Anda di halaman 1dari 21

Nama : Lintang Gemilang

Kelas : 5B
Nim : 01021270

STUDI KASUS FARMAKOTERAPI PENYAKIT GANGGUAN PENCERNAAN

( DIARE DAN MUNTAH) SEMESTER V

Kasus :
Seorang anak usia 9 tahun dengan berat 23 kg masuk IGD dengan riwayat nyeri
abdomen, mual, muntah, dan diare profusa, berair, dan tidak berdarah, selama 3 hari. Lima hari
yang lalu pasien berkemah di luar kota. Dokter mendiagnosis pasien mengalami diare akut dan
merencanakan siprofloksasin 2 x 250 mg PO, metoklopramid 3 x 5 mg PO, NaCl 0,9% 2 plabot
(@500 mL) IVFD habis dalam 2 jam.
Hasil pemeriksaan dan riwayat medik pasien
Fisik: TD 90/60 mmHg; nadi 110/menit; RR 20/menit; suhu 37,2oC; membran mukosa kering;
bising usus hiperaktif.
Lab: leukosit 16.000 sel/µL, Na 120 mEq/L, darah feses (-).
Riwayat penyakit terdahulu: --
Riwayat pengobatan: --
Riwayat sosial: Lima hari yang lalu pasien berkemah di luar kota.
Riwayat alergi: --

1. Definisi penyakit
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari
tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu.
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Ditinjau dari segi patofisiologis, penyebab diare akut dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu diare sekresi dan diare osmotik. Diare sekresi disebabkan
oleh virus/kuman, hiperistaltik usus halus dan defisiensi imun. Diare osmotik disebabkan
oleh malabsorpsi makanan, kurang energi protein, dan bayi berat badan lahir rendah
(Suandi, 2012).
Diare akut pada anak sering diartikan sebagai timbulnya diare tanpa adanya
penyakit kronik, dengan atau tanpa disertai nyeri perut, demam, mual ataupun muntah.
Secara umum, definisi diare adalah buang air besar cair atau lunak lebih dari 3 kali dalam
24 jam. Volume feses per hari berkisar antara 5 ml/kgBB (normal) sampai 200 ml/kgBB
atau lebih. Kehilangan elektrolit dan dehidrasi merupakan morbiditas utama pada diare
akut. Diare akut umumnya berlangsung kurang dari 7 hari dan tidak lebih dari 14 hari.
Penyebab diare tersering adalah virus, bakteri dan parasit. Diare tanpa peradangan,
biasanya feses bersifat cair, tanpa darah dan lendir ataupun demam. Seringkali mengenai
usus halus dan tidak menyebabkan kerusakan mukosa usus. Sebaliknya, diare disertai
peradangan biasanya feses mengandung darah dan banyak lekosit, mengenai usus besar
dan dapat disertai demam, muntah dan nyeri perut (Asosiasi Dietesien Indonesia, Ikatan
Dokter Anak Indonesaia dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2015)

2. Gejala
Gejala diare yang sering terjadi antara lain adalah sebagai berikut: Gejla pasien :
 BAB cair/lembek, frekuensi 3x atau lebih per hari
 Perut kembung
 Mual dan atau muntah
 Nyeri perut
 Lemas
 Kadang disertai demam
Diare yang tidak segera ditangani dengan baik bisa menyebabkan dehidrasi.
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi. Dehidrasi
dapat berupa gejala ringan, sedang, maupun berat.
Perlu diketahui juga tanda-tanda dehidrasi adalah:
 tampak lemas dan pucat
 mata cekung
 sangat kehausan
 mulut dan bibir kering
 tubuh terasa dingin
 jumlah urine sedikit dan warnanya kuning pekat kecoklatan
 saat menangis, air mata hanya sedikit atau bahkan tidak keluar sama sekali
 mengantuk terus menerus
Jika terjadi hal-hal diatas, segeralah bawa ke klinik atau RS terdekat, karena jika terjadi
dehidrasi berat maka dapat timbul komplikasi seperti penurunan kesadaran, kejang,
kerusakan otak, bahkan kematian.
Gejla yang di alami pasien :
 nyeri abdomen,
 mual, muntah,
 diare profusa, berair, dan tidak berdarah, selama 3 hari.

3. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005), etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab :

1. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti Shigella, Salmonella,
E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ
Usaurfus, Camfylobacter dan Aeromonas.

2. Virus
Beberapa virus yang dapat menyebabkan diare yaitu Rotavirus, Norwalk virus,
Adenovirus, Coranovirus dan Astrovirus.

3. Parasite
Mikroorganisme parasit yang dapat menyebabkan diare seperti Protozoa,
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium Coli, Trichuris trichiura,
Cryptosporidium parvum, Strongyloides strercoralis.

4. Non infeksi
Adapun penyebab diare secara non infeksi yaitu malabsorpsi, penyakit ini
menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga
terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air. gangguan motilitas juga
menyebabkan diare hal ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif).
Keracunan makanan, kesulitan makan, dan imunodefisiensi dapat menyebabkan
diare.

 Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena
sebabsebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, travelers diarrhea, dan
sebagainya.

4. Patofisiologi
Anatomi
Sistem pencernaan adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk mencerna
serta mengolah makanan. Anatomi sistem pencernaan ini terdiri dari beberapa organ
tubuh, di antaranya mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga
rektum dan anus. Setiap organ pencernaan tersebut akan bekerja dengan menghaluskan,
menyerap nutrisi, serta membuang limbah dari sisa proses pengolahan makanan.
Sistem pencernaan merupakan sekumpulan jaringan organ yang berfungsi
mencerna dan mengolah makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Sistem
pencernaan ini berupa saluran yang memanjang mulai dari mulut hingga anus.
Dalam menjalankan fungsinya, sistem pencernaan akan dikendalikan oleh sistem saraf,
aliran darah, serta berbagai macam hormon di dalam tubuh. Bagian tubuh ini juga dibantu
oleh enzim untuk mengoptimalkan proses penguraian makanan menjadi molekul yang
lebih kecil.

Urutan sistem pencernaan manusia terdiri dari mulut, kerongkongan, esofagus, lambung,
usus halus beserta pankreas dan hati, usus besar, rektum, serta anus. Setiap bagian
tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam mengolah dan mencerna makanan.

a. Mulut
Mulut adalah bagian awal dari anatomi sistem pencernaan manusia yang
berfungsi untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah dicerna oleh organ
pencernaan lainnya. Di dalam mulut, proses pengolahan makanan juga dibantu
oleh air liur yang mengandung enzim amilase untuk memecah karbohidrat
menjadi glukosa.

b. Kerongkongan dan esofagus


Kerongkongan dan esofagus merupakan saluran yang terdiri dari otot untuk
menciptakan gerakan peristaltik agar mampu membawa makanan yang telah
dihaluskan dari mulut menuju lambung. Saluran ini memiliki panjang 20
sentimeter dan dilapisi oleh mukosa.

c. Lambung
Lambung merupakan anatomi sistem pencernaan manusia yang berbentuk
menyerupai huruf “J” dan terletak di perut bagian kiri atas. Fungsi lambung dalam
sistem pencernaan adalah untuk mengolah makanan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dan berbentuk setengah padat (kimus).

d. Usus halus
Usus halus adalah saluran pencernaan yang bertugas menyerap berbagai macam
nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, serta mineral.
Saluran ini memiliki panjang hingga 7 meter dan terdiri dari tiga bagian, yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), serta usus penyerapan
(ileum).

e. Prankeas
Meski tidak dilewati oleh makanan, pankreas memiliki peran yang penting dalam
sistem pencernaan, yaitu untuk menghasilkan enzim pencernaan guna memecah
berbagai macam nutrisi dalam makanan. Pankreas juga bertanggung jawab untuk
memproduksi hormon insulin yang berfungsi menjaga kadar gula darah normal
dalam tubuh.

f. Hati
Serupa dengan pankreas, hati juga menjadi salah satu anatomi sistem pencernaan
yang tidak dilewati oleh makanan. Organ ini berfungsi memproduksi cairan
empedu untuk melarutkan lemak di dalam usus halus agar lebih mudah diserap
oleh tubuh. Selain itu, hati juga bertugas menyimpan glikogen yang digunakan
sebagai energi cadangan di dalam tubuh.

g. Kantong empedu
Kantong empedu adalah anatomi sistem pencernaan yang bertanggung jawab
untuk menyimpan serta mengentalkan cairan empedu yang telah disekresikan oleh
hati.

h. Usus besar
Usus besar adalah saluran yang memiliki panjang sekitar 1,5 meter dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu sekum, kolon, dan rektum. Saluran ini bekerja dengan menyerap
vitamin, air, serta elektrolit dari sisa makanan sebelum membentuk feses.

i. Rectum dan anus


Anatomi sistem pencernaan manusia yang terakhir adalah rektum dan anus.
Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar yang berfungsi menyimpan
feses sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh. Jika sudah penuh, otot-otot di sekitar
rektum akan berkontraksi untuk mengeluarkan feses melalui anus.

Patogensesis
Menurut Suraatmaja (2007), patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya
dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran cerna
b) Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam
lambung
c) Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme
d) Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.

Patofisiologi
Berikut patofisiologi diare menurut (Mardalena, 2018), Penyebab diare akut
adalahmasuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), bakteri atau
toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia, dan lainnya), parasite
(Biardia Lambia, Cryptosporidium).Beberapa mikroorganisme pathogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare akut.
Penularan diare bisa melalui fekal ke oral dari satu penderita ke penderita lain.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan
minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotik. Ini artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare.
Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Diare dapat menimbulkan gangguan lain misalnya kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi). Kondisi ini dapat menggangu keseimbangan asam basa (asidosis
metabolic dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus dengan bantuan gerakan
peristaltik dan segmentasi usus, akan tetapi mikroorganisme seperti salmonella,
Escherichia coli, vibrio disentri dan virus entero yang masuk ke dalam usus dan
berkembang biak dapat meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut.
Usus kemudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan
oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit
Menurut (Wijaya & Putri, 2014), yang merupakan dampak dari timbulnya diare
adalah:
 Gangguan osmolitik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang mengeluarkannya sehingga timbul diare
 Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
 Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuhberlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula
5. Diagnosis
A. Anamnesa
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, bau, ada atau tidak adanya berlendir dan darah. Bila
disertai muntah ; volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang
atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk,
pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama diare :
memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya (Subagyo, Bambang dan
Nurtjahjo, 2012).

B. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa dan lidah kering
atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi (Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012). Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara : obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subyektif
dengan menggunakan kriteria WHO, kriteria MMWR dan Iain-Iain

C. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasamya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur
urine dan tinja pada sepsis atau infeks saluran kemth. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut;
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja : laboratorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen
(Subagyo, Bambang dan Nurtjahjo, 2012).

No Parameter Normal Kasus Hasil


1 Diare 1 atau 2 hari Diare selama Gangguan
3 hari pencernaan
berair dan
tidak
berdarah
2 TD 90/105 mmHg 90/60mmHg Normal
3 Nadi 70-110bpm 110bpm Normal
4 RR 18-30 Napas 20/menit Normal
per menit
5 Suhu 36,3 – 37 37 derajat Panas
derajat
6 Na 135 – 144 120 mEq/L Rendah
mEq/L
7 Lekosit 5.000-20.000 16.000 sel/ Normal

6. Guadline
7. Pilihan obat
 Tujuan pengobatan:
1. Penggantian cairan
2. Pengobatan infeksi
3. Pengendalian gejala
4. Penanganan penyebab yang mendasar (pengobatan difokuskan manajemen
penyebabnya)
5. Mencegah penularan

 Pilihan obat atau tatalaksana diare akut menurut WHO terdiri dari:
 ORS (Oral Rehidration Solution)
Terapi terbaik pada pasien diare yang mengalami dehidrasi adalah
ORS,misalnya oralit osmolaritas rendah. Cairan diberikan 50 – 200
ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. Bila
dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberikan cairan intravena atau
infus. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang diberikan cairan per oral atau
9 selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi. Pemberian per
oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g
glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium bikarbonat, dan 1,5 g KCl
setiap liter.

 Diet
Jika anak menyusui, coba untuk meningkatkan frekuensi dan durasi
menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali jika muntah-
muntah hebat. Hindarkan susu sapi.

 Zink
Zink merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan
perkembangan anak. Melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi
intestinal, pemberian zink selama episode diare akan menurunkan
durasi dan parahnya diare.

 Antibiotic
Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada semua pasien. Antibiotik
diberikan pada pasien jika merupakan indikasinya, seperti pada pasien
disentri.

 Edukasi
Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak.
Edukasi yang diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI,
kebersihan payudara juga perlu diperhatikan, kebersihan makanan
termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan, dan lain-
lain.4 Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut
WHO, beberapa randomized controlled trials (RCT) dan
meta-analisis menyatakan bahwa probiotik efektif untuk pencegahan
primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.

Pengobatan pada kasus


Keluhan
 Nyeri abdomen, mual,
muntah, dan diare
profusa, berair, dan
tidak berdarah, selama 3 hari

 Pasien mengalami mual


Muntah
Terapi yang di berikan :
 siprofloksasin 2 x 250 mg
Untuk mengatasi infeksi bakteri pada saluran pencernaan dan untuk
menghambat kerja DNA gyrase selama proses pertumbuhan dan
produksibakteri.

 Metoklopramid 3 x 5 mg
Metokloperamid digunakan untuk mengatasi beberapa masalah di perut
dan usus.bekerja dengan cara meningkatkan gerakan lambung dalam
mengolah makanan sehingga mempercepat pengosongan lambung.
Dengan begitu, rasa mual dan muntah dapat dicegah.

 Oralit
Oralit digunakan untuk menggantikan cairan tubuh dalam jumlah
banyak dan elektrolit tubuh yang hilang akibat dehidrasi.

 Ibu profen 40 mg
Anti nyeri untuk mengatasi sakit perut saat diare.

 Loperamid
Obat anti diare berfungsi untuk mengurangi frekuensi buang air besar.

8. Terapi farmakologi
Siprofloksasin 2 x 250 mg
 Mekanisme kerja
Ciprofloxacin bekerja dengan cara berikatan dengan enzim pada bakteri yaitu
DNA
gyrase dan topoisomerase. Ciprofloxacin akan menginhibisi replikasi DNA
bakteri, serta
repair dan rekombinasi bakteri. Ciprofloxacin efektif dalam melawan bakteri
Gram
negatif maupun Gram positif, seperti Escherichia coli, Salmonella spp.,
Shigella spp.,
Neisseria sp., dan Pseudomonas aeruginosa.

 Indikasi
Infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada bedah saluran
cerna bagian atas.

 Dosis
Pemberian dosis ciprofloxacin disesuaikan dengan kondisi penderita dan
respons tubuh terhadap pengobatan. Berikut penjelasan mengenai dosis dan
aturan pakai
ciprofloxacin:
Oral: infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari.
Infeksi saluran kemih, 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa
komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3 hari). Gonore 500 mg dosis
tunggal.

 Kontraindikasi
 Hipersensitivitas
 riwayat gangguan irama jantung seperti prolongasi QT interval
 riwayat penyakit myasthenia gravis, dan
 penggunaan bersamaan dengan tizanidine.

 Efek samping
 sakit kepala hebat
 mata dan kulit berwarna kuning
 sulit buang air kecil
 muncul ruam kulit
 sakit maag hebat dan
 jantung berdebar

 Peringatan
Beberapa peringatan harus diperhatikan dalam penggunaan ciprofloxacin.
Salah satu yang terpenting adalah adanya risiko tendinitis, ruptur tendon,
neuropati perifer, dan eksaserbasi myasthenia gravis. FDA juga telah
mengeluarkan peringatan terkait penggunaan fluorokuinolon pada pasien
dengan aneurisma aorta yang diketahui dan mereka yang memiliki faktor
risiko aneurisma, seperti sindrom Marfan.

 Cara penyimpanan
Ciprofloxacin tablet dan kaplet: simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius, di
tempat kering dan sejuk.

Metoklopramid 3 x 5 mg
 Mekanisme kerja :
Metoclopramide bekerja dengan cara meningkatkan gerakan lambung dalam
mengolah makanan sehingga mempercepat pengosongan lambung. Dengan
begitu, rasa mual dan muntah dapat dicegah. Obat ini tidak boleh digunakan
dalam jangka panjang dan hanya boleh digunakan
sesuai resep dokter.

 Indikasi:
Dewasa: mual dan muntah pada gangguan saluran cerna dan pada pengobatan
dengan sitotoksik atau radioterapi; untuk kontrol muntah karena operasi
abdominal dan prosedur diagnostik; migrain.

 Dosis :
Dosis harian metoklopramid tidak boleh melebihi 500 mcg/kg.
ewasa: dosis awal 10 mg, diminum hingga 4 kali/hari selama 2-8 minggu.
Maksimal dosis 40 mg/hari.

 Kontraindikasi
 obstruksi gastrointestinal
 perforasi atau perdarahan
 3-4 hari setelah operasi gastrointestinal
 Feokromositoma
 Epileptic gejala ekstrapiramidal dari tipe Parkinson
 Menyusui

 Efek samping :
 Perasaan lelah, mengantuk, lemas, atau pusing
 Sakit kepala, sulit tidur (insomnia)
 Mual, muntah, diare
 Payudara sakit atau membengkak
 Perubahan pada siklus menstruasi
 Buang air kecil lebih sering dari biasanya
 Tangan atau kaki gemetar atau tremor
 Pergerakan otot muka yang tak dapat dikontrol (mengunyah,
mengecap,
 cemberut, lidah bergerak-gerak, berkedip, dan gerakan bola mata)
 Pergerakan otot yang baru
 Peringatan :
Jangan gunakan obat ini jika Anda pernah mengalami masalah pergerakan
otot setelah menggunakan metoklopramid atau obat serupa, atau jika Anda
pernah mengalami gangguan pergerakan yang disebut tardive dyskinesia .
Anda juga tidak boleh menggunakan obat ini jika Anda pernah mengalami
masalah lambung atau usus (penyumbatan, pendarahan, atau lubang atau
robekan), epilepsi atau gangguan kejang lainnya, atau tumor kelenjar adrenal
(pheochromocytoma).

 Cara penyimpanan :
Simpan obat Metoclopramide pada suhu ruang, di tempat yang kering, dan
terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
Jauhkan pula obat dari jangkauan anak-anak.

NaCl 0,9% 2 plabot (@500 mL) IVFD


 Mekanisme kerja :
NACL 0.9 % merupakan cairan infus yang mengandung NaCl 0.9%. Infus ini
digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Ion
natrium adalah elektrolit utama pada cairan ekstraselular yang diperlukan
dalam distribusi cairan dan elektrolit lainnya. Ion klorida berperan sebagai
buffering agen pada paru-paru dan jaringan. Ion ini membantu
memfasilitasi oksigen dan karbon dioksida untuk berikatan dengan
hemoglobin. Ion natrium dan ion klorida diatur oleh ginjal yang mengontrol
homeostatis dengan absopsi atau ekskresi pada
tubulus.

 Indikasi :
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi.

 Dosis :
PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER.
Sebagai pengganti cairan atau elektolit tubuh:
 Dosis
 kecepatan infus dan
 Durasi pemberian bersifat individual berdasarkan kondisi tiap pasien.
Kondisi seperti usia, berat badan, dan hasil laboratorium pasien
 Kontraindikasi:
Kondisi dimana pemberian natrium klorida dapat membahayakan. Gagal
Jantung Kongestif.

 Efek samping :
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan
berbahaya,harap konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang
mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah:
 Pembengkakan terutama pada kaki
 Hypernatremia
 rasa haus
 demam
 takikardi
 hipertensi
 sakit kepala
 pusing, rasa kelelahan
 iritabilitas
 mulut kering
 infeksi pada daerah penyuntikan.

 Peringatan :
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Hati-hati pengunaan pada pasien
hipertensi, gagal jantung kongestif, oedema perifer dan pulmonal, gangguan
fungsi ginjal, pra-eklamsia, pasien anak-anak dan orang tua. Hati-hati
pemberian pada pasien yang menerima kortikosteroid atau kortikotropin.
Selalu periksa kecocokan obat tambahan dengan larutan ini sebelum
digunakan.

 Cara penyimpanan:
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius

9. Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologi yang biasa dilakukan adalah dengan memperbanyak
minum, istirahat, hindari makanan yang dapat merangsang terjadinya diare atau makan-
makanan yang mudah dicerna dalam usus dan lambung, memperbanyak buah yang
mengandung pektin, memperbanyak asupan vitamin terutama vit.A dan mineral, dan
perbaikan gizi.
Air mempunyai peranan penting dalam tubuh antara lain mengangkut semua
bahan gizi ke tempat-tempat yang membutuhkan dan menyalurkan bahan ke ginjal untuk
dikeluarkan. Maka dari itu guna memelihara kadar cairan tersebut sangat penting banyak
minum. Apalagi bilamana tubuh kehilangan banyak cairan akibat diare disertai muntah
dan suhu tubuh meningkat. Terutama pada balita dan lansia, karena mereka lebih mudah
terkena dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan. Sebagai minuman sebaiknya
digunakan air teh dengan sedikit gula, kaldu tanpa lemak, juice buah-buahan (Harianto,
2004)

Terapi Rehidrasi Oral


a. Ketika tidak ada dehidrasi : tidak usah dengan oralit tapi bisa dengan larutan gula
garam.

b. Untuk dehidrasi ringan : Oralit, peroral 75 cc / kg BB. < 300 in osm.


Oralit adalah terapi pertama pada pengobatan diare akut, tujuannya adalah
mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan secara berlebih dan elektrolit,
terutama penting bagi pasien bayi dan usia lanjut. Dehidrasi adalah suatu keadaan
dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian, utamanya pada
anak/bayi bila tidak segera diatasi (Harianto,2004).
Oralit tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang
bersama tinja. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi
dapat dihindari. Tersedia dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam 200 ml atau 1
gelas air matang hangat dan dalam bentuk larutan. Komposisi oralit 200: Glukosa
anhidrat 4 g, Natrium klorida 0,7 g, Natrium dihidrat 0,58 g, Kalium klorida 0,3 g.
Natrium bikarbonat diberikan secara oral untuk keadaan asidosis kronis seperti
asidosis pada uremia atau asidosis tubular. Dosis untuk mengatasi asidosis
metabolic tidak bisa diramalkan dan responsnya harus dinilai, diperlukan 4,8 g
tiap hari (57 mmol tiap Na dan HCOз) atau lebih. Untuk asidosis metabolik berat,
dapat diberikan natrium bikarbonat secara intravena

10. Asuhan kefarmasian


 Konseling
1. Perkenalan
Perkenalkan saya ... sebagai apoteker dari apotek YPIB yang akan
menyiapkan obat untuk anak anda.

2. Konfirmasi nama pasien


o Apakah betul dengan ibu dari anak A?
o Kalau boleh tau dimana alamat tempat tinggal ibu?

3. Izin minta waktu untuk konseling


Sebelumnya, saya izin meminta waktu ibu untuk konseling, membahas terapi
pengobatan yang akan dijalani. Apakah ibu berkenan?

Baik bu, jadi kedepannya konseling akan dilakukan untuk memantau


perkembangan dan memantau keberhasilan terapi yang anak ibu jalani agar
dapat maksimal

4. Tanya keluhan pasien


Izin bertanya sebelumnya apakah ada keluhan yang dirasakan?

Sebelumnya apakah anak ibu mempunyai riwayat penyakit atau ada obat yang
biasa diminum?

5. 3 prime question
1. Sebelumnya apa ibu pernah dapat hasil data lab dari rumah sakit atau
tempat check up?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat? Perlu di
cek
3. apakahdokter memberitahukan:
Apa yang dijelaskan dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anak
ibu menerima terapi obat tersebut?
Perlu diperhatikan, pengobatan infeksi saluran cerna dilakukan selama
seminggu jika ditangani dengan benar. Namun, seringkali perlu waktu
berminggu-minggu semua gejala hilang

6. Informasi obat, indikasi obat, exp date, penyimpanan


Baik bu, akan saya jelaskan nama obat dan fungsinya :
 Obat siprofloksasin obat antibakteri
 Obat metoklopramid untuk mual muntah
 Oralit utuk mengatasi dehidrasi mengganti cairan tubuh
Bu, perlu diperhatikan juga untuk cara penyimpanan obatnya ya. Obat harus
disimpan :
 Jauh dari jangkauan anak-anak
 Hindari dari panas dan cahaya langsung
 Simpan ditempat kering dan tidak lembab
 Untuk sediaan cairan seperti sirup agar tidak disimpan didalam
kulkas

7. Informasi cara penggunaan obat (jam diminum obat sepeti dosis) + terapi
Nonfarmakologi
 Obat Siproflloksasin diminum setelah makanan. Dosis diberikan 2x1
sehari harus di habiskan
 Obat Metoklopramid di minum setelah makan. Dosis di berikan 3x1
sehari saat mual dan muntah
 Oralit 50ml dalam 4-6 jam pertama. Kemudian 100 ml pada 18-24 jam
setelahnya.
Selain obat-obatan bisa juga mengimbangi dengan pola hidup sehat :
 Minum banyak cairan(air,sari buah,soup bening) hindari susu dll
Hindari makanan padat dan makanan seperti bubur,roti,pisang selama
1-2 hari
 Cucilah tangan dengan baik setelah BAB dan sebelum makan
 Tutup makanan untuk mencegah kontaminasi tikus,lalat dll
 Gunakan air bersihbuntuk memasak
 Air minum harus di rebus dahulu
 BAB pada jamban dan jaga kebersihan

8. Tanya riwayat alergi


Apakah sebelumnya anak ibu memiliki alergi terhadap obat tertentu?

9. Jelaskan kemungkinan efek samping dan bila lupa minum obat


Baik bu, jika tidak ada alergi terhadap obat-obat tertentu. Jadi setiap obat
memiliki efek samping baik yang ringan maupun berat

10. Konfirmasi ulang


Saya sudah menjelaskan cara menggunakan obat-obat ini. Apakah ibu bisa
mengulangi nama-nama obatnya serta cara penggunaannya?

11. Penutup
Benar, ibu sudah memahami tentang obat-obatnya serta cara penggunaannya.
Apakah ada yang ingin ditanyakan?

Jika cukup jangan lupa untuk minum obat secara teratur dan tepat waktu.
Selain itu tetap membiasakan pola hidup sehat dan bersih agar terhindar dari
penyakit. Jangan sungkan untuk menghubungi kami jika ibu mengalami
kesulitan tentang pengobatan ini. Terima kasih sudah bersedia meluangkan
waktu untuk konseling bu.

 Monitoring
 Monitoring kepatuhan dan ketetapan pasien dalam bentuk obat
 Monitoring obat Antibiotik harus sampai dihabiskan
 Monitoring diare akut apakah suadah sembuh atau belum
 Monitoring dehidrasi pada pasien.
Daftar pustaka

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/anatomi-sistem-
pencernaan
https://digilib.unila.ac.id/20741/16/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1023/4/4.%20Chapter2.pdf
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1328/diare-akut-pada-anak
https://eprints.ums.ac.id/18747/2/Bab_I.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5394/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
https://eprints.ums.ac.id/14941/2/BAB_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai