BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Menurut Sylvia A. Price asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas
diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (Amin Huda Nurarif; Hardhi Kusuma, 2015). Beberapa faktor penyebab
asma antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta
faktor lingkungan.
1) Asma Bronkial
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran
berlebihan.
6
2) Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
sedang tidur.
Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi: (Sudoyo Aru, 2009)
1) Intermiten
2) Persisten ringan
3) Persiten sedang
4) Persisten berat
1. Hidung
2. Tekak (faring)
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
8
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V.
6. Paru-paru
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa
(alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan
pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh
Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari
nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena
dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu
adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu
respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon
2.1.3 Etiologi
gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran napas yang berlebihan
plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan
function laesa (fungsi yang terganggu). Dan radang harus disertai dengan
(debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Naga, 2012 Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat
pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta
sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik,
tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk allergen
yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang dihirup tersebut.
dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah
Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu
permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan
sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu contohnya adalah
histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor beta-2
beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka pelepasan histamine akan
terhalang.
Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang sudah terkenal, juga
menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa bronkus dan dalam darah tepi,
terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah
terlihat.
Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-
baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang
Gejala klinis asma bronchial yang khas adalah sesak napas yang berulang
dan suara mengi (wheezing). Gejala ini bervariasi pada tiap-tiap orang berdasarkan
1) Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam
2) Persisten ringan, yaitu gejala asma bronchial lebih dari 1 kali dalam seminggu
malam lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat faal paru relatif
menurun.
3) Persisten sedang, yaitu gejala asma bronchial terjadi setiap hari dan serangan
malam dapat terjadi hampir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.
2.1.6 Komplikasi
nafas
3) Bronchitis
4) Pneumonia
14
5) Emphysema
mengancam hidup.
4) Uji kulit
6) AGD : Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
tersebar.
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Medis
a. Penyuluhan
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka
d. Kromolin
e. Ketotifen
bronkodilator.
2.1.8.2 Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Airway
kontrol servikal.
b. Breathing
takipneu/bradipneu, retraksi.
c. Circulation
b) Sakit kepala
c) Kaji TTV
d) Papiledema
d. Dissability
e. Exposure
a. Anamnesis
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya
Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
b. Pemeriksaan Fisik
2) Integumen
3) Thorak
a) Inspeksi
peranfasan.
b) Palpasi.
fremitus.
c) Perkusi
d) Auskultasi.
3. Sistem pernafasan
menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa
hipersonor.
4. Sistem kardiovaskuler
tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai
irama jantung.
produksi mucus.
kemampuan bernapas.
11. Sputum dalam jumlah yang tidak ada dan adanya suara tambahan
berlebihan 11. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea,
12. Suara napas tambahan Outcome yang berkaitan dengan sebagaimana mestinya
13. Tidak ada batuk faktor yang berhubungan atau 12. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
Outcome Menengah 13. Ajarkan pasien bagaimana men ggunakan inhaler sesuai resep,
Faktor yang berhubungan 1. Respon Alergi : Sistemik sebagaimana mestinya
Lingkungan 2. Respon imun hipersensitif 14. Kelola pengobatan aerosol, sebaimana mestinya
1. Perokok 3. Keparahan infeksi 15. Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
2. Perokok pasif 4. Keparahan infeksi : Bayi Baru
3. Tepajam asap Lahir
Obstruksi Jalan Napas 5. Pengetahuan : Manajemen
1. Adanya jalan napas buatan Asma
2. Benda Asing dalam jalan 6. Pengetahuan : Manajemen
napas Penyakit Paru Obtrukstif
3. Eksudat dalam alveoli kronik
4. Hyperplasia pada dinding 7. Pengetahuan : Manajemen
brokus Pneumonia
5. Mukus berlebihan 8. Respon penyapihan ventilasi
6. Penyakit paru obstruksi mekanik dewasa
kronis 9. Status neorologi : sensori
7. Sekresi yang tertahan kranial/fungsi motorik
25
2 Ketidakefektifan pola napas Outcome untuk mengukur Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan
penyelesaian dari Diagnosis masalah :
Definisi : 1. Respon penyapihan
Inspirasi dan ekspirasi yang tidak ventilasi mekanik : Dewasa 1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift
memberi ventilasi adekuat 2. Status pernafasan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Status pernafasan : 3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial untuk memasukkan alat
Batasan karakteristik Ventilasi mebuka jalan napas
26
6. Gangguan
muskolosskeletal
7. Gangguan neurologis
8. Hiperventilasi
9. Imaturitas neurologis
10. Keletihan
11. Keletihan otot
pernapasan
12. Nyeri
13. Obesitas
14. Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi
paru
15. Sindrom hipoventilasi
3. Gangguan pertukaran gas Outcome untuk Mengukur Intervensi Keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan
Penyelesaian dari Diagnosis Masalah :
Definisi: Respon ventilasi mekanik: dewasa 1. Manajemen jalan nafas
Kelebihan atau defisit oksgenasi 2. Terapi oksigen
danatau eliminasi karbondioksida Status pernafasan: Pertukaran gas 3. Monitor pernafasan
pada membran alveolar-kapiler.
28
kehidupan sehari-hari yang harus aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
atau yang ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, kemampuan fisik, psikologi dan social
Batasan Karakteristik : nadi dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
1. Respon tekanan darah 2. Mampu melakukan aktivitas diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari (ADLs) secara 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
2. Respon frekwensi jantung mandiri krek
abnormal terhadap aktivitas 3. Tanda-tanda vital normal 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
3. Perubahan EKG yang
4. Energy psikomotor 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
mencerminkan aritmia
5. Level kelemahan 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
4. Perubahan EKG yang
a. Mampu berpindah: dengan beraktivitas
mencerminkan iskemia
atau tanpa bantuan alat 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
5. Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas 6. Status kardio pulmunari 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
adekuat
6. Dipsnea setelah beraktivitas 11. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
7. Menyatakan merasa letih 7. Sirkulasi status baik
· Imobilitas
· Gaya hidup monoton
5. Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi : Ketidakadekuatan 1. Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
darah yang dipompa oleh jantung 2. Circulation Status 1. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, lokasi, durasi)
untuk memenuhi kebutuhan 3. Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung
metabolik tubuh. 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : 4. Monitor status kardiovaskuler
1. Perubahan Frekuensi Irama 1. Tanda Vital dalam rentang 5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Jantung normal (Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
a. Aritmia respirasi) 7. Monitor balance cairan
b. Bradikardi, Takikardi 2. Dapat mentoleransi aktivitas, 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Perubahan EKG tidak ada kelelahan 9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
d. Palpitasi 3. Tidak ada edema paru, perifer, 10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
dan tidak ada asites 11. Monitor toleransi aktivitas pasien
4. Tidak ada penurunan kesadaran 12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
2. Perubahan Preload 13. Anjurkan untuk menurunkan stress
a. Penurunan tekanan vena Vital Sign Monitoring
central (central venous 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
pressure, CVP) 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
b. Peneurunan tekanan arteri paru 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
32
2. Perubahan kontraktilitas
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan preload
5. Perubahan irama
6. Perubahan volume sekuncup
6. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh 1. Nutritional status Penurunan anseitas
2. Nutritional status : food and fluid Promosi perfusi serebal
Definisi: asupan nutrisi tidak intake Stimulasi kognotof
cukup untuk memenui kebutuhan 3. Nutritional status : nutrient Dukung pembuatan – pembuatan keputusan
metabolic intake Demensia Management
Batasan karakteristik: 4. Weight control 1. Pantau fungsi kognitif, meggunakan instrument pengakjian yang
1. Kram abdomen baku (seperti : mini mental, state Examination)
2. Nyeri abdomen 2. Tentukan riawat fisik, sosial, dan psikologis pasien sebelum kejadian
3. Mengindari makanan konfusi, kebiasaan dan rutinitas.
4. Berat badan 20% atau lebi di Kriteria hasil 3. Tentukan harapan perilaku yang sesuai dengan status kognitif pasien
bawah berat badan ideal 1. Adanya peningkatan berat badan 4. Pantau nutrisi dan berat badan
5. Kerapuhan kapiler sesuai dengan tujuan 5. Pantau penyebab fisiologis peningkatan konfusi yang mungkin akut
6. Diare 2. Berat badan ideal sesuai dengan dan reversible secara seksama
7. Kehilangan rambut berlebian tinggi badan 6. Libatkan anggota keluarga dalam perencanaan, penyediaan, dan
8. Bising usus hiperaktif 3. Mampu mengidentifikasi evaluasi keperawatan sesuai keinginan
35
7. Ansietas Outcome Untuk Mengukur Intervensi Keperawatan yang Disarankan Untuk Menyelesaikan
Penyelesaian dari Diagnosis Masalah
Definisi : 1. Tingkat Kecemasan 1. Pengurangan Kecemasan
Perasaan tidak nyaman atau 2. Tingkat Kecemasan Sosial 2. Peningkatan Koping
kekhawatiran yang samar disertai 3. Terapi Relaksasi
respons otonom (sumber sering Outcome Tambahan untuk
kali tidak spesifik atau tidak Mengukur Batasan Karakteristik Keterangan :
diketahui oleh individu) perasaan 1. Tingkat Agitasi 1. Pengurangan Kecemasan
37
pernapasan Bayi
12. Peningkatan refleks 23. Kesejahteraan Pribadi
13. Peningkatan tekanan 24. Pengaturan Psikososial :
darah Perubahan Kehidupan
14. Vasokonstriksi 25. Adaptasi Relokasi
superfisial 26. Kesadaran Diri
15. Wajah memerah 27. Harga Diri
28. Identitas Seksual
Parasimpatis 29. Ketrampilan Interaksi
1. Anyang-anyangan Sosial
2. Diare 30. Kesehatan Spiritual
3. Dorongan segera 31. Tingkat Stress
berkemih 32. Keparahan Ketagihan Zat
4. Gangguan pola tidur 33. Kontrol Gejala
5. Kesemutan pada
ekstremitas
6. Letih
7. Mual
8. Nyeri abdomen
9. Penurunan denyut nadi
10. Penurunan tekanan darah
11. Pusing
12. Sering berkemih
Kognitif
1. Bloking pikiran
2. Cenderung menyalahkan
orang lain
3. Gangguan konsentrasi
4. Gangguan perhatian
5. Konfusi
6. Lupa
40
7. Melamun
8. Menyadari gejala
fisiologis
9. Penurunan kemampuan
untuk belajar
10. Penurunan lapang
persepsi
11. Preokupasi
41
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
adalah :
2. RR klien 20 x / menit