Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT ENTEROKOLITIS NEKROTIS

A. Definisi

1. Necrotizing enterocolitis (NEC) atau enterokolitis nekrotikan adalah suatu

kondisi abdomen akut yang umum terlihat pada periode neonatal.

"Necrotizing" berarti kematian jaringan, "entero" mengacu pada usus kecil,

"colo" ke usus besar, dan "itis" berarti peradangan. Enterokilitis nekrotis

(NEC) merupakan inflamasi akut usus yang ditandai dengan nekrosis iskemik

dari mukosa saluran gastrointestinal yang dapat menimbulkan perforasi dan

peritonitis. Necrotizing Enterocolitis merupakan penyakit saluran pencernaan

yang terjadi pada bayi baru lahir, kejadiannya lebih banyak terjadi pada bayi

premature (Wong,2004).

2. Enterokolitis Nekrotikan (NEC) adalah penyakit gastrointestinal didapat yang

paling sering terjadi di antara bayi baru lahir yang sakit dan merupakan

kedaruratan bedah yang paling sering terjadi di antara bayi baru lahir.

Sprektum penyakitnya bervariasi dari rendah yang dapat sembuh sendiri

sampai berat yang dicirikan dengan inflamasi dan nekrosis menyebar atau

dalam satu bidang pada lapisan mukosa dan sub mukosa usus. (Sowden,2009)

B. Etiologi

Etiologi ENC hingga saat ini belum dapat dipastikan, dan ditandai oleh berbagai

tingkat nekrosis mukosa atau transmural usus. Namun diyakini erat kaitannya

dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor makanan.

1
Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada invasi

bakteri. ENC jarang terjadi pada bayi cukup bulan atau bayi yang sebelum tindakan

pemberian makanan dan sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI.

(Wong,2009)

C. Anatomi fisiologi

Sistem pencernaan terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah,

menelan, mencerna dan mengabsorpsi serta mengeliminasi makanan yang tidak

dapat dicerna dan dicerna tubuh.Sistem ini terdiri dari saluran cerna atau kanal

cerna dan organ-organ tambahan dalam sistem pencernaan.

a. Mulut

Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir dan pipi dan

mengarah ke dalam faring.Bagian atasnya dibentuk oleh palatum durum dan

mole dua pertiga bagian anterior lidah mengisi dasar mulut.Dindingya dibentuk

oleh otot-otot pipi.

b. Lidah

Lidah adalah organ muskular yang melekat pada tulang hioidan

mandibula.Lidah ditutup pada area tertentu oleh modifikasi membran mukosa

yang tampak sebagai tonjolan untuk meningkatkan area permukaan dan disebut

papila.Selain itu, area khusus, yang disebut daerah pengecap tersebar dihampir

seluruh lidah.

2
c. Gigi

Manusia dilengkapi dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang

berbeda-beda. Set pertama adalah gigi susu yang bersifat sementara dan tumbuh

melalui gusi selama tahun pertama dan kedua. Set kedua menggantikan gigi

susu dan ini mulai tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.

d. Kelenjar saliva

Terdapat tiga pasang kelenjar saliva.Kelenjar parotis merupakan kelenjar yang

paling besar dan berada tepat dibawah telinga.Kelenjar submandibular dan

submakaksilaris, keduanya terbuka kedalam lantai mulut.Saliva disekresi secara

refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau oleh refleks yang

dikondisikan (atau dipelajari), yang memungkinkan saliva disekresi akibat

penglihatan, bau, atau pikiran tentang makanan.Saliva mengandung air dalam

jumlah besar yang melembabkan dan melunakan makanan (karbohidrat) dan

mengeluarkannya ke dalam maltosa dan dekstrin.

e. Faring

Sementara makanan dikunyah dengan baik dan dilembabkan, lidah

menggulungnya ke dalam bolus dan membawanya ke arah bagian oral

faring.Palatum mole naik untuk menyumbat naso faring dan epiglotis bergerak

ke atas dan ke depan, sehingga bolus berjalan ke pintu masuk faring yang

tertutup ke dalam bagian laring dari faring dan kemudian ke esophagus. Ini

adalah koordinasi muskular yang sangat baik, dan bila tidak dicapai dengan

benar akan terjadi apa yang disebut “tersedak”.

3
f. Esofagus

Esofagus adalah kanal muskular dengan panjang kira-kira 25 cm, membentang

dari faring ke lambung.Esofagus terletak mulai dari vertebra servikalis dan di

belakang trakea.Esofagus berjalan melalui diafragma pada ketinggian vertebra

torakalis ke-10 dan ujungnya berada di vertebrata torakalis.Pada masing-masing

sisi bagian atas, esophagus bergabung dengan arteri karotis komunis, dan

bagian kelenjar tiroid. Esofagus mempunyai empat lapisan dan memiliki

struktur yang sama dengan sisa kanal cerna.

g. Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak di antara

ujung esophagus dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi lambung

dipengaruhi oleh perubahan di dalam rongga abdomen dan oleh isi lambung,

tetapi lambung berada di bawah diafragma, agak ke kiri dari garis

tengah.Lubang bagian atas esophagus disebut orifisium jantung dan serat otot

sirkular esophagus agak lebih tipis pada titik ini dan mengandung otot sfingter

yang lemah.Lubang bagian bawah, ke dalam duodenum, disebut orifisium

pilorus dan dilindungi oleh sfingter pilorik kuat yang mencegah regurgitasi

makan dari duodenum ke dalam lambung.

h. Usus Halus

Usus halus adalah saluran konvulsi yang membentang dari sfingter pylorus ke

sambungannya dengan usus besar pada katup ileo-sekum.Panjang usus ini kira-

kira 6 meter dan berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya

dalam kurva usus besar.Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum dan ileum.

4
i. Usus besar

Usus besar membentang dari ujung ileum sampai ke anus dan memiliki panjang

sekitar 1,5 meter. Usus besar membentuk arkus yang melingkupi sebagian besar

usus halus, dan dibagi menjadi lima bagian. (Watson,2002)

F. Patofisiologi

Enterokolitis Nekrotikan (NEC) adalah penyakit gastrointestinal didapat yang

paling sering terjadi di antara bayi baru lahir yang sakit dan merupakan kedaruratan

bedah yang paling sering terjadi di antara bayi baru lahir. Sprektum penyakitnya

bervariasi dari rendah yang dapat sembuh sendiri sampai berat yang dicirikan dengan

inflamasi dan nekrosis menyebar atau dalam satu bidang pada lapisan mukosa dan sub

mukosa usus. Penyebab NEC telah menjadi focus penelitian selama lebih dari 30

tahun, tetapi walaupun banyak teori telah diajukan, pathogenesis NEC adalah

multifactor. Saat ini, etiologi dibagi ke dalam tiga mekanisme patologis utama yang

dikombinasikan untuk menciptakan suatu kondisi penyakit yang dimaksud : cedera

iskemik pada usus, kolonisasi bakteri usus, dan adanya suatu substrat seperti formula.

Cedera hipoksia/iskemik menebabkan suatu penurunan aliran darah ke usus.

Asfiksia saat lahir, kanulasi arteri umbilikasi, paten duktus arteriosus yang persisten,

sindrom distress pernapasan, penyalahgunaan kokain pendahulu. Hipoperfusi usus

merusak mukosa usus, dan sel mukosa yang melapisi usus menghentikan sekresi

enzim protektif. Bakteri, yang berproliferasi dibantu oleh makanan enteral (substrat),

menginvasi mukosa usus yang rusak. Invasi bakteri mengakibatkan kerusakan usus

lebih lanjut karena pelepasan toksin bakteri dan gas hydrogen. Gas mulanya membelah

lapisan serosa dan submukosa usus (pneumatosis intestinalis). Gas tersebut juga dapat

5
robek ke dalam bantalan vascular mesenterika, yang akan didistribusikan ke dalam

sistem vena hepar (udara vena porta). Toksin bacterial yang berkombinasi dengan

iskemia mengakibatkan nekrosis. Nekrosis usus yang sangat tebal mengakibatkan

perforasi dengan pelepasan udara bebas ke dalam rongga peritoneal

(pneumoperitoneum) dan peritonitis. Rantai kejadian ini dianggap sebagai kedaruratan

bedah (Sowden,2009)

6
PATHWAY

Susu formula → flora usus abnormal → menghancurkan dinding usus Obat-


obatan

Kurang O2 → iskemi usus → aktivasi reaksi pro inflamasi

Mukosa usus imatur → mukosa usus lebih rentan pada bakteri NEC

Resiko infeksi muntah kehijauan atau kurangnya fungsi kerja eritema


dinding cairan keluar melalui usus dalam mencerna
perut pipa lambung makanan

Apnea distress/ resiko defisiensi volume ketidakseimbangan nutrisi nyeri


tekan pernafasan kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan perfusi
jaringan

G. Manifestasi klinis

Awitan NEC paling sering terjadi antara hari ke 3 dan hari ke 12 kehidupan, tetapi

dapat terjadi seawall mungkin pada 24 jam kehidupan atau seakhir mungkin pada usia

90 hari. Penyakit dicirikan oleh suatu rentang tanda dan gejala yang luas yang

7
mencermikan perbedaan keparahan, komplikasi, dan mortalitas penyakit. Secara khas,

NEC yang dicurigai (derajat I) terdiri atas temuan klinis tidak spesifik yang

menggambarkan ketidakstabilan psikologis dan dapat menyerupai kondisi yang biasa

lainnya pada bayi premature. Temuan klinis tersebut antara lain :

1. Ketidakstabilan sushu

2. Letargi

3. Kekambuhan apnea dan bradikardia

4. Hipoglikemia

5. Perfusi perifer buruk

6. Peningkatan residu gaster prapemberian makan melalui siang lambung

7. Intoleransi makan

8. Emesis (yang bias lbilius atau tidak)

9. Distensi abdomen ringan

10. Hasil hematest positif

NEC pasti (derajat II) terdiri atas temuan klinis nonspesifik yang telah disebutkan diatas

ditambah :

1. Distensi abdomen berat

2. Nyeri tekan abdomen

3. Feses berddarah nyata

4. Lengkung usus teraba

5. Edema dinding abdomen

6. Bunyi usus yang mungkin tidak ada

8
NEC lanjut (derajat III) terjadi bila bayi menjadi sakit akut. Tanda-tanda dan gejala yang

berkaitan meliputi :

1. Kemunduran tanda-tanda vital

2. Adanya bukti syok septic

3. Edema dan eritema dinding abdomen

4. Massa di kuadran kanan bawah

5. Asidosis (metabolic dan/atau respiratorik)

6. Koagulasi intravascular diseminata. (Sowden,2009)

Adapula sumber lain yang menyebutkan tanda dan gejala dari NEC, antara lain

1. Tanda-tanda klinis non spesifik

a. Letargi

b. Menyusu buruk

c. Hipotensi

d. Muntah

e. Apnea

f. Penurunan keluaran urin

g. Suhu tidak stabil

h. Ikterik

2. Tanda-tanda khusus

a. Distensi abdomen (sering mengkilat)

b. Darah dalam feses atau isi lambung

c. Eritema dinding abdomen yang terlokasi atau indurasi

d. Muntah empedu (Wong,2004)

9
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium :

a. Darah lengkap dan hitung jenis

Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat, trombositopenia

sering terlihat. 50 % kasus terbukti NEC, jumlah platelet< 50.000 uL

b. Kultur

Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk

kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.

c. Elektrolit

Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia

sering terjadi.

d. Analisa gas darah

Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan respiratorik

mungkin terlihat.

e. Sistem koagulasi

Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih

lanjut harus dilakukan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin

time memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah

fibrin, merupakan indikasi terjadinya disseminatedintravascular coagulation

(DIC).

2. Foto Polos Abdomen

10
Foto polos abdomen adalah modalitas pilihan saat ini untuk evaluasi neonatus

diduga memiliki NEC. Waktu tindak lanjut foto polos abdomen tergantung pada

keparahan dari NEC dan dapat bervariasi 6-24 jam. Namun, foto polos abdomen

juga diperlukan pada setiap saat kemerosotan klinis akut.

I. Komplikasi

1. Komplikasi segera meliputi :

b. Sepsis

c. Gagal napas

d. Gagal ginjal

e. Syok

f. Paten duktus arteiosus

g. Anemia

h. Koagulasi intravascular diseminata

i. Trombositopenia

j. Perforasi

2 . Komplikasi jangka panjang meliputi :

a. Striktur

b. Sindrom usus pendek

c. NEC kambuhan

d. Komplikasi dari nutrisi parenteral total

e. Malabsorpsi

f. Kebocoran anastomosis

g. Kolestasis

11
h. Fistula enterokolitis

i. Atresia

j. Gagal tumbuh kembang

k. Sekuele neurodevelopmental (Sowden,2009)

J. Penatalaksanaan

Prinsip dasar tatalaksana NEC yaitu menatalaksananya ssebagai akut abdomen

dengan ancaman terjadi peritonitis septic. Tujuannya adalah untuk mencegah

perburukan penyakit, perporasi intestinal dan syok. Jika NEC terjadi pada

kelompok epidemis, para penderita perlu dipertimbangakan untuk isolasi.

1. Pengelolaan Dasar :

a. Dihentikannya minum oral

b. Pemberian cairan intravena

c. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit hisapan nasogastrik

d. Memberi antibiotik sistemik

e. Waspadai adanya distensi (ukur lingkar perut, isi gaster sebelum memberi

minum, mendengarkan adanya bising usus)

f. Observasi TTV, jangan mengukur suhu rectal karena bahaya perforasi

g. Cegah nosokomial

h. Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi

i. Antibiotik

j. ASI

k. Waspadai komplikasi seperti septikemia, hipoglikemia

12
2. Pembedahan

a. Pneumoperitonium merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan intervensi

bedah. Indikasi relatif pembedahan yaitu gas vena portal, selulitis dinding

abdomen, dilatasi segmen intestinal yang menetap dilihat dari radiaografi,

massa abdomen yang nyeri dan perubahan kondisi klinis yang refrakter

terhadap tatalaksana medis. (Gaffar,2011)

K. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik

fisik, mental dan lingkungan. Hal yang perlu dikaji pada penderita ENC adalah :

a. Identitas pasien yang meliputi ; nama, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan

alamat.

b. Identitas penanggung jawab yang meliputi ; nama, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat.

c. Keluhan utama

Pasien dengan ENC biasanya mengeluh adanya distensi abdomen.

d. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang penyakit yang sedang dialam

terutama keluhan dibagian perut

e. Riwayat kesehatan yang lalu.

13
Pasien dengan ENC biasanya ditemukan adanya riwayat gangguan pencernaan.

f. Riwayat kehamilan dan kelahiran

g. Riwayat imunisasi

Menerangkan status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun

imunisasi ulang

h. Riwayat pertumbuhan

Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat dilihat dari KMS, dan

pemeriksaan lingkar kepala, TB, BB, LL. Status perkembangan pasien perlu

diteliti secara rinci untuk mengetahui apakah semua tahapan perkembangan

dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan.

2. Pemeriksaan Fisik.

a. Penilaian keadaan umum

Menilai keadaan umum pasien meliputi keadaan sakit pasien, tingkat

kesadaran, tanda tanda vital .

b. Pemeriksaan Sistemik.

c. Sistem pernapasan

Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan adanya apnea

d. Sistem kardiovaskuler

Pada pasien dengan ENC mungkin akan ditemukan bradikardi, serta perfusi

perifer yang buruk.

e. Sistem pencernaan

14
Pada pasien dengan ENC ditemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus yang

kemungkinan tidak ada, edema di daerah abdomen dan darah di dalam feses.

f. Sistem muskulos

Pada pasien dengan ENC ditemukan adanya perubahan aktifitas, seperti mudah

menangis terutama pada pasien bayi.

g. Sistem integument

Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan adanya eritema pada dinding

abdomen serta suhu badan yang tidak stabil.

h. Sistem neurosensori

Pada pasien dengan ENC mungkin ditemukan kondisi letargi.

i. Sistem endokrin

Pada pasien dengan ENC mungkin akan ditemukan adanya hipoglikemi.

j. Sistem genitourinarius

Pada pasien dengan ENC biasanya tidak ditemukan adanya gangguan dalam

sistem ini.

k. Aktivitas sehari-hari.

Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien ENC biasanya

mengalami penurunan pola makan), eliminasi (mungkin akan ditemukan darah

dalam feses pada pasien ENC), pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola

aktivitas sebelum dan selama sakit.

l. Aspek psikologis

Perlu di ketahui dampak hospitalisasi anak terhadap orang tua pasien.

m. Aspek sosial.

15
Perlu dikaji status pasien dalam keluarga, hubungan pasien dengan

lingkungannya yang akan dipengaruhi oleh aspek psikologis sebagai dampak

dari penyakit yang dideritanya.

n. Pemeriksaan diagnostic

o. Pemeriksaan Radiografik

Ditemukan adanya dilatasi nonspesifik fokal di usus, penebalan dinding

abdomen karena edema, dan pneumatosis intestinalis (gelembung-gelembung

gas kecil di dalam dinding usus).

p. Pemeriksaan laboratorium

Biasanya akan ditemukan trombositopenia (hitung trombosit

<5000/mm3 sebelum pembedahan) dan asidosis metabolik.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi

b. Resiko defisiensi volume cairan

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

4. Rencana Keperawatan

a. Resiko infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

diharapkan infeksi

Kriteria hasil:

- Tidak muncul tanda-tanda inflamasi

- Suhu dalam batas normal

- Tidak muncul kemerahan

Intervensi :

16
- Gunakan sabun untuk cuci tangan

- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

- Gunakan sarung tangan sebagai ala pelindung

- Pertahankan lingkungan antiseptik selama pemasangan

b. Resiko defisiensi volume cairan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam,

diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi

Kriteria hasil :

- Tekanan darah dalam batas yang diharapkan

- Intake dan output 24 jam seimbang

- Berat badan stabil tidak ada asites

- Tidak terdapat edema perifer

- Membrane mukosa lembab

Intervensi:

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik) jika diperlukan

- Monitor vital sign

- Timbang popok/pembalut jika diperlukan

- Pasang urin kateter jika diperlukan

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam,di

harapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisi nya

17
Kriteria hasil :

- Intake zat gizi (nutrient)

- Intake makana dan cairan

- Energi

- Masa tubuh

- Berat badan

- Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia

Intervensi:

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang di butuhkan pasien

- Berikan makanan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli gizi)

- Monitor jumlah nutrisi dan kandunga kalori

- Monitor BB setiap hari jika memungkinkan (Watson,2002)

18
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn; Sowden, Linda A. 2009. Buku saku keperawatan pediatri. Ed.5. Jakarta: EGC
(alih bahasa: Eny Meiliya).

Gaffar, La Ode Jumaedi.2011. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC

Watson, Roger.2012.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC

Wong, Donna L, 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Ed4. Jakarta. EGC

19

Anda mungkin juga menyukai