Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

RINA PRISKA TARIDA PANGARIBUAN, S.Kep


NIM: 00319081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AWAL BROS
TAHUN 2019
A. PENGERTIAN

Hernia ialah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui sesuatu defek

pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara congenital atau didapat

yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding

tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau

melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi.

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang

abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi

secara normal

B. ETIOLOGI

 Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.

Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus

vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya

yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau

karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut

(Giri Made Kusala, 2009).

 Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.

Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini

disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam

lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya 

mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam

rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri

Made Kusala, 2009).

3.  Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi

tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran

prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.

Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat

menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.

4.    Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena   hernia.

5.    Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk

di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut

dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ

yang lemah.

6.    Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan

lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7.    Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan

terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.

Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan

organ melalui dinding organ yang lemah.

8.    Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi

yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga

memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis

tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan

mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

C. MANIFESTASI KLINIS

 Adanya benjolan di daerah inguinal

 Benjolan bias mengecil atau menghilang.

 Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.

 Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.

 Sebagian besar tidak memberikan keluhan.

D. PATOFISIOLOGI
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka

terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada

umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ

dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah

menutup, namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada

keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk

kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang

sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya

menekan dinding rongga yang telah tertekan akibat trauma, hipertropi prostat, asites,

kehamilan, obesitas dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. Pria lebih

banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria

dan wanita semasa janin.

Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding

kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan

terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia

menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila

terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi

nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,

konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga

terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena

terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam,

asidosis metabolik, abses


E. PATWAYH
Faktor pencetus
posterior canalis( tekanan intra
ingunetal abdomal
yang elmahtinggi,
aktifitas berat, kelemahan dinding abdominal, hernia
adanya tekanan

Hernia para umbikalis Hernia ingunalis


Hernia umbilikalis
kogninetal
Kantung hernia melewati
Kantong hernia
dinding abdomen
memasuki celah
Masuknya onemtum organ
intersinal ke kantong umbilikalis Prostusi hilang timbul
Dinding posterior
Gangguan suplay darah ke canalis yang lemah
Ketidaknyamanan
intestinal abdomen
Benjolan pada
Nekrosis intertinal region inguinal

Luka insisi bedah pembedahan Kurang pengetahuan

Terutusnya jaringan syaraf


RESIKO PENDARAHAN ANSIETAS

NYERI AKUT
RESIKO Mual
INFEKSI

Nafsu makan menurun

Intake makanan tidak adekuat

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan

pembedahan.

a) Konservatif

Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya

pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan

karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat

pula di berikan obat    anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.

b) Pembedahan

Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung

hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong

diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak

boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda

berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Perabaan kantong hernia pada funikulus spermatikus sebagai gesekkan dari dua lapis

kantong yang memberikan sensasi gesekkan dua permukaan sutera


 Pada inspeksi saat pasien mengejan dapat dilihat hernia inguinalis muncul sebagai

penonjolan di region inguinalis

 LaboratoriuM

 Darah lengkap : ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.

    Pemeriksaan Radiologi.

 BOF tampak adanya hernia atau penonjolan isi perut

H. PENGKAJIAN
1. Identitas px, meliputi :
nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal
MRS, diagnosa medis, no. register.
2. Keluhan utama :
nyeri yang dirasakan biasanya didaerah peritoneum dan menjalar kebelakang.
3. Riwayat penyakit sekarang :
px merasakan nyeri yang tak tertahankan dan px biasanya mengembalikan /
mendorong kembali hernia dan masuk kembali.
4. Riwayat penyakit dahulu :
belum / pernah px mengalami seperti ini, atau yang lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga :
apakah ada diantar keluarga yang pernah / mengalami penyakit yangt diderita
sama seperti px.
6. pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tata laksana
Pada umumnya px tidak mengalami gangguan pada personal hygine misalnya :
mandi, gosok gigi, dan cuci rambut.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Pada kasus hernia biasanya px tidak mengalami perubahan nafsu makan, meski
menu berubah.
 Pola eliminasi
Tidak mengalami perubahan baik warna, konsistensi, maupun baunya.
 Pola tidur dan istirahat
Pada umumnya px tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidurnya sehubungan
dengan luka Post Op.
 Pola aktivitas
Kebanyakan px selalu melakukan aktifitasnya sendiri sehubungan dengan luka Post
Op.
 Pola persepsi dan konsep diri
Px biasanya belum mengerti proses terjadinya penyakit dan konsep diri px
mengealami gangguan.
 Pola sensori dan kognitif
Biasanya px akan merasakan nyeri yang hilang dan timbul kembali yang biasanya
px merasa tak nyaman.
 Pola reproduksi seksual
Px akan mengalami gangguan dlam pola seksualnya.
 Pola hubungan peran
Pada umumnya px akan menarik diri dan merasa malu dengan apa yang terjadi
padanya.
 Pola penanggulangan stres
Px berusaha untuk tenang dan mencoba menceritakan masalah yang terjadi
padanya.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Px berusaha memohon sembuh dari penyakit yang dideritanya saat ini
7. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum :
keadaan sakit px, tingkat kesadaran, dan tanda-tanda vital
 Kepala :
adakah benjolan, kerontokan rambut, ada luka atau tidak, dan kebersihan terjaga /
tidak
 Muka :
apa bentuk simetris / tidak ada acne / tidak, kulit muka, ekspresi wajah.
 Mata :
bentuk simetris / tidak, konjungtiva anemis / tidak, penglihatan terganggu atau
tidak.
 Telinga :
bentuk simetris / tidak, fungsi pendengaran, tidak / ada cairan dan serumen,
menggunakan alat bantu / tidak.

 Hidung :
bentuk hidung, pembauan baik / tidak, kebersihan terjaga / tidak.
 Mulut dan faring :
bentuk simetris ada / tidak perdarahan pada mulut, gigi utuh / caries, ada / tidak
peradabngan pada faring.
 Leher :
bentuk simetris, bersih terjaga / tidak, ada / tidak perbesaran pada vena jugularis /
kelenjar tiroid.
 Thoraks :
bentuk simetris / tidak, ada / tidak nyeri tekan, terasa hangat / tidak, ada / tidak
suara ronchi, reles / wheezing.
 Abdomen :
bentuk simetris / tidak, ada tidak nyeri tekan, tidak / ada distensi bendung kemih,
terdengar bising usus.
 Inguinal, genihal dan anus :
kebersihan terjaga / tidak, ada benjolan bulat lonjong , tes zaimen ada / tidak
dorongan dan nyeri tekan.
 Integumen :
ada / tidak luka, kebersihan terjaga / tidak, turgor normal / tidak.
 Ekstrimitas :
 ada tidak gangguan bagaimana bentuknya.
8. Pemeriksaan Penunjang
 Lab : WBC, RBC, Hb, PVC, MCV, Trombo, LED, BUN, SGOT, SGPT, GDA.
9. -Radiologi : X-ray dada.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

3. Anisietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

J. INTERVENSI

a. Nyeri akut berhubungan kerusakan jaringan

Tujuan : Dalam 1kali 24 jam perberian asuhan keerawatan rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

a.       Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

b.      Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri

c.       Ekspresi wajah klien rileks.

d.      Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60 –

80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Rencana tindakan :

1)      Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2)     Beri penjelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi

ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam

melakukan tindakan.

3)     Beri lingkungan yang nyaman dan tenang.


Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

4)      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

pasien.

5)      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot

untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6)     Lakukan massage saat rawat luka.

Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.

7)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam status kekebalan

pasien meningkat

Kriteria hasil

 tidak didapatkan infeksi berulang

 tidak didapatkan tumor

 status respirasi sesuai yang diharapkan

 temperatur badan sesuai yang diharapkan

 tidak didapatkan fatigue kronis


 WBC absolut dbn

Intervensi

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Rasional: lingkungan yang bersih mampu mencengah terjadinya infeksi

 Pertahankan teknik isolasi

Rasional: tehnik isolasi yang baik agar pasien terhindar dari kuman kuman

 Batasi pengunjung bila perlu

Rasional : setiap pengunjung akan membawa kuman yang akan menginfeksi pasien

 Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah

berkunjung

Rasional : tangan merupakan tempat tranmisi kuman , dengan mencuci tangan akan

mengurangi kuman tersebut

 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

Rasional : tehnik hand hyigine sangat di perlukan ketika perawatan luka

 Tingkatkan intake nutrisi dan cairan

Rasional : untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien

 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Rasional: menurunkan angka infeksi

 Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor
Rasional: tanda tanda infeksi yang perlu di perhatikan

 Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC

Rasional : wbc menigkatkan merupakantanda adanya infeksi

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Tujuan:

Setelah 2 kali 24 jam pemberian asuhan keperawatan kecemasan pasien berkurang

kriteria hasil :

 pasien terlihat tenang

 pasien terlihat rileks

 pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya

intervensi

1) Kaji tingkat cemas pasien

Rasional : identifkasi masalah yang spesifik dapat meningkatkan kemampuan

individu

2) Beri waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya

Rasional: agar pasien merasa lebih diperhatikan

3) Beri dukungan positive pada pasien

Rasional : agar pasien lebih merasa semangat

4) Jelaskan semua prosedur tindakan kepada pasien

Rasional: dengan mengetahui pengobatan pasien tenang dan mengerti mengenai

proses penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai