Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BENIGNA


HIPERTROPI PROSTAT (BPH)

Disusun oleh:

BADI MULYONO
NIM. P031714401R082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN RPL
TAHUN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman


kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Balai
Karimun, April 2018

Penyus
un
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH

BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)

A. DEFINISI

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat


membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah
Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat
tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah
yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar
prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka
dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat,
tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara


pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat
pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi
adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu
Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:

a. Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena


perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.o
Ketidakseimbangan endokrin.

b. Faktor umur / usia lanjut.

c. Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar


Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang
dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4
cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1
buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2
buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior
akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-
kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut
kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat
terdiri dari:

 Kapsul anatomis

 Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan


muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:

• Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya

• Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini


disebut juga sebagai adenomatus zone

• Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari
vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara
ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur,
sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah
teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat,
jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna
kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat
yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang
bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan
sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral
sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat
menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur
mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan
peradangan.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma
yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan
prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah.
Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke
dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya
diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-
serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat,
terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi
dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat
peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat
menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat
menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter.
Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan
hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin
dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan
yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang
berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000
pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi
perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher
vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai
akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor
ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika
dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan
mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor
akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut
pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas
E. PATHWAY

Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU


Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot destrusorSpasme otot
spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot destrusorPotensi
urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal meningkatGagal
ginjalRetensi urinPort de entrée mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko
disfungsi seksualNyeriResti infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko
perdarahan: resiko syok hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola
eliminasiKurang informasi ttg penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia
periuretralUsia lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH
F. MANIFESTASI KLINIS

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua,


tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal
yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi
urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi
kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien
dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya
pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah
terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf.
Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen
bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak
untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik
renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui,
pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan
kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali
terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes


sensitivitas dan biakan urin

2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct


Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram
retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans
Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat
ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah,


tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan
adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat
dibuang melalui perineum.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi


kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis,
gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu
miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga
menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis

I. FOKUS PENGKAJIAN

Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:

a) Data subyektif :

• Pasien mengeluh sakit pada luka insisi

• Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.

• Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan

• Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

b) Data Obyektif:

• Terdapat luka insisi

• Takikardi

• Gelisah

• Tekanan darah meningkat

• Ekspresi w ajah ketakutan

• Terpasang kateter
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot


spincter

2) Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi


sekunder

3) Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

4) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée


mikroorganisme melalui kateterisasi

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


penyakit, perawatannya.

K. RENCANA KEPERAWATAN

1) .Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot


spincter

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu


mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil:

a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang

b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi:

a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.

b. . Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening


mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah

d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok,


abdomen tegang)

e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif.


Lakukan perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika
nyeri meningkat

2) Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan


obstruksi sekunder.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami


retensi urin

Kriteria hasil :

Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.

Intervensi :

• Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan


teknik steril

• Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup

• Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin,


kulit lembab,

• Mempertahankan kesterilan sistem drainage

• cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi


aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
• Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam
(mulai hari kedua post operasi)

• Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral


2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan
perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan
dan motivasi pasien untuk melakukannya.

3) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran


ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu


mempertahankan fungsi seksualnya

Kriteria hasil :

Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan
aktivitas secara optimal.

Intervensi :

• Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang


berhubungan dengan perubahannya

• Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat

• Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya


tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual

• Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi


seksual

• Beri penjelasan penting tentang:

• Impoten terjadi pada prosedur radikal


• Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

• Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk


menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu)
setelah operasi.

4) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée


ikroorganisme melalui kateterisasi

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari


infeksi

Kriteria hasil:

• Tanda-tanda vital dalam batas normal

• . Tidak ada bengkak, aritema, nyeri

• Luka insisi semakin sembuh dengan baik

Intervensi:

• Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.

• Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya


sumbatan, kebocoran)

• Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar


kateter dan drainage

• Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk


menjamin dressing

• Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas


meningkat, dingin)
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit, perawatannya

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari

Kriteria :

Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan


mendemonstrasikan perawatan

Intervensi :

• Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya


tentang penyakit, perawat

• Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:

• Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter

• Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi

Anda mungkin juga menyukai