Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria
pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare
atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara
perkembang termasuk Indonesia.
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari,
dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak
pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Angka
kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara 1000 penduduk
setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare
sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%)
penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena
dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah
umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya.
Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena
sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun,
angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu
sebesar 23,2% di wilayah Surabaya. Kematian akibat diare biasanya bukan karena
adanya infeksi dari bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat
yang serius disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak
cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak
jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi
ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan
ekstrasel lebih mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare
akut yang parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya
dilakukan upaya pengobatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar diare

1. Pengertian diare
diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah
dan/atau lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare yang
terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare adalah feses
keluar dengan cepat dan tidak berbentuk. diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri
didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk.
Gastroenteristis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi (feses
cair).Diare adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang diare, dapat
disimpulkan bahwa diare adalah peningkatan frekuensi defekasi (BAB) yang melebihi
tiga kali dalam sehari yang terjadi secara tiba-tiba dengan konsistensi feses encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja, biasanya
disebabkan oleh infeksi(virus,bakteri,parasit) yang menyerang saluran gastrointestinal.
2. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan orga aksesori, secara
otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu saluran pencernaan atas yang mulai
dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ aksesori yang terdiri atas hati,
kandung empedu, dan pancreas.
a. Anatomi
anatomi saluran pencernaan adalah sebagai berikut :
1. Mulut

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan.


Mulut bi batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus
businatorus, bagian atasnya terdapat palatum yang
memisahkannya dari hidung dan bagian atas faring.
2. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative
pendek dan lebar. Lidah menempati kavum oris dan melekat
secara langsung pada epiglotis dalam faring.
3. Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda-beda. Selpertama adalah gigi primer
( gigi susu atau desidua), yang bersifat sementara dan tumbuh
melalui gusi selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan;
selanjutnya set kedua atau set permanen , menggantikan gigi
primer dan mulai tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari
kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya
bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya
kecepatan pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa
yaitu 23-30 cm.
5. Lambung
Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.
Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke-2, sekitar 10 ml
pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa
kapasitasnya 1000 ml.
6. Usus Kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
kecil memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu
sekitar 7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm.
7. Usus Besar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon assenden, kolon
transversum, kolon denden dan kolon sigmoid. Panjang usus besar
bervariasi, berkisar sekitar ±180cm.
8. Hepar
Hati merupakan glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat ±1.300-1.500 gram. Hepar berwarna merah cokelat, sangat
vascular, dan lunak.
9. Pankreas
Pankreas terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium.
10. Peritonium
Peritonium merupakan membrane serosa yang tipis, licin, dan
lembab yang melapisi rongga peritoneum dan banyak organ perut
seperti cavum abdomen dan pelvis.
b. Fisiologi

Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan


(ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah
pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan, hasil pencernaan
akan diserap ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, disgesti,dan
absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada saluran pencernaan, mulai
dari atas yaitu mulut sampai ke rectum. Mastikasi merupakan proses
pengunahan atau pemecahan partikel makanan yang besatr oleh gigi dan
mencampur makanan, kemudian dilembapkan oleh glandula salivary untuk
membentuk bolus (massa berlapis saliva). Menelan (deglutisi) merupakan
suatu respon reflex yang disebabkan oleh impuls aferen di dalanm nervus
trigeminus, glosofaringeus dan vagus. Defekasi sebagian bersifat reflex dan
sebagian lain merupakan aktivitas volunteer.
3. Etiologi
Penyebab dari diare menurut Suriadi dan Yuliani (2002) dibagi menjadi
beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Bakteri: enteropathogenic eschericia coli, salmonella,
shigella, yersinis enterocolitica.
2) Infeksi Virus: enterovirus echoviruses, adnovirus, human
retrovirus, seperti agent, rotavirus.
3) Infeksi Jamur: candida enteritis.
4) Infeksi Parasit: giardia clambia, cryptosporidium.
5) Protozoa

b. Bukan Faktor Infeksi


1) Alergi makanan: susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan: antibiotik
5) Penyakit usus: enterocolitis, colitis ulcerative, crohn disease
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus

c. Penyakit Infeksi
Otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih.

4. Patofisiologi
mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya juga akan timbul diare.

5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis menurut Suriadi & Yuliani (2006) pada kasus
gastroenteritis akut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda gejala dehidrasi: turgor kulit turun (elastisitas kulit


menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Anoreksia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
i. Menurun atau tidak pengeluaran urine
6. Komplikasi

Komplikasi diare diantaranya adalah kehilangan cairan dan elektrolit

secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi yaitu:

a. Dehidrasi (ringan, sedang berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)


b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardigram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan visi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

7. Pencegahan

Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti

air, makanan dan tangan yang teremar. Upaya pemutusan penyebaran kuman

penyebab harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang

terbukti efektif adalah sebagai berikut:

a. Pemberian ASI eksklusif (pemberian makana berupa ASI saja

pada bayi umur 4-6 bulan)

b. Menghindari penggunaan susu botol.


c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan

pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan

perkembangbiakan bakteri).

d. Penggunaan air bersih untuk minum.

e. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang

feses bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan.

f. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.


.

BAB III
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang tentang ” Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara
Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013” dengan jumlah responden sebanyak 104 responden,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare akut pada
balita.
2. Tingkat pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
diare akut pada balita.
3. Sosial ekonomi masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
diare akut pada balita.
4. Makanan dan minuman yang dikonsumsi mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kejadian diare akut pada balita.
1.2. Saran
Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi puskesmas
Agar petugas kesehatan puskesmas yakni perawat, bidan yang bekerja dipuskesmas
agar dapat meningkatkan upaya-upaya pelatihan terhadap kader- kader posyandu secara
rutin sebagai usaha peningkatan keterampilan kader agar akses informasi tepat diterima oleh
ibu-ibu yang memiliki anak balita dan
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar semua informasi-informasi
yang diberikan kepada ibu-ibu bisa diterima dan diaplikasikan, maka kader-kader kesehatan
yang memberikan penyuluhan tersebut harus mendemonstrasikannya dan bisa juga
dijelaskan melalui gambar-gambar yang jelas.
2. Kepada pemerintah setempat
Agar dapat sesegera mungkin meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan seperti
pengadaan puskesmas pembantu, penyediaan sarana pembuanngan limbah, memperbanyak
tempat-tempat sampah, mengaktifkan mobil pemungut sampah, menyediakan sarana WC
umum yang memenuhi syarat kesehatan terutama didaerah tepi sungai, dan membuat
kebijakan- kebijakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara membuat
lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap agar mereka bisa
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari tanpa adanya kekurangan.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menyediakan atau memperbanyak literatur yang berhubungan dengan
penyakiot diare yang akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian dan
semoga hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi peneliti
selanjutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih baik lagi untuk perkembangan
pengetahuan mengenai penyakit diare.
5. Bagi Masyarakat
a. Lingkungan
Peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) dengan cara jangan
membuang sampah disembarang tempat, sampah atau limbah rumah tangga jangan
dibiarkan menumpuk dibelakang rumah, jika sampah sudah banyak maka segera
dibakar agar tidak akan menjadi tempat berkembangnya kuman dan bakteri yang akan
menyebabkan penyakit, jangan biarkan anak balita buang air besar atau berak
disamping rumah, dan selalu menyediakan air bersih untuk kebutuhan keluarga baik
untuk dimasak, mandi, dam mencuci pakaian maupun peralatan rumah.
b. Tingkat pengetahuan ibu
Meningkatkan pengetahuannya tentang bagaimana cara pencegahan, penularan, dan
pengobatan suatu peyakit tersebut terutama penyakit diare pada balita melalui
penyuluhan atau sosialisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Sosial ekonomi masyarakat
Meningkatkan sosial ekonomi masyarakat terutama sosial ekonomi dalam keluarga,
karena sosial ekonomi dalam keluarga sangat menentukan pemenuhan kebutuhan
kepada keluarga terutama pada
kebutuhan gizi anak balita dengan cara membuka lapangan kerja atau mencari pekerjaan
yang bisa menghidupi keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
d. Makanan dan minuman yang dikonsumsi
Dapat memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh balita agar
tidak akan menimbulkan diare pada balita. Jika balita diberikan makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri akan menyebabkan diare. Pada pemberian
makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu-ibu balita harus memperhatikan tingkat
kebersihan dari makanan dan minuman ters

Anda mungkin juga menyukai