Anda di halaman 1dari 33

ASKEP BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. DEFINISI

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah
depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar
prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur
di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah
umum dipakai.

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan
alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part).
Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin.
Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:

✓ Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron


dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.
✓ Faktor umur / usia lanjut.
✓ Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian
proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran
rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:-
Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2
buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi
saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena
terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan
seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior
kelenjar prostat terdiri dari:

✓ Kapsul anatomis
✓ Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang
terbagi atas 3 kelompok bagian:

o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya


o Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatus zone
o Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu
membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja
prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada
orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi
prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning
kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna
putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila
jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak
mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral
sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen
uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi
dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi
setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar
dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau
mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah.
Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju
lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk
mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang
menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar
terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan
sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi
dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi
progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat
dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat
dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban
solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa
merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat
kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut
Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus
urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi
lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-
balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika
dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila
kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase
kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang
berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas

E. PATHWAY
Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot
destrusorSpasme otot spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot
destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal
ginjalRetensi urinPort de entrée mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi
seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko perdarahan: resiko syok
hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang informasi ttg penyakitnyaKurang
pengetahuanHyperplasia periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH

F. MANIFESTASI KLINIS

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan
kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi
yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam
hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada
abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan
turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung
kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy,


foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal
Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,
tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.

4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik dapat
menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan
ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan
Pielonefritis
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

Dasar Data Pengkajian Pasien

a. Sirkuasi

Tanda : peninggian TD (efek pembearan ginjal)

b. Eliminasi

Gejala:- penurunan kekuatan/ orongan aliran urin, tetesan

• keragu-raguan pada berkemih awal


• ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung emih dengan lengkap. Dorongan dan
frekuensi berkemih.
• Nokturia, disuria, hematuria
• Duduk untuk berkemih
• Isk berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
• Konstipasi(protrusi prostat kedalam rektum)

Tanda:- massa padat dibawah abdomen(distensi kandung kemih), nyeri tekan kandung kemih.

• hernia inguinalis ; hemoroid (mengakibatkan peningkatan tekanan abominal yang


meerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan)

c. makanan/ cairan

gejala: – anoreksia, mual, muntah

– penurunan berat badan

d.Nyeri/kenyamanan

gejala : – nyeri suprapubis, panggul atau punggung; tajam kuat (pada prostatitis akut)

• nyeri punggung bawah


e. keamanan

gejala : demam

f. seksualitas

gejala : – masalah tentang efek kondisi/ terapi kemampuan seksual

• takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim


• penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi

tanda : pembesaran,nyeri tekan prostat

g. penyuluhan/ pembelajaran

gejala: – riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal.

• penggunaan antihipertensif / antidepresan, antibiotik urinria/ agen antibiotik, obat


yang dijal bebas untuk flu/ alergi obat mengandung simpatomimetik.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, RASIONAL

1. Retensi Urin b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat.

Hasil yang diharapkan : berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung
kemih.

NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri

1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4


1. Meminimlkan retensi urin , distensi
jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
berlebihan pada kandung kemih.

Tanyakan pasien tentang inkontinensia


2. stres
2. Tekanan uretra tinggi menghambat
pengosongan kandung kemih ata dapat
menghambat berkemih sampai tekanan
abdominal meningkat cukup untuk
Obsevasi aliran urin, perhatikan ukuran mengeluarkan urin secara tidak sadar.
dan kekuatan.
3.

Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap


3. Berguna untuk mengevaluasi obstruksi
berkemih. Perhatikan penurunan
dan pilihan intervensi.
4 haluaran urin dan perubahan berat jenis.

Perkusi/palpasi area suprapubik

4. Retensi urin meningkatkan tekanan


Dorong masukan cairan sampai 3000ml/
dalam saluran perkemihan atas yang
hari, dalam toleransi jantung, bila
5. dapat mempengaruhi fungsi ginjal
diindikasikan.

