Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGAN
DIARE DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RS PERTAMINA CIREBON

DISUSUN OLEH :
RUDI PRIYATNO, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
2021
DIARE

A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) dan
Ngastiyah (1997) , diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari
dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare
merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. ANATOMI dan FISIOLOGI


Menurut Syaifudiddin (2006: 167), mengungkapkan bahwa saluran
pencernaan terdiri dari organ: oris, faring, esophagus, ventrikulus,
intestinum minor, intestinum mayor, rektum, anus.

Gambar 2.1
Saluran Sistem Pencernaan
a. Mulut
1. Mulut merupakan permulaan saluran pencernaan.
2. Di dalam mulut terjadi pengunyahan makanan oleh gigi geligi.
3. Di dalam mulut terdapat lidah yang berfungsi untuk mengaduk
makanan sebagai alat pengecap menelan serta merasakan makanan.
4. Mulut mempunyai tiga kelenjar saliva yaitu: kelenjar parotis,
kelenjar sub maksilaris dan kelenjar sub lingualis.
Gambar 2.2
Anatomi Mulut

b. Faring
1. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (esophagus).
2. Di dalam lengkungan faring terdapat tonsil yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.
3. Faring terletak bersampingan antara jalan nafas dan jalan makanan.
4. Makanan melewati epiglotis tanpa membahayakan jalan nafas.
5. Pada waktu menelan jalan udara ditutup sementara.
6. Permulaan menelan otot mulut dan lidah kontraksi secara
bersamaan.
c. Esophagus
1. Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung.
2. Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung.
3. Merupakan lapisan dinding dari dalam ke luar: lapisan selaput
lendir, lapisan submukosa, lapisan melingkar otot sirkuler, dan
lepisan otot memanjang longitudinal.
4. Panjang esophagus ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung.
d. Gaster
1. Lambung terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa
menempel di sebelah kiri fundus uteri.
2. Bagian lambung terdiri dari: osteum kardiak, fundus ventrikulli,
korpus ventrikulli, Antrum pylorus, kurvatura mayor dan minor.
3. Lambung merupakan bagian dari salran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster.
4. Fungsi lambung untuk menampung pencampuran bolus dan
menghasilkan cairan lambung/HCl dan enzim pencernaan.

Gambar 2.3
Anatomi Lambung
e. Intestinum Minor
1. Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum.
2. Terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
3. Panjangnya ± 6 meter, saluran terpanjang tempat proses
pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan.
4. Di sepanjang usus halus terjadi absorbsi makanan yang sudah
dicerna.
5. Fungsi usus halus: menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna,
menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap
dalam bentuk monosakarida.
6. Terdapat dua jenis gerakan dari usus kecil yaitu gerakan peristaltis
dan segmentasi.
f. Intestinum Mayor
1. Usus besar terdiri: seikum colon (asenden, tranversum, descenden
sigmoid) dan rectum.
2. Fungsi usus besar: absorbsi air dan makanan pergerakan serta
eliminasi dan panjang usus besar ± 1 ½ meter, lebarnya 5-6 cm.
3. Kolon menghasilkan mucus yang akan melicinkan feses supaya
tidak melukai dinding kolon.
Gambar 2.4
Anatomi Usus
g. Rektum
1) Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar (udara luar).
2) Terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.
Gambar 2.5
Anatomi Rektum dan Anus

h. Anus
1. Anus adalah bagian dan saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar
2. Letaknya di dasar pelvis
3. Dindingnya diperkuat oleh tiga sfingter, yakni :
a. Sfingter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak
b. Sfingter levator ani, bekerja menurut kehendak
c. Sfingter ani externus, bekerja menurut kehendak

3. ETIOLOGI
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari
sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan
yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin
dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
1. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
2. Faktor makanan
Faktor psikologi

3. MANIFESTASI KLINIS DIARE


1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
2. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
3. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
5. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
6. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (Kusmaul).
Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10.

Gejala Klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++

Sirkulasi N (120) Cepat Cepat sekali


Nadi

Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull

Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
PATHWAY

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulit


berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual,


muntah

Resiko hipovolemi sy sesak


nafsu makan

Gang. Oksigensi
Gangg.Keb.Nutrisi
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

6. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.

7. PENATALAKSANA
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan
glukosa. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena
banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat
b. Pengobatan dietetik
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain.

2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
8. PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE
a. Menggunakan air bersih yang cukup
b. Mencuci tangan dengan sabun
c. Menggunakan jamban yang benar

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA
Sedangkan dampak dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun
4. Gangguan Nutrisi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh klien karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Kebanyakan kuman usus merangsang
kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik
dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola
makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : cekung, kering, sangat cekung
b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 20 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 80 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
f. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB (diare)
5. Gangguan kecemasan b.d kurangnya pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 80 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR :
<20 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung,
sclera mata tidak anemis
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,
K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik,
antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out
put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat, porsi makan habis
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan


proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan


dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Gangguan kecemasan b.d kurangnya pengetahuan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan
tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa
aman pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny E
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Klayan Cirebon
Tanggal Masuk : 14/01/2015 Jam 14.00 WIB
No. MR : 178959
Diagnosa Medis : Diare

2. Keluhan Utama
Bab mencret

3. Pengkajian Primer
a Airway
√ Bebas
Gurgling
Stridor
Wheezing
Ronchi
b Breathing
√ Spontan
Tachipneu
Dyspneu
Apneu

c Circulation
Nadi : √ Kuat Lemah
Warna kulit : An sianotik
Perdarahan : Terkontrol Tidak terkontrol
Turgor : Baik Jelek

d Disability
√ Alert Pupil : √ Isokor Reflek : +
Pain An isokor
Verbal Pin point
Unresponsible Midriasis

4. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengetahui sejak kemarin BAB mencret, perut mual, muntah,
lemas dan badan demam.
2) Riwayat Kesehatan Lalu
Klien pernah mengalami penyakit yang sama tetapi tidak sampai
dirawat dan klien pernah menderita penyakit hipertensi dan
mengalami stroke 2 tahun lalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan diantara anggota keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit yang bersifat herediter, seperti DM, Asma, dll.
4) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 37,5 o C Nadi : 100 x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih, distribusi rambut merata, rambut hitam lurus, tidak ada
ketombe.
2. Telinga
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan klien
dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak
ada nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang
mastoid, tidak ada massa pada kedua telinga.
3. Mata
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata
anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), ptosis (-),
distribusi kedua alis merata, tajam penglihatan normal,
strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata dalam batas
normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua
mata.
4. Hidung
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada
lesi pada hidung, polip (-), keadaan hidung bersih, sianosis (-),
tidak ada nyeri tekan pada area sinus, fungsi penciuman baik.
5. Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir dan mulut kering, tidak ada lesi,
tidak ada gigi yang tanggal, tidak ada karies gigi, fungsi
pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis, asam,
asin dan pahit.
6. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP.
7. Axila
Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
8. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dada simetris,
retraksi dinding dada (+)
Palpasi : tactil fremitus kanan-kiri sama
Perkusi :  kanan-kiri sonor.
Auskultasi :  wheezing (+), ronchi (+), BJ 1-2 murni
9. Abdomen
Inspeksi :   bentuk datar, simetris, tidak tampak
masa/benjolan
Auskultasi:   peristaltic (+) 12 x/m.
Palpasi      :   tidak teraba pembesaran hepar dan limpa,
nyeri tekan pada epigastrik. (+).
Perkusi :   timpani (+).
10. Inguinal
Tidak ada masa/pembesaran pada daerah ingunal kanan dan
kiri.
11. Genetalia
Tidak ada masa, tidak ada lesi, tidak ada keluhan nyeri atau
sulit BAK.
12. Extermitas
Turgor kulit baik, pengisian kapiler (CRT) < 2 detik, terpasang
IV line di lengan sebelah kiri, tidak ada edema, kekuatan otot
5 5
5 5

5) Diagnostik Test
A. Laboratorium : -
B. Radiologi : -
C. EKG : -
D. Terafi
- Infus RL 30 gtt/mnt
- Metronidazole inf 3x1fls
- Ranitidine inj 2x1 amp
- Diaform tab 3x1 tab

II. ANALISA DATA


DATA ETIOLOGI MASALAH

DS Infeksi masuk kedalam usus Perubahan


nutrisi kurang
Klien mengatakan kalau makan
Toksin tidak dapat diserap dari kebutuhan
seperti mau muntah dan perut
tubuh
terasa kembung
Hiperperistaltik

Menurunnya kesempatan usus


DO
menyerap makanan
- Porsi makan habus ½ porsi
Distensi abdomen
- Perut kembung

Mual, kembung

Nafsu makan menurun

Gangguan kebutuhan nutrisi

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya absorpsi makanan dan cairan
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL
TGL RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN YANG DIHARAPKAN

Perubahan nutrisi
1. kurang dari kebutuhan TU - Sajikan makanan dalam - Makanan yang hangat dapat
tubuh berhubungan keadaan hangat merangsang nafsu makan
dengan menurunnya Kebutuhan nutrisi
absorpsi makanan dan terpenuhi
cairan - Untuk menghilangkan rasa mual
- Anjurkan pasien untuk
makan sedikit-sedikit tapi
TUK sering
DS
- Porsi makan habis
Klien mengatakan kalau - Berikan kompres hangat pada
makan seperti mau - Distansi perut berkurang daerah perut yang kembung - Dengan hangat diharapkan dapat
muntah dan perut terasa mengurangi distansi perut dan
kembung - Bising usus merangsang gas untuk keluar

- Kolaburasi dengan
memberikan therapi
DO - Dengan therapy dapat mengurangi
gejala
- Porsi makan habus ½
porsi

- Perut kembung

- Bising usus
V. IMPLEMENTASI & EVALUASI
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN YANG DIHARAPKAN
Perubahan nutrisi
1. kurang dari kebutuhan TU - Menyajikan makanan dalam S: Klien mengatakan rasa mau
tubuh berhubungan keadaan hangat muntah berkurang tidak seperti saat
dengan menurunnya Kebutuhan nutrisi masuk IGD dan perut terasa
absorpsi makanan dan terpenuhi kembung berkurang
cairan
- Menganjurkan pasien untuk
makan sedikit-sedikit tapi
TUK sering O:
DS
- Porsi makan habis - Porsi makan habus ½ porsi
Klien mengatakan kalau - Memberikan kompres hangat
makan seperti mau - Distansi perut berkurang pada daerah perut yang - Perut kembung berkurang
muntah dan perut terasa kembung
kembung - Bising usus - Bising usus

- Kolaburasi dengan
DO memberikan therapi A: Masalah teratasi sebagian
- Porsi makan habus ½
porsi
P: Inetrvensi dilanjutkan
- Perut kembung

- Bising usus

Anda mungkin juga menyukai