Anda di halaman 1dari 140

`

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN DI RUANGAN MERPATI RUMAH SAKIT
JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

PUJA SUKMA PRAYEKA


NIM : 133110254

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN DI RUANGAN MERPATI RUMAH SAKIT
JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan

PUJA SUKMA PRAYEKA


NIM: 133110254

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


Puja Sukma Prayeka

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan di Ruang


Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

Isi : viii + 57 Halaman + 8 Lampiran

ABSTRAK

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri
atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada lingkungan
(Depkes RI,2006). Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medis Ruangan
Merpati RSJ Prof. HB. Saanin Padang didapatkan data jumlah pasien perilaku
kekerasan yang dirawat pada bulan Maret 2017 sebanyak 21 orang. Tujuan
penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
tahun 2017.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif.
Penelitian dilakukan pada 2 partisipan di Ruangan Merpati Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang. Proses penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai
Juni 2017 dengan waktu penelitian selama 10 hari. Analisa terhadap proses
keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori.

Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama yaitu klien tidak mampu mengontrol
cara bicaranya yang kasar, klien merasa melihat ada dirinya nya yang lain, klien
hanya mau berinteraksi jika penting. Diagnosa keperawatan jiwa yang didapatkan
yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, dan harga diri rendah. Rencana
keperawatan jiwa yang dilaksanakan sudah terstandar, semua rencana tindakan
keperawatan jiwa dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat
teratasi.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat di Ruang Merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam melakukan asuhan
keperawatan dan memaksimalkan implementasi yang dilakukan.

Kata Kunci (Key Word) : Perilaku Kekerasan, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka: 21 (1997-2016)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan di Ruangan Merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2017. penulis
mengucapkan terima kasih :

1. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I dan Ibu Hj.
Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Padang
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang
5. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku kepala RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang
beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian
6. Bapak Ibu dosen serta staff Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orang tua saya yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Rekan - rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Kepala ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
10. Perawat ruangan rawat inap RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang telah
membantu untuk melakukan penelitian awal.
11. Sahabat saya Yulan, Dini, Devi, Rifki, Jimmy, Gusra, Hasbi, Gian, indah dan
Dino yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, 25 April 2017


Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : Puja Sukma Prayeka
NIM : 133110254
Tempat / Tanggal Lahir : Padang / 13 September 1994
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Buskarni
Ibu : Yeni Febri Aspur
Alamat : Jalan intan XI no. 258 Pegambiran Ampalu
Kec. Lubuk Begalung Padang

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 TK Pertiwi V 1999 – 2000

2 SDN 35 Pegambiran Padang 2000 - 2006

3 SMP N 24 Padang 2006 - 2009

4 SMAS Pertiwi 1 Padang 2009 - 2012

Prodi Keperawatan Padang, Jurusan


5 D III Keperawatan, Poltekkes 2013 - 2017
Kemenkes RI Padang
DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar...........................................................................................8
1. Pengertian..........................................................................................8
2. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.................................................8
3. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan...............................................9
4. Psikodinamika Terjadinya Perilaku Kekerasan..................................11
5. Tandadan Gejala Perilaku Kekerasan................................................12
6. Mekanisme Koping............................................................................12
7. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan.................................................13

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Perilaku Kekerasan..............14


1. Pengkajian..........................................................................................14
2. Pohon masalah...................................................................................22
3. Masalah keperawatan.........................................................................22
4. Intervensi keperawatan......................................................................22
5. Implementasi keperawatan.................................................................31
6. Evaluasi keperawatan.........................................................................32
7. Dokumentasi keperawatan.................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.....................................................................................34
B. Tempat dan waktu....................................................................................34
C. Populasi dan sampel.................................................................................34
D. Instrument pengumpulan data..................................................................35
E. Jenis dan pemgumpulan data...................................................................36
F. Analisa Data.............................................................................................37
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi kasus.........................................................................................38
1. Pengkajian...........................................................................................38
2. Diagnosa keperawatan........................................................................44
3. Intervensi Keperawatan......................................................................45
4. Implementasi keperawatan.................................................................45
5. Evaluasi keperawatan.........................................................................46
B. Pembahasan..............................................................................................47
1. Pengkajian...........................................................................................47
2. Diagnosa keperawatan........................................................................49
3. Intervensi keperawatan.......................................................................51
4. Implementasi keperawatan.................................................................53
5. Evaluasi keperawatan.........................................................................54

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................56
B. Saran.........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan................................................................22

Tabel 4.1 Deskripsi Penelitian.....................................................................38


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon perilaku kekerasan..........................................8

Gambar 2.2 Psikodinamika terjadinya perilaku kekerasan..........................11

Gambar 2.3 Pohon masalah....... .................................................................22


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform consent responden

Lampiran 2. Asuhan keperawatan jiwa Partisipan 1 dan Partisipan 2

Lampiran 3. Lembar konsultasi proposal penelitian

Lampiran 4. Surat pengambilan data dan melakukan studi awal di Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang

Lampiran 5. Surat izin melakukan penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6. Surat telah selesai melakukan penelitian dari RSJ Prof. HB Saanin
Padang

Lampiran 7. Daftar hadir penelitian

Lampiran 8. Ganchart Kegiatan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana


seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Sehat jiwa merupakan suatu
kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia (Badan PPSDM, 2013).
Ciri-ciri sehat jiwa yaitu seseorang mampu menghadapi kenyataan,
mendapat kepuasan dari usahanya, bebas dari rasa cemas, mengarahkan
rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif (Herman
Ade, 2011)

Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah


fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa
adalah respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal,
dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma lokal atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial,
pekerjaan dan atau fisik (Ruti,dkk 2010). Gangguan jiwa ditemukan di
semua negara, pada perempuan dan laki-laki, pada semua tahap
kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun
perkotaan mulai dari yang ringan sampai yang berat (Abdul,dkk 2013).

World Heatlh Organisation (2009) dalam Fitria Nita (2012)


memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh dunia mengalami
gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk di perkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Gangguan jiwa juga
berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus
bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa, ini termasuk dampak
dari gangguan jiwa yg mana dapat melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Badan PPSDM, 2012)

Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia


mencapai 0,4%. Hal ini berarti terdapat lebih dari satu juta orang di
indonesia yang mengalami gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut
diketahui 11,6% penduduk indonesia mengalami gangguan mental
emosional (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2013 jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 jiwa (Riskesdas, 2013). Begitu juga di Sumatera Barat Jumlah
penderita gangguan jiwa pada tahun 2008 data Dinas Provinsi Sumatera
Barat dari jumlah penduduk 3.198.726 orang ada 0,26 % yang menderita
gangguan jiwa. Data Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2009 dari
jumlah penduduk di kota Padang 839.190 orang, yang mengalami
gangguan jiwa di kota Padang sebanyak 0,75 %.

World Health Organisation (WHO) menyebutkan masalah utama


gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan
pada otak dan pola pikir, skizofrenia mempunyai karateristik dengan gejala
positif dan negatif. Gejala positif antara lain : delusi, halusinasi,
waham,disorganisasi pikiran. Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara
jarang, afek tumpul, menarik diri dari masyarakat dan rasa tidak nyaman
(Ruti,dkk 2010).

Menurut Stuart dan Sundeen,1995 dalam Fitria Nita 2012, salah satu
gejala positif dari skizofrenia yang sering muncul adalah Perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun secara psikologis (Keliat,
dkk 2011). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik. Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat
mengarah pada kematian.

Beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik. Tanda dan
gejala verbal yang muncul biasanya mengancam, mengumpat dengan kata-
kata kotor, berbicara dengan nada keras, dan kasar (Fitria Nita, 2012).
Sedangkan tanda dan gejala fisik nya dapat berupa mata
melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, postur tubuh kaku, serta riwayat melakukan perilaku
kekerasan (Badan PPSDM, 2013).

Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu kehilangan harga diri karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak,
cepat tersinggung dan lekas marah. Akibatnya frustasi tujuan tidak tercapai
atau terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam, individu
berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, kebutuhan
aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan
membuat individu cepat tersinggung. Dampak atau perubahan yang terjadi
dapat berupa perasaan tidak sabar, cepat marah, dari segi sosial kasar,
menarik diri, dan agresif (Dalami, dkk 2009). Melihat dampak dan
kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan
yang profesional, salah satunya yaitu keperawatan jiwa.

Menurut Gail W.Stuart. 2006 Keperawatan jiwa adalah proses


interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku
pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau
klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau
komunitas. American Nurses Association (ANA), mendefenisikan
keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.

Menurut Suliswati, dkk 2005 dalam Abdul, dkk 2013, keperawatan jiwa
adalah pelayanan keperawatan profesional di dasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang mal adaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-
psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan
jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.

Hasil penelitian Elita,dkk di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun
2010, mencatat bahwa ada sebanyak 1.310 pasien dengan alasan dirawat di
rumah sakit jiwa adalah dengan masalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi sebesar 49,77%, gangguan proses pikir: waham sebesar 4,66%,
perilaku kekerasan sebesar 20,92%, isolasi sosial sebesar 8,70%, gangguan
konsep diri: harga diri rendah sebesar 7,02%, defisit perawatan diri sebesar
3,66%, dan risiko bunuh diri sebesar 5,27%. Berdasarkan hasil data rekam
medik yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa persentase
gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan memiliki persentase tertinggi
kedua setelah halusinasi, yaitu sebesar 20,92.

Berdasarkan survey awal didapatkan data dari medical record pada tahun
2016 di RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pasien dengan gangguan jiwa
sebanyak 10.365 jiwa dengan pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa
dan pasien lama sebanyak 1.174 jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru
sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama sebanyak 3.607 jiwa. Survey awal
yang dilakukan ke salah satu ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang yaitu ruangan Merpati, berdasarkan data 3 bulan terakhir dimulai
dari bulan Desember tahun 2016 sampai dengan bulan Februari 2017
jumlah pasien dengan gangguan perilaku kekerasan mengalami
peningkatan, bulan Desember 2016 di dapatkan data sebanyak 41 orang
mengalami gangguan perilaku kekerasan, pada bulan Januari sebanyak 33
orang, dan bulan Februari 2017 sebanyak 44 orang. Sedangkan pasien
perilaku kekerasan di bulan maret sementara 21 orang dari total 27 pasien.

Data yg ditemukan di semua ruangan RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada 3


bulan terakhir ruangan yang memiliki pasien dengan perilaku kekerasan
terbanyak yaitu di ruangan merpati dengan 129 orang pasien perilaku
kekerasan dari total 155 orang pasien yang dirawat di ruangan tersebut,
merupakan jumlah terbanyak dari semua ruangan yg ada.

Hasil wawancara dengan perawat pelaksana diruangan merpati RSJ. Prof.


HB Saanin Padang di temukan masalah asuhan keperawatan dari
intervensi yang diberikan berupa strategi pelaksanaan pada pasien perilaku
kekerasan, dimana pasien masih kurang patuh dalam mengikuti dan atau
melaksanakan minum obat. Biasanya pasien menaruh obat dibawah lidah
dan dimuntahkan kembali, masalah ini ditemukan pada beberapa orang
pasien.

Berdasarkan pemaparan yang telah di jelaskan di atas maka peneliti


tertarik mengangkat kasus tentang Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang
Tahun 2017

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan


peneliti adalah bagaimana cara menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
Pasien Perilaku Kekerasan Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang Pada
Tahun 2017.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui Penerapan
asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Perilaku Kekerasan di
RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan
Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang.
b) Mampu mendeskripsikan masalah Keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
c) Mampu mendeskripsikan perencanaan Intervensi pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
d) Mampu mendeskripsikan pelaksanaan Implementasi pada pasien
dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin
Padang.
e) Mampu mendeskripsikan hasil Evaluasi pada pasien dengan
Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang
Pada Tahun 2017.

2. Bagi Rumah Sakit


Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi
petugas kesehatan Rumah Sakit Prof. HB, Saanin Padang dalam
meningkatkan mutu pelayanan dan Profesionalitas khususnya dalam
kasus Perilaku Kekerasan. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai data pembanding dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
untuk pengembangan ilmu dalam penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan di RSJ. Prof. HB,
Saanin Padang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada


diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan
pada lingkungan. (Depkes RI,2006). Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz,
1993 dalam Dermawan,Deden, 2013).

Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku


yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk, 2011). Sedangkan, Stuart dan Laraia (2005),
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang
ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam,
baik berupa ancaman serangan fisik ataupun konsep diri.

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 2.1: Rentang Respon Perilaku Kekerasan Menurut


(Keliat, 1996)

a. Respon Adaptif

1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa


menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
2) Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidak dapat menemukan alternative.

b. Respon Maladaptif

1) Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan nya.

2) Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan


untuk menuntut tetapi masih terkontrol.

3) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta


hilang nya control.

3. Proses Terjadinya Masalah Perilaku Kekerasan

Menurut Badan PPSDM (2013) Proses terjadinya perilaku kekerasan


dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Struart yang
meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

Meliputi adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa,


riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.

2) Faktor Psikologis

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis


terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat, seperti
kesehatan fisik terganggu, hubungan social yang terganggu.
Salah satu kebutuhan manusia adalah “berprilaku” apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.

3) Faktor Sosiokultural

Fungsi dan hubungan social yang terganggu disertai


lungkungan social yang mengancam kebutuhan individu, yang
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
Norma dan budaya dapat mempengaruhi individu untuk
berperilaku asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara lansung melalui proses sosialisasi, merupakan
proses meniru dari lingkungan yang menggunakan perilaku
kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan


pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan
orang yang lain. Stressor tersebut dapat merupakan penyebab
yang bersifat faktor eksternal maupun internal dari individu.

Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan


kehilangan dan kegagalan dalam kehidupan (pekerjaan,
pendidikan, dan kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran
terhadap penyakit fisik.

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian social yang


berubah seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan
yang menghina, lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya
hubungan social/kerja/sekolah

ANCAMAN ATAU
KEBUTUHAN

4. Psikodinamika Terjadinya Perilaku Kekerasan

STRES

ANSIETAS

MARAH
MERASA BERKUASA MENGUNGKAPKAN MERASA KEBUTUHAN
KEMARAHAN NYA TIDAK TERPENUHI

MENANTANG MENYADARKAN AKAN


KEBUTUHANNYA MEMAKSAKAN
KEHENDAK
TIDAK ADA PENYELESAIAN
MASALAH
MEMENUHI KEBUTUHANNYA MENANTANG DAN
MENGANCAM

MARAH BERKEPANJANGAN MARAH TERATASI


KEBUTUHAN TIDAK
TERPENUHI

MENARIK DIRI DARI


KEHIDUPAN
MENARIK DIRI DARI
KEHIDUPAN

MENGATAKAN DIRINYA TIDAK


BERHARGA DAN TIDAK
BERGUNA

PENGEMBANGAN
KEMARAHAN

BERMUSUHAN KRONIK

PERILAKU KEKERASAN

KEMARAHAN DIARAHKAN PADA DIRI


KEMARAHAN DIARAHKAN KELUAR
SENDIRI

RESIKO BUNUH DIRI RESIKO MENCEDERAI ORANG LAIN


DAN LINGKUNGAN

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Masalah Perilaku Kekerasan (Rawlins et all,


1993 dalam Depkes RI, 2000)
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan
menurut Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

a. Muka merah dan tegang.

b. Pandangan tajam.

c. Mengatup rahang dengan kuat.

d. Mengepalkan tangan.

e. Biacara kasar.

f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak.

g. Mengancam secara verbal dan fisik.

h. Melempar atau memukul benda/orang lain.

i. Merusak barang atau benda.

j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku


kekerasan.

5. Mekanisme Koping

Menurut Eko Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada


pasien perilaku kekerasan untuk melindungi diri antara lain:

a. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata


masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal.

b. Proyeksi

Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang


tidak baik.
c. Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk


kealam sadar.

d. Reaksi formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan


melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan
nya sebagai rintangan.

e. Deplacement

Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada


objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi.

6. Penatalaksanaan

Menurut Eko Prabowo (2014) penatalaksanaan pada klien dengan


perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

a. Terapi Farmakologi

Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan pengobatan


yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang
mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: Clorpromazine HCL
yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada
dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperazine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer
bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan
anti agitasi.

b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini
bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan
pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
bemain catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya
seleksi dan ditentukan nya program kegiatannya.

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan


perawatan lansung pada setiap keadaan pasien. Keluarga yang
mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladatif, menanggulangi perilaku maladaptive, dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilaku adaptif sehingga
derajat kesehatan pasien dapat ditingkatkan secara optimal.

d. Terapi somatic

Menurut Depkes RI (2000) menerangkan bahwa terapi somatik


terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi
fisik pasien, tetapi target terapi adalah perilaku pasien.

e. Terapi kejang listrik (ECT)

Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT)


adalah bentuk terapi yang diberikan kepada pasien dengan
menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan di pelipis pasien. Terapi ini awalnya
untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 kali sehari dalam
seminggu (seminggu 2 kali).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan


kontrak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2) Usia dan No. Rekam Medik.

b. Alasan Masuk

Biasanya alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu


pasien sering mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman,
kata-kata kasar, ungkapan ingin memukul serta memecahkan
perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah pasien terlihat
memerah dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga
pada saat itu yaitu dengan mengurung pasien atau memasung
pasien. Tindakan yang dilakukan keluarga tidak dapat merubah
kondisi ataupun perilaku pasien
c. Faktor Predisposisi
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya pernah
mendapat perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan
masih meninggalkan gejala sisa, sehingga pasien kurang dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa timbul
merupakan akibat trauma yang dialami pasien berupa
penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan,
tindakan kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun
melakukan kekerasan tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat
ketika pasien marah, mata merah, mata melotot, pandangan mata
tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang mengancam, kasar dan
kata-kata kotor, tangan menggepal, rahang mengatup serta postur
tubuh yang kaku.
e. Psiokososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan keluarga
pasien, apakah anggota keluarga ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami oleh pasien.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi pasien
terhadap tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan merupakan
anggota dari masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien
mengalami gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan maka
interaksi antara pasien dengan keluarga maupun masyarakat
tidak efektif sehingga pasien tidak merasa puas akan status
ataupun posisi pasien sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
c) Peran diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat
melakukan peran dan tugasnya dengan baik sebagai
anggota keluarga dalam masyarakat.
d) Ideal diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan ingin
diperlakukan dengan baik oleh keluarga ataupun
masyarakat sehingga pasien dapat melakukan perannya
sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan
baik.
e) Harga diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki
hubungan yang kurang baik dengan orang lain sehingga
pasien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
f. Hubungan social
Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama dengan
ibunya. Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar, melempar
atau memukul orang lain, sehingga pasien tidak pernah berkunjung
ke rumah tetangga dan pasien tidak pernah mengikuti kegiatan
yang ada di lingkungan masyarakat.
g. Spiritual
1) Nilai keyakinan
Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
h. Status mental
Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi, rambut
acak-acakan, mulut dan gigi kotor, badan pasien bau.
i. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi,
dan berteriak (menggebu-gebu).
j. Aktivitas Motorik
Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan
tangan yang mengepal dan graham yang mengatup, mata yang
merah dan melotot.
k. Alam Perasaan
Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
l. Afek
Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika diberikan
stimulus yang menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil
dengan emosi yang cepat berubah. Pasien juga akan bereaksi bila
ada stimulus emosi yang kuat.
m. Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif,
bermusuhan, serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam
serta pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
n. Persepsi
Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu
yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak
nyata.

o. Proses atau Arus Pikir


Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu pembicaraan
yang terhenti tiba-tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa
gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
p. Isi Pikir
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau
ketakutan patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi
tertentu.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya
yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan
yang diulang-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang
canggung serta pasien terlihat kacau.
r. Memori
Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang
konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi
gangguan yang dialaminya.
s. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu
berkonsentrasi, pasien selalu meminta agar pernyataan
diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya
pasien pernah menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki
masalah dalam berhitung (penambahan maupun pengurangan).
t. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti
jika disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan atau
mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih
dahulu.
u. Daya tilik diri
Biasanya pasien menyadari bahwa ia berada dalam masa
pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil.
v. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
Biasanya pasien makan 3x sehari dengan porsi (daging, lauk
pauk, nasi, sayur, buah).
2) BAB/BAK
Biasanya pasien menggunakan toilet yang disediakan untuk
BAB/BAK dan membersihkannya kembali.
3) Mandi
Biasanya pasien mandi 2x sehari dan membersihkan rambut
1x2 hari. Ketika mandi pasien tidak lupa untuk menggosok
gigi.
4) Berpakaian
Biasanya pasien mengganti pakaiannya setiap selesai mandi
dengan menggunakan pakaian yang bersih.
5) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang lebih kurang 1 sampai 2 jam, tidur
malam lebih kurang 8 sampai 9 jam. Persiapan pasien sebelum
tidur cuci kaki, tangan dan gosok gigi.
6) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3x sehari dengan obat oral. Reaksi
obat pasien dapat tenang dan tidur.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien melanjutkan obat untuk terapinya dengan
dukungan keluarga dan petugas kesehatan serta orang
disekitarnya.
8) Kegiatan di dalam rumah
Biasanya klien melakukan kegiatan sehari-hari seperti
merapika kamar tidur, membersihkan rumah, mencuci pakaian
sendiri dan mengatur kebutuhan sehari-hari.
9) Kegiatan di luar rumah
Biasanya klien melakukan aktivitas diluar rumah secara
mandiri seperti menggunakan kendaraan pribadi atau
kendaraan umum jika ada kegiatan diluar rumah.
w. Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada
pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika
menghadapi masalah:
1) Koping Adaptif
a) Bicara dengan orang lain
b) Mampu menyelesaikan masalah
c) Teknik relaksasi
d) Aktifitas konstrutif
e) Olahraga, dll.
2) Koping Maladaptif
a) Minum alkohol
b) Reaksi lambat/berlebihan
c) Bekerja berlebihan
d) Menghindar
e) Mencederai diri
x. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah
dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak
dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena
perilaku pasien yang membuat orang sekitarnya merasa ketakutan.
y. Aspek Medik
Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun dengan pengobatan dengan
neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif
rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga
tidak maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
z. Daftar Masalah Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan
2) Resiko tinggi cidera
3) Defisit perawatan diri
4) Hambatan komunikasi
5) Gangguan proses piker
6) Hambatan interaksi social
7) Gangguan identitas diri
8) Distres spiritual
2. Diagnosa
a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
Menurut Prabowo Eko (2014) :

Core Problem

Harga Diri Rendah


b. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku Kekerasan
2) Resiko Bunuh Diri
3) Harga Diri Rendah

3. Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan

Berdasarkan Nursing Interventions Classification & Nursing


Outcomes Classification (2016) :

MASALAH
NOC NIC
KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Outcome untuk MANAJEMEN PERILAKU :
Kekerasan Internal mengukur dan menilai 1. Tentukan motif atau alasan
kejadian aktual : tingkah laku
1. Menahan diri dari 2. Kembangkan harapan tingkah
perilaku kekerasan laku yang tepat dan
2. Menahan diri dari konsekuensinya, berikan
agresifitas pasien tingkat fungsi kognitif
3. Menahan diri dari dan kapasitas untuk
kemarahan mengontrol diri
Outcome yang 3. Komunikasikan tingkah laku
Berhubungan dengan yang diharapkan dari pasien
Faktor Resiko : dan konsekuensinya bagi
1. Penghentian pasien
terhadap kekerasan 4. Pindahkan barang berbahaya
2. Perlindungan dari lingkungan sekitar pasien
terhadap kekerasan 5. Berikan pengekangan atau
3. Pemulihan terhadap pembebat dengan cara yang
kekerasan: emosi tepat untuk membatasi
4. Pemulihan terhadap pergerakan dan kemampuan
kekerasan: fisik untuk mulai menyakiti diri
5. Pemulihan terhadap sendiri
kekerasan: seksual 6. Sediakan terus menerus
6. Tingkat agitasi pengecekan terhadap pasien
7. Perilaku dan lingkungannya
penghentian 7. Komunikasikan resiko
kekerasan kepada petugas kesehatan
8. Kognisi lain
9. Tingkat delerium 8. Instruksikan pasien untuk
10. Tingkat dimensia melakukan strategi koping
11. Kontrol diri dengan cara yang tepat
terhadap distorsi 9. Antisipasi situasi pemicu
pemikiran yang mungkin membuat
12. Perilaku pasien menyakiti diri dan
penghentian lakukan pencegahan
penyalahgunaan 10. Bantu pasien untuk
obat terlarang mengidentifikasi situasi dan
13. Tingkat atau perasaan yang mungkin
hiperaktifitas memicu perilaku menyakiti
14. Kontrol terhadap diri
impuls 11. Lakukan kontrak dengan
15. Status Neourologi pasien untuk tidak menyakiti
16. Kontrol resiko dir, dengan cara yang tepat
17. Kontrol resiko: 12. Dukung pasien untuk mencari
penggunaan obat penyedia perawatan dan
18. Kontrol resiko: membicarakan dengan
penggunaan penyedia perawatan saat
alkohol kejadian menyakiti diri
19. Deteksi resiko terjadi
20. Tingkat stress 13. Ajarkan dan kuatkan pasien
21. Menahan diri dari untuk melakukan tingkah
bunuh diri laku koping yang efektif dan
22. Resolusi rasa untuk mengekspresikan
bersalah perasaan dengan cara yang
23. Harapan tepat
24. Identitas 14. Berikan pengobatan, dengan
25. Fungsi keluarga cara yang tepat, untuk
26. Integritas keluarga menurunkan cemas,
27. Kesadaran diri menstabilkan alam
28. Fungsi seksual perasaan/mood, dan
29. Identitas seksual menurunkan stimulasi diri
30. Keterampilan 15. Gunakan pendekatan yang
interaksi sosial tenang dan tidak menghukum
31. Keterlibatan sosial pada saat menghadapi
32. Dukungan sosial perilaku menyakiti diri
33. Keinginan untuk 16. Hindari memberikan
hidup penguatan positif pada
34. Menahan diri dari perilaku menyakiti yang
kemarahan dilakukan pasien
35. Kesejahteraan 17. Sebelumnya menetapkan
pribadi konsekuensi apabila pasien
36. Kualitas hidup masih melakukan tingkah
laku menyakiti diri
18. Tempatkan pasien pada
lingkungan yang lebih
terlindungi misalnya area
terbatas atau seklusi jika
impuls menyakiti diri/tingkah
laku menyakiti diri muncul
19. Bantu pasien, dengan cara
yang tepat, untuk mengetahui
tingkat fungsi kognitifnya
dalam rangka
mengidentifikasi dan
mengansumsikan tanggung
jawab terhadap konsekuensi
dari perilaku yang dilakukan
20. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi koping
strategi yang lebih tepat yang
dapat digunakan dan
bagaimana konsekuensinya
21. Monitor pasien terkait dengan
efek samping pengobatan dan
hasil yang diinginkan
22. Sediakan pendidikan
pengobatan untuk pasien atau
standar operasional
23. Sediakan petunjuk bagaimana
jika tingkah laku menyakiti
diri terjadi diluar lingkungan
perawatan bagi keluarga diri
sendiri dan orang lain
24. Monitor pasien untuk adanya
impuls menyakiti diri yang
mungkin memburuk menjadi
pikiran atau sikap bunuh diri

Menurut Badan PPSDM, (2013) tindakan keperawatan perilaku


kekerasan pada pasien dan keluarga yaitu:
A. Diagnosa Perilaku Kekerasan
a. Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien
1) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada pasien:
Mengidentifikasi perilaku kekerasan, dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2.
a) Membina hubungan saling percaya.
b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1 & 2.
c) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan.
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik 1 & 2.
2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
minum obat (6 benar)
a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2.
b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara minum obat (6 benar).
c) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan.
d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat (6
benar)
3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada pasien
Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal yaitu: mengungkapkan, cara meminta, dan menolak
dengan benar.
a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2 dan minum obat (6 benar)
b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta,
dan menolak dengan benar.
c) Berikan pujian setelah melakukan kegiatan.
d) Tanyakan bagaiaman perasaan klien setelah melakukan
kegiatan.
e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal.
4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 4 pada pasien
Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual (2 kegiatan)
a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2, minum obat (6 benar), dan cara verbal.
b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan cara
spiritual (latih 2 kegiatan)
c) Berikan pujian setelah klien melakukan kegiatan.
d) Tanya perasaan klien setelah melakukan kegiatan.
e) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.

b. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan


(SP) pada keluarga
1) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada keluarga
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta proses
terjadinya perilau kekerasan.
c) Menjelaskan cara merawat perilaku kekerasan.
d) Melatih salah satu cara merawat perilaku kekerasan dengan
cara latihan fisik 1 & 2.
e) Anjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat dan melatih pasien fisik 1 & 2.
b) Beri pujian pada keluarga.
c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara memberikan obat (6
benar).
d) Anjurkan keluarga membantu pasien dalam memberikan
obat (6 benar) sesuai jadwal.
3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, dan minum obat (6
benar).
b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga.
c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara membimbing pasien
perilaku kekerasan dengan cara verbal (mengungkapkan,
meminta, dan menolak dengan baik).
d) Anjurkan keluarga melatih pasien dengan cara verbal sesuai
jadwal.
4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan ke 4 pada keluarga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta
merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, minum obat (6 benar),
dan cara verbal.
b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga.
c) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kambuh, dan rujuk pasien segera.
d) Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan
sesuai jadwal dan berikan pujian.

B. Diagnosa Harga Diri Rendah


a. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
(SP) pada pasien
1) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
a) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri
dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain,
harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang
dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi
b) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif paasien ( buat daftar kegiatan)
c) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat
dilaksanakan)
d) Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
e) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
f) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan nya)
g) Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal kegiatan
untuk latihan
2) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Latihan kegiatan kedua
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama
yang telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
d) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
e) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan
3) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Latihan kegiatan ketiga
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan
kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
d) Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih
e) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan
4) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Latih kegiatan keempat
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan ertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga
d) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
e) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
f) Masukkan padajadwal kegiatan untuk latihan empat
kegiatan

b. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan


(SP) pada keluarga
1) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara
merawat melatih kegiatan pertama
a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien harga diri rendah, jelaskan pengertian, tanda dan
gejala, proses terjadinya, dan akibat harga diri rendah
b) Berikan pujian terhadap semua hal positif yang dimilik
pasien
c) Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang
dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan pada pasien
d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian
2) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
kedua
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah
b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
3) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
ketiga
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah
b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
4) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
keempat
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
harga diri rendah.
b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam
merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien
dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien.
d) Jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh dan
rujukan
e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling
membantu, kemampuan melakukan teknik, psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkerlanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. (S) merupakan
respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan “ bagaimana persaan
ibuk setelah latihan fisik nafas dalam ?” , (O) merupakan respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan
dilakukan atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau
memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. (A) merupakan
analisis ulang atas data subjektif atau objektif utnuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data kontra
indikasi dengan maslah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil
dan tujuan. (P) merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan
hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan
tindak lanjut oleh perawat.

Menurut Badan PPSDM (2013), evaluasi keberhasilan tindakan


keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien dan keluarga perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Pasien mampu
1) Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang dilakukan, dan akibat dari perilaku
kekerasan.
2) Mengontrol perilaku kekerasan sesuai jadwal:
a) Secara fisik: Tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur.
b) Terapi psikofarmaka: minum obat (6 benar).
c) Secara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak
dengan baik.
d) Secara spiritual.
3) Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam
mencegah perilaku kekerasan.
b. Keluarga mampu
1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat perilaku
kekerasan (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan).
2) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
3) Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien.
4) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasa.
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
6) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah
perilaku kekerasan pasien.
7) Melakukan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
mengenal tanda kambuh, dan melakukan rujukan.

6. Dokumentasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Peneltian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu studi
kasus. Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari s/d Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien skizofrenia yang didiagnosa mengalami perilaku kekerasan pada
bulan Mei 2017 di ruangan merpati RSJ. Prof. HB Sa’anin Padang
sebanyak 39 orang.

2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel penelitian ini adalah pasien
perilaku kekerasan yang berada diruangan merpati RSJ. Prof. HB
Sa’anin Padang pada tanggal 21 s/d 30 Mei tahun 2017. Pengambilan
sampel dilakukan secara accidential yaitu pasien yang sedang dirawat
dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan saat dilakukan
penelitian. Sampel yang diambil adalah 2 orang pasien dari jumlah total
populasi 39 orang. Dari 39 sampel yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel adalah sebanyak 22 orang, yang bersedia menjadi
responden sebanyak 15 orang sampel. Pengambilan sampel dengan cara
simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara
pengambilan lot nama - nama pasien dan didapatkan 2 orang sampel.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:


a. Kriteria inklusi
1) Klien bersedia menjadi responden
2) Klien yang sudah kooperatif dan sudah bisa
berkomunikasi verbal dengan cukup baik
b. Kriteria eksklusi
1) Klien mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai
2) Klien gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang dapat
mengganggu proses penelitian

D. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencananaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, wawancara dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan
masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram,
konsep diri, dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi (pohon masalah).
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis dan Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
responden berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
kesehatan jiwa. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi secara langsung dengan responden.
b. Data Sekunder
Data pasien perilaku kekerasan yang diperoleh dari Medical Record
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara dan studi
dokumentasi. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang
c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
d. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang
e. Melakukan pemilihan sampel dengan mencatat jumlah pasien yang
sedang dirawat di ruangan merpati didapatkan 39 orang. Memilih
sampel sesuai dengan kriteria didapatkan 22 orang, yang bersedia
menjadi responden sebanyak 15 orang. Dilakukan random sampling
dan didapatkan 2 orang pasien.
f. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
i. Informed Consent diberikan kepada responden dan keluarga
j. Responden menandatangani Informed Consent, peneliti meminta
waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi dan dokumentasi.

F. Analisis Data
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti pada
Partisipan 1 dan Partisipan 2 meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif
dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya akan membandingkan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 lalu
dibandingkan dengan teori yang sudah ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Deskripsi penelitian Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang tahun 2017

Pengkajian Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2


Identitas pasien Tn. J, laki – laki berumur 38 tahun, suku pasien adalah Tn. I laki-laki berumur 24 tahun, suku pasien adalah
minang. Pasien beragama islam pendidikan terakhir adalah minang. Pasien beragama islam pendidikan terakhir adalah
SMP. Pasien tinggal di kampung tangah bayang Pesisir SMA. Pasien tinggal di lubuk aur bayang Pesisir Selatan
Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 15 Mei 2017 Sumber tinggal dirumah bersama orang tua nya. Pasien dirawat
data pengkajian ini adalah pasien, petugas di ruangan sejak tanggal 7 Mei 2017 Sumber data pengkajian ini
merpati, dan status pasien. adalah pasien, petugas ruangan merpati, dan status pasien.
Alasan masuk Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada
Pada tanggal 15 Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang tanggal 7 Mei 2017. Pasien diantar untuk yang kelima
kedua kalinya. Pasien sudah pernah dirawat terakhir 5 kalinya dengan keluhan, meninju kaca rumahnya, memukul
tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau orang tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat, bicara dan
meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi NAPZA sebelum
dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan dirawat. Terakhir dirawat yaitu pada bulan September 2016.
tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab, bicara-bicara Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2011.
sendiri, banyak bermenung, kurang tidur, dan
menghancurkan barang-barang yang ada didalam
rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi alkohol.
Keluhan utama Pasien mengeluhkan bingung ingin melakukan kegiatan Pasien mengeluhkan ia tidak bisa mengontrol cara bicara
apa diruangan, klien senang berbicara dengan dirinya nya yang kasar terhadap orang lain, kadang-kadang
sendiri, merasa kesal apabila ada keributan selama pasien membentak teman nya yg ada diruangan, pasien
diruangan, pasien juga mengatakan susah berinteraksi mengaku selama di rawat sejak tanggal 7 Mei 2017.
dengan teman-teman diruangan karna pasien marah apabila Pandangan mata pasien tajam dan pasien tampak banyak
perkataan nya tidak di dengarkan. Pandangan mata pasien bicara. Pasien mengeluhkan ingin segera pulang dan cepat
tajam, pasien mengatakan lebih senang berbicara dengan sembuh.
perawat atau dokter di ruangan. Klien mengatakan lebih
senang sendiri.
Faktor Predisposisi 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : 1. Pernah Mengalami gangguan jiwa di masa lalu :
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2011 dengan
2012 dengan alasan berbicara dan tertawa sendiri serta alasan memukul orang tuanya dan menghancurkan
menghancurkan barang-barang dirumahnya. pasien barang-barang yang ada disekitarnya. Terakhir dirawat
mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya, sejak September 2016. Pasien dirawat untuk kelima
sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan kalinya dengan keluhan yang hampir sama yaitu
dia sudah tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di memukul orang tuanya. Pasien diantar keluarga ke IGD
rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang yaitu pada tahun RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 7 Mei 2017
2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ untuk mendapatkan perawatan. Dari pengakuan pasien
Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dan keluarga bahwa pasien mengkonsumsi NAPZA
dengan keluhan yang hampir sama. seperti sabu-sabu, ganja, dan berbentuk pil.
2. Pengobatan Sebelumnya : 2. Pengobatan Sebelumnya :
Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama dua
bulan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang sekitar 5 tahun minggu di RSJ. Prof HB Saanin Padang sekitar 8 bulan
yang lalu. Setelah keluar dari RSJ Prof. HB Saanin yang lalu. Setelah keluar dari RSJ Prof. HB Saanin
Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol di Padang pasien kontrol ditemani kakak nya dan pasien
awasi oleh keluarga` teratur minum obat di awasi keluarga.

3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan : 3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan :
Pasien mengatakan ketika dirawat beberapa tahun Pasien mengatakan dirinya pernah menjadi pelaku
yang lalu karena putus dari pekerjaan nya, pasien tindak kekerasan, pasien memukul orang tua nya
bekerja sebagai petani dikampungnya, oleh karena jika pasien tidak diberi uang saat diminta. Pasien
itu pasien merasa bingung dan tidak tau harus juga pernah mengalami aniaya fisik oleh kakak nya
bagaimana membiayai keluarga nya yang mengarah saat masih SMA ketika pasien ketahuan mabuk
pada konsumsi alkohol karna diajak teman-teman bersama teman-teman di dekat rumahnya. Pasien
nya. Pasien mengatakan tidak pernah menjadi tidak pernah menjadi pelaku aniaya seksual. Pasien
korban aniaya fisik maupun seksual. mengatakan tidak mau dirawat lagi karna dia
merasa malu dikampungnya dan jadi bahan
pembicaraan serta dikucilkan dari pergaulan
4. Riwayat Konsumsi NAPZA dan Alkohol : 4. Riwayat Penggunaan NAPZA :
Pasien mengatakan lebih sering mengkonsumsi Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi sabu-
alkohol apabila tidak ada hal yang bisa dikerjakan sabu, ganja, dan pil dalam jumlah banyak. Pasien
nya, apalagi ketika pasien tidak memiliki mulai mengkonsumsi NAPZA ketika masih kuliah,
pekerjaan. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani pasien diajak oleh teman-teman nya. Sejak saat itu
dan pengasah batu. Sehabis mabuk bersama teman- pasien mulai sering mengkonsumsi nya dan jika
teman nya pasien mengatakan tidak tau dengan pasien tidak dapat minta kiriman uang dari orang
dirinya nya lagi atau dirinya menjadi dua, pasien tua nya pasien sering marah-marah tidak jelas.
seperti berbicara dengan dirinya yang lain. Oleh Pasien mengkonsumsi hampir setiap hari terutama
karna itu pasien mengatakan tidak pernah sadar jika ganja.
pasien mengamuk dirumah. Pasien mengatakan
menyesal sudah kecanduan alkohol dan ingin
segera berubah.
Pemeriksaan fisik Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn.J didapatkan Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn. I di dapatkan
hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,60C, dan pernapasan 18 x/i. nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,80C, dan pernapasan 19 x/i.
Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 168 cm, dan Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 165 cm, dan
berat badan 60 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan berat badan 62 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan
fisik saat ini. fisik saat ini.
Psikososial 1. Genogram 1. Genogram
Pasien Tn.J (38 tahun) merupakan anak ketiga dari Tn.I adalah anak bungsu atau terakhir dari delapan
empat orang bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal orang bersaudara. Dari delapan orang 6 orang adalah
dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah laki-laki dan 2 orang perempuan. Klien lebih dekat
dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua dengan kedua orang tua nya dan kakak nya anak ke 6
pasien memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul yang sekarang menjadi polisi. Sejak satu tahun yang
dengan siapa saja. Kakak dan adik klien tidak ada yang lalu pasien tinggal dengan kakak nya anak ke 6 karna
mengalami gangguan jiwa, anggota keluarga yang lain orang tua pasien tidak sanggup mengasuh pasien karna
juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. sudah sering memukul kedua orang tua nya. Tidak ada
anggota keluarga pasien yang pernah mengalami
gangguan jiwa. Kakak dan orang tua pasien tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa.
2. Konsep Diri : 2. Konsep Diri :
Pasien mangatakan menyukai semua anggota tubuh Pasien mengatakan bahwa tubuhnya merasa kuat.
nya. Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya Pasien tidak terlalu mempermasalahkan bentuk dan
sebagai kepala keluarga dan anak dari kedua orang struktur tubuhnya. Pasien menganggap dirinya biasa
tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna saja. Pasien mengatakan ia belum puas sebagai seorang
setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan orang anak karna selalu membuat masalah. Pasien
tuanya, pasien ingin segera berubah dari masa lalu nya mengatakan dirinya tidak mempunyai peran apapun di
dan segera bertemu keluarganya. Pasien merasa belum masyarakat. Pasien ingin cepat sembuh dan segera
maksimal dalam membiayai istri dan anak-anak nya. kembali ke rumah. Pasien mengatakan merasa
Pasien merasa lebih senang sendiri, berinteraksi dengan dikucilkan di kampung nya oleh masyarakat sekitar.
orang jika hal-hal yang penting saja.
3. Status Mental : 3. Status Mental :
Penampilan pasien cukup rapi. Pasien berbicara dengan Penampilan pasien cukup rapi. Pasien terlihat banyak
tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan yang bicara tetapi pasien mampu menjawab semua
diberikan. Pasien melakukan aktivitas mandiri seperti pertanyaan yang diberikan. Pasien melakukan aktivita
mandi, makan, beribadah, kadang-kadang menyapu. mandiri seperti makan, mandi, berolahraga tiap pagi.
Saat ini pasien merasa tenang tapi jarang bersosialisasi Saat ini pasien merasa gelisah dan banyak bicara. Isi
dengan teman satu ruangan nya. Isi pikir pasien ingin pikir pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang.
cepat sembuh dan segera pulang. Persepsi pasien Persepi pasien ketika mengkonsumi napza ia lupa diri
mengatakan bahwa ada dirinya yang lain. Pasien dan segala hal. Pasien mengetahui orientasi waktu,
mengetahui orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien tempat, dan orang. Pasien bisa mengingat kejadian di
bisa mengingat kejadian di masa lalu. Pasien mengakui masa lalu. Pasien mengakui penyakit yang sedang
penyakit yang sedang dideritanya. Afek pasien tumpul dideritanya. Afek pasien luas karena pasien mampu
karena ekspresi perasaan berkurang. mengekspresikan semua perasaan nya.
4. Aktifitas dan latihan : 4. Aktifitas dan latihan :
Pasien mampu makan dengan mandiri dan mampu Pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri.
menghabiskan makanannya, makan 3x sehari. Pasien Pasien makan 3x sehari sesuai jadwal makan di rumah
mampu BAB dan BAK tanpa bantuan perawat. Pasien sakit. Pasien mampu BAB dan BAK tanpa bantuan
dapat mandi secara mandiri, mandi 2x sehari pagi dan perawat. Pasien bisa mandi sendiri 2x seari pagi dan
sore hari serta mengganti pakaiannya sehabis mandi, sore serta mengganti pakaian nya sehabis mandi, pasien
pasien memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien mengatakan
mengatakan istirahat/tidur siang kadang-kadang saja, istirahat/tidur siang 3 jam paling lama, tidur malam
tidur malam lebih kurang 6-8 jam. Pasien saat ini lebih kurang 8-9 jam. Saat ini pasien mengkonsumsi
mengkonsumsi obat yang diberikan dari rumah sakit. obat yang diberikan rumah sakit. Pasien mau minum
Pasien minum obat di awasi oleh perawat. Pasien obat dalam pengawasan perawat. Pasien biasanya
biasanya sholat tetapi tidak 5 waktu. Pasien biasanya mengikuti kegiatan diruangan seperti senam,
melakukan senam tiap pagi, terapi aktivitas kelompok. penyuluhan, terapi aktivitas kelompok.
5. Mekanisme koping dan masalah psikosial : 5. Mekanisme koping dan masalah psikososial :
Pasien mampu berbicara dengan orang lain tapi jarang Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain. Pasien
melakukan nya. Pasien tampak banyak bermenung dan tampak lebih banyak bicara, gelisah, dan bingung.
menyendiri. Pasien mampu menyelesaikan masalah nya Pasien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
sendiri selama ada diruangan. Pasien memiliki masalah selama ada diruangan. Pasien mempunyai masalah
dengan pekerjaan, masalah ekonomi, dan masalah berhubungan dengan lingkungan, dan masyarakat di
berhubungan dengan lingkungan. Pasien melampiaskan lingkungan rumahnya. Pasien melampiaskan marah
marah pada objek lain jadi koping yang digunakan pada objek lain jadi koping yang digunakan pasien
pasien adalah sublimasi. adalah sublimasi.
6. Aspek medik : 6. Aspek medik :
Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki
karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah
satu gelaja positif skizofrenia adalah perilaku kekerasan, satu gelaja positif skizofrenia adalah perilaku
pada kasus ini ditemukan gejala tersebut pada Tn. J. kekerasan, pada kasus ini ditemukan gejala tersebut
Terapi medis yang diberikan pada pasien saat ini adalah pada Tn. J. Terapi medis yang diberikan pada pasien
ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x1 mg, dan merlopam saat ini adalah ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x2 mg,
1x1 mg. dan merlopam 1x2 mg.
Rumusan Diagnosa Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan
Keperawatan diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku
kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan
diagnosa prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Berdasarkan diagnosa prioritas ketiga adalah harga diri rendah.
pohon masalah perilaku kekerasan sebagai core problem, Berdasarkan pohon masalah perilaku kekerasan sebagai
halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri
akibat. rendah sebagai akibat.
Rencana Keperawatan Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing
diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi,
dan iolasi sosial. Perawat melatih pasien secara bertahap dan harga diri rendah. Perawat melatih pasien secara
dan membangun hubungan saling percaya diantara perawat bertahap dan membangun hubungan saling percaya diantara
dan pasien. Dari rencana keperawatan terlampir, perawat dan pasien. Dari rencana keperawatan terlampir,
direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari
tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017. tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017.
Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti
serangkaian acara penyuluhan selama dirawat. Selama penyuluhan selama dirawat. Selama pasien dirawat tidak
pasien dirawat tidak ada kunjungan yang dilakukan oleh ada kunjungan yang dilakukan oleh keluarga, oleh sebab itu
keluarga, oleh sebab itu strategi pelaksanaan kepada strategi pelaksanaan kepada keluarga tidak dapat dilakukan.
keluarga tidak dapat di lakukan.
Tindakan Keperawatan Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan
yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa
keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22 keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22
Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan
implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua
halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang
dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei
2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa 2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa
keperawatan isolasi sosial dilakukan tanggal 28 Mei 2017 keperawatan harga diri rendah dilakukan tanggal 28 Mei
s/d tanggal 30 Mei 2017. 2017 s/d tanggal 30 Mei 2017.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan
pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa
keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan
tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang
telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan
kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada
masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan
penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan
tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir. telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada Tn.J
(Partisipan 1) dan Tn.I (Partisipan 2) dengan Perilaku Kekerasan di ruangan merpati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil
pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di temukan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2
dengan Perilaku Kekerasan, dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis
melakukan suatu proses yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 ditemukan data pasien
dirawat karena tidak mau meminum obat, menghancurkan barang dirumah,
marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan, berbicara dan tertawa
sendiri. Sedangkan data yang ditemukan pada Partisipan 2 adalah memukul
kedua orang tuanya, meninju kaca rumahnya, bicara dan tertawa sendiri,
pasien gelisah dan kebingungan.
Keluhan utama yang ditemukan pada kedua Partisipan sesuai dengan
teori Dermawan (2013) yang menjelaskan bahwa pasien dengan perilaku
kekerasan pada awalnya bisa melakukan tindakan kekerasan atau amuk yang
ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Berdasarkan data yang didapatkan pada kedua partisipan sesuai
dengan teori yang ada dan asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara
teori dan kasus yang ditemukan selama penelitian.

b. Faktor predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 1 didapatkan faktor
predisposisi yang menyebabkan Partisipan 1 mengalami gangguan jiwa
(perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor Psikologis seperti pasien menemui
hambatan karna tidak ada nya pekerjaan yang mengakibatkan pasien
mengkonsumsi alkohol yang menyebabkan pasien kehilangan kendali atas
dirinya dan mengamuk, serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Dari data
yang di temukan tindakan pasien terjadi sebagai hasil akumulasi dari
frustasi. Teori ini mengatakan bahwa pengalaman marah adalah akibat dari
respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat (Badan PPSDM, 2013).
Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 2 didapatkan faktor
predisposisi yang menyebabkan Partisipan 2 mengalami gangguan jiwa
(perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor biologis seperti riwayat penggunaan
NAPZA serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Riwayat penggunaan
NAPZA dan riwayat gangguan jiwa di masa lalu merupakan salah satu faktor
pendukung gangguan jiwa pasien saat ini (Badan PPSDM, 2013). Teori ini
mengatakan bahwa kelainan struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik dapat
menyebabkan skizofrenia (Muhith, 2015).
Disini sudah terdapat kesesuaian antara resume kasus dengan konsep
teori, serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elita,dkk di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun 2010 mengatakan bahwa faktor
predisposisi yang menyebabkan pasien perilaku kekerasan adalah biologis,
psikologis dan sosiokultural. Sedangkan faktor presipitasi yang ditemukan
pada Partisipan 1 dan Partisipan 2, meliputi stressor, keinginan yang tidak
terpenuhi serta putusnya atau hilangnya pekerjaan. Namun yang menjadi
penyebab utama pada kedua pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah
faktor biologis, karena ditemukan riwayat penggunaan NAPZA dan stressor
yang menyebabkan penggunaan alkohol dan mengamuk yang menyebabkan
pasien mengalami gangguan.
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada Partisipan 1 dan
Partisipan 2 sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitria Nita (2012)
bahwa biasanya tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan perilaku
kekerasan dapat berupa verbal dan fisik. Salah satu gejala positif dari
skizofrenia adalah perilaku kekerasan, teori ini dipaparkan oleh Stuart dan
Sundeen di dalam bukunya.
Tidak ditemukan adanya faktor herediter pada kedua pasien yang
diteliti. Pada konsep diri kedua pasien juga sama-sama merasa ingin cepat
berubah dari sikap yang telah dilakukan nya selama ini dan ingin segera
sembuh untuk memperlihatkan perubahan yang mungkin akan dilakukan
kepada keluarga masing-masing. Hal ini mungkin saja terjadi karena faktor
herediter tidak selal muncul pada pasien gangguan jiwa khususnya perilaku
kekerasan.
c. Status Mental
Pada status mental terdapat beberapa perbedaan antara Partisipan 1
dan Partisipan 2 dimana afek pada Partisipan 1 adalah afek tumpul, ini terjadi
karena pasien kurang mampu mengekspresikan perasaannya. Sedangkan pada
Partisipan 2 afek nya luas karena semua perasaan diekspresikan penuh. Afek:
adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat. Saam Zulfan, dkk (2012)

Asumsi peneliti adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dan


praktek yang peneliti temukan di lapangan. Peneliti menemukan bahwa
faktor predisposisi yang menyebabkan kedua pasien Tn.J dan Tn.I gangguan
jiwa adalah faktor biologis dan faktor psikologis.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah pada kedua pasien yang diteliti yaitu
Partisipan 1 dan Partisipan 2. Pada Partisipan 1 dengan Perilaku Kekerasan yaitu
halusinasi sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan
isolasi sosial sebagai akibat. Partisipan 2 dengan perilaku kekerasan sebagai core
problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri rendah sebagai akibat. Hal
ini tidak sesuai dengan teori menurut Prabowo Eko (2014) pohon masalah pada
pasien dengan perilaku kekerasan yaitu harga diri yang rendah sebagai penyebab,
perilaku kekerasan sebagai core problem, dan resiko bunuh diri sebagai akibat.

Peneliti menemukan rumusan diagnosa keperawatan di kasus Partisipan 1


dengan perilaku kekerasan sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab,
dan isolasi sosial sebagai akibat. Partisipan 2 ditemukan rumusan diagnosa
keperawatan dengan perilaku kekerasan sebagai core problem, halusinasi sebagai
penyebab dan harga diri rendah sebagai akibat. Asumsi peneliti bahwa temuan
pada Partisipan 2 tidak sesuai dengan teori Prabowo Eko (2014) yang
menyatakan pohon masalah pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu harga
diri yang rendah sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan
resiko bunuh diri sebagai akibat.

Sementara itu prioritas diagnosa keperawatan yang pertama yaitu


perilaku kekerasan. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa
perilaku kekerasan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 yaitu dengan data objektif,
subjektif, dan alasan masuk Rumah Sakit Jiwa seperti pasien merusak barang
atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan, berbicara kasar, pandangan tajam, dan mengancam secara verbal dan
fisik. Pernyataan dan respon pasien tersebut sesuai dengan teori menurut Rusdi
(2013) tentang tanda dan gejala perilaku kekerasan.

Prioritas kedua diagnosa keperawatan yang diambil pada Partisipan 1 dan


Partisipan 2 yaitu halusinasi. Data yang memperkuat penulis mengangkat
diagnosa halusinasi yaitu data subjektif seperti terkadang pasien mengatakan
tidak tau dengan dirinya setelah menggunakan NAPZA dan alkohol, merasa
seperti dirinya ada 2 atau berbicara dengan dirinya yang lain. Temuan peneliti
pada diagnosa prioritas kedua sesuai dengan teori yang dikemukakan Dermawan
(2013) bahwa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan salah satunya adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi.

Prioritas ketiga diagnosa keperawatan yang diambil pada kedua pasien


Partisipan 1 dan Partisipan 2 terdapat perbedaan. Pada Partisipan 1 diagnosa
prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Data yang memperkuat penulis mengangkat
diagnosa ini adalah berdasarkan pengakuan pasien dan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti. Pasien mengatakan bahwa dia lebih nyaman berbicara
dengan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain jika ada hal yang
memang perlu untuk di bicarakan atau membicarakan hal yang penting-penting
saja. Pasien tampak banyak bermenung dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain.

Partisipan 2 ditemukan rumusan diagnosa prioritas ketiga adalah harga


diri rendah yang disebabkan oleh perilaku yang dilakukan pasien selama berada
dirumah dan dimasyarakat. Pasien mengatakan bahwa dia merasa dikucilkan dan
merasa tidak bisa membahagiakan siapapun termasuk orang tuanya. Pasien
mengatakan dia sering jadi bahan pembicaraan oleh masyarakat dan ia merasa
sedih, sedangkan teman-teman nya tidak ada lagi yang mau bergaul dengan
dirinya karna penyakit yang dideritanya, membuatnya merasa tidak berguna dan
ingin tinggal ditempat lain.

Asumsi peneliti adalah terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang
peneliti temukan di lapangan. Perbedaan terdapat pada penyebab dan akibat dari
perilaku kekerasan, yaitu halusinasi sebagai penyebab, isolasi sosial dan harga
diri rendah sebagai akibat yang ditimbulkan.

3. Rencana Keperawatan
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu perilaku
kekerasan, halusinasi, isolasi sosial dan harga diri rendah. Peneliti tidak
melampirkan strategi pelaksanaan pada pasien dan keluarga pada Partisipan 1 dan
Partisipan 2 di perencana keperawatan.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada perilaku kekerasan


terdiri dari empat yaitu, pada strategi pelaksanaan 1 pasien, perawat membina
hubungan saling percaya dan perawat menjelaskan dan melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 dan 2, membantu pasien melatih
cara mengontrol perilaku kekerasan. Strategi pelaksanaan 2 pasien, perawat
melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara 6 benar minum obat.
Strategi pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan
baik dan benar. Strategi pelaksaan 4 pasien, perawat melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara spiritual: beribadah, mengaji, berdzikir, berdoa.

Diagnosa keperawatan prioritas kedua adalah halusinasi. Strategi


pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien terdiri dari
empat, yaitu pertama perawat membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan menghardik halusinasi, kedua perawat melatih pasien minum
obat secara teratur, ketiga perawat melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap bersama orang lain, keempat perawat melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal.

Diagnosa keperawatan prioritas ketiga pada Partisipan 1 isolasi sosial,


sedangkan pada Partisipan 2 di dapatkan diagnosa Harga diri rendah. Strategi
pelaksanaan pasien Partisipan 1 diagnosa prioritas ketiga nya adalah isolasi sosial
terdiri dari empat, yaitu pada strategi pelaksanaan 1 pasien, perawat membina
hubungan saling percaya, membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial,
melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga.
Strategi pelaksanaan 2 pasien, perawat melatih pasien berinteraksi secara
bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan bercakap-cakap. Strategi
pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih pasien berinteraksi secara bertahap
(pasien dengan 4-5 orang), latihan bercakap-cakap. Strategi pelaksanaan 4 pasien,
perawat mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat
melakukan kegiatan sosial.

Diagnosa keperawatan prioritas ketiga pada Partisipan 2 adalah harga diri


rendah. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien terdiri dari empat, yaitu pertama perawat membantu pasien memilih
beberapa kegiatan yang dapat dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat
dilatih saat ini, kedua yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan kedua,
latih kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan
ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat yaitu perawat membantu pasien memilih
kegiatan keempat, latih kegiatan keempat.
Penyusunan rencana keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 telah
sesuai dengan rencana teoritis menurut Keliat & dkk (2013). Namun tetap
disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan dapat tercapai. Penulis juga mengikuti langkah-langkah
perencanaan yang telah disusun mulai dari menentukan prioritas masalah sampai
dengan kriteria hasil yang diharapkan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Faizah (2013) yang menyatakan bahwa perencanaan dilakukan
berdasarkan teori dan disesuaikan kembali dengan kondisi pasien demi
tercapainya tujuan penulis.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dalam memprioritaskan masalah dan perencanaan tindakan keperawatan. Disini
peneliti berusaha memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon masalah yang
telah ada baik itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.

4. Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Hasil penelitian pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan perilaku
kekerasan terdapat beberapa tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
diantaranya: strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 perilaku kekerasan, strategi
pelaksanaan 1 sampai dengan 4 halusinasi, strategi pelaksanaan 1 sampai dengan
4 isolasi sosial untuk Partisipan 1, dan strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4
harga diri rendah untuk Partisipan 2. Penulis hanya berfokus kepada masalah
pasien karena strategi pelaksanaan keluarga tidak bisa dilakukan disebabkan tidak
ada keluarga yang mengunjungi Partisipan 1 dan Partisipan 2.
Dalam pemberian implementasi perawat juga memberikan reinforcement
positif kepada pasien. Dengan itu pasien tampak lebih bersemangat dalam
melakukan strategi pelaksanaan yang dilakukan. Reinforcement posistif memiliki
power atau kemampuan yang jika di beri secara berulang oleh pelaku tindakan
tanpa adanya paksaan akan memberikan dampak positif (Ngadiran, 2010). ). Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Faizah (2013) dimana
reinforcement positif dapat memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan dan dapat memberikan memotivasi pada pasien.
Penulis tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2, pasien kooperatif dan mau
bekerjasama dengan perawat dalam pelaksanaan tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang
diberikan. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai. Dimana pada kasus
penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 9
hari. Ketiga masalah Partisipan 1 dan Partisipan 2 dapat teratasi.
Menurut Trimelia (2011), evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Evaluasi yang
penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara perawat dan klien
tercapai ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan penulis, klien
bersedia berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan
nama dan nama panggilan yang disukai yaitu Tn.J (Partisipan 1) dan Tn.I
(Partisipan 2), klien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya,
selain itu klien juga bersedia diajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
juga mampu memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar dan mampu
melakukan nya secara mandiri.
Evaluasi yang dilakukan pada Partisipan 1 pada diagnosa isolasi sosial,
pasien menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Pasien mau berinteraksi
dengan orang lain, pasien sudah mau bercakap-cakap dengan 4-5 orang atau
lebih selama penulis melakukan evaluasi. Tetapi pasien masih banyak
bermenung. Sedangkan hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi Partisipan 1
menunjukkan kemajuan, pasien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan
baik dan benar serta mengetahui penyebab halusinasi yang dialaminya. Pasien
mengatakan halusinasi lebih sering timbul ketika pasien mengkonsumsi alkohol
dan pasien menjadi lupa diri dan merasa berbicara dengan dirinya sendiri.
Hasil evaluasi Partisipan 2 dari diagnosa keperawatan harga diri rendah
pasien juga menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Pasien tidak lagi
malas melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa ia lakukan. Sedangkan pada
diagnosa keperawatan halusinasi juga menunjukkan kemajuan pasien
mengatakan merasa tenang, pasien juga mampu memperagakan ulang cara
yang dilatih dengan benar sehingga diharapkan halusinasi tidak terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) mengatakan bahwa
pasien mampu melakukan semua strategi pelaksanaan dengan mandiri namun
pasien masih membutuhkan observasi lebih lanjut. Sikap pasien yang sangat
kooperatif merupakan faktor pendukung bagi penulis dalam menilai
perkembangan pasien. Penulis tidak menemukan adanya faktor penghambat
dalam melakukan evaluasi keperawatan, ini dikarenakan kedua pasien sangat
kooperatif.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dan hasil dari pembahasan


pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. HB
Saanin Padang tahun 2017, maka di dapatkan kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus. Pada etiologi disebutkan faktor predisposisi dari
perilaku kekerasan meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Partisipan 1 ditemukan faktor
predisposisinya adalah biologis yaitu adanya penggunaan Alkohol,
sedangkan pada Partisipan 2 ditemukan faktor predisposisinya adalah
biologis yaitu adanya penggunaan NAPZA.
2. Analisa data dan Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pada kedua pasien berbeda. Pada
Partisipan 1 ditemukan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan sebagai
masalah utama, halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai
akibat. Sedangkan Partisipan 2 perilaku kekerasan sebagai masalah
utama, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri rendah sebagai akibat.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang
ditemukan, karena pada teori dikatakan bahwa biasanya diagnosa yang
muncul adalah perilaku kekerasan sebagai masalah utama, harga diri
rendah sebagai penyebab, dan resiko bunuh diri sebagai akibat.
3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah
perilaku kekerasan, sedangkan pada kasus Partisipan 1 dan Partisipan 2
core problem yg ditemukan adalah perilaku kekerasan. Jadi dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang muncul antara teori dan kasus
yang ditemukan pada kedua pasien.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan
yang telah penulis susun pada asuhan keperawatan terlampir dan teori.
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada Partisipan 1 adalah
diagnosa perilaku kekerasan, halusinasi, dan isolasi sosial. Sedangkan
pada Partisipan 2 pelaksanaan keperawatan yang dilakukan adalah pada
diagnosa perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Pada tahap
pelaksanaan ini penulis menemukan hambatan berupa tidak terlaksananya
strategi pelaksanaan kepada keluarga karena tidak adanya kunjungan
keluarga selama Partisipan 1 dan Partisipan 2 dirawat di ruang merpati
RSJ Prof. HB, Saanin Padang. Penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan.
5. Evaluasi keperawatan
Pada tahap evaluasi ini semua tujuan telah tercapai, Partisipan 1 dan
Partisipan 2 sudah mampu mengontrol perilaku kekerasan nya dengan
latihan yang telah diajarkan dan yang dilakukan sesuai dengan strategi 4
strategi pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

B. SARAN
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa dan atau agar dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien jiwa secara optimal sesuai SOAP yang telah ada.
2. Rumah sakit
Diharapkan pada rumah sakit khususnya perawat ruangan agar dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa lebih
bersungguh-sungguh sesuai dengan SOAP yang telah ada sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
3. Akademik/Institusi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan diharapkan supaya melengkapi perpustakaan
tentang buku-buku keperawatan yang terbaru khususnya buku tentang
keperawatan jiwa.
4. Pembuat studi kasus berikutnya
Dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam membuat studi kasus
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA No. 18 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Jiwa.

Badan PPSDM. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Herman Ade, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Yogyakarta,
Desember 2010.

Wiyati Ruti, dkk, Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan


Keluarga Dalam Merawat Klien Gangguan Jiwa, Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli
2010
Wahit, Abdul, dkk. (2013). Penerapan Terapi Latihan Keterampilan Sosial
Pada Klien Isolasi Sosial Dengan Pendekatan Model Hubungan
Interpesonal Peplau di RS DR. Marzoeki Mahdi Bogor, Prosiding
Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah

Badan PPSDM. (2013). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP), Jakarta:
Salemba Medika

Stuart,Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Dalami, Ermawati, dkk, (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa, Jakarta- TIM, 2009.

Keliat, B.A, dkk, (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN


(Basic Course). Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:


Bumi Aksara

Emzir. (2012). Analis Data: Metdologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Rajawali Pers

Supardi, Sudibyo. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. TIM,


2013

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV


Andi Offset

Dermawan ,deden .2013. Konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2013
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Elita,dkk. (2010). Persepsi Perawat Tentang Perilaku Kekerasan Yang


Dilakukan Oleh Pasien Gangguang Jiwa Di RSJ Tampan
Pekanbaru.

Gloria Bulecheck, Howard Butcher, dkk. 2016. Nursing Interventions


Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification


(NOC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. Pengkajian
Ruang Rawat: Merpati Tanggal Dirawat: 15 Mei 2017

I. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn.J
Umur : 38 Tahun
No. Rekam Medik : 03.05.87
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Kampung tangah, Bayang, Pesisir Selatan

II. Alasan Masuk


Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang Pada tanggal 15
Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang kedua kalinya. Pasien sudah
pernah dirawat terakhir 5 tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah
tidak mau meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum
dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan tanpa tujuan,
marah-marah tanpa sebab, bicara-bicara sendiri, banyak bermenung,
kurang tidur, dan menghancurkan barang-barang yang ada didalam
rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi alkohol.
III. Faktor Predisposisi
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan
alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang
dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman
nya, sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah
tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB
Saanin Padang yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke
IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan
yang hampir sama.
b. Pengobatan Sebelumnya
Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu bulan di RSJ. Prof.
HB Saanin Padang sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah keluar dari RSJ
Prof. HB Saanin Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol di
awasi oleh keluarga`

c. Trauma
 Aniaya Fisik

Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik


 Aniaya Seksual

Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya

 Penolakan

Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya

 Kekerasan Dalam Keluarga

Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mengalami kekerasan


dalam keluarga

 Tindakan Kriminal

Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa sebelumnya.

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan sering putus dari pekerjaan nya dan bingung
bagaimana harus membiayai keluarganya.

IV. Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda Vital : TD: 120/80 mmHg N: 81 x/menit S: 36,6 oC
P: 18 x/ menit
Ukuran : TB: 168 cm BB: 60 kg
Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik

V. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, Ayah pasien sudah
meninggal dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah
dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua pasien
memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul dengan siapa saja.
Kakak dan adik klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, anggota
keluarga yang lain juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Konsep Diri

 Citra Tubuh

Klien menyatakan menyukai semua anggota tubuhnya

 Identitas Diri

Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai kepala


keluarga dan anak dari kedua orang tuanya. Pasien mengatakan
dirinya tidak berguna setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan
orang tuanya, pasien ingin segera berubah dari masa lalu nya dan
segera bertemu keluarganya
 Peran Diri

Klien mengatakan ia bekerja sebagai petani, ia berperan sebagai


seorang ayah dan kepala keluarga.

 Ideal Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera berubah untuk


bertemu keluarganya.

 Harga Diri

Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan


orang lain jika ada hal yang penting-penting saja.

b. Hubungan Sosial
 Orang Terdekat

Klien mengatakan dekat dengan anak pertamanya. Ia ingin segera


bertemu dengan anaknya.

 Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat

Klien mengatakan jarang atau tidak pernah berinteraksi atau ikut


daam kegiatan kelompok/masyarakat disekitar rumahnya.

 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan
orang lain jika ada hal yang penting-penting saja

c. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan bahwa ia beragama islam

 Kegiatan Ibadah

Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit tapi


masih ada sholatnya yang bolong atau tidak dilakukan 5 waktu.

VI. Status Mental


a. Penampilan
Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti
bajunya 2x sehari dan mandi 2x sehari.

b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang diberikan

c. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien jarang bersosialisasi dengan teman-teman nya selama
diruangan.

d. Alam perasaaan
Klien mengatakan perasaannya sangat tenang saat ini dan tidak ada yang
ditakutkan.

e. Afek
Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang.

f. Interaksi selama wawancara


Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu
menjawab semua pertanyaan yang diberikan.

g. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa ada
dirinya yang lain. Klien mengira mungkin karna pengaruh alkohol dan
stress yang dialaminya.
h. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.

i. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang untuk bertemu keluarganya.

j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.

k. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.

m. Kemampuan penilaian
klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana.

n. Daya tilik diri


klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan
siapapun atas penyakit yang dideritanya.

VII. Kebutuhan Pasien Pulang


a. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat
alergi makanan.

b. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.

c. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.

d. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut acak-acakan.

e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah susah tidur, selama dirawat klien
mengaku tidur cukup dan teratur.

f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.

g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.

h. Kegiatan didalam rumah


Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan,
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya
sehari-hari sendiri.

i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah


Klien mampu berbelanja sendiri.

VIII. Mekanisme Koping


a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan.

b. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan
adalah sublimasi.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang yang dikenal nya saja.

c. Masalah dengan pendidikan


Klien tidak ada masalah dengan pendidikan.

d. Masalah dengan pekerjaan


Klien mengatakan sering putus dari pekerjaannya, oleh karna itu klien
sering merasa bingung dan stress.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama
keluarganya.

f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan saat putus bekerja klien merasa bingung untuk
membiayai keluarganya. Klien bekerja sebagai petani.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien mengaku tidak mau dirawat dirumah sakit.

X. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Ytt.
Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM)
Risperidon 2x1 mg
Merlopam 1x1 mg.

XII. Analisa Data


No Data Masalah
1. DS : - Klien mengatakan akan marah Perilaku kekerasan
apabila diajak berobat oleh
keluarganya
- Klien mengatakan sering
mengamuk apabila tidak ada
pekerjaan yang bisa
dilakukan
- Klien merasa gelisah apabila
tidak ada uang
- Klien suka berteriak apabila
sedang pusing

DO : - Pandangan mata klien tajam.


- Klien merusak barang-barang
dirumahnya
- Klien marah-marah tanpa
sebab sebelum dirawat
- Klien mengamuk dirumah
apabila tidak ada pekerjaan
2. DS : - Klien mengatakan ada dirinya Halusinasi
yang lain
- Klien mengatakan merasa
kehilangan dirinya saat mabuk-
mabuk

DO : - Klien tampak lebih tenang dan


banyak diam
- Klien tampak berbicara
sendiri
- Klien tampak tertawa
sendiri sebelum dirawat
- Klien berjalan tanpa tujuan
3. Isolasi Sosial
DS : - Klien mengatakan berinteraksi
hanya dengan orang yang
dikenalnya saja
- Klien mengatakan berinteraksi
jika ada hal yang penting saja
- Klien mengatakan lebih senang
sendiri

DO : - Klien tampak hanya berdiam


diri saja
- Klien tampak suka menyendiri
- Klien tampak jarang bicara
dengan teman satu ruangan nya

I. Daftar Masalah
1. Respon pasca trauma
2. Harga diri rendah
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Intoleransi aktivitas
5. Hambatan interaksi sosial
6. Isolasi sosial
7. Gangguan persepsi sosial
8. Gangguan proses pikir
9. Gangguan pola tidur
10. Pola koping tidak efektif
11. Kurang pengetahuan
II. Pohon Masalah

Isolasi SosialResiko Bunuh Diri

Perilaku kekerasanPerilaku
kekerasan

Halusinasi

III. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi
3. Isolasi Sosial
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn.J
No. MR : 03.05.87

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Perilaku Pasien mampu : Setelah dilakukan SP Pasien


Kekerasan Mengontrol perilaku pertemuan 2 - 4 x
kekerasan sesuai klien mampu SP1 Pasien : Mengidentifikasi Perilaku
dengan strategi mengontrol perilaku Kekerasan dan Latihan Fisik 1 dan 2
pelaksanaan tindakan kekerasan dengan cara : 1. Membina hubungan saling percaya
keperawatan 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
1. Mengontrol dengan perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 &
cara latihan fisik 1 2.
dan 2 3. Tanyakan bagaimana perasaan klien
2. Minum obat dengan setelah melakukan kegiatan.
prinsip 6 benar 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
minum obat latihan fisik 1 & 2.
3. Mengontrol dengan
cara verbal
4. Mengontrol dengan SP 2 Pasien : Melatih cara mengontrol
cara spiritual
Perilaku Kekerasan dengan cara 6 benar
minum obat

1. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2.
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum obat (6
benar)
3. Tanyakan bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
minum obat (6 benar)

SP 3 Pasien : Mengontrol Perilaku


Kekerasan dengan Cara Verbal

1. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2
dan minum obat (6 benar)
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal:
mengungkapkan, meminta, dan menolak
dengan benar
3. Tanyakan bagaiaman perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal

SP 4 Pasien : Mengontrol Perilaku


Kekerasan dengan cara Spiritual

1. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2,
minum obat 6 benar, dan cara verbal
2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan)
3. Tanya perasaan klien setelah melakukan
kegiatan
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
untuk latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
2. Halusinasi Pasien mampu : Setelah dilakukan SP Pasien
Mengontrol halusinasi pertemuan 2–4 x klien SP 1 pasien : pengkajian dan mengenal
sesuai strategi mampu mengontrol halusinasi
pelaksanaan tindakan halusinasi dengan cara :
keperawatan sehingga 1. Mengkajikesadaranpasienakanhalusinasiny
1. Menghardik suara adanpengenalanakanhalusinasi : Isi,
klien merasa nyaman frekuensi, waktuterjadi, situasipencetus,
yang palsu
2. Minum obat dengan perasaan, responpasien, sertaupaya yang
prinsip 6 benar telahdilakukanpasienuntukmengontrolhalu
minum obat sinasi
3. Mengontrol 2. Menjelaskancaramengontrolhalusinasideng
halusinasi dengan anmengahardik
bercakap – cakap 3. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan
4. Melakukan aktivitas menghardik
yang terjadwal
SP 2 pasien : 6 benarminumObat

1. Evalusitandadangejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasienmengenalhalusi
nasi yang
dialamidankemampuanpasienmengontrolh
alusinasidenganmenghardik, berikanpujian
3. Evalusimanfaatmengontrolhalusinasidenga
ncaramenghardik
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganpatu
hminumobat (jelaskan 6 benar : jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitasminumobat)
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukminum
obatsesuaijadwal
Berikut ini tindakan keperawatan yang
harus dilakukan agar pasien patuh minum
obat :

a. Jelaskanpentingnyapenggunaanobatpad
agangguanjiwa
b. Jelaskanakibatbilaobattidakdigunakanse
suai program
c. Jelaskanakibatbilaputusobat
d. Jelaskancaraendapatkanobatatauberobat
e. Jelaskancaramenggunakanobatdenganpr
insip 6 benar (jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitasminumobat)
SP 3pasien : Bercakapcakap

1. Evaluasigejalahalusinasi
2. Validasikemampuanpasiendalammengontr
olalusiansidenganmenghardik, minumobat,
berikanpujian
3. Evaluasimanfaatemngontrolhalusinasideng
anmenghardik, minumobatsesuaijadwal
4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganberc
akapcakapsaatterjadihalusinasi
5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan

SP 4 pasien :
Melakukanaktifitasseharihari

Padatindakankeempatinidapatdiulanguntukbe
berapakegiatanharian.
Semakinbanyakkegiatan yang
dilakukansemakinsedikitkemungkinanberhalu
sinasi. Berikutbeberapakegiatan yang
dapatdilatih

1. Membereskankamar
a. Evalusitandadangejalahalusinasi
b. Validasikemampuanpasiendalammengo
ntrolhalusiansidenganmenghardik,
minumobat, danbercakapcakapdengan
orang lain, berikanpujian
c. Latihcaramengontrolhalusinasidengank
egiatanharian (mulai 2 kegiatan)
d. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukmel
akukankegiatanharian
2. Melakukanaktifitasseharihari :
Mencucipiring
3. Isolasi Sosial Pasien Mampu : Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Melatih Pasien Bercakap -
berinteraksi dengan pertemuan: cakap
orang lain sehingga
tidak terjadi menarik Klien mampu 1. Membina hubungan saling percaya
berkenalan dan 2. Membantu pasien menyadari masalah
diri dari lingkungan isolasi social
berinteraksi dengan
3. Melatih pasien bercakap-cakap secara
cara:
bertahap antara pasien dan anggota
1. melatih pasien keluarga
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap untuk latihan
secara bertahap
antara pasien dan SP 2 Pasien : Berkenalan dengan 2-3 orang
perawat atau satu
orang lain 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi social
2. melatih pasien 2. Validasi kemampuan pasien dalam
bercakap-cakap berkenalan, beri pujian
dengan 2-3 orang 3. Latih cara berbicara saat melakukan
3. melatih pasien kegiatan harian (2-3 orang)
bercakap-cakap 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
dengan 4-5 orang SP 3 Pasien : berkenalan dengan 4-5 orang
4. melatih pasien
bercakap-cakap 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
dengan 4-5 orang 2. Validasi kemampuan berkenalan dan
sambil melakukan bicara saat melakukan kegiatan harian,
kegiatan berikan pujian
3. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan (2 kegiatan baru dengan 4-5
orang)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 4 Pasien : Berkenalan 4-5 orang dan
melakukan kegiatan

1. Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi


sosial
2. Validasi kemampuan pasien dalam
berkenalan dan bicara saat melakukan
empat kegiatan harian, berikan pujian
3. Tanyakan perasaan saat melakukan
kegiatan
4. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan
5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn.J Ruangan : Merpati No. MR : 03.05.87

HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI PARAF

21 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 S : Klien mengatakan marah apabila
dan 2) tidak ada pekerjaan yang bisa
dilakukan dan jika pasien terlalu
a) Membina hubungan saling percaya banyak mengkonsumsi alkohol
b) Mengidentifikasi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien
c) Menjelaskan dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak tenang dan mampu
cara latihan fisik (memukul bantal) melakukan latihan fisik (memukul
d) Mencontohkan kepada pasien latihan bantal) seperti yang sudah dijelaskan.
fisik (memukul bantal)
e) Menanyakan perasaan pasien sesudah
dilatih
f) Memberikan pujian atas usaha yang A : Perilaku kekerasan tidak tampak.
dilakukan pasien SP 1 Pasien tercapai, pasien mampu
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara latihan fisik

P : Lanjutkan SP 2 Perilaku
kekerasan dan Evaluasi SP 1

22 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang
perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum
minum obat) obatnya. Klien merasa lebih
mengantuk setelah minum obat.
1. Evaluasi pertemuan sebelumnya
dengan pasien SP1 mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan
fisik O : Klien tampak tenang setelah
2. Latih cara mengontrol halusinasi minum obat dan tidak ada perilaku
dengan patuh minum obat. (Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada
pentingnya penggunan obat, akibat
pasien. Klien tampak tidur 15 menit
bila obat tidak digunakan sesuai
program, akibat bila putus obat, cara setelah minum obat.
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan
prinsip 6 benar minum obat: jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara dan
kontinuitas minum obat. A : Klien tidak bisa minum obat
3. Menanyakan perasaan dan pendapat sendiri dan selalu diawasi perawat.
klien setelah minum obat. SP 2 belum optimal

P : Lanjutkan SP 3 Perilaku
kekerasan dan evaluasi kegiatan 1
dan 2

23 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan kurang pandai
perilaku kekerasan dengan cara verbal) dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya. Klien lebih memilih
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku diam dan tidak mengungkapkan apa
kekerasan dengan cara latihan fisik
dan 6 benar minum obat. yang ada dalam fikiran nya. Oleh
2. Menjelaskan dan melatih cara sebab itu klien sering mengamuk jika
mengontrol perilaku kekerasan dengan masalah nya menumpuk.
cara verbal yaitu meminta,
mengungkapkan, dan menolak dengan
benar.
3. Berikan pujian dan tanya bagaimana O : Klien mampu menolak dan
perasaan pasien setelah melakukan meminta dengan benar. Klien kurang
latihan. bisa dalam mengungkapkan apa yang
dirasakan nya.
A : Latihan SP 3 belum optimal

P : Lanjutkan SP 4 dan evaluasi


kegiatan 1, 2 dan 3.

24 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang
perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama
dirumah. Klien sudah mulai
1. Evaluasi cara mengontrol perilaku beribadah selama dirawat tetapi tidak
kekerasan dengan cara latihan
fisik, 6 benar minum obat, dan dilakukan penuh.
cara verbal.
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah
spiritual (beribadah, sholat,
sholat diruangan. Klien
berdoa, membaca kitab suci)

Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik S : Klien mengatakan melihat ada


Sensori : Halusinasi halusinasi) dirinya yang lain saat sebelum
pendengaran dirawat. Klien mengatakan tidak
a) Membina hubungan saling percaya pernah berbicara dan tertawa sendiri.
b) Mengidentifikasi jenis halusinasi
klien Klien mengatakan tidak tau dengan
c) Mengidentifikasi isi halusinasi dirinya ketika selesai mengkonsumsi
klien alkohol.
d) Mengidentifikasi waktu terjadi
halusinasi klien
e) Mengidentifikasi situasi pencetus O : Sebelum dirawat klien berbicara
yang menimbulkan halusinasi dan tertawa sendiri saat dirumah nya.
f) Menjelaskan cara mengontrol Saat dilakukan latihan pasien tidak
halusinasi dengan menghardik tampak berbicara dan tertawa sendiri.
g) Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan menghardik
A : SP 1 tercapai klien mampu
membina hubungan saling percaya,
klien dapat memperagakan cara
menghardik jika terjadi halusinasi.

P : Lanjutkan SP 2 halusinasi,
evaluasi kegiatan SP 1

25 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi obat) mendengar suara-suara aneh, melihat
pendengaran bayangan dirinya. Klien mengaku
a) Evaluasi manfaat mengontrol sudah tenang.
halusinasi dengan cara menghardik
b) Latih cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. O : Klien tidak tampak berbicara dan
(Jelaskan pentingnya penggunan tertawa sendiro. Klien tampak tenang
obat, akibat bila obat tidak tetapi jarang berinteraksi.
digunakan sesuai program, akibat
bila putus obat, cara mendapatkan
obat/berobat. Jelaskan prinsip 6
benar minum obat: jenis, waktu, A : SP 2 belum optimal, klien belum
dosis, frekuensi, cara dan mampu meminum obat sendiri. Klien
kontinuitas minum obat. hanya tau waktu minum obat tidak
tau dosis dan jenis obat nya.

P : Lanjutkan SP 3, evaluasi kegiatan


SP 1 dan 2

26 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat
pendengaran bayangan dirinya. Klien mengaku
a) Evaluasi gejala halusinasi sudah tenang.

b) Validasi kemampuan pasien dalam


mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, berikan O : klien tampak menyerndiri, klien
pujian tidak mau bersosialisasi dengan
c) Latih cara mengontrol halusinasi orang lain.
dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi

A : Halusinasi sudah terkontrol, SP 3


belum optimal

P : Lanjutkan SP 4, evaluasi kegiatan


SP 1, 2 dan 3
Strategi Pelaksanaan 4 (melakukan
aktivitas sehari-hari)
S : Klien mengatakan tidak ada
a) evaluasi kemampuan pasien dalam
mendengar suara-suara aneh, melihat
mengontrol halusinasi dengan bayangan dirinya. Klien mengaku
Gangguan Persepsi menghardik, minum obat, dan sudah tenang.
Sensori : Halusinasi bercakap-cakap dengan orang
lain,berikan pujian
pendengaran
b) Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian O : Klien tampak sudah berbicara
dengan orang lain tetapi jarang.
Klien melakukan aktivitas harian
secara mandiri.
A : Klien dapat mengontrol dengan
melakukan kegiatan diruangan

P : Optimalkan SP 4 dan evaluasi


kegiatan SP 1 2 dan 3

27 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 1 : bercakap – cakap S : Klien mengatakan namanya
dengan satu orang Juprianto dan klien mengatakan
malas untuk berinteraksi jika tidak
a) Membina hubungan saling hal yang penting. Klien lebih senang
percaya
b) Membantu pasien menyadari sendiri.
masalah isolasi sosial
c) Melatih pasien bercakap-cakap
secara bertahap antara pasien dan O : Klien tampak banyak sendiri dan
anggota keluarga
bermenung, klien mempraktikan cara
berkenalan.

A : SP 1 Isolasi Sosial teratasi, klien


mampu berinteraksi dengan orang
lain
P : Evaluasi SP 1 dan lanjut SP
2Isolasi sosial

28 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang bisa
dengan 2-3 orang berkenalan dengan orang lain

a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi


social
b) Validasi kemampuan pasien O : Klien tampak berkenalan dengan
dalam berkenalan, beri pujian 2 orang teman lainnya
c) Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian (2-3
orang )
A : SP 2 isolasi sosial teratasi, klien
mampu menjelaskan kembali cara
berkenalan

P : Evaluasi SP 2 dan lanjut SP 3


isolasi sosial

29 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan sudah
dengan 4-5 orang berkenalan dengan 2-3 orang
didalam ruangan
a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi
sosial
b) Validasi kemampuan berkenalan
dan bicara saat melakukan
kegiatan harian, berikan pujian O : klien tampak ikut dalam kegiatan
c) Latih cara berbicara saat di dalam ruangan dan mulai
melakukan kegiatan (2 kegiatan berbicara dengan orang lain
baru dengan 4-5 orang)

A SP 3 Isolasi Sosial teratasi

P : Evaluasi SP 3 dan lanjut SP 4 Isolasi


Sosial

30 Mei 2017 Isolasi Sosial Strategi Pelaksanaan 4 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang
dengan 4-5 orang dan melakukan mengikuti kegiatan karena banyak
kegiatan teman

a. Mengevaluasi tanda dan gejala


isolasi sosial
b. Validasi kemampuan pasien dalam O : klien tampak tidak menyendiri
berkenalan dan bicara saat lagi, klien mengikuti kegiatan
melakukan empat kegiatan harian, diruangan
berikan pujian
c. Tanyakan perasaan saat melakukan
kegiatan
d. Latih cara berbicara saat A : SP 4 Isolasi Sosial teratasi
melakukan kegiatan sosial

P : Evaluasi Kegiatan SP 4 Isolasi


Sosial
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

B. Pengkajian
Ruang Rawat: Merpati Tanggal Dirawat: 7 Mei 2017

XIII. Identitas Klien


Inisial Klien : Tn.I
Umur : 24 Tahun
No. Rekam Medik : 00.62.71
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Lubuk aur, Bayang, Pesisir Selatan

XIV. Alasan Masuk


Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada tanggal 7 Mei
2017. Pasien diantar untuk yang kelima kalinya dengan keluhan, meninju
kaca rumahnya, memukul orang tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat,
bicara dan tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi NAPZA sebelum dirawat.
Terakhir dirawat yaitu pada bulan September 2016. Pasien mengalami
gangguan jiwa sejak tahun 2011

XV. Faktor Predisposisi


f. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan
alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang
dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman
nya, sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah
tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB
Saanin Padang yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke
IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan
yang hampir sama.
g. Pengobatan Sebelumnya
Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2011 dengan alasan memukul
orang tuanya dan menghancurkan barang-barang yang ada disekitarnya.
Terakhir dirawat sejak September 2016. Pasien dirawat untuk kelima
kalinya dengan keluhan yang hampir sama yaitu memukul orang tuanya.
Pasien diantar keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada
tanggal 7 Mei 2017 untuk mendapatkan perawatan. Dari pengakuan
pasien dan keluarga bahwa pasien mengkonsumsi NAPZA seperti sabu-
sabu, ganja, dan berbentuk pil.
h. Trauma
 Aniaya Fisik

Klien mengatakan pernah di pukuli oleh kakak nya dari pinggang


kebawah sewaktu masih SMA

 Aniaya Seksual

Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya

 Penolakan

Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya

 Kekerasan Dalam Keluarga

Klien mengatakan pernah dipukuli oleh kakak nya

 Tindakan Kriminal

Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya

i. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa sebelumnya.

j. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan pernah memukuli orang tua nya karna tidak diberi
uang oleh orang tuanya.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital : TD: 120/70 mmHg N: 89 x/menit S: 36,8 oC
P: 19 x/ menit
Ukuran : TB: 165 cm BB: 62 kg
Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik

XVI.Psikososial
d. Genogram
Keterangan :
Pasien merupakan anak ke 8 dari orang bersaudara, kedua orang tua
masih hidup dan tinggal dikampung nya bayang pesisir selatan. Dari 8
orang bersaudara 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Kakak klien
anak ketiga sudah meninggal dunia. Sebelum tinggal dengan kakak klien
anak ke 6, klien tinggal bersama orang tua nya dipesisir selatan. Tidak
ada anggota keluarga klien yang pernah mengalami gangguan jiwa.

Konsep Diri

 Citra Tubuh

Klien mengatakan tubuhnya merasa kuat dan menyukai semua


anggota tubuhnya

 Identitas Diri

Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai anak dari
orang tuanya karna selalu menyusahkan orang tua nya dan merasa
tidak berguna karna selalu membuat masalah.
 Peran Diri

Klien mengatakan ia tidak memiliki pekerjaan dan klien ingin


bekerja setelah sembuh agar dirinya bisa berguna bagi keluarga dan
dirinya sendiri

 Ideal Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu kedua orang


tuanya.

 Harga Diri

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna karna selalu


membuat masalah. Klien juga mengatakan bahwa dia dikucilkan
dikampung nya karna penyakit yang ia derita, oleh karna itu klien
tinggal bersama kakaknya di padang.

e. Hubungan Sosial
 Orang Terdekat

Klien mengatakan dekat dengan kakak nya anak ke 6 karna klien


tinggal bersama kakak nya sejak satu tahun yang lalu.

 Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat


Klien mengatakan tidak pernah di ikutkan lagi dalam kegiatan
pemuda dikampung nya sejak tahun 2013. Klien merasa dikucilkan
dan tidak mempunyai teman.

 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan tidak bisa mengontrol cara bicara nya yang kasar.

f. Spiritual
 Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan bahwa ia beragama islam

 Kegiatan Ibadah

Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit


bahkan klien pernah menjadi imam saat sholat.

XVII. Status Mental


o. Penampilan
Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti
bajunya 2x sehari dan mandi 1x sehari.

p. Pembicaraan
Klien banyak bicara tetapi mampu menjawab semua pertanyaan yang
diberikan

q. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien tampak sering berinteraksi dengan orang lain.

r. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sangat gelisah karna tidak dijemput atau
dijenguk oleh keluarganya

s. Afek
Afek klien luas karna klien mampu mengungkapkan semua isi perasaan
nya

t. Interaksi selama wawancara


Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu
menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Klien banyak bicara

u. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan hanya ingat saat
mengkonsumsi NAPZA, klien mengatakan tidak tau apa-apa bahkan
klien tidak sadar sudah memukuli kedua orang tuanya. Klien juga ingat
bahwa klien melihat ada orang yang akan mengambil harta warisan
keluarganya.

v. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.

w. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera
pulang untuk bertemu orang tuanya.

x. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.

y. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.

z. Tingkat konsentrasi dan berhitung


klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.

aa. Kemampuan penilaian


klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana.

bb. Daya tilik diri


klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan
siapapun atas penyakit yang dideritanya.

XVIII.Kebutuhan Pasien Pulang


j. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat
alergi makanan.

k. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.

l. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.

m. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut klien rapi

n. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah sakit istirahat cukup, karna setelah
minum obat klien mengaku sangat mengantuk.

o. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.

p. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.

q. Kegiatan didalam rumah


Klien mengatakan bahwa dirumah hanya makan dan istirahat seperti
biasa, pakaian klien di cucuikan oleh kakak iparnya. Kalau ingin keluar
rumah klien harus mendapatkan izin dari kakak nya.

r. Kegiatan/aktivitas di luar rumah


Klien mampu berbelanja sendiri ke kedai didekat rumah nya.

XIX. Mekanisme Koping


c. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan.

d. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan
adalah sublimasi.

XX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


h. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok.

i. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Klien mengatakan dulu ia mempunyai banyak teman dikampungnya,
sejak dikucilkan klien tidak mempunyai teman dan klien lebih banyak
dirumah

j. Masalah dengan pendidikan


Klien pernah kuliah lalu berhenti karna klien tidak membayarkan uang
semester yang diberikan oleh orang tua nya. Klien menyesal karna
kejadian tersebut.

k. Masalah dengan pekerjaan


Klien mengatakan belum bekerja

l. Masalah dengan perumahan


Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama
kakaknya

m. Masalah ekonomi
Klien mengatakan marah apabila dia tidak diberi uang jajan atau tidak
diberi saat diminta

n. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan rumah sakit

XXI. Pengetahuan
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.

XXII. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Tipe Campuran
Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM)
Risperidon 2x2 mg
Merlopam 1x2 mg.

XXIII.Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : - Klien mengatakan mudah Perilaku kekerasan
marah tanpa sebab
- Klien mengatakan tidak
mampu mengontrol cara
bicaranya yang kasar
- Klien marah apabila tidak
diberi uang jajan
- Klien mengatakan akan kasar
apabila kehendaknya tidak
dituruti

DO : - Pandangan mata klien tajam.


- Klien meninju kaca rumah nya
- Klien memukul kedua orang
tuanya
- Klien mengamuk dirumah
apabila tidak diberi uang
- Klien mengkonsumsi NAPZA
sebelum dirawat.
- Klien dirawat dengan keluhan
yang sama pada bulan
september 2016

2. DS : - Klien mengatakan melihat ada Halusinasi


orang yang datang dan akan
mengambil harta warisan
keluarganya
- Klien mengatakan tidak sadar
sudah memukuli kedua orang
tua nya
- Klien hanya ingat saat
mengkonsumsi NAPZA

DO : - Klien tampak banyak bicara


- Klien berbicara sendiri
sebelum dirawat dirumah sakit
- Klien tampak tertawa sendiri
sebelum dirawat dirumah sakit
- Klien tampak gelisah

3. DS : - Klien mengatakan ia merasa Harga Diri Rendah


dikucilkan dikampung nya
karna penyakit yang
dideritanya
- Klien mengatakan dijauhi oleh
teman teman nya dirumah
- Klien mengatakan merasa tidak
berguna karna selalu membuat
masalah untuk kedua orang
tuanya
- Klien mengatakan merasa malu
jika berada dikampungnya.

DO : - Klien tampak banyak bicara


- Klien bisa berinteraksi dengan
orang lain
- Klien tampak sedih dan gelisah
saat menceritakan orang tua
dan lingkungan rumahnya
- Persepsi klien merasa tidak
berguna dan selalu membuat
masalah

IV. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Perilaku kekerasan

Halusinasi

V. Daftar Diagnosa Keperawatan


4. Perilaku Kekerasan
5. Halusinasi
6. Harga Diri Rendah
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn.I
No. MR : 00.62.71

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Perilaku Pasien mampu : Setelah dilakukan SP Pasien


Kekerasan Mengontrol perilaku pertemuan 2 - 4 x
kekerasan sesuai klien mampu SP1 Pasien : Mengidentifikasi Perilaku
dengan strategi mengontrol perilaku Kekerasan dan Latihan Fisik 1 dan 2
pelaksanaan tindakan kekerasan dengan cara : 5. Membina hubungan saling percaya
keperawatan 6. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
5. Mengontrol dengan perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 &
cara latihan fisik 1 2.
dan 2 7. Tanyakan bagaimana perasaan klien
6. Minum obat dengan setelah melakukan kegiatan.
prinsip 6 benar 8. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
minum obat latihan fisik 1 & 2.
7. Mengontrol dengan
cara verbal
8. Mengontrol dengan SP 2 Pasien : Melatih cara mengontrol
cara spiritual
Perilaku Kekerasan dengan cara 6 benar
minum obat

5. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2.
6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara minum obat (6
benar)
7. Tanyakan bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
minum obat (6 benar)

SP 3 Pasien : Mengontrol Perilaku


Kekerasan dengan Cara Verbal

5. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2
dan minum obat (6 benar)
6. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara verbal:
mengungkapkan, meminta, dan menolak
dengan benar
7. Tanyakan bagaiaman perasaan klien
setelah melakukan kegiatan.
8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara verbal

SP 4 Pasien : Mengontrol Perilaku


Kekerasan dengan cara Spiritual

5. Evaluasi cara mengontrol perilaku


kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2,
minum obat 6 benar, dan cara verbal
6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan)
7. Tanya perasaan klien setelah melakukan
kegiatan
8. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian
untuk latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
2. Halusinasi Pasien mampu : Setelah dilakukan SP Pasien
Mengontrol halusinasi pertemuan 2–4 x klien SP 1 pasien : pengkajian dan mengenal
sesuai strategi mampu mengontrol halusinasi
pelaksanaan tindakan halusinasi dengan cara :
keperawatan sehingga 4. Mengkaji kesadaran pasien akan
5. Menghardik halusinasinya dan pengenalan akan
klien merasa nyaman halusinasi : Isi, frekuensi, waktu terjadi,
penglihatan yang
palsu situasi pencetus, perasaan, respon pasien,
6. Minum obat dengan serta upaya yang telah dilakukan pasien
prinsip 6 benar untuk mengontrol halusinasi
minum obat 5. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
7. Mengontrol dengan mengahardik
halusinasi dengan 6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
bercakap – cakap latihan menghardik
8. Melakukan aktivitas
yang terjadwal
SP 2 pasien : 6 benar minum Obat

