A. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel (Hidayat, 2009). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Wartonah Tarwanto, 2006).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stres pada miokardium.
Udara di atmosfer
Sumbatan Bronkus
Terjebaknya udara di
paru
Udara diserap oleh aliran darah
GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda asing yang
menghambat jalan nafas.
b. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
c. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan kontraksi paru.
d. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
e. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometry
untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume cadangan
ekspirasi (Andarmoyo, 2012).
f. Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi dan mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar
(Andarmoyo, 2012).
g. Pemeriksaan gas darah arteri
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri
untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen (Andarmoyo, 2012).
h. Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri.
(Andarmoyo, 2012).
i. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih
per mm3 darah. Apabila jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang
mengangkut oksigen meningkat. (Andarmoyo, 2012).
j. X-Ray Thorax
Pemeriksaan sinar X-Ray dilakukan untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi
adanya cairan dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).
k. Bronskokopi
untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas
(Andarmoyo, 2012).
l. Pemindaian paru
Pemindaian Computed Tomografi (CT) Scan paru dapat mengidentifikasikan massa
abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe jaringan
maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
m. Spesimen Sputum
untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya
(Andarmoyo, 2012).
E. Penatalaksaan Medis
a. Terapi Pemberian Oksigenasi
1) Kateter nasal: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman.
2) Kanul nasal: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara.
3) Sungkup muka sederhana: Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit):5-8.
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit): 8-12.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).
b. Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam
paru-paru).
c. Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen
paru-paru meningkat.
d. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen bila diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik.
Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
f. Pelatihan batuk efektif
g. Fisioterapi dada.
Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan
jalan nafas.
h. Atur posisi pasien (semi fowler)
i. Tekhnik bernapas dan relaksasi
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
F. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan
dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit dan tiingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengutahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkajii, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time).
3. Riwayat perkembangan
1) Neonates : 30-60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 – 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 – 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Alam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan – kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor- faktor allergen dll.
6. Riwayat keperawatan
Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal – hal yang perlu diperhatikan adallah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50 C, sakit kepala,
lemas, sakit perut hingga muntah – muntah (pada anak – anak), faring berwarna
merah dan adanaya edema.
7. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah – ubah.
Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah
bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
9. Pengkajian fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a) Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti kebersihan, ada atau tidaknya
secret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit yaitu, 20
kali per menit orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit oada anak-anak,
pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, dan kombinasi
dari keduanya.
d) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah, masa inspirasi dan
ekspirasi.
(1) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
(2) Kusmaul yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitudonya tidak teratur
dan diselingi periode apnea.
e) Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
(1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan
normalnya bergaung dan bersuara rendah.
(2) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
(3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
b) Suara perkusi abnormal
(1) Hiperresonor: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
(2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat di dengar
pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).
a) Jenis suara napas normal adalah:
(1) Bronchial: Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
(2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial
dan vesikular.
(3) Vesicular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspiras lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan
b) Jenis suara napas tambahan adalah:
(1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, yang disebabkan aliran udara melalui napas
yang menyempit.
(2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus –
menerus.
(3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Crackles,
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
(a) Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara seperti rambut yang digesekkan.
(b) Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Edukasi: Terapeutik:
12. Jelaskan tujuan 10. Untuk mengetahui
dan prosedur kondisi pasien
pemantauan. secara konstan
11. Untuk mengetahui
perubahan dari
setiap hasil
pemantauan
Edukasi:
12. Untuk mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantauan
respirasi pada
pasien
3. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan Terapi Oksigen Terapi Oksigen
Gas intervensi I.01026 (I.01026)
keperawatan selama Tindakan: Tindakan:
….. x ….. maka Observasi: Observasi:
pertukaran gas 1. Monitor 1. Untuk mengetahui
meningkat dengan kecepatan aliran kecepatan aliran
kriteria hasil: oksigen oksigen.
2. Monitor alat 2. Untuk mengetahui
Pertukaran gas terapi oksigen alat terapi oksigen.
L.01003 3. Monitor aliran 3. Untuk mengetahui
1. Dispnea menurun oksigen secara aliran oksigen
2. Bunyi nafas periodic dan secara periodic dan
tambahan pastikan fraksi pastikan fraksi
menurun yang diberikan yang diberikan
3. Gelisah menurun cukup cukup.
4. Napas cuping 4. Monitor 4. Untuk mengetahui
hidung menurun efektifitas terapi efektifitas terapi
5. PCO2 membaik oksigen (mis. oksigen (mis.
6. PO2 membaik Oksimetri, Oksimetri, AGD,),
7. pH arteri AGD,), jika perlu jika perlu.
membaik 5. Monitor tanda- 5. Untuk mengetahui
8. Sianosis membaik tanda tanda-tanda
9. Pola napas hipoventilasi hipoventilasi.
membaik 6. Monitor tanda 6. Untuk mengetahui
10. Warna kulit dan gejala tanda dan gejala
membaik toksikasi oksigen toksikasi oksigen
dan atelectasis dan atelectasis.
7. Monitor tingkat 7. Untuk mengetahui
kecemasan akibat tingkat kecemasan
terapi oksigen akibat terapi
8. Monitor oksigen.
integritas mukosa 8. Untuk mengetahui
hidung akibat integritas mukos
pemasangan hidung akibat
oksigen pemasangan
oksigen.
Terapeutik:
9. Bersihkan sekret Terapeutik:
pada mulut 9. Untuk
hidung dan membersihkan
trakea, jika perlu secret pada mulut
10. Pertahankan hidung dan trakea,
kepatenan jalan jika perlu
napas 10. Untuk
11. Siapkan dan atur mempertahankan
peralatan kepatenan jalan
pemberian napas
oksigen 11. Untuk menyiapkan
12. Berikan oksigen dan atur peralatan
tambahan, jika pemberian oksigen
perlu 12. Untuk memberikan
13. Tetap berikan oksigen tambahan,
oksigen saat jika perlu
pasien 13. Untuk tetap
ditransportasi berikan oksigen
14. Gunakan saat pasien
perangkat ditransportasi
oksigen yang 14. Untuk
sesuai dengan menggunakan
tingkat mobilitas perangkat oksigen
pasien yang sesuai dengan
tingkat mobilitas
Edukasi: pasien
15. Ajarkan pasien
dan keluarga cara Edukasi:
menggunakan 15. Untuk
oksigen dirumah mengajarkan
pasien dan
Kolaborasi: keluarga cara
16. Kolaborasi menggunakan
penentuan dosis oksigen dirumah.
oksigen
17. Kolaborasi Kolaborasi:
penggunaan dosis 16. Untuk
oksigen saat mengkolaborasi
aktivitas dan/atau penentuan dosis
tidur oksigen.
17. Untuk
mengkolaborasi
penggunaan dosis
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur.
I. REFERENSI
Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawtan Edisi
5. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.