Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri
atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada lingkungan
(Depkes RI,2006). Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medis Ruangan
Merpati RSJ Prof. HB. Saanin Padang didapatkan data jumlah pasien perilaku
kekerasan yang dirawat pada bulan Maret 2017 sebanyak 21 orang. Tujuan
penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif.
Penelitian dilakukan pada 2 partisipan di Ruangan Merpati Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang. Proses penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai
Juni 2017 dengan waktu penelitian selama 10 hari. Analisa terhadap proses
keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori.
Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama yaitu klien tidak mampu mengontrol
cara bicaranya yang kasar, klien merasa melihat ada dirinya nya yang lain, klien
hanya mau berinteraksi jika penting. Diagnosa keperawatan jiwa yang didapatkan
yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, dan harga diri rendah. Rencana
keperawatan jiwa yang dilaksanakan sudah terstandar, semua rencana tindakan
keperawatan jiwa dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat
teratasi.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat di Ruang Merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam melakukan asuhan
keperawatan dan memaksimalkan implementasi yang dilakukan.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan di Ruangan Merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2017. penulis
mengucapkan terima kasih :
1. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I dan Ibu Hj.
Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
5. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku kepala RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang
beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian
6. Bapak Ibu dosen serta staff Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orang tua saya yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Rekan - rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepala ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
10. Perawat ruangan rawat inap RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang telah
membantu untuk melakukan penelitian awal.
11. Sahabat saya Yulan, Dini, Devi, Rifki, Jimmy, Gusra, Hasbi, Gian, indah dan
Dino yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Riwayat Pendidikan
ABSTRAK..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................56
B. Saran.........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 4. Surat pengambilan data dan melakukan studi awal di Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang
Lampiran 6. Surat telah selesai melakukan penelitian dari RSJ Prof. HB Saanin
Padang
Menurut Stuart dan Sundeen,1995 dalam Fitria Nita 2012, salah satu
gejala positif dari skizofrenia yang sering muncul adalah Perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun secara psikologis (Keliat,
dkk 2011). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik. Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat
mengarah pada kematian.
Beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik. Tanda dan
gejala verbal yang muncul biasanya mengancam, mengumpat dengan kata-
kata kotor, berbicara dengan nada keras, dan kasar (Fitria Nita, 2012).
Sedangkan tanda dan gejala fisik nya dapat berupa mata
melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, postur tubuh kaku, serta riwayat melakukan perilaku
kekerasan (Badan PPSDM, 2013).
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu kehilangan harga diri karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak,
cepat tersinggung dan lekas marah. Akibatnya frustasi tujuan tidak tercapai
atau terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam, individu
berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, kebutuhan
aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan
membuat individu cepat tersinggung. Dampak atau perubahan yang terjadi
dapat berupa perasaan tidak sabar, cepat marah, dari segi sosial kasar,
menarik diri, dan agresif (Dalami, dkk 2009). Melihat dampak dan
kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan
yang profesional, salah satunya yaitu keperawatan jiwa.
Menurut Suliswati, dkk 2005 dalam Abdul, dkk 2013, keperawatan jiwa
adalah pelayanan keperawatan profesional di dasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang mal adaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-
psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan
jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.
Hasil penelitian Elita,dkk di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun
2010, mencatat bahwa ada sebanyak 1.310 pasien dengan alasan dirawat di
rumah sakit jiwa adalah dengan masalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi sebesar 49,77%, gangguan proses pikir: waham sebesar 4,66%,
perilaku kekerasan sebesar 20,92%, isolasi sosial sebesar 8,70%, gangguan
konsep diri: harga diri rendah sebesar 7,02%, defisit perawatan diri sebesar
3,66%, dan risiko bunuh diri sebesar 5,27%. Berdasarkan hasil data rekam
medik yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa persentase
gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan memiliki persentase tertinggi
kedua setelah halusinasi, yaitu sebesar 20,92.
Berdasarkan survey awal didapatkan data dari medical record pada tahun
2016 di RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pasien dengan gangguan jiwa
sebanyak 10.365 jiwa dengan pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa
dan pasien lama sebanyak 1.174 jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru
sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama sebanyak 3.607 jiwa. Survey awal
yang dilakukan ke salah satu ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang yaitu ruangan Merpati, berdasarkan data 3 bulan terakhir dimulai
dari bulan Desember tahun 2016 sampai dengan bulan Februari 2017
jumlah pasien dengan gangguan perilaku kekerasan mengalami
peningkatan, bulan Desember 2016 di dapatkan data sebanyak 41 orang
mengalami gangguan perilaku kekerasan, pada bulan Januari sebanyak 33
orang, dan bulan Februari 2017 sebanyak 44 orang. Sedangkan pasien
perilaku kekerasan di bulan maret sementara 21 orang dari total 27 pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui Penerapan
asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Perilaku Kekerasan di
RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan
Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang.
b) Mampu mendeskripsikan masalah Keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
c) Mampu mendeskripsikan perencanaan Intervensi pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
d) Mampu mendeskripsikan pelaksanaan Implementasi pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
e) Mampu mendeskripsikan hasil Evaluasi pada pasien dengan
Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang
Pada Tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
a. Respon Adaptif
b. Respon Maladaptif
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
2) Faktor Psikologis
3) Faktor Sosiokultural
b. Faktor Presipitasi
ANCAMAN ATAU
KEBUTUHAN
STRES
ANSIETAS
MARAH
MERASA BERKUASA MENGUNGKAPKAN MERASA KEBUTUHAN
KEMARAHAN NYA TIDAK TERPENUHI
PENGEMBANGAN
KEMARAHAN
BERMUSUHAN KRONIK
PERILAKU KEKERASAN
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan
menurut Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
b. Pandangan tajam.
d. Mengepalkan tangan.
e. Biacara kasar.
5. Mekanisme Koping
a. Sublimasi
b. Proyeksi
d. Reaksi formasi
e. Deplacement
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini
bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan
pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
bemain catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya
seleksi dan ditentukan nya program kegiatannya.
d. Terapi somatic
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
b. Alasan Masuk
Core Problem
MASALAH
NOC NIC
KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Outcome untuk MANAJEMEN PERILAKU :
Kekerasan Internal mengukur dan menilai 1. Tentukan motif atau alasan
kejadian aktual : tingkah laku
1. Menahan diri dari 2. Kembangkan harapan tingkah
perilaku kekerasan laku yang tepat dan
2. Menahan diri dari konsekuensinya, berikan
agresifitas pasien tingkat fungsi kognitif
3. Menahan diri dari dan kapasitas untuk
kemarahan mengontrol diri
Outcome yang 3. Komunikasikan tingkah laku
Berhubungan dengan yang diharapkan dari pasien
Faktor Resiko : dan konsekuensinya bagi
1. Penghentian pasien
terhadap kekerasan 4. Pindahkan barang berbahaya
2. Perlindungan dari lingkungan sekitar pasien
terhadap kekerasan 5. Berikan pengekangan atau
3. Pemulihan terhadap pembebat dengan cara yang
kekerasan: emosi tepat untuk membatasi
4. Pemulihan terhadap pergerakan dan kemampuan
kekerasan: fisik untuk mulai menyakiti diri
5. Pemulihan terhadap sendiri
kekerasan: seksual 6. Sediakan terus menerus
6. Tingkat agitasi pengecekan terhadap pasien
7. Perilaku dan lingkungannya
penghentian 7. Komunikasikan resiko
kekerasan kepada petugas kesehatan
8. Kognisi lain
9. Tingkat delerium 8. Instruksikan pasien untuk
10. Tingkat dimensia melakukan strategi koping
11. Kontrol diri dengan cara yang tepat
terhadap distorsi 9. Antisipasi situasi pemicu
pemikiran yang mungkin membuat
12. Perilaku pasien menyakiti diri dan
penghentian lakukan pencegahan
penyalahgunaan 10. Bantu pasien untuk
obat terlarang mengidentifikasi situasi dan
13. Tingkat atau perasaan yang mungkin
hiperaktifitas memicu perilaku menyakiti
14. Kontrol terhadap diri
impuls 11. Lakukan kontrak dengan
15. Status Neourologi pasien untuk tidak menyakiti
16. Kontrol resiko dir, dengan cara yang tepat
17. Kontrol resiko: 12. Dukung pasien untuk mencari
penggunaan obat penyedia perawatan dan
18. Kontrol resiko: membicarakan dengan
penggunaan penyedia perawatan saat
alkohol kejadian menyakiti diri
19. Deteksi resiko terjadi
20. Tingkat stress 13. Ajarkan dan kuatkan pasien
21. Menahan diri dari untuk melakukan tingkah
bunuh diri laku koping yang efektif dan
22. Resolusi rasa untuk mengekspresikan
bersalah perasaan dengan cara yang
23. Harapan tepat
24. Identitas 14. Berikan pengobatan, dengan
25. Fungsi keluarga cara yang tepat, untuk
26. Integritas keluarga menurunkan cemas,
27. Kesadaran diri menstabilkan alam
28. Fungsi seksual perasaan/mood, dan
29. Identitas seksual menurunkan stimulasi diri
30. Keterampilan 15. Gunakan pendekatan yang
interaksi sosial tenang dan tidak menghukum
31. Keterlibatan sosial pada saat menghadapi
32. Dukungan sosial perilaku menyakiti diri
33. Keinginan untuk 16. Hindari memberikan
hidup penguatan positif pada
34. Menahan diri dari perilaku menyakiti yang
kemarahan dilakukan pasien
35. Kesejahteraan 17. Sebelumnya menetapkan
pribadi konsekuensi apabila pasien
36. Kualitas hidup masih melakukan tingkah
laku menyakiti diri
18. Tempatkan pasien pada
lingkungan yang lebih
terlindungi misalnya area
terbatas atau seklusi jika
impuls menyakiti diri/tingkah
laku menyakiti diri muncul
19. Bantu pasien, dengan cara
yang tepat, untuk mengetahui
tingkat fungsi kognitifnya
dalam rangka
mengidentifikasi dan
mengansumsikan tanggung
jawab terhadap konsekuensi
dari perilaku yang dilakukan
20. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi koping
strategi yang lebih tepat yang
dapat digunakan dan
bagaimana konsekuensinya
21. Monitor pasien terkait dengan
efek samping pengobatan dan
hasil yang diinginkan
22. Sediakan pendidikan
pengobatan untuk pasien atau
standar operasional
23. Sediakan petunjuk bagaimana
jika tingkah laku menyakiti
diri terjadi diluar lingkungan
perawatan bagi keluarga diri
sendiri dan orang lain
24. Monitor pasien untuk adanya
impuls menyakiti diri yang
mungkin memburuk menjadi
pikiran atau sikap bunuh diri
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling
membantu, kemampuan melakukan teknik, psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkerlanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. (S) merupakan
respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan “ bagaimana persaan
ibuk setelah latihan fisik nafas dalam ?” , (O) merupakan respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan
dilakukan atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau
memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. (A) merupakan
analisis ulang atas data subjektif atau objektif utnuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data kontra
indikasi dengan maslah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dan tujuan. (P) merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan
hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan
tindak lanjut oleh perawat.
6. Dokumentasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Peneltian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu studi
kasus. Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel penelitian ini adalah pasien
perilaku kekerasan yang berada diruangan merpati RSJ. Prof. HB
Sa’anin Padang pada tanggal 21 s/d 30 Mei tahun 2017. Pengambilan
sampel dilakukan secara accidential yaitu pasien yang sedang dirawat
dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan saat dilakukan
penelitian. Sampel yang diambil adalah 2 orang pasien dari jumlah total
populasi 39 orang. Dari 39 sampel yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel adalah sebanyak 22 orang, yang bersedia menjadi
responden sebanyak 15 orang sampel. Pengambilan sampel dengan cara
simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara
pengambilan lot nama - nama pasien dan didapatkan 2 orang sampel.
F. Analisis Data
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti pada
Partisipan 1 dan Partisipan 2 meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif
dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya akan membandingkan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 lalu
dibandingkan dengan teori yang sudah ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Deskripsi penelitian Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang tahun 2017
3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan : 3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan :
Pasien mengatakan ketika dirawat beberapa tahun Pasien mengatakan dirinya pernah menjadi pelaku
yang lalu karena putus dari pekerjaan nya, pasien tindak kekerasan, pasien memukul orang tua nya
bekerja sebagai petani dikampungnya, oleh karena jika pasien tidak diberi uang saat diminta. Pasien
itu pasien merasa bingung dan tidak tau harus juga pernah mengalami aniaya fisik oleh kakak nya
bagaimana membiayai keluarga nya yang mengarah saat masih SMA ketika pasien ketahuan mabuk
pada konsumsi alkohol karna diajak teman-teman bersama teman-teman di dekat rumahnya. Pasien
nya. Pasien mengatakan tidak pernah menjadi tidak pernah menjadi pelaku aniaya seksual. Pasien
korban aniaya fisik maupun seksual. mengatakan tidak mau dirawat lagi karna dia
merasa malu dikampungnya dan jadi bahan
pembicaraan serta dikucilkan dari pergaulan
4. Riwayat Konsumsi NAPZA dan Alkohol : 4. Riwayat Penggunaan NAPZA :
Pasien mengatakan lebih sering mengkonsumsi Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi sabu-
alkohol apabila tidak ada hal yang bisa dikerjakan sabu, ganja, dan pil dalam jumlah banyak. Pasien
nya, apalagi ketika pasien tidak memiliki mulai mengkonsumsi NAPZA ketika masih kuliah,
pekerjaan. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani pasien diajak oleh teman-teman nya. Sejak saat itu
dan pengasah batu. Sehabis mabuk bersama teman- pasien mulai sering mengkonsumsi nya dan jika
teman nya pasien mengatakan tidak tau dengan pasien tidak dapat minta kiriman uang dari orang
dirinya nya lagi atau dirinya menjadi dua, pasien tua nya pasien sering marah-marah tidak jelas.
seperti berbicara dengan dirinya yang lain. Oleh Pasien mengkonsumsi hampir setiap hari terutama
karna itu pasien mengatakan tidak pernah sadar jika ganja.
pasien mengamuk dirumah. Pasien mengatakan
menyesal sudah kecanduan alkohol dan ingin
segera berubah.
Pemeriksaan fisik Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn.J didapatkan Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn. I di dapatkan
hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,60C, dan pernapasan 18 x/i. nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,80C, dan pernapasan 19 x/i.
Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 168 cm, dan Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 165 cm, dan
berat badan 60 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan berat badan 62 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan
fisik saat ini. fisik saat ini.
Psikososial 1. Genogram 1. Genogram
Pasien Tn.J (38 tahun) merupakan anak ketiga dari Tn.I adalah anak bungsu atau terakhir dari delapan
empat orang bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal orang bersaudara. Dari delapan orang 6 orang adalah
dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah laki-laki dan 2 orang perempuan. Klien lebih dekat
dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua dengan kedua orang tua nya dan kakak nya anak ke 6
pasien memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul yang sekarang menjadi polisi. Sejak satu tahun yang
dengan siapa saja. Kakak dan adik klien tidak ada yang lalu pasien tinggal dengan kakak nya anak ke 6 karna
mengalami gangguan jiwa, anggota keluarga yang lain orang tua pasien tidak sanggup mengasuh pasien karna
juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. sudah sering memukul kedua orang tua nya. Tidak ada
anggota keluarga pasien yang pernah mengalami
gangguan jiwa. Kakak dan orang tua pasien tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa.
2. Konsep Diri : 2. Konsep Diri :
Pasien mangatakan menyukai semua anggota tubuh Pasien mengatakan bahwa tubuhnya merasa kuat.
nya. Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya Pasien tidak terlalu mempermasalahkan bentuk dan
sebagai kepala keluarga dan anak dari kedua orang struktur tubuhnya. Pasien menganggap dirinya biasa
tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna saja. Pasien mengatakan ia belum puas sebagai seorang
setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan orang anak karna selalu membuat masalah. Pasien
tuanya, pasien ingin segera berubah dari masa lalu nya mengatakan dirinya tidak mempunyai peran apapun di
dan segera bertemu keluarganya. Pasien merasa belum masyarakat. Pasien ingin cepat sembuh dan segera
maksimal dalam membiayai istri dan anak-anak nya. kembali ke rumah. Pasien mengatakan merasa
Pasien merasa lebih senang sendiri, berinteraksi dengan dikucilkan di kampung nya oleh masyarakat sekitar.
orang jika hal-hal yang penting saja.
3. Status Mental : 3. Status Mental :
Penampilan pasien cukup rapi. Pasien berbicara dengan Penampilan pasien cukup rapi. Pasien terlihat banyak
tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan yang bicara tetapi pasien mampu menjawab semua
diberikan. Pasien melakukan aktivitas mandiri seperti pertanyaan yang diberikan. Pasien melakukan aktivita
mandi, makan, beribadah, kadang-kadang menyapu. mandiri seperti makan, mandi, berolahraga tiap pagi.
Saat ini pasien merasa tenang tapi jarang bersosialisasi Saat ini pasien merasa gelisah dan banyak bicara. Isi
dengan teman satu ruangan nya. Isi pikir pasien ingin pikir pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang.
cepat sembuh dan segera pulang. Persepsi pasien Persepi pasien ketika mengkonsumi napza ia lupa diri
mengatakan bahwa ada dirinya yang lain. Pasien dan segala hal. Pasien mengetahui orientasi waktu,
mengetahui orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien tempat, dan orang. Pasien bisa mengingat kejadian di
bisa mengingat kejadian di masa lalu. Pasien mengakui masa lalu. Pasien mengakui penyakit yang sedang
penyakit yang sedang dideritanya. Afek pasien tumpul dideritanya. Afek pasien luas karena pasien mampu
karena ekspresi perasaan berkurang. mengekspresikan semua perasaan nya.
4. Aktifitas dan latihan : 4. Aktifitas dan latihan :
Pasien mampu makan dengan mandiri dan mampu Pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri.
menghabiskan makanannya, makan 3x sehari. Pasien Pasien makan 3x sehari sesuai jadwal makan di rumah
mampu BAB dan BAK tanpa bantuan perawat. Pasien sakit. Pasien mampu BAB dan BAK tanpa bantuan
dapat mandi secara mandiri, mandi 2x sehari pagi dan perawat. Pasien bisa mandi sendiri 2x seari pagi dan
sore hari serta mengganti pakaiannya sehabis mandi, sore serta mengganti pakaian nya sehabis mandi, pasien
pasien memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien mengatakan
mengatakan istirahat/tidur siang kadang-kadang saja, istirahat/tidur siang 3 jam paling lama, tidur malam
tidur malam lebih kurang 6-8 jam. Pasien saat ini lebih kurang 8-9 jam. Saat ini pasien mengkonsumsi
mengkonsumsi obat yang diberikan dari rumah sakit. obat yang diberikan rumah sakit. Pasien mau minum
Pasien minum obat di awasi oleh perawat. Pasien obat dalam pengawasan perawat. Pasien biasanya
biasanya sholat tetapi tidak 5 waktu. Pasien biasanya mengikuti kegiatan diruangan seperti senam,
melakukan senam tiap pagi, terapi aktivitas kelompok. penyuluhan, terapi aktivitas kelompok.
5. Mekanisme koping dan masalah psikosial : 5. Mekanisme koping dan masalah psikososial :
Pasien mampu berbicara dengan orang lain tapi jarang Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain. Pasien
melakukan nya. Pasien tampak banyak bermenung dan tampak lebih banyak bicara, gelisah, dan bingung.
menyendiri. Pasien mampu menyelesaikan masalah nya Pasien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
sendiri selama ada diruangan. Pasien memiliki masalah selama ada diruangan. Pasien mempunyai masalah
dengan pekerjaan, masalah ekonomi, dan masalah berhubungan dengan lingkungan, dan masyarakat di
berhubungan dengan lingkungan. Pasien melampiaskan lingkungan rumahnya. Pasien melampiaskan marah
marah pada objek lain jadi koping yang digunakan pada objek lain jadi koping yang digunakan pasien
pasien adalah sublimasi. adalah sublimasi.
6. Aspek medik : 6. Aspek medik :
Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki
karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah
satu gelaja positif skizofrenia adalah perilaku kekerasan, satu gelaja positif skizofrenia adalah perilaku
pada kasus ini ditemukan gejala tersebut pada Tn. J. kekerasan, pada kasus ini ditemukan gejala tersebut
Terapi medis yang diberikan pada pasien saat ini adalah pada Tn. J. Terapi medis yang diberikan pada pasien
ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x1 mg, dan merlopam saat ini adalah ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x2 mg,
1x1 mg. dan merlopam 1x2 mg.
Rumusan Diagnosa Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan
Keperawatan diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku
kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan
diagnosa prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Berdasarkan diagnosa prioritas ketiga adalah harga diri rendah.
pohon masalah perilaku kekerasan sebagai core problem, Berdasarkan pohon masalah perilaku kekerasan sebagai
halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri
akibat. rendah sebagai akibat.
Rencana Keperawatan Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing
diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi,
dan iolasi sosial. Perawat melatih pasien secara bertahap dan harga diri rendah. Perawat melatih pasien secara
dan membangun hubungan saling percaya diantara perawat bertahap dan membangun hubungan saling percaya diantara
dan pasien. Dari rencana keperawatan terlampir, perawat dan pasien. Dari rencana keperawatan terlampir,
direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari
tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017. tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017.
Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti
serangkaian acara penyuluhan selama dirawat. Selama penyuluhan selama dirawat. Selama pasien dirawat tidak
pasien dirawat tidak ada kunjungan yang dilakukan oleh ada kunjungan yang dilakukan oleh keluarga, oleh sebab itu
keluarga, oleh sebab itu strategi pelaksanaan kepada strategi pelaksanaan kepada keluarga tidak dapat dilakukan.
keluarga tidak dapat di lakukan.
Tindakan Keperawatan Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan
yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa
keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22 keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22
Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan
implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua
halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang
dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei
2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa 2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa
keperawatan isolasi sosial dilakukan tanggal 28 Mei 2017 keperawatan harga diri rendah dilakukan tanggal 28 Mei
s/d tanggal 30 Mei 2017. 2017 s/d tanggal 30 Mei 2017.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan
pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa
keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan
tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang
telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan
kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada
masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan
penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan
tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir. telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada Tn.J
(Partisipan 1) dan Tn.I (Partisipan 2) dengan Perilaku Kekerasan di ruangan merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil
pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di temukan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2
dengan Perilaku Kekerasan, dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis
melakukan suatu proses yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 ditemukan data pasien
dirawat karena tidak mau meminum obat, menghancurkan barang dirumah,
marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan, berbicara dan tertawa
sendiri. Sedangkan data yang ditemukan pada Partisipan 2 adalah memukul
kedua orang tuanya, meninju kaca rumahnya, bicara dan tertawa sendiri,
pasien gelisah dan kebingungan.
Keluhan utama yang ditemukan pada kedua Partisipan sesuai dengan
teori Dermawan (2013) yang menjelaskan bahwa pasien dengan perilaku
kekerasan pada awalnya bisa melakukan tindakan kekerasan atau amuk yang
ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Berdasarkan data yang didapatkan pada kedua partisipan sesuai
dengan teori yang ada dan asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara
teori dan kasus yang ditemukan selama penelitian.
b. Faktor predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 1 didapatkan faktor
predisposisi yang menyebabkan Partisipan 1 mengalami gangguan jiwa
(perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor Psikologis seperti pasien menemui
hambatan karna tidak ada nya pekerjaan yang mengakibatkan pasien
mengkonsumsi alkohol yang menyebabkan pasien kehilangan kendali atas
dirinya dan mengamuk, serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Dari data
yang di temukan tindakan pasien terjadi sebagai hasil akumulasi dari
frustasi. Teori ini mengatakan bahwa pengalaman marah adalah akibat dari
respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat (Badan PPSDM, 2013).
Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 2 didapatkan faktor
predisposisi yang menyebabkan Partisipan 2 mengalami gangguan jiwa
(perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor biologis seperti riwayat penggunaan
NAPZA serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Riwayat penggunaan
NAPZA dan riwayat gangguan jiwa di masa lalu merupakan salah satu faktor
pendukung gangguan jiwa pasien saat ini (Badan PPSDM, 2013). Teori ini
mengatakan bahwa kelainan struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik dapat
menyebabkan skizofrenia (Muhith, 2015).
Disini sudah terdapat kesesuaian antara resume kasus dengan konsep
teori, serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elita,dkk di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun 2010 mengatakan bahwa faktor
predisposisi yang menyebabkan pasien perilaku kekerasan adalah biologis,
psikologis dan sosiokultural. Sedangkan faktor presipitasi yang ditemukan
pada Partisipan 1 dan Partisipan 2, meliputi stressor, keinginan yang tidak
terpenuhi serta putusnya atau hilangnya pekerjaan. Namun yang menjadi
penyebab utama pada kedua pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah
faktor biologis, karena ditemukan riwayat penggunaan NAPZA dan stressor
yang menyebabkan penggunaan alkohol dan mengamuk yang menyebabkan
pasien mengalami gangguan.
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada Partisipan 1 dan
Partisipan 2 sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitria Nita (2012)
bahwa biasanya tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan perilaku
kekerasan dapat berupa verbal dan fisik. Salah satu gejala positif dari
skizofrenia adalah perilaku kekerasan, teori ini dipaparkan oleh Stuart dan
Sundeen di dalam bukunya.
Tidak ditemukan adanya faktor herediter pada kedua pasien yang
diteliti. Pada konsep diri kedua pasien juga sama-sama merasa ingin cepat
berubah dari sikap yang telah dilakukan nya selama ini dan ingin segera
sembuh untuk memperlihatkan perubahan yang mungkin akan dilakukan
kepada keluarga masing-masing. Hal ini mungkin saja terjadi karena faktor
herediter tidak selal muncul pada pasien gangguan jiwa khususnya perilaku
kekerasan.
c. Status Mental
Pada status mental terdapat beberapa perbedaan antara Partisipan 1
dan Partisipan 2 dimana afek pada Partisipan 1 adalah afek tumpul, ini terjadi
karena pasien kurang mampu mengekspresikan perasaannya. Sedangkan pada
Partisipan 2 afek nya luas karena semua perasaan diekspresikan penuh. Afek:
adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat. Saam Zulfan, dkk (2012)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah pada kedua pasien yang diteliti yaitu
Partisipan 1 dan Partisipan 2. Pada Partisipan 1 dengan Perilaku Kekerasan yaitu
halusinasi sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan
isolasi sosial sebagai akibat. Partisipan 2 dengan perilaku kekerasan sebagai core
problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri rendah sebagai akibat. Hal
ini tidak sesuai dengan teori menurut Prabowo Eko (2014) pohon masalah pada
pasien dengan perilaku kekerasan yaitu harga diri yang rendah sebagai penyebab,
perilaku kekerasan sebagai core problem, dan resiko bunuh diri sebagai akibat.
Asumsi peneliti adalah terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang
peneliti temukan di lapangan. Perbedaan terdapat pada penyebab dan akibat dari
perilaku kekerasan, yaitu halusinasi sebagai penyebab, isolasi sosial dan harga
diri rendah sebagai akibat yang ditimbulkan.
3. Rencana Keperawatan
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu perilaku
kekerasan, halusinasi, isolasi sosial dan harga diri rendah. Peneliti tidak
melampirkan strategi pelaksanaan pada pasien dan keluarga pada Partisipan 1 dan
Partisipan 2 di perencana keperawatan.
4. Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Hasil penelitian pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan perilaku
kekerasan terdapat beberapa tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
diantaranya: strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 perilaku kekerasan, strategi
pelaksanaan 1 sampai dengan 4 halusinasi, strategi pelaksanaan 1 sampai dengan
4 isolasi sosial untuk Partisipan 1, dan strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4
harga diri rendah untuk Partisipan 2. Penulis hanya berfokus kepada masalah
pasien karena strategi pelaksanaan keluarga tidak bisa dilakukan disebabkan tidak
ada keluarga yang mengunjungi Partisipan 1 dan Partisipan 2.
Dalam pemberian implementasi perawat juga memberikan reinforcement
positif kepada pasien. Dengan itu pasien tampak lebih bersemangat dalam
melakukan strategi pelaksanaan yang dilakukan. Reinforcement posistif memiliki
power atau kemampuan yang jika di beri secara berulang oleh pelaku tindakan
tanpa adanya paksaan akan memberikan dampak positif (Ngadiran, 2010). ). Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Faizah (2013) dimana
reinforcement positif dapat memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan dan dapat memberikan memotivasi pada pasien.
Penulis tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2, pasien kooperatif dan mau
bekerjasama dengan perawat dalam pelaksanaan tindakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang
diberikan. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai. Dimana pada kasus
penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 9
hari. Ketiga masalah Partisipan 1 dan Partisipan 2 dapat teratasi.
Menurut Trimelia (2011), evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Evaluasi yang
penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara perawat dan klien
tercapai ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan penulis, klien
bersedia berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan
nama dan nama panggilan yang disukai yaitu Tn.J (Partisipan 1) dan Tn.I
(Partisipan 2), klien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya,
selain itu klien juga bersedia diajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
juga mampu memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar dan mampu
melakukan nya secara mandiri.
Evaluasi yang dilakukan pada Partisipan 1 pada diagnosa isolasi sosial,
pasien menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Pasien mau berinteraksi
dengan orang lain, pasien sudah mau bercakap-cakap dengan 4-5 orang atau
lebih selama penulis melakukan evaluasi. Tetapi pasien masih banyak
bermenung. Sedangkan hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi Partisipan 1
menunjukkan kemajuan, pasien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan
baik dan benar serta mengetahui penyebab halusinasi yang dialaminya. Pasien
mengatakan halusinasi lebih sering timbul ketika pasien mengkonsumsi alkohol
dan pasien menjadi lupa diri dan merasa berbicara dengan dirinya sendiri.
Hasil evaluasi Partisipan 2 dari diagnosa keperawatan harga diri rendah
pasien juga menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Pasien tidak lagi
malas melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa ia lakukan. Sedangkan pada
diagnosa keperawatan halusinasi juga menunjukkan kemajuan pasien
mengatakan merasa tenang, pasien juga mampu memperagakan ulang cara
yang dilatih dengan benar sehingga diharapkan halusinasi tidak terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) mengatakan bahwa
pasien mampu melakukan semua strategi pelaksanaan dengan mandiri namun
pasien masih membutuhkan observasi lebih lanjut. Sikap pasien yang sangat
kooperatif merupakan faktor pendukung bagi penulis dalam menilai
perkembangan pasien. Penulis tidak menemukan adanya faktor penghambat
dalam melakukan evaluasi keperawatan, ini dikarenakan kedua pasien sangat
kooperatif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B. SARAN
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa dan atau agar dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien jiwa secara optimal sesuai SOAP yang telah ada.
2. Rumah sakit
Diharapkan pada rumah sakit khususnya perawat ruangan agar dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa lebih
bersungguh-sungguh sesuai dengan SOAP yang telah ada sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
3. Akademik/Institusi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan diharapkan supaya melengkapi perpustakaan
tentang buku-buku keperawatan yang terbaru khususnya buku tentang
keperawatan jiwa.
4. Pembuat studi kasus berikutnya
Dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam membuat studi kasus
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Herman Ade, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Yogyakarta,
Desember 2010.
Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP), Jakarta:
Salemba Medika
Dermawan ,deden .2013. Konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2013
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
A. Pengkajian
Ruang Rawat: Merpati Tanggal Dirawat: 15 Mei 2017
I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn.J
Umur : 38 Tahun
No. Rekam Medik : 03.05.87
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Kampung tangah, Bayang, Pesisir Selatan
c. Trauma
Aniaya Fisik
Penolakan
Tindakan Kriminal
V. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, Ayah pasien sudah
meninggal dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah
dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua pasien
memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul dengan siapa saja.
Kakak dan adik klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, anggota
keluarga yang lain juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Konsep Diri
Citra Tubuh
Identitas Diri
Ideal Diri
Harga Diri
b. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
c. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Kegiatan Ibadah
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang diberikan
c. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien jarang bersosialisasi dengan teman-teman nya selama
diruangan.
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan perasaannya sangat tenang saat ini dan tidak ada yang
ditakutkan.
e. Afek
Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang.
g. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa ada
dirinya yang lain. Klien mengira mungkin karna pengaruh alkohol dan
stress yang dialaminya.
h. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.
i. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang untuk bertemu keluarganya.
j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.
k. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.
m. Kemampuan penilaian
klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana.
b. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.
c. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
d. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut acak-acakan.
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah susah tidur, selama dirawat klien
mengaku tidur cukup dan teratur.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.
b. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan
adalah sublimasi.
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan saat putus bekerja klien merasa bingung untuk
membiayai keluarganya. Klien bekerja sebagai petani.
X. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.
I. Daftar Masalah
1. Respon pasca trauma
2. Harga diri rendah
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Intoleransi aktivitas
5. Hambatan interaksi sosial
6. Isolasi sosial
7. Gangguan persepsi sosial
8. Gangguan proses pikir
9. Gangguan pola tidur
10. Pola koping tidak efektif
11. Kurang pengetahuan
II. Pohon Masalah
Perilaku kekerasanPerilaku
kekerasan
Halusinasi
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Evalusitandadangejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasienmengenalhalusi
nasi yang
dialamidankemampuanpasienmengontrolh
alusinasidenganmenghardik, berikanpujian
3. Evalusimanfaatmengontrolhalusinasidenga
ncaramenghardik
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganpatu
hminumobat (jelaskan 6 benar : jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitasminumobat)
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukminum
obatsesuaijadwal
Berikut ini tindakan keperawatan yang
harus dilakukan agar pasien patuh minum
obat :
a. Jelaskanpentingnyapenggunaanobatpad
agangguanjiwa
b. Jelaskanakibatbilaobattidakdigunakanse
suai program
c. Jelaskanakibatbilaputusobat
d. Jelaskancaraendapatkanobatatauberobat
e. Jelaskancaramenggunakanobatdenganpr
insip 6 benar (jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitasminumobat)
SP 3pasien : Bercakapcakap
1. Evaluasigejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasiendalammengontr
olalusiansidenganmenghardik, minumobat,
berikanpujian
3. Evaluasimanfaatemngontrolhalusinasideng
anmenghardik, minumobatsesuaijadwal
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganberc
akapcakapsaatterjadihalusinasi
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan
SP 4 pasien :
Melakukanaktifitasseharihari
Padatindakankeempatinidapatdiulanguntukbe
berapakegiatanharian.
Semakinbanyakkegiatan yang
dilakukansemakinsedikitkemungkinanberhalu
sinasi. Berikutbeberapakegiatan yang
dapatdilatih
1. Membereskankamar
a. Evalusitandadangejalahalusinasi
b. Validasikemampuanpasiendalammengo
ntrolhalusiansidenganmenghardik,
minumobat, danbercakapcakapdengan
orang lain, berikanpujian
c. Latihcaramengontrolhalusinasidengank
egiatanharian (mulai 2 kegiatan)
d. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukmel
akukankegiatanharian
2. Melakukanaktifitasseharihari :
Mencucipiring
3. Isolasi Sosial Pasien Mampu : Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Melatih Pasien Bercakap -
berinteraksi dengan pertemuan: cakap
orang lain sehingga
tidak terjadi menarik Klien mampu 1. Membina hubungan saling percaya
berkenalan dan 2. Membantu pasien menyadari masalah
diri dari lingkungan isolasi social
berinteraksi dengan
3. Melatih pasien bercakap-cakap secara
cara:
bertahap antara pasien dan anggota
1. melatih pasien keluarga
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap untuk latihan
secara bertahap
antara pasien dan SP 2 Pasien : Berkenalan dengan 2-3 orang
perawat atau satu
orang lain 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi social
2. melatih pasien 2. Validasi kemampuan pasien dalam
bercakap-cakap berkenalan, beri pujian
dengan 2-3 orang 3. Latih cara berbicara saat melakukan
3. melatih pasien kegiatan harian (2-3 orang)
bercakap-cakap 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
dengan 4-5 orang SP 3 Pasien : berkenalan dengan 4-5 orang
4. melatih pasien
bercakap-cakap 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
dengan 4-5 orang 2. Validasi kemampuan berkenalan dan
sambil melakukan bicara saat melakukan kegiatan harian,
kegiatan berikan pujian
3. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan (2 kegiatan baru dengan 4-5
orang)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 4 Pasien : Berkenalan 4-5 orang dan
melakukan kegiatan
21 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 S : Klien mengatakan marah apabila
dan 2) tidak ada pekerjaan yang bisa
dilakukan dan jika pasien terlalu
a) Membina hubungan saling percaya banyak mengkonsumsi alkohol
b) Mengidentifikasi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien
c) Menjelaskan dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak tenang dan mampu
cara latihan fisik (memukul bantal) melakukan latihan fisik (memukul
d) Mencontohkan kepada pasien latihan bantal) seperti yang sudah dijelaskan.
fisik (memukul bantal)
e) Menanyakan perasaan pasien sesudah
dilatih
f) Memberikan pujian atas usaha yang A : Perilaku kekerasan tidak tampak.
dilakukan pasien SP 1 Pasien tercapai, pasien mampu
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara latihan fisik
P : Lanjutkan SP 2 Perilaku
kekerasan dan Evaluasi SP 1
22 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang
perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum
minum obat) obatnya. Klien merasa lebih
mengantuk setelah minum obat.
1. Evaluasi pertemuan sebelumnya
dengan pasien SP1 mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan
fisik O : Klien tampak tenang setelah
2. Latih cara mengontrol halusinasi minum obat dan tidak ada perilaku
dengan patuh minum obat. (Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada
pentingnya penggunan obat, akibat
pasien. Klien tampak tidur 15 menit
bila obat tidak digunakan sesuai
program, akibat bila putus obat, cara setelah minum obat.
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan
prinsip 6 benar minum obat: jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat. A : Klien tidak bisa minum obat
3. Menanyakan perasaan dan pendapat sendiri dan selalu diawasi perawat.
klien setelah minum obat. SP 2 belum optimal
P : Lanjutkan SP 3 Perilaku
kekerasan dan evaluasi kegiatan 1
dan 2
23 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan kurang pandai
perilaku kekerasan dengan cara verbal) dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya. Klien lebih memilih
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku diam dan tidak mengungkapkan apa
kekerasan dengan cara latihan fisik
dan 6 benar minum obat. yang ada dalam fikiran nya. Oleh
2. Menjelaskan dan melatih cara sebab itu klien sering mengamuk jika
mengontrol perilaku kekerasan dengan masalah nya menumpuk.
cara verbal yaitu meminta,
mengungkapkan, dan menolak dengan
benar.
3. Berikan pujian dan tanya bagaimana O : Klien mampu menolak dan
perasaan pasien setelah melakukan meminta dengan benar. Klien kurang
latihan. bisa dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya.
A : Latihan SP 3 belum optimal
24 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang
perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama
dirumah. Klien sudah mulai
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku beribadah selama dirawat tetapi tidak
kekerasan dengan cara latihan
fisik, 6 benar minum obat, dan dilakukan penuh.
cara verbal.
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah
spiritual (beribadah, sholat,
sholat diruangan. Klien
berdoa, membaca kitab suci)
P : Lanjutkan SP 2 halusinasi,
evaluasi kegiatan SP 1
25 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi obat) mendengar suara-suara aneh, melihat
pendengaran bayangan dirinya. Klien mengaku
a) Evaluasi manfaat mengontrol sudah tenang.
halusinasi dengan cara menghardik
b) Latih cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. O : Klien tidak tampak berbicara dan
(Jelaskan pentingnya penggunan tertawa sendiro. Klien tampak tenang
obat, akibat bila obat tidak tetapi jarang berinteraksi.
digunakan sesuai program, akibat
bila putus obat, cara mendapatkan
obat/berobat. Jelaskan prinsip 6
benar minum obat: jenis, waktu, A : SP 2 belum optimal, klien belum
dosis, frekuensi, cara dan mampu meminum obat sendiri. Klien
kontinuitas minum obat. hanya tau waktu minum obat tidak
tau dosis dan jenis obat nya.
26 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat
pendengaran bayangan dirinya. Klien mengaku
a) Evaluasi gejala halusinasi sudah tenang.
27 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 1 : bercakap – cakap S : Klien mengatakan namanya
dengan satu orang Juprianto dan klien mengatakan
malas untuk berinteraksi jika tidak
a) Membina hubungan saling hal yang penting. Klien lebih senang
percaya
b) Membantu pasien menyadari sendiri.
masalah isolasi sosial
c) Melatih pasien bercakap-cakap
secara bertahap antara pasien dan O : Klien tampak banyak sendiri dan
anggota keluarga
bermenung, klien mempraktikan cara
berkenalan.
28 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang bisa
dengan 2-3 orang berkenalan dengan orang lain
29 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan sudah
dengan 4-5 orang berkenalan dengan 2-3 orang
didalam ruangan
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi
sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan
dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian O : klien tampak ikut dalam kegiatan
c) Latih cara berbicara saat di dalam ruangan dan mulai
melakukan kegiatan (2 kegiatan berbicara dengan orang lain
baru dengan 4-5 orang)
30 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 4 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang
dengan 4-5 orang dan melakukan mengikuti kegiatan karena banyak
kegiatan teman
B. Pengkajian
Ruang Rawat: Merpati Tanggal Dirawat: 7 Mei 2017
Aniaya Seksual
Penolakan
Tindakan Kriminal
XVI.Psikososial
d. Genogram
Keterangan :
Pasien merupakan anak ke 8 dari orang bersaudara, kedua orang tua
masih hidup dan tinggal dikampung nya bayang pesisir selatan. Dari 8
orang bersaudara 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Kakak klien
anak ketiga sudah meninggal dunia. Sebelum tinggal dengan kakak klien
anak ke 6, klien tinggal bersama orang tua nya dipesisir selatan. Tidak
ada anggota keluarga klien yang pernah mengalami gangguan jiwa.
Konsep Diri
Citra Tubuh
Identitas Diri
Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai anak dari
orang tuanya karna selalu menyusahkan orang tua nya dan merasa
tidak berguna karna selalu membuat masalah.
Peran Diri
Ideal Diri
Harga Diri
e. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
Klien mengatakan tidak bisa mengontrol cara bicara nya yang kasar.
f. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Kegiatan Ibadah
p. Pembicaraan
Klien banyak bicara tetapi mampu menjawab semua pertanyaan yang
diberikan
q. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien tampak sering berinteraksi dengan orang lain.
r. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sangat gelisah karna tidak dijemput atau
dijenguk oleh keluarganya
s. Afek
Afek klien luas karna klien mampu mengungkapkan semua isi perasaan
nya
u. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan hanya ingat saat
mengkonsumsi NAPZA, klien mengatakan tidak tau apa-apa bahkan
klien tidak sadar sudah memukuli kedua orang tuanya. Klien juga ingat
bahwa klien melihat ada orang yang akan mengambil harta warisan
keluarganya.
v. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.
w. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang untuk bertemu orang tuanya.
x. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.
y. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.
k. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.
l. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
m. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut klien rapi
n. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah sakit istirahat cukup, karna setelah
minum obat klien mengaku sangat mengantuk.
o. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.
p. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.
d. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan
adalah sublimasi.
m. Masalah ekonomi
Klien mengatakan marah apabila dia tidak diberi uang jajan atau tidak
diberi saat diminta
XXI. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.
XXIII.Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : - Klien mengatakan mudah Perilaku kekerasan
marah tanpa sebab
- Klien mengatakan tidak
mampu mengontrol cara
bicaranya yang kasar
- Klien marah apabila tidak
diberi uang jajan
- Klien mengatakan akan kasar
apabila kehendaknya tidak
dituruti
Perilaku kekerasan
Halusinasi
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
21 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 S : Klien mengatakan mudah marah
dan 2) dan klien tidak bisa mengontrol cara
bicaranya yang kasar.
g) Membina hubungan saling percaya
h) Mengidentifikasi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien
i) Menjelaskan dan melatih cara O : Klien tampak banyak bicara dan
mengontrol perilaku kekerasan dengan mampu melakukan latihan fisik
cara latihan fisik (memukul bantal) (memukul bantal) seperti yang sudah
j) Mencontohkan kepada pasien latihan
dijelaskan.
fisik (memukul bantal)
k) Menanyakan perasaan pasien sesudah
dilatih
l) Memberikan pujian atas usaha yang A : Perilaku kekerasan verbal
dilakukan pasien tampak. SP 1 Pasien tercapai, pasien
mampu mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik
P : Lanjutkan SP 2 Perilaku
kekerasan dan Evaluasi SP 1
22 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang
perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum
minum obat) obatnya. Klien merasa lebih
mengantuk setelah minum obat.
4. Evaluasi pertemuan sebelumnya Klien tidak tau nama obat yang
dengan pasien SP1 mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan diminum. Dan tidak bisa minum obat
fisik sendiri
5. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. (Jelaskan
pentingnya penggunan obat, akibat
O : Klien tampak tenang setelah
bila obat tidak digunakan sesuai
program, akibat bila putus obat, cara minum obat dan tidak ada perilaku
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada
prinsip 6 benar minum obat: jenis, pasien. Klien tampak tidur 15 menit
waktu, dosis, frekuensi, cara dan setelah minum obat.
kontinuitas minum obat.
6. Menanyakan perasaan dan pendapat
klien setelah minum obat.
A : Klien tidak bisa minum obat
sendiri dan selalu diawasi perawat.
SP 2 belum optimal
P : Lanjutkan SP 3 Perilaku
kekerasan dan evaluasi kegiatan 1
dan 2
23 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan tidak bisa
perilaku kekerasan dengan cara verbal) mengontrol cara bicara nya yang
kasar, seperti memaksa orang lain
4. Evaluasi cara mengontrol perilaku mengambilkan ia minum atau
kekerasan dengan cara latihan fisik
dan 6 benar minum obat. makan. Kasar saat meminjam handuk
5. Menjelaskan dan melatih cara atau sendal orang lain yang ada
mengontrol perilaku kekerasan dengan diruangan.
cara verbal yaitu meminta,
mengungkapkan, dan menolak dengan O : Klien tampak banyak bicara.
benar. Klien mampu meminta dan menolak
6. Berikan pujian dan tanya bagaimana dengan baik. Klien mengerti tujuan
perasaan pasien setelah melakukan dari latihan yang diajarkan
latihan.
24 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang
perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama
dirumah. Klien ada melakukanibadah
3. Evaluasi cara mengontrol perilaku selama dirawat, klien mengatakan
kekerasan dengan cara latihan
fisik, 6 benar minum obat, dan pernah menjadi imam saat sholat
cara verbal.
4. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah
spiritual (beribadah, sholat,
sholat diruangan. Klien mampu
berdoa, membaca kitab suci)
istighfar dan berdoa sendiri saat akan
merasa marah. Klien mampu
melakukan latihan yang di ajarkan
sendiri
P : Lanjutkan SP 2 halusinasi,
evaluasi kegiatan SP 1
25 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi obat) melihat orang yang sering dilihatnya
pennglihatan yg akan mengambil harta warisan
c) Evaluasi manfaat mengontrol keluarganya. Klien mengaku sudah
halusinasi dengan cara menghardik tenang dan tidak pernah melihatnya
d) Latih cara mengontrol halusinasi lagi
dengan patuh minum obat.
(Jelaskan pentingnya penggunan
obat, akibat bila obat tidak
O : Klien tidak tampak berbicara dan
digunakan sesuai program, akibat
bila putus obat, cara mendapatkan tertawa sendiri. Klien tampak tenang
obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 tetapi banyak bicara. Klien
benar minum obat: jenis, waktu, mengatakan tidak tau obat yang
dosis, frekuensi, cara dan diminum nya
kontinuitas minum obat.
A : SP 2 belum optimal, klien belum
mampu meminum obat sendiri. Klien
hanya tau waktu minum obat tidak
tau dosis dan jenis obat nya.
26 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat
penglihatan orang yg sering dilihatnya tersebut.
d) Evaluasi gejala halusinasi Klien mengaku sudah tenang.
28 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 2 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan sudah
pertemuan 2 melakukan kegiatan pertama yaitu
a) Validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama yang merapikan tempat tidur, klien dapat
telah dilatih dan berikan pujian menyebutkan alat untuk kegiatan
b) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan kedua menyapu ruangan
pertama
c) Bantu pasien memilih kegiatan kedua
yang akan dilatih
d) Latih kegiatan kedua (alat dan cara) O : Klien tampak sudah bisa
melakukan kegiatan, kontak mata
sudah ada
29 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 3 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan drinya senang
pertemuan 3 dapat melakukan kegiatan, klien
d) Validasi kemampuan melakukan mengatakan senang dan tenang
kegiatan pertama, dan kedua yang
telah dilatih dan berikan pujian O : Kien tampak sudah bisa
e) Bantu pasien melih kegitan ketiga menyiapkan makanan, klien sudah
yang akan dilatih
tampak bersemangat
f) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
A : Klien mampu melakukan
kegiatan secara mandiri
30 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 4 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan senang
pertemuan 4 mengikuti kegiatan karena
(2)Validasi kemampuan melakukan membuatnya lebih bersemangat
kegiatan ertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
(3)Evaluasi manfaat melakukan kegiatan
pertama, kedua dan ketiga O : klien tampak bersemangat dan
(4)Bantu pasien memilih kegiatan mengikuti kegiatan selama
keempat yang akan dilatih diruangan. Klien mampu melakukan
(5)Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
kegiatan sendiri tanpa arahan
perawat