Disusun oleh:
BADI MULYONO
NIM. P031714401R082
Tanjung Balai
Karimun, April 2018
Penyus
un
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. ANATOMI FISIOLOGI
Kapsul anatomis
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari
vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara
ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur,
sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah
teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat,
jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna
kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat
yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu
ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang
bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan
sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral
sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat
menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur
mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan
peradangan.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma
yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan
prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah.
Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke
dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya
diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-
serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat,
terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi
dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat
peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat
menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat
menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter.
Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan
hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin
dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan
yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang
berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000
pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi
perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher
vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai
akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor
ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika
dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan
mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor
akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut
pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas
E. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. KOMPLIKASI
I. FOKUS PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post
Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:
a) Data subyektif :
b) Data Obyektif:
• Takikardi
• Gelisah
• Terpasang kateter
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
K. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan :
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
• Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup
Tujuan :
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan
aktivitas secara optimal.
Intervensi :
Tujuan :
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi :