Anda di halaman 1dari 37

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar penyakit

2.1.1 Pengertian

Menurut Sylvia A. Price asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas

mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan

diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih

normal (Amin Huda Nurarif; Hardhi Kusuma, 2015). Beberapa faktor penyebab

asma antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta

faktor lingkungan.

Asma dibedakan jadi dua jenis, yakni :

1) Asma Bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari

luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.

Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bias datang

secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko

kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran

adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan,

pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang

berlebihan.
6

2) Asma Kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial

biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini

disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita

sedang tidur.

Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi: (Sudoyo Aru, 2009)

1) Asma ekstrinsik : munculnya pada waktu kanak-kanak.

2) Asma intrinsic : ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensivitas terhadap allergen.

3) Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik.

Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Initiative For Asthma):

1) Intermiten

Gejala kurang dari 1 kali/minggu dan serangan singkat.

2) Persisten ringan

Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari.

3) Persiten sedang

Gejala terjadi setiap hari.

4) Persisten berat

Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi.


7

2.1.2 Anatomi Fisiologi

2.1.2.1 Anatomi saluran nafas

Anatomi saluran pernapasan (Amin Huda Nurarif, 2015)

2.1.2.2 Organ-organ pernafasan

1. Hidung

Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh

sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring

dan menghangatkan udara.

2. Tekak (faring)

Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di

dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang

leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan

makanan.
8

3. Laring (pangkal tenggorok)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di

depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam

trakea di bawahnya.

4. Trakea (batang tenggorok)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari

tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam

diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing

yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea

menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.

5. Bronkus (cabang tenggorokan)

Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra

torakalis IV dan V.

6. Paru-paru

90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.Merupakan

sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa

(alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas

permukaannya

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang

mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung

CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan

yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk

pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh

darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara.


9

Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang

menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli.

Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-

paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung.

Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru

disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan

CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi

sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan

sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.

Proses pernafasan :

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali

bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh

otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla

oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari

nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot

mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena

adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke

dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi

dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu

masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua

adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara

alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik

dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan


10

penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi

kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu

respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon

dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan

dikeluarkan oleh paru-paru .

2.1.3 Etiologi

Menurut beberapa penelitian patologi dan etiologi asma belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar

gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran napas yang berlebihan

ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi

plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan

function laesa (fungsi yang terganggu). Dan radang harus disertai dengan

infiltrasi sel-sel radang, (Sudoyo Aru, 2009).

Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi

virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan

(debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau

asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-

bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,

tertawa terbahak-bahak), dan emosi.


11

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Naga, 2012 Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat

pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta

sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik,

tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk allergen

yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang dihirup tersebut.

Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat

dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah

basofil yang kita gunakan pada saat menghitung leukosit.

Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu

permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan

sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu contohnya adalah

histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor beta-2

adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor beta-1.Apabila reseptor

beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka pelepasan histamine akan

terhalang.

Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang sudah terkenal, juga

menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa bronkus dan dalam darah tepi,

terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah

terlihat.

Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-

baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang

dapat menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini memberikan

perlindungan terhadap serangan asma.


12
13

2.1.5 Manisfestasi Klinis

Gejala klinis asma bronchial yang khas adalah sesak napas yang berulang

dan suara mengi (wheezing). Gejala ini bervariasi pada tiap-tiap orang berdasarkan

tingkat keparahan dan frekuensi (WHO, 2014) :

1) Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam

seminggu dan gejala asma bronchial malam berkurang dari 2 kali

dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal paru masih baik.

2) Persisten ringan, yaitu gejala asma bronchial lebih dari 1 kali dalam seminggu

dan serangannya sampai mengganggu aktivitas,termasuk tidur.Gejala asma

malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat faal paru relatif

menurun.

3) Persisten sedang, yaitu gejala asma bronchial terjadi setiap hari dan serangan

sudah mengganggu aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma

malam lebih dari 1 kali dalam seminggu.Faal paru menurun.

4) Persisten berat, yaitu gejala asma bronchial terjadi terus menerus.Gejala asma

malam dapat terjadi hampir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.

2.1.6 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul yaitu :

1) Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal

nafas

2) Chronic persisten bronchitis

3) Bronchitis

4) Pneumonia
14

5) Emphysema

6) Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi

kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini

mengancam hidup.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Spirometer : Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup

(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%.

2) Sputum : eosinofil meningkat

3) Eosinofil darah meningkat

4) Uji kulit

5) RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma

6) AGD : Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan

hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan

hiperkapnia (PCO2 naik).

7) Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior

membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang

tersebar.

2.1.8 Penatalaksanaan

2.1.8.1 Medis

Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non

farmakologik dan pengobatan farmakologik.


15

1. Pengobatan non farmakologik

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang

penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor

pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim

kesehatan.

b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada

pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi

faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi

Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini

dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik

a. Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak

antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat

ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b. Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan

bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada

orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.


16

c. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,

harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol

( beclometason dipropinate ) dengan diisi 800  empat kali semprot tiap

hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka

yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d. Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .

Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e. Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

f. Iprutropioum Bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat

bronkodilator.

2.1.8.2 Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma

adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan),

pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.


17

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Pengkajian Primer Asma

a. Airway

Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai

kontrol servikal.

a) Peningkatan sekresi pernafasan

b) Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

b. Breathing

a) Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,

takipneu/bradipneu, retraksi.

b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan

c) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

d) Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

c. Circulation

a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi

b) Sakit kepala

c) Kaji TTV

d) Papiledema

e) Urin output menurun

d. Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum

dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.


18

e. Exposure

Environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.

2. Pengkajian Sekunder Asma

a. Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna

untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk

menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik

antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat

berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang

hebat yang disertai gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu

serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya

komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.

Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak,

Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan

spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung

terus untuk waktu yang lama.

b. Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang

mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan

penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang

mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :


19

1) Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,

kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan

yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan

sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.

2) Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan

pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,

perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda

urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,

kelembaban dan kusam.

3) Thorak

a) Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan

adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-

otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi

peranfasan.

b) Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil

fremitus.

c) Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor

sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.


20

d) Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan

expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan

bunyi pernafasan dan Wheezing.

3. Sistem pernafasan

a. Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan

seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian

menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa

kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.

b. Frekuensi pernapasan meningkat

c. Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.

d. Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang

memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.

e. Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada

inspirasi bahkan mungkin lebih.

f. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

1) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter

anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar

hipersonor.

2) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan

otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus),

sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga

serta pernapasan cuping hidung.


21

3) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat

dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak

terdengar(silent chest), sianosis.

4. Sistem kardiovaskuler

a. Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat

b. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

1) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.

Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan

darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal

tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai

10 mmHg atau lebih.

2) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan

irama jantung.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan

kemampuan bernapas.

3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen dengan kebutuhan.


22

5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas

dan volume jantung.

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyah.

7. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.


23

2.2.3 Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSE KEPERAWATAN NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan jalan Outcome untuk mengukur Intervensi Keperawatan yang Disarankan untuk Menyelesaikan
nafas penyelesaian dari diagnosis Masalah :
Definisi Status pernafasan : Kepatenan jalan 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,sebagai
Ketidakmampuan membersihkan nafas mana mestinya
sekresi atau obstruksi dari saluran Outcome Tambahan untuk 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
napas untuk mempertahankan mengukur batasan karakteristik 3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial pasien untuk memasukkan
bersihan jalan napas. 1. Tingkat Agitasi alat membuka jalan nafas
2. Tingkat Kecemasan 4. Masukkan alat nasopharyngeal (NPA) atau oropharyngeal airway
Batasan Karakteristik 3. Pencegahan aspirasi (OPA), sebagaimana mestinya
1. Batuk yang tidak efektif 4. Respon Ventilasi Mekanik 5. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
2. Dispnea Dewasa atau menyedot lendir
3. Gelisah 5. Status pernafasan 6. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk
4. Kesulitan verbalisasi 6. Status pernafasan : pertukaran 7. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas
5. Mata terbuka lebar gas dalam kepada anak-anak (misal; meniup gelembung, meniup
6. Ortopnea 7. Status pernafasan: ventilasi kincir, peluit, harmonika, balon, meniup layaknya pesta; buat
7. Penurunan bunyi napas 8. Kontrol gejala lomba meniup dengan bola ping pong, meniup bulu)
8. Perubahan frekuensi napas 9. Tanda-tanda vital 8. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
9. Perubahan pola napas 9. Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya
10. Sianosis 10. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau
24

11. Sputum dalam jumlah yang tidak ada dan adanya suara tambahan
berlebihan 11. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea,
12. Suara napas tambahan Outcome yang berkaitan dengan sebagaimana mestinya
13. Tidak ada batuk faktor yang berhubungan atau 12. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Outcome Menengah 13. Ajarkan pasien bagaimana men ggunakan inhaler sesuai resep,
Faktor yang berhubungan 1. Respon Alergi : Sistemik sebagaimana mestinya
Lingkungan 2. Respon imun hipersensitif 14. Kelola pengobatan aerosol, sebaimana mestinya
1. Perokok 3. Keparahan infeksi 15. Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
2. Perokok pasif 4. Keparahan infeksi : Bayi Baru
3. Tepajam asap Lahir
Obstruksi Jalan Napas 5. Pengetahuan : Manajemen
1. Adanya jalan napas buatan Asma
2. Benda Asing dalam jalan 6. Pengetahuan : Manajemen
napas Penyakit Paru Obtrukstif
3. Eksudat dalam alveoli kronik
4. Hyperplasia pada dinding 7. Pengetahuan : Manajemen
brokus Pneumonia
5. Mukus berlebihan 8. Respon penyapihan ventilasi
6. Penyakit paru obstruksi mekanik dewasa
kronis 9. Status neorologi : sensori
7. Sekresi yang tertahan kranial/fungsi motorik
25

8. Spasme jalan napas 10. Status neurologi : sensori


Fisiologis tulang punggung/ fungsi
1. Asma motorik
2. Disfungsi neuromuscular 11. kontrol risiko : Proses infeksi
3. Infeksi 12. Kontrol Risiko : penggunaan
4. Jalan napas alergik tembakau
13. Manajemen diri : Asma
14. Manajemen diri : Penyakit
paru obstruktif kronik
perilaku berhenti merokok

2 Ketidakefektifan pola napas Outcome untuk mengukur Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan
penyelesaian dari Diagnosis masalah :
Definisi : 1. Respon penyapihan
Inspirasi dan ekspirasi yang tidak ventilasi mekanik : Dewasa 1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift
memberi ventilasi adekuat 2. Status pernafasan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Status pernafasan : 3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial untuk memasukkan alat
Batasan karakteristik Ventilasi mebuka jalan napas
26

1. Bradipnea 4. Masukkan alat nasopharyngeal airway atau oropharyngeal


2. Dispnea Outcome tambahan untuk airway
3. Fase ekspirasi mengukur batasan karakteristik 5. Lakukan fisioterapi dada
4. Ortopnea 1. Respon alergi : Sistemik 6. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan
5. Penggunaan otot bantu 2. Status pernafasan batuk
pernapasan kepatenan jalan nafas 7. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar, dan
6. Penggunaan posisi tiga- 3. Status pernafasan: batuk
titik Pertukaran gas 8. Gunakan teknik menyenangkan untuk memotivasi anak-anak
7. Peningkatan daimeter 4. Keparahan syok: 9. Instruksikan bagaimana bisa melakukan batuk efektif
anterior-posterior Anafilaksis 10. Bantu dengan dorongan spirometer
8. Penurunan kapasitas vital 11. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun
9. Penurunan tekanan Outcome yang berkaitan dengan atau tidak ada dan adanya suara tambahan
ekspirasi faktor yang behubungan atau 12. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea
10. Penuruna tekanan outcome menengah 13. Kelola pemberian bronkodilator
inspirasi 1. Keparahan respirasi 14. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resep
11. Penurunan ventilasi asidosis akut 15. Kelola pengobatan aerosol
semenit 2. Keparahan respiratori 16. Kelola nebulizer ultrasonik
12. Penapasan bibir alkalosis akut 17. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan
13. Pernapasan cuping 3. Tingkat kecemasan 18. Ambil benda asing dengan forsep McGill
hidung 4. Kognisi 19. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
14. Perubahan ekskursi dada 5. Konservasi energi cairan
15. Pola napas abnormal Kelelahan: efek yang menganggu 20. Posisikan untuk meringankan sesak napas
16. Takipnea 21. Monitor status pernapasan dan oksigenasi

Faktor yang berhubungan


1. Ansietas
2. Cedera medula spinalis
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang
5. Disfungsi neuromuskular
27

6. Gangguan
muskolosskeletal
7. Gangguan neurologis
8. Hiperventilasi
9. Imaturitas neurologis
10. Keletihan
11. Keletihan otot
pernapasan
12. Nyeri
13. Obesitas
14. Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi
paru
15. Sindrom hipoventilasi

3. Gangguan pertukaran gas Outcome untuk Mengukur Intervensi Keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan
Penyelesaian dari Diagnosis Masalah :
Definisi: Respon ventilasi mekanik: dewasa 1. Manajemen jalan nafas
Kelebihan atau defisit oksgenasi 2. Terapi oksigen
danatau eliminasi karbondioksida Status pernafasan: Pertukaran gas 3. Monitor pernafasan
pada membran alveolar-kapiler.
28

Outcome Tambahan untuk Keterangan:


Batasan Karakteristik: Mengukur Batasan Karakteristik Manajemen jalan nafas
1. Diaforesis Kognisi
2. Dispnea Orientasi Kognitif Aktivitas-aktivitas:
3. Gangguan penglihatan Tingkat delirium 1. Buka jalan nafasd engan teknik chin lift atauj aw
4. Gas daraharteri abnormal Keseimbangan elektrolit dan asam/ trusht,sebagaimana mestinya
5. Gelisah basa 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
6. Hiperkapnea Konservasi energy 3. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
7. Hipoksemia Fungsi sensori: pandangan 4. Motiavasi pasien untuk bernafas pelan dalamberputardan batuk
8. Hipoksia Keparahan gejala 5. Ajarkan menggunakan inhaler sesuai resep
9. Iritabilitas Perfusi jaringan
10. Konfusi Perfusi jaringan: organ abdominal Terapioksigen:
11. Nafas cuping hidung Perfusi jaringan: Kardiak
12. Penurunan Perfusi jaringan: seluler Aktivitas-aktivitas :
karbondioksida Perfusi jaringan: periifer a. Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat
13. pH arteri abnormal Perfusi jaringan: pulmonary b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
14. Pola pernapasan Tanda-tanda vital c. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
abnormal (mis, d. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system
kecepatan,irama, humidifier
kedalaman) e. Monitor posisi perangkat alat pemberian oksigen
15. Sakit kepala saat bangun
16. Sianosis
17. Somnolen
18. Takikardia
19. Warnakulit abnormal
(mis, pucat, kehitaman)
29

Faktor yang berhubungan Outcome yang berkaitan dengan


1. Ketidakseimbangan Faktor yang Berhubungan atau Monitor pernafasan:
ventilasi perkusi Outcome Menengah Aktivitas-aktivitas:
2. Perubahan membran Respon alergi: sistemik 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
alveolar-kapiler Pengetahuan: manajemen penyakit 2. Monitor suara nafas tambahan
paru obstruktifkronik 3. Monitor pola nafas (mis, bradipnea, takipnea, hipervertinlasi,
Pengetahuan: manajemen pernafasan kusmaul)
pneumonia 4. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan
Status pernafasan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas
Status pernafasan: ventilasi tambahan
Manajemen diri: Asma 5. Monitor sekresi pernafasan pasien
Manajemen diri: Penyakit Paru
Obstruktif Kronik

4. INTOLERANSI AKTIVITAS N NOC Ac Activity Therapy


         Energy conservation 1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
Definisi : Ketidakcukupan energi
         Activity tolerance merencanakan program terapi yang tepat
psikologis atau fisiologis untuk
         Self Care : ADLs 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
melanjutkan
KriKriteria Hasil : dilakukan
atau menyelesaikanaktifitas
1. Berpartisipasi dalam
30

kehidupan sehari-hari yang harus aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
atau yang ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, kemampuan fisik, psikologi dan social
Batasan Karakteristik : nadi dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
1. Respon tekanan darah 2. Mampu melakukan aktivitas diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari (ADLs) secara 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
2. Respon frekwensi jantung mandiri krek
abnormal terhadap aktivitas 3. Tanda-tanda vital normal 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
3. Perubahan EKG yang
4. Energy psikomotor 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
mencerminkan aritmia
5. Level kelemahan 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
4. Perubahan EKG yang
a. Mampu berpindah: dengan beraktivitas
mencerminkan iskemia
atau tanpa bantuan alat 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
5. Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas 6. Status kardio pulmunari 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
adekuat
6. Dipsnea setelah beraktivitas 11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
7. Menyatakan merasa letih 7. Sirkulasi status baik

8. Menyatakan merasa lemah 8. Status respirasi : pertukaran


Faktor Yang Berhubungan : gas dan ventilasi adekuat
· Tirah Baring atau imobilisasi
· Kelemahan umum
· Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
31

· Imobilitas
· Gaya hidup monoton
5. Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi : Ketidakadekuatan 1. Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
darah yang dipompa oleh jantung 2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, lokasi, durasi)
untuk memenuhi kebutuhan 3. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung
metabolik tubuh. 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : 4. Monitor status kardiovaskuler
1. Perubahan Frekuensi Irama 1. Tanda Vital dalam rentang 5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Jantung normal (Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
a. Aritmia respirasi) 7. Monitor balance cairan
b. Bradikardi, Takikardi 2. Dapat mentoleransi aktivitas, 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Perubahan EKG tidak ada kelelahan 9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
d. Palpitasi 3. Tidak ada edema paru, perifer, 10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
dan tidak ada asites 11. Monitor toleransi aktivitas pasien
4. Tidak ada penurunan kesadaran 12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
2. Perubahan Preload 13. Anjurkan untuk menurunkan stress
a. Penurunan tekanan vena Vital Sign Monitoring
central (central venous 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
pressure, CVP) 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
b. Peneurunan tekanan arteri paru 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
32

(pulmonary artery wedge 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan


pressure, PAWP) 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
c. Edema, Keletihan 6. Monitor kualitas dari nadi
d. Peningkatan CVP 7. Monitor adanya pulsus paradoksus
e. Peningkatan PAWP 8. Monitor adanya pulsus alterans
f. Distensi vena jugular 9. Monitor jumlah dan irama jantung
g. Murmur 10. Monitor bunyi jantung
h. Peningkatan berat badan 11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Perubahan Afterload 12. Monitor suara paru
a. Kulit Lembab 13. Monitor pola pernapasan abnormal
b. Penurunan nadi perifer 14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
c. Penurunan resistansi vascular 15. Monitor sianosis perifer
paru (pulmunary vascular 16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
resistence, PVR) bradikardi, peningkatan sistolik)
d. Penurunan resistansi 17. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
vaskular sistemik (sistemik
vascular resistence , SVR)
e. Dipsnea
f. Peningkatan PVR
g. Peningkatan SVR
h. Oliguria
33

i. Pengisian kapiler memanjang


4. Perubahan warna kulit
5. Variasi pada pembacaan
tekanan darah
6. Perubahan kontraktilitas
a. Batuk, Crackle
b. Penurunan indeks jantung
c. Penurunan fraksi ejeksi
d. Ortopnea
e. Dispnea paroksismal
nokturnal
f. Penurunan LVSWI (left
ventricular stroke work index)
g. Penurunan stroke volume
index (SVI)
h. Bunyi S3, Bunyi S4
7. Perilaku/Emosi
 Ansietas, Gelisah 

Faktor Yang Berhubungan :


1. Perubahan afterload
34

2. Perubahan kontraktilitas
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan preload
5. Perubahan irama
6. Perubahan volume sekuncup
6. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Nutritional status Penurunan anseitas
2. Nutritional status : food and fluid Promosi perfusi serebal
Definisi: asupan nutrisi tidak intake Stimulasi kognotof
cukup untuk memenui kebutuhan 3. Nutritional status : nutrient Dukung pembuatan – pembuatan keputusan
metabolic intake Demensia Management
Batasan karakteristik: 4. Weight control 1. Pantau fungsi kognitif, meggunakan instrument pengakjian yang
1. Kram abdomen baku (seperti : mini mental, state Examination)
2. Nyeri abdomen 2. Tentukan riawat fisik, sosial, dan psikologis pasien sebelum kejadian
3. Mengindari makanan konfusi, kebiasaan dan rutinitas.
4. Berat badan 20% atau lebi di Kriteria hasil 3. Tentukan harapan perilaku yang sesuai dengan status kognitif pasien
bawah berat badan ideal 1. Adanya peningkatan berat badan 4. Pantau nutrisi dan berat badan
5. Kerapuhan kapiler sesuai dengan tujuan 5. Pantau penyebab fisiologis peningkatan konfusi yang mungkin akut
6. Diare 2. Berat badan ideal sesuai dengan dan reversible secara seksama
7. Kehilangan rambut berlebian tinggi badan 6. Libatkan anggota keluarga dalam perencanaan, penyediaan, dan
8. Bising usus hiperaktif 3. Mampu mengidentifikasi evaluasi keperawatan sesuai keinginan
35

9. Kurang makanan kebutuan nutrisi


10. Kurang informasi 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi Waham Management
11. Kurang minat pada makanan 5. Menunjukan peningkatan fungsi Pantu fungsi kognitif, memnggunakn 

12. Penurunan berat badan pengecapan dari menelan


dengan asupan makanan 6. Tidak terjadi penurunan berat
adekuat badan.
13. Kesalahan konsepsi
14. Kesalahan informasi
15. Membrane mukosa pucat
16. Ketidak mampuan memakan
makanan
17. Tonus otot menurun
18. Mengeluh gangguan sensasi
rasa
19. Mengeluh asuapan makan
kurang dari RDA
( recodemmended daily
allowance)
20. Cepat kenyang setelah makan
21. Sariawan rongga mulut
22. Steatorea
36

23. Kelemahan otot pengunyah


24. Kelemahan otot untuk
menelan

Faktor – faktor yang


berhubungan
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Ketidak mampuan untuk
mengabsopsi nutrisi
4. Ketidak mampuan menelan
makann
5. Ketidak mampuan menecerna
makanan
6. Faktor psikologis

7. Ansietas Outcome Untuk Mengukur Intervensi Keperawatan yang Disarankan Untuk Menyelesaikan
Penyelesaian dari Diagnosis Masalah
Definisi : 1. Tingkat Kecemasan 1. Pengurangan Kecemasan
Perasaan tidak nyaman atau 2. Tingkat Kecemasan Sosial 2. Peningkatan Koping
kekhawatiran yang samar disertai 3. Terapi Relaksasi
respons otonom (sumber sering Outcome Tambahan untuk
kali tidak spesifik atau tidak Mengukur Batasan Karakteristik Keterangan :
diketahui oleh individu) perasaan 1. Tingkat Agitasi 1. Pengurangan Kecemasan
37

takut yang disebabkan oleh 2. Kontrol Kecemasan Diri Aktivitas-aktivitas :


antisipasi terhadap bahaya. Hal 3. Kontinensi Usus 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
ini merupakan isyarat 4. Konsentrasi 3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien.
kewaspadaan yang 5. Koping 4. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
memperingatkan individu akan 6. Pembuatan Keputusan mengurangi ketakutan.
adanya bahaya dan memampukan 7. Tingkat Delirium 5. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang
individu untuk bertindak 8. Kontrol Diri Terhadap tepat.
menghadapi ancaman. Distrosi Pemikiran 6. Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat.
9. Risiko Kecenderungan 7. Dengarkan klien.
Batasan Karakteristik : Perilaku Melarikan Diri 8. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
Perilaku 10. Tingkat Kelelahan
1. Agitasi 11. Tingkat Rasa Takut Keterangan :
2. Gelisah 12. Tingkat Rasa Takut : Anak 1. Peningkatan Koping
3. Gerakan ekstra 13. Tingkat Hiperaktivitas Aktivitas-aktivitas :
4. Insomnia 14. Memproses Informasi 2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
5. Kontak mata yang buruk 15. Kontrol Mual & Muntah jangka panjang yang tepat.
6. Melihat sepintas 16. Keparahan Mual & Muntah 3. Bantu pasien untuk memecah tujuan yang kompleks menjadi
7. Mengekspresikan 17. Status Neurologi : lebih kecil, dengan langkah yang dapat dikelola.
kekhawatiran karena Otonomik 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
perubahan dalam peristiwa 18. Keluyuran Yang Aman 5. Berikan suasana penerimaan.
hidup 19. Fungsi Sensori : Taktil 6. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan.
8. Penurunan produktivitas 20. Tidur
9. Perilaku mengintai 21. Kontinensia Urin
10. Tampak waspada 22. Tanda-tanda Vital
Keterangan :
Afektif Outcome yang Berkaitan dengan Terapi Relaksasi
1. Berfokus pada diri Faktor yang Berhubungan atau
sendiri Outcome Menengah Aktivitas-aktivitas :
2. Distres 1. Pemulihan Terhadap 1. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan
3. Gelisah Kekerasan pakaian longgar dan mata tertutup.
4. Gugup 2. Penerimaan : Status 2. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi,
5. Kesedihan yang Kesehatan misalnya bernafas dalam, menguap, pernafasan perut, atau
38

mendalam 3. Adaptasi Terhadap bayangan yang menenangkan.


6. Ketakutan Disabilitas Fisik 3. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi.
7. Menggemerutukkan gigi 4. Menahan Diri dari 4. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk
8. Menyesal Agresifitas setiap kata.
9. Peka 5. Adaptasi Anak Terhadap 5. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
10. Perasaan tidak adekuat Perawatan di Rumah Sakit 6. Dorong klien untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika
11. Putus asa 6. Kepuasan Klien : memungkinkan.
12. Ragu Pengajaran 7. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi.
13. Sangat khawatir 7. Kepuasan Klien :
14. Senang berlebihan Keberlanjutan Perawatan
8. Kepuasan Klien :
Fisiologis Perawatan Psikologis
1. Gemetar 9. Status Kenyamanan
2. Peningkatan keringat 10. Status Kenyamanan :
3. Peningkatan ketegangan Lingkungan
4. Suara bergetar 11. Status Kenyamanan : Fisik
5. Tremor 12. Status Kenyamanan :
6. Tremor tangan Psikospiritual
7. Wajah tegang 13. Status Kenyamanan :
Sosiokultural
Simpatis 14. Tingkat Demensia
1. Anoreksia 15. Resolusi Berduka
2. Diare 16. Perilaku Imunisasi
3. Dilatasi pupil 17. Kontrol Diri Terhadap
4. Eksitasi kardiovaskular Implus
5. Gangguan pernapasan 18. Keparahan Infeksi
6. Jantung berdebar-debar 19. Keseimbangan Gaya Hidup
7. Kedutan otot 20. Menahan Diri dari
8. Lemah Memutilasi
9. Mulut kering 21. Pemulihan Terhadap
10. Peningkatan denyut nadi Pengabaian
11. Peningkatan frekuensi 22. Kelekatan Orang Tua –
39

pernapasan Bayi
12. Peningkatan refleks 23. Kesejahteraan Pribadi
13. Peningkatan tekanan 24. Pengaturan Psikososial :
darah Perubahan Kehidupan
14. Vasokonstriksi 25. Adaptasi Relokasi
superfisial 26. Kesadaran Diri
15. Wajah memerah 27. Harga Diri
28. Identitas Seksual
Parasimpatis 29. Ketrampilan Interaksi
1. Anyang-anyangan Sosial
2. Diare 30. Kesehatan Spiritual
3. Dorongan segera 31. Tingkat Stress
berkemih 32. Keparahan Ketagihan Zat
4. Gangguan pola tidur 33. Kontrol Gejala
5. Kesemutan pada
ekstremitas
6. Letih
7. Mual
8. Nyeri abdomen
9. Penurunan denyut nadi
10. Penurunan tekanan darah
11. Pusing
12. Sering berkemih

Kognitif
1. Bloking pikiran
2. Cenderung menyalahkan
orang lain
3. Gangguan konsentrasi
4. Gangguan perhatian
5. Konfusi
6. Lupa
40

7. Melamun
8. Menyadari gejala
fisiologis
9. Penurunan kemampuan
untuk belajar
10. Penurunan lapang
persepsi
11. Preokupasi
41

2.2.4 Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronchial

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

2.2.5 Evaluasi

Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan

adalah :

1. Bunyi nafas menjadi vesikuler ( normal )

2. RR klien 20 x / menit

3. Airway, breathing, circulation, disability teratasi

Anda mungkin juga menyukai