Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel (Hidayat, 2009). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Wartonah Tarwanto, 2006).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stres pada miokardium.

B. Tanda dan Gejala


1. Batuk tidak efektif
2. Ada suara tambahan napas
3. Dispnea
4. Ortopnea
5. Pola napas berubah
C. Pohon masalah

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui


hidung terdapat infeksi
patogen

Sumbatan Bronkus

Terjebaknya udara di
paru
Udara diserap oleh aliran darah

Susunan gas dalam Tidak ada saluran


darah untuk meloloskan
udara yang terjebak
Oksigen lebih cepat diserap
dari nitrogen dan helium
Ventilasi kolateral

Gangguan Terjadi dengan


pengeluaran cepat dan luas Udara lolos melalui
mukus pori alveoli/fistula
bronkioi alveolar
Akumulasi mucus dispnea
pada bronkus
Gangguan
Pola nafas cepat pengembangan
BERSIHAN JALAN NAFAS
dan dangkal paru/kolaps
TIDAK EFEKTIF
alveoli

POLA NAFAS TIDAK Ventilasi dan


EFEKTIK perfusi tidak
seimbang

GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda asing yang
menghambat jalan nafas.
b. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
c. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan kontraksi paru.
d. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
e. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometry
untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume cadangan
ekspirasi (Andarmoyo, 2012).
f. Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi dan mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar
(Andarmoyo, 2012).
g. Pemeriksaan gas darah arteri
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri
untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen (Andarmoyo, 2012).
h. Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri.
(Andarmoyo, 2012).
i. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih
per mm3 darah. Apabila jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang
mengangkut oksigen meningkat. (Andarmoyo, 2012).
j. X-Ray Thorax
Pemeriksaan sinar X-Ray dilakukan untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi
adanya cairan dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).
k. Bronskokopi
untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas
(Andarmoyo, 2012).
l. Pemindaian paru
Pemindaian Computed Tomografi (CT) Scan paru dapat mengidentifikasikan massa
abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe jaringan
maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
m. Spesimen Sputum
untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya
(Andarmoyo, 2012).

E. Penatalaksaan Medis
a. Terapi Pemberian Oksigenasi
1) Kateter nasal: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman.
2) Kanul nasal: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara.
3) Sungkup muka sederhana: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit):5-8.
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit): 8-12.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).
b. Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam
paru-paru).
c. Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen
paru-paru meningkat.
d. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen bila diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik.
Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
f. Pelatihan batuk efektif
g. Fisioterapi dada.
Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan
jalan nafas.
h. Atur posisi pasien (semi fowler)
i. Tekhnik bernapas dan relaksasi
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

F. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan
dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit dan tiingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengutahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkajii, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
3. Riwayat perkembangan
1) Neonates : 30-60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 – 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 – 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Alam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan – kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor- faktor allergen dll.
6. Riwayat keperawatan
Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal – hal yang perlu diperhatikan adallah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50 C, sakit kepala,
lemas, sakit perut hingga muntah – muntah (pada anak – anak), faring berwarna
merah dan adanaya edema.
7. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah – ubah.
Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah
bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
9. Pengkajian fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a) Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti kebersihan, ada atau tidaknya
secret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit yaitu, 20
kali per menit orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit oada anak-anak,
pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, dan kombinasi
dari keduanya.
d) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah, masa inspirasi dan
ekspirasi.
(1) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
(2) Kusmaul yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitudonya tidak teratur
dan diselingi periode apnea.
e) Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
(1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan
normalnya bergaung dan bersuara rendah.
(2) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
(3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
b) Suara perkusi abnormal
(1) Hiperresonor: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
(2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat di dengar
pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).
a) Jenis suara napas normal adalah:
(1) Bronchial: Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
(2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial
dan vesikular.
(3) Vesicular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspiras lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan
b) Jenis suara napas tambahan adalah:
(1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, yang disebabkan aliran udara melalui napas
yang menyempit.
(2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus –
menerus.
(3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Crackles,
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
(a) Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara seperti rambut yang digesekkan.
(b) Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan napas yang besar.

G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas

H. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Latihan Batuk Latihan Batuk
tidak efektif intervensi Efektif (I.01006) Efektif (I.01006)
keperawatan selama Tindakan: Tindakan:
….. x ….. maka Observasi: Observasi:
diharapkan bersihan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
jalan napas membaik kemampuan kemampuan batuk
dengan kriteria hasil : batuk pasien.
2. Monitor adanya 2. Untuk mengetahui
Bersihan jalan napas retensi sputum adanya retensi
(L.01001) 3. Monitor tandan sputum.
1. Batuk efektif dan gejala infeksi 3. Untuk mengetahui
meningkat saluran napas adanya tanda dan
2. Produksi sputum 4. Monitor input gejala infeksi
menurum dan output cairan saluran napas.
3. Mengi menurun (mis. Jumlah dan 4. Untuk mengetahui
4. Dipsnea menurun karakteristik) input dan output
5. Frekuensi napas cairan.
membaik Terapeutik:
6. Pola napas 5. Atur posisi semi Terapeutik
membaik fowler atau 5. Untuk memberikan
fowler posisi nyaman
6. Pasang perlak pada pasien.
dan bengkok di 6. Untuk mencegah
pangkuan pasien adanya secret ke
7. Buang secret pasien.
pada tempat 7. Untuk meletakkan
sputum secret di wadah
sputum.
Edukasi:
8. Jelaskan tujuan Edukasi
dan prosedur 8. Untuk menjelaskan
batuk efektif tujuan dan
9. Anjurkan Tarik prosedur batuk
napas dalam efektif pada
melalui hidung pasien.
selama 4 detik, 9. Untuk
ditahan selama 2 mengajarkan
detik, kemudian pasien prosedur
keluarkan dari latihan batuk
mulut dengan efektif.
bibir dibulatkan 10. Untuk
selama 8 detik mengajarkan
10. Anjurkan pasien prosedur
mengulangi Tarik latihan batuk
napas dalam efektif.
hingga 3 kali 11. Untuk membantu
11. Anjurkan batuk pasien
dengan kuat mengeluarkan
langsung setelah secret dengan
Tarik napas latihan batuk
dalam yang efektif.
ketiga
Kolaborasi:
Kolaborasi: 12. Untuk membantu
12. Kolaborasi mengembalikan
pemberian bersihan jalan
bronkodilator, napas pasien.
mukolitik,
ekspektoran, jika Terapi Oksigen
perlu (I.01026)
Tindakan:
Terapi Oksigen Observasi:
I.01026 1. Untuk mengetahui
Tindakan: kecepatan aliran
Observasi: oksigen.
1. Monitor 2. Untuk mengetahui
kecepatan aliran alat terapi oksigen.
oksigen 3. Untuk mengetahui
2. Monitor alat aliran oksigen
terapi oksigen secara periodik
3. Monitor aliran dan pastikan fraksi
oksigen secara yang diberikan
periodik dan cukup.
pastikan fraksi 4. Untuk mengetahui
yang diberikan efektifitas terapi
cukup oksigen (mis.
4. Monitor Oksimetri, AGD),
efektifitas terapi jika perlu.
oksigen (mis. 5. Untuk mengetahui
Oksimetri, tanda-tanda
AGD), jika perlu hipoventilasi.
5. Monitor tanda- 6. Untuk mengetahui
tanda tanda dan gejala
hipoventilasi toksikasi oksigen
6. Monitor tanda dan atelectasis.
dan gejala 7. Untuk mengetahui
toksikasi oksigen tingkat kecemasan
dan atelectasis akibat terapi
7. Monitor tingkat oksigen.
kecemasan akibat 8. Untuk mengetahui
terapi oksigen integritas mukos
8. Monitor hidung akibat
integritas mukos pemasangan
hidung akibat oksigen.
pemasangan
oksigen Terapeutik:
9. Untuk
Terapeutik: membersihkan
9. Bersihkan secret secret pada mulut
pada mulut hidung dan trakea,
hidung dan jika perlu
trakea, jika perlu 10. Untuk
10. Pertahankan mempertahankan
kepatenan jalan kepatenan jalan
napas napas
11. Siapkan dan atur 11. Untuk menyiapkan
peralatan dan atur peralatan
pemberian pemberian oksigen
oksigen 12. Untuk memberikan
12. Berikan oksigen oksigen tambahan,
tambahan, jika jika perlu
perlu 13. Untuk tetap
13. Tetap berikan berikan oksigen
oksigen saat saat pasien
pasien ditransportasi
ditransportasi 14. Untuk
14. Gunakan menggunakan
perangkat perangkat oksigen
oksigen yang yang sesuai
sesuai dengan dengan tingkat
tingkat mobilitas mobilitas pasien
pasien
Edukasi:
Edukasi: 15. Untuk
15. Ajarkan pasien mengajarkan
dan keluarga cara pasien dan
menggunakan keluarga cara
oksigen dirumah menggunakan
oksigen dirumah.
Kolaborasi:
16. Kolaborasi Kolaborasi:
penentuan dosis 16. Untuk
oksigen mengkolaborasi
17. Kolaborasi penentuan dosis
penggunaan dosis oksigen.
oksigen saat 17. Untuk
aktivitas dan/atau mengkolaborasi
tidur penggunaan dosis
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur.
2. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Manajemen Jalan
Efektif intervensi Napas (I.01011) Napas (I.01011)
keperawatan selama Tindakan: Tindakan:
….. x ….. maka pola Observasi: Observasi:
napas membaik 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: napas (frekuensi, pola napas.
kedalaman, usaha 2. Untuk mengetahui
Pola napas L.01004 napas) adanya bunyi
1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan.
2. Penggunaan otot napas tambahan 3. Untuk mengetahui
bantu napas (mis. gurgling, keadaan sputum.
menurun mengi, wheezing,
3. Pemanjangan ronchi kering) Terapeutik:
fase ekspirasi 3. Monitor sputum 4. Untuk
menurun (jumlah, warna, mempertahankan
4. Ortopnea aroma) kepatenan jalan
menurun napas.
5. Pernapasan Terapeutik: 5. Untuk memberikan
cuping hidung 4. Pertahankan posisi nyaman
menurun kepatenan jalan pada pasien.
6. Frekuensi napas napas dengan 6. Untuk memberikan
membaik head-tilt dan minum hangat
7. Kedalaman napas chin-lift (jaw- pada pasien.
membaik thrust jika curiga 7. Untuk melakukan
trauma servical) fisioterapi dada,
5. Posisikan semi- jika perlu.
fowler atau 8. Untuk melakukan
fowler hisapan lender
6. Berikan minum kurang dari 15
hangat detik.
7. Lakukan 9. Untuk melakukan
fisioterapi dada, hiperoksigenasi
jika perlu sebelum
8. Lakukan penghisapan
penghisapan endotrakeal.
lendiri kurang 10. Untuk
dari 15 detik mengeluarkan
9. Lakukan sumbatan benda
hiperoksigenasi padat dengan
sebelum forsep McGill.
penghisapan 11. Untuk memberikan
endotrakeal oksigen, jika perlu.
10. Keluarkan
sumbatan benda Edukasi:
pada dengan 12. Untuk memberikan
forsep McGill asupan cairan 2000
11. Berikan oksigen, ml/hari, jika tidak
jika perlu kontraindikasi.
13. Untuk
Edukasi: mengajarkan
12. Anjurkan asupan Teknik batuk
cairan 2000 efektif.
ml/hari, jika
tidak Kolaborasi:
kontraindikasi 14. Untuk
13. Ajarkan tehnik mengkolaborasi
batuk efektif pemberian
Kolaborasi: bronkodilator,
14. Kolaborasi ekspetoran,
pemberian mukolitik, jika
bronkodilator, perlu.
ekspektoran,
mukolitik, jika Pemantauan
perlu Respirasi I.01014
Tindakan:
Pemantauan Observasi:
Respirasi I.01014 1. Untuk mengetahui
Tindakan: frekuensi, irama,
Observasi: kedalam dan
1. Monitor upaya napas pada
frekuensi, irama, pasien
kedalam dan 2. Untuk mengetahui
upaya napas kemampuan batuk
2. Monitor efektif pada
kemampuan pasien
batuk efektif 3. Untuk mengetahui
3. Monitor adanya adanya produksi
produksi sputum sputum pada
4. Monitor adanya pasien
sumbatan jalan 4. Untuk mengetahui
napas adanya sumbatan
5. Palpasi jalan napas pada
kesimetrisan pasien
ekspansi paru 5. Untuk mengetahui
6. Monitor pola kesimetrisan
napas ekspansi paru
7. Monitor saturasi 6. Untuk mengetahui
oksigen pola napas pada
8. Monitor AGD pasien
9. Monitor x-ray 7. Untuk mengetahui
thoraks saturasi oksigen
pada pasien
Terapeutik: 8. Untuk mengetahui
10. Atur internal AGD (Analisa
pemantau Gas Darah) pada
respirasi sesuai pasien
kondisi pasien 9. Untuk mengetahui
11. Dokumentasikan hasil x-ray thoraks
hasil pemantauan pasien

