Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN METERNITAS II

Ns. Hanik Rohmah Irawati, M.Kep, Sp.Mat

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ASMA

Disusun oleh: Kelompok 7

1. Annisa Novanti (11181053)


2. Elly Prabawati Meilinda (11181060)
3. Mikha Maylan (11181072)
4. Rahmawati (11181078)
5. Susiyana Ayu (11181085)

S1 KEPERAWATAN REGULER 11B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
Jl. Bintaro Raya, No. 10, Kebayoran Lama Utara - Jakarta Selatan No.Telp :
(021)7234122,7027184, Fax : (021) 7324126
Website : www.stikespertamedika@gmail.com
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat


danhidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Asma”. Tak lupa saya
sampaikan terimakasih kepadaIbuNs. Hanik Rohmah Irawati, M.Kep,
Sp.Matselaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas IIyang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas II. Dalam makalah ini membahas tentang
informasi- informasi mengenai Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Asma.
Saya menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
saya miliki sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karenaitu,
sayaberharapkepada para pembaca agar dapatmemberikankoresiataumasukan
yang bersifatmembangungunamenyempurnakanmakalah yang sayabuatini.

Jakarta, 07 Maret 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak
dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Kata asma (Asthma)
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tengrengah-engah”. Lebih dari
200 tahun yang lalu, Hippocratesmenggunakan istilah asma untuk
menggambarkan kejadian pernafasan yang pendek-pendek (shortness of
breath). Sejak itu istilah asma sering digunakan untuk menggambarkan
gangguan apa saja yang terkait dengan kasulitan bernafas, termasuk ada
istilah asma kardiak dan asma bronchial.
Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2008 menerangkan
bahwa, asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran
pernafasan dimana berbagai sel dan elemen seluler berperan, terutama sel
mast, eosinofil, limfosit, makrofag, dan sel epithelial. Asam mempunyai
tingkat kefatalan yang rendah, namun angka kejadiannya cukup tinggi
ditemukan pada masyrakat (Katerine et al.,2014). Prevalensi asma di
Indonesia belum diketahui dengan pasti, namun dari hasil penelitian yang
dilakukan pada siswa SLTP di daerah Jakarta pada tahun 2002 prevalensi
asma masih 6,7%, keudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,6%
(Rosamarlina et al.,2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
menyebutkan bahwa hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
semua umur adalah 4,5%. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), di
Yogyakarta (6,9%), dan Sulawasi Selatan (6,7%).
Asma merupakan penyakit yang manifestasinya sangat bervariasi.
Sekelompok pasien mungkin bebas dari serangan dalam jangka waktu
lama dan hanya mengalami gejala jika mereka berolahraga, terpapar
alergen atau terinfeksi virus pada saluran pernafasannya. Pasien lain
mungkin mengalami gejala yang terus-menerus atau serangan akut yang
sering. Pola gejalanya juga berbeda antar satu pasien dengan pasien
lainnya. Selain itu dalam satu pasien sendiri, pola, frekuensi, dan intensitas
gejala bisa bervariasi antar waktu ke waktu.
Fisioterapi dapat membantu mengatasi permasalahan yang
ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk
dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Dari
berbagai macam modalitas fisioterapi untuk mengatasi asma secara umum
yang sering digunakan adalah dengan menggunakan modalitas nebulizer
untuk memperlancar dan mengurangi obstruksi jalan nafas dan
diaphragmaticbreathing untuk mengatur dan mengontrol pernafasan
ketika terjadi serangan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengulas lebih
lanjut tentang penyakit asma dan membuat rencana keperawatan ibu hamil
dengan asma.

B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Agar pembaca dapat memahami tentang gangguan asma yang
diderita oleh ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
a. Agar pembaca dapat mengetahui apa itu asma yang diderita
oleh asma.
b. Agar pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan ibu hamil mengalami asma
c. Agar pembaca dapat mengetahui komplikasi yang akan
ditimbulkan pada ibu hamil dengan asma
d. Agar pembaca dapat mengetahui diagnosa apa saja yang
ditegakkan pada ibu hamil dengan asma
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. LatarBelakang
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,
2008).
Asma dalam kehamilan gangguan adalah inflamasi kronik jalan
napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala
periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang
ditemukan pada wanita hamil. Asma mungkin membaik, memburuk atau
tetap tidak berubah selama masa kehamilan, tetapi pada kebanyakan
wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir
dari masa kehamilan.
Dengan bertumbuhnya bayi dan membesarnya rahim, sebagian
wanita mungkin sering mengalami sesak nafas. Tetapi ibu - ibu yang tidak
menderita asmapun mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma/
sekat rongga badan menjadi terbatas. (Febrianti, 2008).

B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.
Suatu hal yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non-imunologi. Adapun rangsangan atau
faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang disebabkan oleh
alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-
bulu binatang.
2. Faktor intrinsik (non-alergik): tidak berhubungan dengan alergen,
seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan
polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan: Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
(Smeltzer&Bare,2002).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu:
1. Faktor predisposisi
a Genetik: Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya
yangjelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan
faktorpencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a Alergen: Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan: yang masuk melalui mulut. Contoh:
makanan dan obat-obatan.
3) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan.
b Perubahan cuaca: Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhiAsma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau.
c Stres: Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan Asma, selain itu juga bisa memperberat serangan
Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul
harus segera diobati penderita Asma yang mengalami stres
atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka
gejala belum bisa diobati.
d Lingkungan kerja: Mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e Olahraga atau aktifitas jasmani. Sebagian besar penderita
Asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme
otot bronkus, penyumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus.
Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisioiogis
saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini menyebabkan udara
distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional
(KRF), dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati
kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran
napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk
mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas. Jelasnya
patofisiologi asma adalah sebagai berikut:
1. Kontraksi otot pada saluran napas meningkatkan resistensi jalan
napas.
2. Peningkatan sekresi mukosa dan obstruksi saluran napas.
3. Hiperinflasi paru dengan peningkatan volume residu.
4. Hiperaktivitas bronkial, yang diakibatkan oleh histamin, prostaglandin
dan leukotrin.
Degranulasi sel mast menyebabkan terjadinya asma dengan cara
pelepasan mediator kimia, yang memicu peningkatan resistensi jalan
napas dan spasme bronkus. Pada kasus kehamilan alkalosis respiratori
tidak bisa dipertahankan diawal berkurangnya ventilasi, dan terjadilah
asidosis. Akibat perubahan nilai gas darah arteri pada kehamilan
(penurunan PCO2 dan peningkatan pH). Pasien dengan perubahan nilai
gas darah arteri secara signifikan merupakan faktor risiko terjadinya
hipoksemia maternal, hipoksia janin yang berkelanjutan. dan gagal napas.

D. ManifestasiKlinik
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk,
dispnea,dan wheezing. Serangan serin terjadi pada malam hari. Asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak di dada, disertai
dengan pernapasan lambat,wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan
panjanh dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak
dan menggunakan setiap otot otot eksesori pernapasan. Jallan napas yang
tersumbat menyebabkan dispnea. Serangan asma dapat berlangsung dari
30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meskipun
serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang
lebih berat,yang di sebut “status asmatikut” kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer&Bare, 2002).

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari asma pada ibu dan janin , diantaranya:
1. Hipoksia janin dan ibu
2. Abortus
3. Persaljnan premature
4. BBLR
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita asma antara lain:
1. Mencegah adanya strees
2. Menghindari faktor pencetus yang sudah diketahui secara intensif
3. Mencegah penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan serangan
4. Pada serangan rimgan dapat digunakan obat inhalasi
5. Pada keadaan yang lebih berat penderita harus di rawat dan serangan
dapan di hilangan seperti efinefrin/sc, oksigen, isoproerenol/inhalasi,
aminoplin/ infuse, glukosa, hidrokortison/infuse dektrose 10%
Terapi asma asma bronchial meemilili 2 tujuan:
1. Meredakan serangan yang akut dan
2. Mencegah atau membatasi serangan yang akan datang. Pada semua
individu yang menderita asma ,allergen yaang diketahui haris
dieleminasi dan suhu harus di pertahankan nyaman didalam rumah.
Infeksi pernapasan harus diobati dan inhalasi uap atau kabut
diterapkan untuk mengencerkan lendir. Terapi asma bronchial
diberikan, episode akut.membutuhkan steroid, aminofilin, oksigen,
dan koreksi ketidak seimbangan cairan elektrolit.
Tindakan pencegahan khusus untuk obstetric meliputi hal-hal berikut:
1. Jangan gunakan morfin dalam persalinan karena obat ini dapat
menyebabkan bronkospasme. Meperidin (Demerol) biasanya akan
meredakan bronkospasme.
2. Hindari atau batasi penggunaan efedrin dan kortikosteroid (obat-
obatan penekan) pada klien dengan preeklamsi dan eklamsia
3. Pilih lahiran pervagina serta penggunaan anestesi local atau anestesi
regional setiap kali ada kesempatan
G. Pemeriksaan lab

sejumlah tes laboratorium seperti: Spirometri, Tes Arus Puncak Ekspirasi


(APE), Uji Provokasi Bronkus, Pengukuran Status Alergi, CT Scan dan
Rontgen
H. KonsepAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Pengkajian mengenai nama,umur,dan jenis kelamin perlu di
kaji pada penyakit status asthmatikus.
2) Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien
berada,dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus
seraangan asma
3) Gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau
lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asma
4) Pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui
adanya pemaparan bahan alergen
5) Hal lain yang perlu di kaji tentang : Tanggal MRS, nomor
rekam medik, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pasien akan mengeluh sesak yaang bertambah berat pada usia
kehaamilan 24,36 minggu
c. Riwayat penyaakit sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan
keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak
kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu :
Wheezing,penggunaan obat,bantu pernapasan,
kelelahan,gangguan kesadaran,sianosis serta perubahan tekanan
darah. Perlu juga di kaji kondisi awal terjadinya serangan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di derita pada masa masa dahulu seperti
infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan,
amandel,sinusitis,polip hidung.Riwayat serangan asma frekuensi,
waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan
serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan
gejala asma (Tjen Daniel, 1991)
e. Riwayat kesehatan keluarga.Pada klien dengan serangan status
asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh
faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)
f. Riwayat psikososialGangguan emosional sering dipandang
sebagai salah satu pencetusbagi serangan asma baik ganguan itu
berasal dari rumah tangga,lingkungan sekitar sampai lingkungan
kerja. Seorang yang punyabeban hidup yang berat berpotensial
terjadi serangan asma. Yatim piatu, ketidakharmonisan hubungan
dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan
peranan seperti semula, (AntonyCroket, 1997 dan Tjen Daniel,
1991).
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Aktivitas
Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan
melakukanaktivitas sehari-hari, ketidakmampuan untuk tidur,
perlu posisikepala lebih tinggi waktu tidur, dipsneu pada saat
istirahat,gelisah, insomnia,
2) Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan
tekanandarah, distensi vena leher, pucat dapat menunjukkan
anemia,warna kulit normal / sianosis
3) Integritas ego
Peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup,
ansietas,ketakutan peka rangsang
4) Makanan dan cairan
Edema dependen, berkeringat
5) Hygiene
Penurunan kemampuan perawatan diri, kebersihan buruk, bau
badan
6) Pernafasan
Pernafasan pendek khususnya saat aktivitas, sulit nafas,
dadatertekan, penggunaan oksigen, riwayat pneumonia
keluarga,menggunakan otot bantu pernafasan.Dada : saat
inspeksi dapat dilihat hiperinflasi dengan peninggiandiameter
ap, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redupdengan
ekspirasi mengi, ronchi, mengi, saat perkusi
ditemukanhipersonor pada area paru, bunyi pekak pada area
paru, kesulitanbicara kalimat.
7) Keamanan
Riwayat reaksi alergi, berkeringat atau kemerahan
8) Seksualitas
Penurunan libido
9) Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,
kegagalandukungan, penyakit lama, keterbatasan mobilitas
fisik, kelalaian hubungan dengan orang lain
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Penggunaan dan penyalahgunaan obat pernafasan, kesulitan
menghentikan rokok, konsumsi alcohol.
h. Pemeriksaan fisik pada pasien Asma Bronchiale
1) Status kesehatan umumPerlu dikaji tentang kesadaran klien,
kecemasan, gelisah,kelemahan suara bicara, tekanan darah
nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan
otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
lengket dan posisi istrahat klien (Laura A. T.;1995,karnen B ;
19983)
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik,perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tandaurtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut,kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A.
Talbot;1995).
3) Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya
penonjolan,riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau
pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran. (Laura
A.Talbot;1995).
4) Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah
stres yang dirasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya
(LauraA. Talbot ; 1995)).
5) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis
alergidan fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A.
Talbot;1995).
6) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan
dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau
perubahansuara. (Karnen B.:1994)).
7) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan,
pembesarantiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan
(Karnen B.;1994).
8) Thorak
Inspeksi : Dinding torak tampak mengembang,
diafragmaterdorong ke bawah disebabkan oleh udara dalam
paru-parususah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan
nafas.Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak
penggunaan otot otot tsmbahan.
Palpasi : Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi
dantaktil fremitus. Pada asma, paru-paru penderita normal
karena yang menjadi masalah adalah jalan nafasnya yang
menyempit(Laura A.T.;1995).
Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah
disebabkan karena kontraksi otot polos yang
mengakibatkanpenyempitan jalan nafas sehingga udara susah
dikeluarkan dariparu-paru (Laura A.T.;1995).
Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertaidengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi,dengan bunyi pernafasan wheezing karena sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polosbronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napasmenjadi sangat meningkat (Karnen B .;1994).
Kardiovaskuler : Jantung dikaji adanya pembesaran jantung
atautidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung
melemah.Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta
adanya pulsusparadoksus, (Robert P.;1994, Laura A.
T.;1995).
Abdomen : Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta
tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asma
frekwensi pernafasan, serta adanya
konstipasi karena dapat nutrisi (Hudakdan Gallo;1997, Laura
A.T.;1995).
Ekstrimitas : Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan
tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang
seranganasma,(Laura A.T.;1995)

I. Diagnostik
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
broncospasme, peningkatan sekresi pulmoner.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman jiwa sekunder terhadap
sesak nafas dan takut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan,
sekunder.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prognosis penyakit
saat hamil.

J. Intervensi/ManajemenKeperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakefektifa Tujuan : menunjukkan 1. Kaji tanda-tanda vital


n bersihan jalan pembersihan jalan nafas yang dan auskultasi bunyi
nafas efektif, yang dibuktikan oleh nafas.
berhubungan pencegahan aspirasi status 2. Berikan klien untuk
dengan pernafasan, kepatenan jalan posisi yang nyaman.
broncospasme, nafas, dan status pernafasan : 3. Pertahankan
peningkatan ventilasi tidak terganggu. lingkungan yang
sekresi nyaman.
pulmoner Kriteria Hasil: 4. Tingkatkan masukan
cairan, dengan
1. Pencegahan aspirasi :
memberikan air hangat.
tindakan personal untuk
5. Dorong atau bantu
mencegah masuknya
latihan nafas dalam dan
cairan dan partikel padat
batuk efektif.
kedalam paru.
6. Kolaborasi dalam
2. Status pernafasan :
pemberian obat dan
kepatenan jalan nafas :
humidifikasi, seperti
jalan nafas
nebulizer.
trakeobronkeal, terbukan
dan bersih untuk
pertukaran gas.
3. Status pernafasan :
ventilasi : pergerakan
udara masuk dan keluar
paru.

Ansietas Tujuan : Ansietas berkurang 1. Batasi aktivitas pasien.


berhubungan dibuktikan dengan bukti 2. Mengurangi keluhan.
dengan ancaman tingkat ansietas hanya ringan 3. Anjurkan tehnik
jiwa sekunder sampai sedang dan selalu relaksasi pada pasien.
terhadap sesak menunjukkan pengendalian 4. Pasien memilih posisi
nafas dan takut diri terhadap ansietas, yang nyaman.
konsentrasi dan koping. 5. Berikan penjelasan
tentang penyakitnya.
6. Beri support mental
Kriteria Hasil:
dari keluarganya.
1. Menunjukkan
pengendalian diri
terhadap ansietas.
2. Menggunakan teknik
relaksasi untuk
meredakan ansietas.

Intoleransi Tujuan : menoleransi aktivitas 1. Baringkan pasien semi


yang biasa dilakukan. flower.
aktivitas
2. Secara bertahap
berhubungan Kriteria hasil : tingkatkan aktifitas
1. Toleransi aktivitas. pasien.
dengan
2. Ketahanan. 3. Anjurkan tehnik
kelemahan, 3. Penghematan energy. relaksasi.
4. Kebugaran fisik. 4. Anjurkan latihan ringan
kelelahan,
5. Perawatan diri. sesuai toleransi.
sekunder
Kurangnya Tujuan : pasien mengerti 1. Ajarkan pasien
tentang prognosis penyakit menghindari alergi
pengetahuan
yang diketahui.
berhubungan Kriteria hasil : Pasien dan 2. Observasi tingkat
keluarga akan : pengetahuan mengenai
dengan
1. Mengidentifikasi proses penyakit.
prognosis kebutuhan terhadap 3. Jelaskan latihan
informasi tambahan pernapasan.
penyakit saat
mengenai perilaku 4. Jelaskan obat-obatan
hamil promosi kesehatan atau yang mengakibatkan
program terapi. penyakit kambuh.
2. Memperlihatkan kempuan 5. Jadwalkan pemberian
untuk mengetahui dan obat yang tepat.
memahami tentan 6. Hindari terhadap
penyakit yang diderita. pemajanan iritan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Gambaran Kasus
Ny. D umur 23 tahun, G1P0A0, hamil 32 minggudatangke RB.
CintaBundadengankeluhanseringsesaknafasataukambuhgejalaasmanya.
Dari hasilpemeriksaanfisikdiperoleh data: TD 130/85 mmHg, nadi 88
kali/menit, RR 24 kali/menit, suhu 37,0oC, TB 158 cm, BB 60 Kg, kaki
tampakudemderajat 2, dan protein urinnegatif, DJJ 128 kali/menit, TFU 30
cm, kepalabelummasuk PAP.
Klienmengatakanmemilikiriwayatasmasejakkecil dan seringkambuh rata-
rata sebulansekalijikakontakdenganfaktorpencetusyaituudaradingin.
Selamainiklientidakmaumenggunakanobatbronkodilatortersebutkarenakha
watirmenggangukesehatanjaninnya.
Klienmengatakankhawatirjaninnyatidaksehat/cacatkarenakondisikesehatan
ibu yang punya riwayatasma dan seringkambuh.

B. Analisa Data
Data Masalah Penyeba
b
Ds. Ketidakefe Bronkos
1. Klienmengeluhsesaknafas ktifanbersih pasme
2. Klienmengatakanmemilikiriwayatasma anjalannafa
sejakkecil s
Do.
1. RR: 24 kali/menit
2. Klienterlihatsulituntukbernafas dan
menggunakanotot bantu nafas
Ds. Kurangpen Salahint
1. Klienmengatakantidakmaumenggunaka getahuan erpretasi
nobatbronkodilatorsaatsakitnyakambuh prognosis informa
karenatakutmengganggupertumbuhanja kesehatan si
nin
Do.
1. Klienmenolakkerassaatingindiberikann
ebulizer.
Ds. Ansietas Ancama
1. Klienmengatakankhawatirjaninnyatidak n jiwa
sehat/cacatjikadiamenggunakanbronkod sekunde
ilator r
2. Klienkhawatirdengankesehatanjaninnya terhadap
karenaasmanya yang seringkambuh sesak
Do. nafas
1. Gelisah dan
2. Kesulitanbernafas takut
3. TD: 130/85 mmHg

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifanbersihanjalannafas b.d bronkospasme.
2. Kurangpengetahuan prognosis kesehatan b.d
salahinterpretasiinformasi.
3. Ansietas b.d Ancaman jiwa sekunder terhadap sesak nafas dan
takut.

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
Ketidakefektifanbersihanjala Tujuan : 1. Kaji tanda-
menunjukkan tanda vital
nnafas b.d bronkospasme
pembersihan jalan dan
nafas yang efektif, auskultasi
yang dibuktikan bunyi nafas.
oleh pencegahan 2. Berikan
aspirasi status klien untuk
pernafasan, posisi yang
kepatenan jalan nyaman.
nafas, dan status 3. Lakukan
pernafasan : fisioterapi
ventilasi tidak dada jika
terganggu. perlu.

Kriteria Hasil:
1. Pencegahan
aspirasi :
tindakan
personal
untuk
mencegah
masuknya
cairan dan
partikel padat
kedalam
paru.
2. Status
pernafasan :
kepatenan
jalan nafas :
jalan nafas
trakeobronkea
l, terbukan
dan bersih
untuk
pertukaran
gas.
3. Status
pernafasan :
ventilasi :
pergerakan
udara masuk
dan keluar
paru.

Kurangpengetahuan Tujuan : pasien 1. Berikan


mengerti tentang
prognosis kesehatan b.d penilaian
prognosis
salahinterpretasiinformasi penyakit. tentang
tingkat
Kriteria Hasil:
1. Pasien dan pengetahuan
keluarga
pasien
menyatakan
pemahaman tentang
tentang
proses
penyakit,
kondisi, penyakit
prognosis dan
yang
program
pengobatan. spesifik.
2. Pasien dan
2. Sediakan
keluarga
mampu informasi
melaksanaka
pada pasien
n prosedur
yang tentang
dijelaskan
kondisi,
secara benar.
3. Pasien dan dengan cara
keluarga
yang tepat.
mampu
menjelaskan 3. Diskusikan
kembali apa
pilihan
yang
dijelaskan terapi atau
perawat/tim
penanganan.
kesehatan
lainnya.

Ansietas b.d Ancaman jiwa Tujuan: Ansietas 1. Identifikasi


sekunder terhadap sesak berkurang tingkat
nafas dan takut dibuktikan dengan kecemasan.
bukti tingkat 2. Dorong
ansietas hanya pasien untuk
ringan sampai mengungkap
sedang dan selalu kan
menunjukkan perasaan,
pengendalian diri ketakutan,
terhadap ansietas, persepsi.
konsentrasi dan 3. Instruksikan
koping. pasien
menggunaka
Kriteria Hasil: n tehnik
1. Klien mampu relaksasi.
mengidentifik
asi dan
mengungkap
kan gejala
cemas.
2. Mengidentifi
kasi,
mengungkap
kan dan
menunjukkan
tehnik untuk
mengontrol
cemas.
3. Vital sign
dalam batas
normal.
4. Postur tubuh,
ekspresi
wajah, bahasa
tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Wakt No. DK Tindakan Keperawatan dan Hasil
u
07 Maret 2020 1. 1. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi
(08.15) bunyi nafas.
Hasil:
TD: 130/85 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 24 x/menit
S: 37,0oC
Bunyi nafas: Ronchi
2. Berikan klien untuk posisi yang
nyaman.
Hasil: Klien terlihat nyaman dengan
perubahan posisi yang diberikan.
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Hasil: Masih sedikit terasa sesak.

07 Maret 2020 2. 1. Berikan penilaian tentang tingkat


(09.00) pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
Hasil: Klien masih belum bisa
mengerti tentang penyakit yang ia
derita.
2. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
Hasil: Klien masih belum bisa
mengerti tentang kondisinya saat
ini, terlihat masih cemas dengan
janinnya.
3. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Hasil: Klien masih belum menerima
untuk diberikan terapi nebulezer.
07 Maret 2020 3. 1. Identifikasi tingkat kecemasan.
(09.30) Hasil: Klien masih terlihat cemas.
2. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
Hasil: Klien masih takut dengan
pengaruh keadaannya saat ini dapat
mempengaruhi janinnya.
3. Instruksikan pasien menggunakan
tehnik relaksasi.
Hasil: Klien dapat menerapkan
tehnik relaksasi.

Tanggal/Wakt No. DK Tindakan Keperawatan dan Hasil


u
08 Maret 2020 1. 1. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi
bunyi nafas.
(08.15)
Hasil:
TD: 125/80 mmHg
N: 89 x/menit
RR: 23 x/menit
S: 37,3oC
Bunyi nafas: Ronchi
2. Berikan klien untuk posisi yang
nyaman.
Hasil: Klien terlihat nyaman dengan
perubahan posisi yang diberikan.
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Hasil: Masih sedikit terasa sesak.

08 Maret 2020 2. 1. Berikan penilaian tentang tingkat


(09.00) pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
Hasil: Klien sudah bisa memahami
kondisinya saat ini.
2. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
Hasil: Klien sudah bisa memahami
kondisinya saat ini, namun masih
cemas dengan keadaan janin.
3. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Hasil: Klien sudah terlihat
kooperatif dan dapat menerima
pemberian terapi yang akan
dilakukan.
08 Maret 2020 3. 1. Identifikasi tingkat kecemasan.
(09.15) Hasil: Klien masih terlihat cemas.
2. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
Hasil: Klien masih takut dengan
pengaruh keadaannya saat ini dapat
mempengaruhi janinnya.
3. Instruksikan pasien menggunakan
tehnik relaksasi.
Hasil: Klien dapat menerapkan
tehnik relaksasi.

Tanggal/Wakt No. DK Tindakan Keperawatan dan Hasil


u
09 Maret 2020 1. 1. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi
(08.15) bunyi nafas.
Hasil:
TD: 120/80 mmHg
N: 90 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36,0oC
Bunyi nafas: Vesikuler
2. Berikan klien untuk posisi yang
nyaman.
Hasil: Klien terlihat nyaman dengan
perubahan posisi yang diberikan.
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Hasil: Klien dapat bernafas secara
normal.

09 Maret 2020 2. 1. Berikan penilaian tentang tingkat


(09.00) pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
Hasil: Klien sudah bisa memahami
kondisinya saat ini.
2. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
Hasil: Klien sudah bisa memahami
kondisinya saat ini, klien sudah
tidak cemas dengan keadaan
janinnya.
3. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Hasil: Klien sudah terlihat
kooperatif dan dapat menerima
pemberian terapi yang akan
dilakukan.
09 Maret 2020 3. 1. Identifikasi tingkat kecemasan.
(09.15) Hasil: Klien sudah terlihat lebih
tenang.
2. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
Hasil: Klien sudah terlihat lebih
tenang dan tidak hawatir dengan
keadaan janin.
3. Instruksikan pasien menggunakan
tehnik relaksasi.
Hasil: Klien dapat menerapkan
tehnik relaksasi.

F. Evaluasi Keperawatan
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Hasil (SOAP)
DX (Mengacu pada Tujuan)
1. Sabtu/07-Maret- S: Klien mengeluh sesak nafas
2020/08.15 O: RR: 24 kali/menit, terlihat
menggunakan otot bantu nafas, bunyi
nafas rinchi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. Sabtu/07-Maret- S: Klien mengatakan tidak mau
2020/09.00 menggunakan obat bronkodilator saat
sakitnya kambuh karena takut
menggangu pertumbuhan janin.
O: Klien menolak keras saat ingin
diberikan nebulezer, klien terlihat
cemas.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. Sabtu/07-Maret- S: Klien khawatir dengan kesehatan
2020/09.15 janinnya karena asmanya yang sering
kambuh.
O: Gelisah, kesulitan bernafas, TD:
130/85 mmHg.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Hasil (SOAP)


DX (Mengacu pada Tujuan)
1. Minggu/08-Maret- S: Klien mengeluh masih terasa sesak.
2020/08.15 O: Rr: 23 kali/menit, bunyi nafas ronchi,
klien masih terlihat sesak.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. Minggu/08-Maret- S: Klien mengeluh cemas dengan
2020/09.00 keadaan janinnya.
O: Klien masih terlihat cemas.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
3. Minggu/08-Maret- S: Klien mengeluh masih takut dengan
2020/09.15 keadaannya saat ini akan
mempengaruhi janinnya.
O: Klien terlihat gelisah, dan cemas.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.

No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Hasil (SOAP)


DX (Mengacu pada Tujuan)
1. Senin/09-Maret- S: Klien mengatakan merasa lebih baik
2020/08.15 O: Bunyi nafas vesikuller, Rr: 20
kali/menit, tidak sesak.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi.
2. Senin/09-Maret- S: Klien mengatakan dapat memahami
2020/09.00 kondisinya saat ini.
O: Terlihat lebih tenang, dan tidak
merasa cemah dengan janinnya.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
3. Senin/09-Maret- S: Klien mengatakan sudah tidak hawatir
2020/09.15 dengan keadaannya saat ini dan
janinnya.
O: Klien terlihat lebih tenang.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma dalam kehamilan gangguan adalah inflamasi kronik jalan
napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala
periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang
ditemukan pada wanita hamil. Asma mungkin membaik, memburuk atau
tetap tidak berubah selama masa kehamilan, tetapi pada kebanyakan
wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir
dari masa kehamilan. Faktor yang menimbulkan munculnya asma yaitu
faktor intrinsik (alergen) seperti debu, faktor ekstrinsik (non-alergen)
seperti cuaca, dan gabungan dari keduanya.
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah
batuk, dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam
hari. Komplikasi yang dapat timbul dari asma pada ibu dan janin,
diantaranya yaitu hipoksia janin dan ibu, abortus, persalinan premature,
dan BBLR. Panatalaksanaan pada penderita asma antara lain mencegah
adanya strees, menghindari factor pencetus yang sudah diketahui secara
intensif, mencegah penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan
serangan, pada serangan ringan dapat digunakan obat inhalan, dan pada
keadaan yang lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat
dihilangkan seperti efinefrin/sc dan oksigen.
B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa dapat mampu memenuhi asuhan
keperawatan khususnya pada ibu hamil dengan penyakit asma dan dapat
memahami tentang asma pada ibu hamil dan juga diharapkan bagi
pembaca dapat memahami isi dari makalah kami.

Anda mungkin juga menyukai