6. Evalusi tanda dan gejala halusinasi


7. Validasi kemampuan pasien mengenal
halusinasi yang dialami dan kemampuan
pasien mengontrol halusinasi dengan
menghardik, berikan pujian
8. Evalusi manfaat mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
9. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat (jelaskan 6 benar : jenis,
waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
minum obat sesuai jadwal
Berikut ini tindakan keperawatan yang
harus dilakukan agar pasien patuh minum
obat :

f. Jelaskan pentingnya penggunaan obat


pada gangguan jiwa
g. Jelaskan akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program
h. Jelaskan akibat bila putus obat
i. Jelaskan cara endapatkan obat atau
berobat
j. Jelaskan cara menggunakan obat
dengan prinsip 6 benar (jenis, waktu,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)

SP 3pasien : Bercakap cakap

6. Evaluasi gejala halusinasi


7. Validasi kemampuan pasien dalam
mengontrol alusiansi dengan menghardik,
minum obat, berikan pujian
8. Evaluasi manfaat emngontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat sesuai
jadwal
9. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap saat terjadi halusinasi
10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan

SP 4 pasien : Melakukan aktifitas sehari


hari

Pada tindakan keempat ini dapat diulang


untuk beberapa kegiatan harian. Semakin
banyak kegiatan yang dilakukan semakin
sedikit kemungkinan berhalusinasi. Berikut
beberapa kegiatan yang dapat dilatih
3. Membereskan kamar
e. Evalusi tanda dan gejala halusinasi
f. Validasi kemampuan pasien dalam
mengontrol halusiansi dengan
menghardik, minum obat, dan bercakap
cakap dengan orang lain, berikan pujian
g. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
h. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
melakukan kegiatan harian
4. Melakukan aktifitas sehari hari : Mencuci
piring

3. Harga Diri Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien : Pengkajian dan latihan


Rendah Mampu pertemuan: kegiatan pertama
:Meningkatkan
kepercayaan diri yang Klien mampu 5. Identifikasi pandangan/penilaian pasien
meningkatkan harga tentang diri sendiri dan pengaruhnya
dimiiki klien dan terhadap hubungan dengan orang lain,
melatih klien sesuai diri dengan cara :
5. Mengkaji harapan yang telah dan belum tercapai,
kemampuannya kemampuan yang upaya yang dilakukan untuk mencapai
melalui tindakan dimiliki klien serta harapan yang belum terpenuhi
keperawatan sehingga melatih kegiatan 6. Identifikasi kemampuan melakukan
klien tidak lagi merasa pertama kegiatan dan aspek positif klien (buat
6. Latihan kegiatan daftar kegiatan)
putus asa dan lebih
kedua yang telah 7. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat
berarti
disepakati dilakukan saat ini
7. Latihan kegiatan 8. Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
ketiga saat ini
9. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan
8. Latihan kegiatan ke yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
empat yang telah 10. Latih kegiatan yang dipilih
disepakati klien (alat dan cara melakukan nya)
11. Masukkan kegiatan yang
telahh dilatih pada jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 2 Pasien : Latihan kegiatan kedua

5. Evaluasi tanda dan gejala harga diri


rendah
6. Validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih dan
berikan pujian
7. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan
pertama
8. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
akan dilatih
9. Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
10. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan dua kegiatan
SP 3 Pasien : Strategi pelaksanaan
pertemuan 3 pada pasien
5. Evaluasi tanda dan gejala harga diri
rendah
6. Validasi kemampuan melakukan kegiatan
pertama, dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
7. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan
pertama dan kedua
8. Bantu pasien melih kegitan ketiga yang
akan dilatih
9. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
10. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan tiga kegiatan
SP 4 Pasien : Strategi pelaksanaan
pertemuan 4 pada pasien

6. Evaluasi tanda dan gejala harga diri


rendah
7. Validasi kemampuan melakukan kegiatan
pertama, kedua, dan ketiga yang telah
dilatih dan berikan pujian
8. Bantu pasien memilih kegiatan keempat
yang akan dilatih dan lakukan
9. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
untuk latihan empat kegiatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn.I Ruangan : Merpati No. MR : 00.62.71

HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI PARAF

21 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 S : Klien mengatakan mudah marah
dan 2) dan klien tidak bisa mengontrol cara
bicaranya yang kasar.
g) Membina hubungan saling percaya
h) Mengidentifikasi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien
i) Menjelaskan dan melatih cara O : Klien tampak banyak bicara dan
mengontrol perilaku kekerasan dengan mampu melakukan latihan fisik
cara latihan fisik (memukul bantal) (memukul bantal) seperti yang sudah
j) Mencontohkan kepada pasien latihan
dijelaskan.
fisik (memukul bantal)
k) Menanyakan perasaan pasien sesudah
dilatih
l) Memberikan pujian atas usaha yang A : Perilaku kekerasan verbal
dilakukan pasien tampak. SP 1 Pasien tercapai, pasien
mampu mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara latihan fisik

P : Lanjutkan SP 2 Perilaku
kekerasan dan Evaluasi SP 1

22 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang
perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum
minum obat) obatnya. Klien merasa lebih
mengantuk setelah minum obat.
4. Evaluasi pertemuan sebelumnya Klien tidak tau nama obat yang
dengan pasien SP1 mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan diminum. Dan tidak bisa minum obat
fisik sendiri
5. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. (Jelaskan
pentingnya penggunan obat, akibat
O : Klien tampak tenang setelah
bila obat tidak digunakan sesuai
program, akibat bila putus obat, cara minum obat dan tidak ada perilaku
mendapatkan obat/berobat. Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada
prinsip 6 benar minum obat: jenis, pasien. Klien tampak tidur 15 menit
waktu, dosis, frekuensi, cara dan setelah minum obat.
kontinuitas minum obat.
6. Menanyakan perasaan dan pendapat
klien setelah minum obat.
A : Klien tidak bisa minum obat
sendiri dan selalu diawasi perawat.
SP 2 belum optimal

P : Lanjutkan SP 3 Perilaku
kekerasan dan evaluasi kegiatan 1
dan 2

23 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan tidak bisa
perilaku kekerasan dengan cara verbal) mengontrol cara bicara nya yang
kasar, seperti memaksa orang lain
4. Evaluasi cara mengontrol perilaku mengambilkan ia minum atau
kekerasan dengan cara latihan fisik
dan 6 benar minum obat. makan. Kasar saat meminjam handuk
5. Menjelaskan dan melatih cara atau sendal orang lain yang ada
mengontrol perilaku kekerasan dengan diruangan.
cara verbal yaitu meminta,
mengungkapkan, dan menolak dengan O : Klien tampak banyak bicara.
benar. Klien mampu meminta dan menolak
6. Berikan pujian dan tanya bagaimana dengan baik. Klien mengerti tujuan
perasaan pasien setelah melakukan dari latihan yang diajarkan
latihan.

A : Latihan SP 3 belum optimal


karna klien melakukan nya hanya
saat diawasi

P : Lanjutkan SP 4 dan evaluasi


kegiatan 1, 2 dan 3.

24 Mei 2017 Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang
perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama
dirumah. Klien ada melakukanibadah
3. Evaluasi cara mengontrol perilaku selama dirawat, klien mengatakan
kekerasan dengan cara latihan
fisik, 6 benar minum obat, dan pernah menjadi imam saat sholat
cara verbal.
4. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah
spiritual (beribadah, sholat,
sholat diruangan. Klien mampu
berdoa, membaca kitab suci)
istighfar dan berdoa sendiri saat akan
merasa marah. Klien mampu
melakukan latihan yang di ajarkan
sendiri

A: SP 4 sudah optimal. Perhatikan


SP 2 dan SP 3
P : Lanjutkan SP 2 dan SP 3 dan
evaluasi semua kegiatan yang sudah
dilakukan.

Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik S : Klien mengatakan melihat ada


Sensori : Halusinasi halusinasi) orang yang datang yang akan
penglihatan mengambil harta warisan
h) Membina hubungan saling percaya keluarganya sebelum dirawat di
i) Mengidentifikasi jenis halusinasi
klien rumah sakit jiwa. Klien mengatakan
j) Mengidentifikasi isi halusinasi tidak tau apa-apa saat memukul
klien orang tuanya.
k) Mengidentifikasi waktu terjadi
halusinasi klien
l) Mengidentifikasi situasi pencetus O : Sebelum dirawat klien berbicara
yang menimbulkan halusinasi dan tertawa sendiri dan mengamuk
m)Menjelaskan cara mengontrol saat dirumah nya. Saat dilakukan
halusinasi dengan menghardik latihan pasien tidak tampak berbicara
n) Melatih pasien mengontrol dan tertawa sendiri.
halusinasi dengan menghardik

A : SP 1 tercapai klien mampu


membina hubungan saling percaya,
klien dapat memperagakan cara
menghardik yg dilihat tersebut jika
terjadi halusinasi.

P : Lanjutkan SP 2 halusinasi,
evaluasi kegiatan SP 1

25 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi obat) melihat orang yang sering dilihatnya
pennglihatan yg akan mengambil harta warisan
c) Evaluasi manfaat mengontrol keluarganya. Klien mengaku sudah
halusinasi dengan cara menghardik tenang dan tidak pernah melihatnya
d) Latih cara mengontrol halusinasi lagi
dengan patuh minum obat.
(Jelaskan pentingnya penggunan
obat, akibat bila obat tidak
O : Klien tidak tampak berbicara dan
digunakan sesuai program, akibat
bila putus obat, cara mendapatkan tertawa sendiri. Klien tampak tenang
obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 tetapi banyak bicara. Klien
benar minum obat: jenis, waktu, mengatakan tidak tau obat yang
dosis, frekuensi, cara dan diminum nya
kontinuitas minum obat.
A : SP 2 belum optimal, klien belum
mampu meminum obat sendiri. Klien
hanya tau waktu minum obat tidak
tau dosis dan jenis obat nya.

P : Lanjutkan SP 3, evaluasi kegiatan


SP 1 dan 2

26 Mei 2017 Gangguan Persepsi Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada
Sensori : Halusinasi dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat
penglihatan orang yg sering dilihatnya tersebut.
d) Evaluasi gejala halusinasi Klien mengaku sudah tenang.

e) Validasi kemampuan pasien dalam


mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat, berikan O : klien tampak tenang, hari ini
pujian klien sudah tidak banyak bicara lagi
f) Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi A : Halusinasi sudah terkontrol, SP 3
belum optimal

P : Lanjutkan SP 4, evaluasi kegiatan


SP 1, 2 dan 3

Strategi Pelaksanaan 4 (melakukan


aktivitas sehari-hari)
S : Klien mengatakan tidak ada
mendengar suara-suara aneh, melihat
c) evaluasi kemampuan pasien dalam
bayangan orang lain. Klien mengaku
mengontrol halusinasi dengan
Gangguan Persepsi sudah tenang.
menghardik, minum obat, dan
Sensori : Halusinasi bercakap-cakap dengan orang
pendengaran lain,berikan pujian
d) Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan O : Klien tampak tenang. Klien
kegiatan harian melakukan aktivitas harian secara
mandiri.

A : Klien dapat mengontrol dengan


melakukan kegiatan diruangan

P : Optimalkan SP 4 dan evaluasi


kegiatan SP 1 2 dan 3
27 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 1 Pasien : Pengkajian dan latihan S : Klien mengatakan merasa tidak
kegiatan pertama berguna karena selalu membuat
a) Identifikasi pandangan/penilaian masalah dan meyusahkan orang
pasien tentang diri sendiri dan tuanya. Klien mengatakan merasa
pengaruhnya terhadap hubungan
dikucilkan oleh teman-teman
dengan orang lain, harapan yang telah
dan belum tercapai, upaya yang dirukampungnya.
dilakukan untuk mencapai harapan
yang belum terpenuhi
b) Bantu pasien menilai kegiatan yang O : Klien merasa kurang percaya diri
dapat dilakukan saat ini (pilih dari
dan mengatakan tidak mau lagi
daftar kegiatan mana kegiatan yang
dapat dilaksanakan) tinggal dikampung bersama orang
c) Bantu pasien memilih salah satu tuanya
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
d) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan
A : Klien melakukan kegiatan yang
cara melakukan nya)
dipilih secara mandiri dan merasa
senang setelah melakukan kegiatan

P : Evaluasi SP 1 dan lanjut SP


2Harga diri rendah

28 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 2 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan sudah
pertemuan 2 melakukan kegiatan pertama yaitu
a) Validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama yang merapikan tempat tidur, klien dapat
telah dilatih dan berikan pujian menyebutkan alat untuk kegiatan
b) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan kedua menyapu ruangan
pertama
c) Bantu pasien memilih kegiatan kedua
yang akan dilatih
d) Latih kegiatan kedua (alat dan cara) O : Klien tampak sudah bisa
melakukan kegiatan, kontak mata
sudah ada

A: Harga diri rendah masih ada,


klien melakukan dengan arahan
perawat

P: Optimalkan kegiatan SP 1 dan 2

29 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 3 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan drinya senang
pertemuan 3 dapat melakukan kegiatan, klien
d) Validasi kemampuan melakukan mengatakan senang dan tenang
kegiatan pertama, dan kedua yang
telah dilatih dan berikan pujian O : Kien tampak sudah bisa
e) Bantu pasien melih kegitan ketiga menyiapkan makanan, klien sudah
yang akan dilatih
tampak bersemangat
f) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
A : Klien mampu melakukan
kegiatan secara mandiri

P : Optimal kegiatan SP 3 dan 1 dan


2 Harga diri rendah

30 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 4 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan senang
pertemuan 4 mengikuti kegiatan karena
(2)Validasi kemampuan melakukan membuatnya lebih bersemangat
kegiatan ertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
(3)Evaluasi manfaat melakukan kegiatan
pertama, kedua dan ketiga O : klien tampak bersemangat dan
(4)Bantu pasien memilih kegiatan mengikuti kegiatan selama
keempat yang akan dilatih diruangan. Klien mampu melakukan
(5)Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
kegiatan sendiri tanpa arahan
perawat

A : klien mampu melakukan kegiatan


secara mandiri

P : Evaluasi Kegiatan yang sudah


dilakukan sejak awal

Anda mungkin juga menyukai