Edukasi: Terapeutik:
12. Jelaskan tujuan 10. Untuk mengetahui
dan prosedur kondisi pasien
pemantauan. secara konstan
11. Untuk mengetahui
perubahan dari
setiap hasil
pemantauan

Edukasi:
12. Untuk mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantauan
respirasi pada
pasien
3. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Terapi Oksigen Terapi Oksigen
Gas intervensi I.01026 (I.01026)
keperawatan selama Tindakan: Tindakan:
….. x ….. maka Observasi: Observasi:
pertukaran gas 1. Monitor 1. Untuk mengetahui
meningkat dengan kecepatan aliran kecepatan aliran
kriteria hasil: oksigen oksigen.
2. Monitor alat 2. Untuk mengetahui
Pertukaran gas terapi oksigen alat terapi oksigen.
L.01003 3. Monitor aliran 3. Untuk mengetahui
1. Dispnea menurun oksigen secara aliran oksigen
2. Bunyi nafas periodic dan secara periodic dan
tambahan pastikan fraksi pastikan fraksi
menurun yang diberikan yang diberikan
3. Gelisah menurun cukup cukup.
4. Napas cuping 4. Monitor 4. Untuk mengetahui
hidung menurun efektifitas terapi efektifitas terapi
5. PCO2 membaik oksigen (mis. oksigen (mis.
6. PO2 membaik Oksimetri, Oksimetri, AGD,),
7. pH arteri AGD,), jika perlu jika perlu.
membaik 5. Monitor tanda- 5. Untuk mengetahui
8. Sianosis membaik tanda tanda-tanda
9. Pola napas hipoventilasi hipoventilasi.
membaik 6. Monitor tanda 6. Untuk mengetahui
10. Warna kulit dan gejala tanda dan gejala
membaik toksikasi oksigen toksikasi oksigen
dan atelectasis dan atelectasis.
7. Monitor tingkat 7. Untuk mengetahui
kecemasan akibat tingkat kecemasan
terapi oksigen akibat terapi
8. Monitor oksigen.
integritas mukosa 8. Untuk mengetahui
hidung akibat integritas mukos
pemasangan hidung akibat
oksigen pemasangan
oksigen.
Terapeutik:
9. Bersihkan sekret Terapeutik:
pada mulut 9. Untuk
hidung dan membersihkan
trakea, jika perlu secret pada mulut
10. Pertahankan hidung dan trakea,
kepatenan jalan jika perlu
napas 10. Untuk
11. Siapkan dan atur mempertahankan
peralatan kepatenan jalan
pemberian napas
oksigen 11. Untuk menyiapkan
12. Berikan oksigen dan atur peralatan
tambahan, jika pemberian oksigen
perlu 12. Untuk memberikan
13. Tetap berikan oksigen tambahan,
oksigen saat jika perlu
pasien 13. Untuk tetap
ditransportasi berikan oksigen
14. Gunakan saat pasien
perangkat ditransportasi
oksigen yang 14. Untuk
sesuai dengan menggunakan
tingkat mobilitas perangkat oksigen
pasien yang sesuai dengan
tingkat mobilitas
Edukasi: pasien
15. Ajarkan pasien
dan keluarga cara Edukasi:
menggunakan 15. Untuk
oksigen dirumah mengajarkan
pasien dan
Kolaborasi: keluarga cara
16. Kolaborasi menggunakan
penentuan dosis oksigen dirumah.
oksigen
17. Kolaborasi Kolaborasi:
penggunaan dosis 16. Untuk
oksigen saat mengkolaborasi
aktivitas dan/atau penentuan dosis
tidur oksigen.
17. Untuk
mengkolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur.
I. REFERENSI

Andarmoyo, S., 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawtan Edisi
5. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai