang disebut sebagi valvula koniventes (lipatan
Kerckring) yang menonjol kedalam lumen sekitar 3 sampai 10mm. Vili
merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar
empat atau lima juta dan terdapat disepanjang usu halus.6
Usus besar terbagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Sekum menempati
sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Pada sekum terdapat katup
ileusekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup ileosekal
mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah aliran
balik bahan fekal dari usus besar ke usus halus.7
Aliran balik vena dari kolon dan rectum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis
superior.7
Persarafan usus besar dilakukan oleh system saraf otonom, kecuali sfingter
ani eksterna yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis
berjalan melaui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf
pelvikus yang berasal dari daerah sacral menyuplai bagian distal.7
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir usus. Fungsi yang paling penting adalah absorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dextra. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi. Sejumlah kecil pencernaan
dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerja
enzim.7
D. ETIOLOGI
1. Idiopatik
Faktor infeksi: faktor infeksi ini biasanya mengikuti infeksi
saluran pernapasan bagian atas oleh virus Adenorotavirus yang
menimbulkan perdangan plak Peyeri.4
2. Kausal
E. PATOFISILOGI
1. Muntah (80%)
1. Anamnesis:
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologi.
Foto polos abdomen: didapatkan distribusi udara didalam
usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah
lanjut terlihat tanda – tanda obstruksi usus dengan
gambaran ―air fluid level‖. Dapat terlihat ― free air ―
bilah terjadi perforasi.7,8
USG: membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan
sensitivitas yang cukup tinggi sekitar 75%, dengan
gambaran target sign/doughtnut sign pada potongan
melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi.7,8,9
Foto kontras (Barium enema): dikerjakan untuk tujuan
diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala-
gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak
gambaran cupping, coiled spring appearanceI.
CT-Scan abdomen: Intususepsi yang digambarkan pada CT
scan merupakan gambaran klasik seperti pada USG yaitu
target sign.7,8,9
The Brighton Collaboration Intussuseption Working Group
mendirikan sebuah diagnosis klinis menggunakan campuran dari kriteria
minor dan mayor. Strasifikasi ini membantu untuk membuat keputusan
berdasarkan tiga level dari pembuktian untuk membuktikan apakah kasus
tersebut adalah intususepsi.5
Kriteria Mayor:5
Kriteria Minor:5
2. Nyeri abdomen
3. Muntah
4. Lethargy
5. Pucat
6. Syok hipovolemi
Level 3 – Possible
I. PENATALAKSANAAN
Tindakan non-operatif
1. Hydrostatic Reduction
2. Pneumatic Reduction
Tindakan operatif
J. PROGNOSIS
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya
pertolongan diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam
dari serangan pertama maka akan memberikan prognosis yang lebih baik.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmawan kartono. Bedah Anak. dalam: Soelarto Reksoprodjo.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara. hal 124-126.
6. Lindseth Glenda N. Gangguan Usus Halus. dalam: Price SA, Wilson LM.
Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC.2003
7. Lindseth Glenda N. Gangguan Usus Besar. dalam: Price SA, Wilson LM.
Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC.2003