6.
Awasi tanda vital dengan ketat,
observasi hipertensi.
5. Distensi kandug kemih dapat dirasakan
Berikan/ dorong kateter lain dan di area suprapubik.
7.
perawatan perineal. 6. Peningkatan cairan mempertahankan
perfusi ginjal, membersihkan ginjal dan
Berikan rendam duduk sesuai indikasi
kandung kemih dari pertumbuhan
8. bakteri.
Kolaborasi:
7. Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan
9.
Berikan obat sesuai indikasi: penurunan eliminasi cairan dan
antispasmodik akumulasi toksik.
8. Menurunkan infeksi infeksi
• supositoria rektal
9. Meningkatkan relaksasi otot, penurunan
• antibiotik dan antibakteri
edema dan meningkatkan upaya
10. • fenoksibenzamin
berkemih.
• kateterisasi
• monitor BUN, kreatinin,
elektrolit
10. Menghilangkan spasme kandung kemih
sehubungan dengan iritasi oleh kateter.

• menghilangkan spasme
• untuk melawan infeksi
• mereaksasikan otot polos prostat
• mencegah retensi urin
• obstruksi berpotensi merusak fungsi
ginjal.

2. nyeri b/d distensi kandung kemih

Hasil yang diharapkan: – melaorkan nyeri hilang/ terkontrol


– tampak rileks

– mampu untuk tidur/ istirahat dengan tepat

NO INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Memberikan informasi untuk membent


Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
dalm menentukan pilihan/ keefektifan
1. lamanya.
intervensi.
2. Plester slang drainase pada paha dan 2. Mencegah penarikan kandung kemih

kateter pada abdomen. dan erosi pertemuan penis skrotal.


3. Dapat memperbaiki pola berkemih
Pertahankan tirah baring bila normal.
3.
diindikasikan.

4.
Dorong menggunakan rendam
duduk,sabun hangat untuk perineum. 4. Meningkatkan relaksasi otot

Kolaborasi:

Masukkan kateter dan dekatkan untuk 5. Pengaliran kandung kemih menurunkan


5.
kelancaran drainase tegangan dan kepekaan kelenjar

6. 6. Membantu dalam evakuasi duktus


Lakukan masase prostat kelenjar untuk menghilangkan inflamasi.
7. 7. Menghilangkan nyeri berat, memberikan
Berikan obat sesuai indikasi: narkotik;
relaksasi.
demerol
8. Menurunkan adanya bakteri

8. Berikan antibakterial : metenamin hipurat 9. Menghilangkan kepekaan kandung


kemih.
9. Berikan anispasmodik contoh: urispas,
ditropan
3. Resiko kekurangan volume cairan b/d disfungsi ginjal.

Hasil yang diharapkan : – mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab.

NO INTERVENSI RASIONAL

Mandiri:
1.
Awasi keluaran dengan hati- hati , tiap jam Diuresis cepat menyebabkan kekurangan
bila diindikasikan, 100-200ml/jam volume cairan

2. Dorong peningkatan pemasukan oral Pasien dibatasi pemasukan oral untuk


berdasarkan kebutuhan individu mengontrol gejala urinaria.

Awasi tekanan darah,nadi dengan Memampukan deteksi dari/intervensi


3.
sering.Efaluasi pengisian kapiler dan hipofolimik sistemik
membran mukosa oral

Tingkatkan tirah baring dengan kepala


Menurunkan kerja jantung,memudahkan
tinggi
homeostasis sirkulasi
4
Kolaborasi

Awasi elektrolit,khususnya natrium


Akumulasi cairan menyebabkan
hiponatremia.
5.
Berikan cairan IV (garam faal hipertoni) Menggantikan kehilangan cairan dan natrium
sesuai kebutuhan. untuk mencegah/memperbaiki hipovolemia.
6.

4.perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Hasil yang diharapkan :

• Pasien dapat beristirahat cukup


• Penambahan waktu istirahat/tidur

NO INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:

1 Kaji pola istirahat/ tidur Menentukan tingkat kebutuhan istirahat


dan tudur pasien
2
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Memberikan interval istirahat/tidur yang
nyaman nyenyak
3 Kurang tidur dapat mempengaruhi tanda-
Pantau tanda-tanda vital
tanda vital
4 Pengetahuan yang bertambah mengenai
Beri HE mengenai pentingnya istirahat dan
pentingnya istirahat dan tidur dapat
tidur
meningkatkan kemauan untuk beristirahat

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d salah inter pretasi
informasi.

Hasil yang diharapkan :

• Menyatakan pemahaman proses peyakit


• Mengindentifikasi hubungan tanda/gejala proses penyakit
• Melakukan perubahan pola hidup
• Berpatisipasi dalam program pengobatan.

NO. INTERVENSI RASIONAL

1. Memberikan pengetahuan pada

Mandiri pasien
2. Membantu pasien untuk rehabilitasi
Kaji ulang proses penyakit vital

Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan


perhatian
3. Mungkin merupakan ketakutan
Berikan informasi bahwa kondisi tidak
1. pasien
tularkan secara seksual
2.
Anjurkan menghindari makanan
berbumbu,kopi,alkohol
3. 4. Dapat menyebabkan iritasi prostat
Berikan informasi tentang anatomi dasar dengan masalah kongesti
4.
seksual 5. Membantu pasien memahami
implikasinya
5. Kaji tanda/gejala yang memerlukan evaluasi
6. Intervensi cepat mencegah
medik
6. komplikasi lebih serius

Diskusikan perlunya pemberitahuan pada 7. Menurungkan resiko terapi tak tepat


7.
perawat kesehatan lain tentng diagnosa

6. intoleransi aktivitas yang behubungan dengan kelemahan fisik


Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Klien mampu beraktivitas, miring kanan miring kiri dengan dibantu oleh keluarga
2) Menunjukkan penurunan pada docrat yang tertekan
3) Keadaan luka membaik

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Atur posisi klien tiap 2 jam 1. Penghilangan tekanan intermiten
2. Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi memungkinkan darah
secara sering masuk kembali ke kapiler 2. Sirkulasi yang terganggu akan dapat
yang tertekan menyebabkan oedem
3. Banti klien untuk latihan rentang gerak 3. Mencegah secara progresif untuk
secara mengencangkan jaringan konsisten yang
4. Dorong partisipasi klien dalam semua diawalai dengan pasif kemudian
aktivitas sesuai kemampuannya parut dan meningkatka pemeliharaan
5. Buat jadwal latihan secara teratur fungsi otot atau sendi
terhadap aktivitas 4. Meningkatkan kemandirian dan harga diri
6. Tingkatkan latihan ADL melalui fisioterapi, 5. Mengurang kelelahan dan meningkatkan
hidroterapi, dan perawatan toleransi
7. Berikan perhatian khusus pada kulit. 6. Meningkatkan hasil latihan secara optimal
8. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan, dan maksimal
seperti mandi. 7. penelitian menunjukkan bahwa kulit
Kolaborasi : sangat rentan untuk mengalami kerusakan
9. Kolaborasi dengan fisioterapi karena konsentrasi berat badan.
HE : 8. meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
10. Anjurkan keluarga membantu klien meningkatkan control pasien dalam situasi
mobilisasi dan peningkatan kesehatan lingkungan.
9. Membantu melatih pergerakan
10. Menghilangkan tekanan pada daerah yang
terdapat ulkus
IV. Patofisiologi dan Penimpangan Kebutuhan Dasar Manusia BPH

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

BPH

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn E S
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan polisi
Pendidikan : SMA
Alamat : Kudamati
Tanggal masuk : 27 September 2010 pukul 13.45 WIT
Tanggal pengkajian : 28 September 2010 pukul 12.00 WIT
Diagnosa Medis : BPH
Nama Penanggung Jawab : Ny B L
Umur : 74 tahun
Hubungan dengan klien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan utama masuk RS : tidak bias buang air kecil

Keluhan utama saat pengkajian : Nyeri di perut bagian bawah

Keluhan yang menyertai ; badan terasa lemas, gerak terbatas, tidur sering
terbangun

a. Penyebab/factor pencetus : pembesaran prostat


b. Sifat keluhan : nyeri hilang timbul
c. Lokasi dan penyebaran : pada daerah kemaluan dan tidak menyebar
d. Skala keluhan : 6 (sedang)
e. Hal-hal yang meringankan : bila badan tidak bergerak
f. Hal-hal yang memberatkan : bila banyak bergerak

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit/keluhan yang dialami : tidak ada
b. Pernah dirawat di rumah sakit : tidak
c. Pernah mengalami pembedahan : tidak
d. Riwayat alergi : tidak ada alergi

Riwayat keluarga

a. Genogram
Riwayat kesehatan anggota keluarga :
✓ Dari genogram diatas terlihat tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dengan pasien
✓ Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular
✓ Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit perkemihan

III. TANDA-TANDA VITAL dan PENAMPILAN UMUM

✓ Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 150/100 mmhg
b. Nadi : 90x/m
c. Suhu : 370 C
d. Pernapasan : 20x/m
✓ Keadaan umum : lemah
✓ Ekpresi wajah : meringis
✓ Tingkat kesadaran : Compos Mentis

IV.UKURAN BADAN

Tidak dikaji

PENGKAJIAN FISIK FOKUS

a. Abdomen
1) Inspeksi
✓ Kulit : warna ; sawo matang, turgor baik
✓ Gerakan peristaltic : baik
✓ Acites : tidak ada
✓ Bentuk : simetris kiri dan kanan
2) Auskultasi : bising usus normal
3) Perkusi : pada bagian simpisis terdapat bunyi timpani
4) Palpasi
✓ Tidak ada massa di abdomen
✓ Tidak ada massa di daerah supra pubis

b. Daerah genitalia
1) Inspeksi: tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Palpasi : ada rasa nyeri pada genitalia

1. POLA KEGIATAN SEHARI

A .Nutrisi

1. Frekuesi makan sehari – hari : sebelum sakit 3X/hari saat sakit 3X/hari
2. Waktu-waktu makan : pagi, siang, malam
3. Porsi makan Yang di habiskan : sebelum sakit 1 porsi saat sakit 1 porsi
4. Makanan pantang/ yang tidak disukai : tidak ada
5. Keluhan : tidak ada

B .Minum atau cairan

1. Frekwensi minum sehari : sebelum sakit 7-8 gelas/hari saat sakit 7-8 gelas/hari
2. Jenis minuman : air putih
3. Keluhan : tidak ada

C.Berkemih

1. Frekwensi berkemih selama sehari : sebelum sakit 6-7x/hari saat sakit pasien pakai
kateter
2. Warna : kuning terang Bau : pesing
3. Kesulitan dalam berkemih : tidak bias BAK secara mandiri
4. Keluhan : nyeri pada perut bagian bawah

D. BAB

1. Frekwnsi BAB dalam sehari : 1-2x/hari saat sakit 1-2x/hari


2. Perubahan setelah sakit : tidak ada
3. Keluhan : tidak ada

E.Istirahat/tidur

1. Tidur malam jam : sebelum sakit 5-6 jam saat sakit 4-5 jam
2. Tidur siang jam : sebelum sakit 1-2 jam saat sakit ½ jam
3. Apakah mudah terbangun : tidak
4. Keluhan : tidak ada

F.Olahraga dan aktivitas

1. olahraga : tidak pernah olahraga


2. aktivitas : terbatas, dibantu
3. keluhan : aktivitas dibantu perawat dan keluarga

G.kebersihan Tubuh

1. Kebiasaan mandi sehari : belum pernah mandi selama sakit hanya lap
badan
2. Kebiasaan menggosok gigi sehari : sebelum sakit 2x/hari saat sakit 1x/hari
3. Kebersihan mulut : mulut bersih

2. KEADAAN PSIKOSOSIAL KLIEN


a. Pasien menerima dan sabar akan penyakitnya
b. Pasien berharap agar cepat sembuh
c. Pola interaksi pasien dengan orang disekitar baik
d. Keluarga menjadi orang-orang yang selalu membantu memenuhi kebutuhan pasien
e. Pemecahan masalah diselesaikan dengan bermusyawarah dengan keluarga
f. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan baik
3. KEADAAN SPIRITUAL KLIEN
a. Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya
b. Pasien mengikuti organisasi keagamaan di lingkungannya

4. KEADAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KLIEN


Keadaan rumah dan lingkungannya bersih
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
✓ HB : 14 mg/dl normalnya 13,5-18,0 mg/dl
✓ Leuco : 8.000 mm3 normalnya 4500-11.000 mm3
✓ SGOT : 36 mg/dl normalnya 0-37 ul
✓ SGPT :42 mg/dl normalnya 0-45 ul
✓ Ureum ; 3,4 mg/dl normalnya 10-50 mg/dl
✓ Kreatinin : 1,2 mg/dl normalnya 0,6-1,1 mg/dl
✓ GDP : 140 normalnya 75-115 mg/dl
6. TINDAKAN MEDIS/PENGOBATAN
a. IVFD RL 18 tts/m
b. Ciprofloxacin 3x1 mg/oral
c. Injeksi ketorolax 3x1 ampul/bolus
d. Terpasang kateter
7. KLASIFIKASI DATA
1. Data Subjektif, pasien mengatakan :
a. Nyeri di perut bagian bawah
b. Badan terasa lemas
c. Gerak terbatas
d. Nyeri hilang timbul
e. Tidur sering terbangun
f. Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
2. Data objektif
a. KU lemah
b. Ekpresi wajah meringis
c. N 90x/m
d. Skala nyeri 6 (sedang)
e. Terdapat bunyi timpani pada bagian simpisis
f. Tidur malam 4-5 jam
g. Tidur siang ½ jam
h. Aktivitas dibantu perawat dan keluarga

8. ANALISA DATA
DATA DX kep/
NO
(subjektif,objektif) PENYEBAB/ETIOLOGI masalah
1 DS, pasien mengatakan :
a. Nyeri di perut bagian bawah
b. Nyeri hilang timbul
DO
Nyeri
a. Ekspresi wajah meringis Distensi kandung kemih
b. Skala nyeri 6 (sedang)
c. N 90x/m
d. Terddapat bunyi timpani
pada simpisis

2 DS, pasien mengatakan :


a. Badan terasa lemas
b. Gerak terbatas
Kelemahan fisik Intoleransi
c. Aktivitas dibantu perawat
aktivitas
dan keluarga
DO
a. KU lemah
b. Aktivitas dibantu perawat
dan keluarga

3 DS, pasien mengatakan :


a. Tidur sering terbangun
DO Nyeri Perubahan
a. Tidur malam 4-5 jam pola tidur
b. Tidur siang ½ jam

9. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih


Yang ditandai dengan:
DS, pasien mengatakan :
a. Nyeri di pperut bagian bawah
b. Nyeri hilang timbul
DO
a. Ekspresi wajah meringis
b. Skala nyeri 6 (sedang)
c. N 90x/m
d. Terddapat bunyi timpani pada simpisis

b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik


Yang ditandai dengan
DS, pasien mengatakan :
a. Badan terasa lemas
b. Gerak terbatas
c. Aktivitas dibantu perawat dan keluarga
DO
a. KU lemah
b. Aktivitas dibantu perawat dan keluarga

c. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri


Yang ditandai dengan
DS, pasien mengatakan :
a. Tidur sering terbangun

DO
a. Tidur malam 4-5 jam
b. Tidur siang ½ jam

10. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan denggan distensi kandung kemih


2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri
11. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn E S
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : laki-laki No CM register : 043213
DIAGNOSA P E R E N C A N A A N
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan Mandiri
distensi kandung kemih tindakan
Yang ditandai dengan: 1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberikan informasi untuk
keperawatan dan
DS, pasien mengatakan : intensitas lamanya. membent dalm menentukan
kolaborasi nyeri
a.Nyeri di pperut bagian 2. Plester slang drainase pada pilihan/ keefektifan intervensi.
teratasi dengan
bawah paha dan kateter pada 2. Mencegah penarikan kandung
criteria :
b.Nyeri hilang timbul abdomen. kemih dan erosi pertemuan penis
a. Ekspresi wajah
DO skrotal.
3. Pertahankan tirah baring bila
ceriah
a.Ekspresi wajah meringis 3. Dapat memperbaiki pola
diindikasikan.
b. Skala nyeri 0
b.Skala nyeri 6 (sedang) berkemih normal.
4. Dorong menggunakan rendam
c. Nadi 70-80x/m 4. Meningkatkan relaksasi otot
c.N 90x/m
duduk,sabun hangat untuk
d.Terddapat bunyi timpani 5. Pengaliran kandung kemih
perineum.
pada simpisis menurunkan tegangan dan
kepekaan kelenjar
Kolaborasi:
6. Membantu dalam evakuasi

5. Masukkan kateter dan duktus kelenjar untuk


menghilangkan inflamasi.
dekatkan untuk kelancaran
7. Menghilangkan nyeri berat,
drainase
memberikan relaksasi.
6. Lakukan masase prostat
8. Menurunkan adanya bakteri
7. Berikan obat sesuai indikasi: 9. Menghilangkan kepekaan
narkotik; demerol kandung kemih.
8. Berikan antibakterial :
metenamin hipurat
9. Berikan anispasmodik contoh:
urispas, ditropan

DIAGNOSA P E R E N C A N A A N
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2 Intoleransi aktivitas yang Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan dengan tindakan 1. Atur posisi klien tiap 2 jam 1. Penghilangan tekanan
kelemahan fisik keperawatan dan 2. Perhatikan sirkulasi, gerakan intermiten memungkinkan
Yang ditandai dengan kolaborasi pasien dan sensasi secara sering darah
DS, pasien mengatakan : dapat toleransi masuk kembali ke kapiler yang 2. Sirkulasi yang terganggu akan
a.Badan terasa lemas tertekan dapat menyebabkan oedem
aktivitas teratasi
b.Gerak terbatas
dengan criteria : 3. Banti klien untuk latihan 3. Mencegah secara progresif
c.Aktivitas dibantu perawat
a.Badan tidak lemas rentang gerak secara untuk mengencangkan
dan keluarga
b.Aktivitas dapat 4. Dorong partisipasi klien dalam jaringan konsisten yang
DO
dilakukan sendiri semua aktivitas sesuai diawalai dengan pasif
a.KU lemah
kemampuannya kemudian
bAktivitas dibantu perawat
5. Buat jadwal latihan secara parut dan meningkatka
dan keluarga
teratur terhadap aktivitas pemeliharaan fungsi otot atau
6. Tingkatkan latihan ADL melalui sendi
fisioterapi, hidroterapi, dan 4. Meningkatkan kemandirian
perawatan dan harga diri
7. Bantu/dorong perawatan 5. Mengurang kelelahan dan
diri/kebersihan, seperti mandi. meningkatkan toleransi
8. Kolaborasi dengan fisioterapi 6. Meningkatkan hasil latihan
secara optimal dan maksimal
7. meningkatkan kekuatan otot
dan sirkulasi, meningkatkan
control pasien dalam situasi
dan peningkatan kesehatan
lingkungan.
8. Membantu melatih
pergerakan

DIAGNOSA P E R E N C A N A A N
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 Perubahan pola tidur yang Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan dengan nyeri tindakan
Yang ditandai dengan 1. Kaji pola istirahat/ tidur 1. Menentukan tingkat
keperawatan
DS, pasien pasien dapat pola 2. Ciptakan lingkungan yang kebutuhan istirahat dan tudur
mengatakan : tidur kembali tenang dan nyaman pasien
a.Tidur sering terbangun normal dengan 3. Pantau tanda-tanda vital 2. Memberikan interval
DO criteria : 4. Beri HE mengenai pentingnya istirahat/tidur yang nyenyak
a.Tidur malam 4-5 jam a.tidur tidak istirahat dan tidur 3. Kurang tidur dapat
b.Tidur siang ½ jam terbangun mempengaruhi tanda-tanda
b.Tidur malam 4-5 vital
jam 4. Pengetahuan yang bertambah
c.Tidur siang ½ jam mengenai pentingnya istirahat
dan tidur dapat meningkatkan
kemauan untuk beristirahat
12. IMPLEMENTASI EVALUASI

DX IMPLEMENTASI EVALUASI
KEP
Nyeri Hari/Tanggal : 28 September 2010 Hari/Tangga : 28
Pukul : 12.00 WIT September 2010
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan menanyakan intensitas Pukul 11.40 WIT
nyeri yang dirasakan dan memperhatikan raut wajah S:
serta menentukan skala nyeri yang dirasakan Pasien mengatakan
Hasil : nyeri hilang timbul
a. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul O:
b. Ekspresi wajah meringis
✓ Ekpresi wajah tenang
c. Skala nyeri 6 (sedang)
2. Mengajarkan dan membimbing pasien melakukan ✓ Skala nyeri 4 (sedang)
tekhnik relaksasi napas dalam dengan menarik napas A:
panjang melalui mulut, tahan dan hembuskan lewat masalah belum
hidung sebanyak 3 kali teratasi
Hasil : P:
a. Pasien mengatakan menjadi lebih rileks, nyeri Intervensi 1, 2, 3
berkurang dilanjutkan
b. Ekpresi wajah tenang
c. Skala nyeri 5 (sedang)

3. Memberi pasien minum obat ciprofloxacin 1


tablet/oral

Hasil :Obat telah diberikan

DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI


Intoleransi Hari/Tanggal : 28 September 2010 Hari/Tangga : 28
aktivitas Pukul : 11.30 WIT September 2010
1. Membantu pasien dalam mengatur posisi
yang nyaman di tempat tidur dengan posisi Pukul 12.05 wit
sim kanan S: pasien
Hasil :Pasien mengatakan nyaman dengan mengatakan nyaman
posisi ini dengan posisi miring
2. Membantu pasien dalam perawatan diri kanan
dengan mengganti bajunya dengan baju O:
bersih Pasien istirahat
Hasil :Pasien mengatakan terbantu dalam dengan posisi sim
pemenuhan kebersihan dirinya kiri
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi 1 dan 2
dilanjutkan
DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI
Perubahan Hari/Tanggal : 28 September 2010 Hari/Tangga : 29
pola tidur Pukul : 12.15 wit September 2010

1. Mengkaji pola istirahat/ tidur dengan


Pukul 16.45 wit
menanyakan kepada pasien berapa banyak
waktu tidur dan istirahat
S: pasien
mengatakan
hasil :
istirahat dan tidur
a.Tidur malam 4-5 jam
cukup
b.Tidur siang ½ jam

2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan O:


nyaman dengan membatasi jumlah Tidur siang ½ jam
pengunjung A: masalah teratasi
sebagian
Hasil : P: intervensi 1 dan 2
Pengunjung dibatasi maksimal 3 orang dilanjutkan
Suasana menjadi lebih tenang
3.Memberi HE mengenai pentingnya istirahat dan
tidur yang bermanfaat untuk mempercepat proses
penyembuhan
Hasil :
a. Pasien dan keluarga mengatakan
mengerti tentang penjelasan yang
diberikan
b. Pasien dan keluarga dapat mengulangi
sedikit penjelasan yang diberikan
perawat

13. CATATAN PERKEMBANGAN


Nama pasien : Tn. Y L
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki No CM register : 123256
T P Catatan/subjektif,objektif,analisah,perencanaan,implementasi, Paraf
A u evaluasi,Refisiensi &na
N k ma
G u jelas
G l
AL
29 1 S:
- 1 Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
09 . O:
- 0 ✓ Ekpresi wajah tenang
20 0 ✓ Skala nyeri 4 (sedang)
10 A:
w masalah belum teratasi
i P:
t kaji tingkat nyeri
ajrkan dan membimbing pasien melakukan tekhnik relaksasi
lanjutkan terapi oral
I:
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan menanyakan intensitas nyeri yang
dirasakan dan memperhatikan raut wajah serta menentukan
skala nyeri yang dirasakan
Hasil :
d. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
e. Ekspresi wajah meringis
f. Skala nyeri 6 (sedang)
2. Mengajarkan dan membimbing pasien melakukan tekhnik
relaksasi napas dalam dengan menarik napas panjang melalui
mulut, tahan dan hembuskan lewat hidung sebanyak 3 kali
Hasil :
d. Pasien mengatakan menjadi lebih rileks, nyeri berkurang
e. Ekpresi wajah tenang
f. Skala nyeri 4 (sedang)
3. Memberi pasien minum obat ciprofloxacin 1 tablet/oral
Hasil :Obat telah diberikan
E : masalah teratasi sebagian
R:-

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC; Jakarta

Doengoes Marylinn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC;
Jakarta

Jong Wim De dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta

Media Aesculapius. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1

Media Aesculapius. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2

Price Sylvia, A .1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C .1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.
Jakarta. EGC

http: www. Ilmu Keperawatan. com

Anda mungkin juga menyukai