Disusun Oleh :
AMRI ARIFUDDIN
62019040002
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke
kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat
mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect
B. Etiologi
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia,
prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan
pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan
pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian
tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia,
jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia
scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen
(TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.
C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan
bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri
dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan
umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta
mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral
dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus
inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila
masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis,
sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis.
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita
keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada
saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis
E. PATHWAY
Aktivitas mengejan saat bak atau bab, batuk kronis,
mengangkat benda berat, obesitas
HERNIA
medialis lateralis
( Brunner , 2009 )
F. Pemeriksaan diagnostik
Pasien disuruh memutar kepalanya kesamping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan endadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika
pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukan lokasi nyeri dan periksa
kembali daerah tersebut
Bila sudah ada benjolandapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk
berbaring bernafasdengan mulut untuk mengurangi tekanan inntra
abdominan, lalu scrotu diangkat perlahan-lahan
Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki seisi,
tindakan diagnostiknya yaitu :
i. foto thoraks
ii. laboratorium : peningkatan SGOT
iii. EKG : biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengibatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah reposisi
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang
terdiri dari hermiotomi dan hermioplasti
a. Herniotomi
Dilakukan penbebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Dilakukan tindakan pengecilan anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding dibelakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam hal mencegah terjadinya residitif
dibandingkan dengan hemiostomi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan pembedahan pada pasien hernia
adalah antara lain adalah prinsip pembedahan
Herniotomi : eksisi jantung hernianya saja untuk pasien anak
Hermiorafi : memperbaiki defek, perbaikan dengan defek, perbaikan
dengan jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis,
yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau laproskopi
Hal yang perlu diperhatikan untuk perawatan post operasi:\
Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu : perdarahan, syok, muntah,
distensi, kedinginan, infeksi, dekubitus, sulit BAK.
Observasi keadaan klien
Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai jadwal
Perhatikan drainase
Penuhi kebutuhan nutrisi klien
Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua
o Perawatan tidur dengan sikap fowler (sudut 45o-60o)
o Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5)
o Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7)
Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Hari 0: bila pengaruh obat anastesi hilang boleh diberi minum
sedikit-dikit
o Hari 1 : diet bubur sumsum dan susu cair ( herniotomi sama dengan
laparostomi)
o Hari 2 : diet bubur sering
o Hari 3 : berturut-turut diet ditingkatkan
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Fungsional
Untuk memperoleh data yang lengkap mengenai klien diperlukan
pengklasifikasian untuk memudahkan dalam pengkajian dan
memperoleh data yang lengkap. Dalam pengumpulan data digunakan
model konseptual keperawatan menurut Virginia Handerson
(Doengoes, 2000), yaitu
1) Kebutuhan bernafas
Data pernapasan yang mungkin terjadi pada klien dengan hernia
antara lain takipnea dan pernapasan dangkal.
2) Kebutuhan nutrisi
Data pola nutrisi yang mungkin muncul pada klien dengan hernia
antara lain biasanya diikuti oleh penurunan nafsu makan karena
ketidaknyamanan.
3) Kebutuhan eliminasi
Data pola eliminasi yang mungkin muncul pada klien dengan
hernia antara lain biasanya klien mengalami konstipasi, mengalami
kesulitan dalam defekasi, dan mengalami inkontinensia urine.
4) Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
Data pola gerak dan keseimbangan tubuh yang mungkin terjadi
pada klien dengan hernia antara lain klien mengeluh ada kelemahan,
ada gangguan dalam berjalan, kesulitan dalam bergerak / benjolan.
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
Data istirahat dan tidur tang mungkin terjadi pada klien dengan
hernia antara lain klien mengeluh mengalami gangguan tidur
(insomnia / somnolen), penurunan rentang gerak, dari ekstremitas
pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasa dilakukan, atrofi pada bagian tubuh yang terkena.
6) Kebutuhan berpakaian
Data berpakaian yang mungkin muncul pada klien dengan hernia
antara lain kebutuhan berpakaian klien mungkin tidak terganggu
kecuali terjadi kelemahan fisik yang mengganggu.
7) Kebutuhan temperature dan sirkulasi
Data temperatur dan sirkulasi yang mungkin muncul pada klien
dengan hernia antara lain klien biasanya kadang mengeluh demam
karena karena respon tubuh terhadap nyeri. Suhu tubuh mengalami
kenaikan berkisar antara 38,5o C. (Samsuhidajat, 2005)
8) Kebutuhan personal hygiene
Data personal hygiene pada klien dengan hernia antara lain klien
biasanya dalam melakukan personal hygiene dibantu oleh keluarga
klien tergantung seberapa lemah klien.
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Data rasa aman dan nyaman pada klien dengan hernia antara lain :
klien mengalami kesemutan, kekakuan, kelemahan; penurunan
tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan / spasme otot;
penurunan persepsi nyeri; nyeri seperi tertusuk pisau, yang akan
semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan
badan, mengangkat, defekasi, mengangkat fleksi pada leher, nyeri
yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat
secara intermitten.
10) Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan
emosi
Data berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
antara lain pada periode awal emosi klien masih stabil dan mampu
mengekspresikan emosi dengan baik, sedangkan pada perjalanan
yang cukup lama klien mengalami penurunan optimisme dan
cenderung mengalami emosi yang labil, mudah trsinggung dan
marah, klien mengeluh adanya ketakutan akan timbulnya palisis,
ansietas masalah pekerjaan, financial keluarga, tampak cemas,
depresi, dan menghindar dari keluarga / orang terdekat.
11) Kebutuhan spiritual
Data spiritual yang mungkin munculk pada klien dengan hernia
antara lain secara kodrati karena mengalami nyeri yang hebat klien
akan cenderung mulai mendekatkan diri kepada tuhan, klien
biasanya masih berpegang teguh pada kepercayaan dan
keyakinannya. Dan masih melakukan apa yang diperintahkan oleh-
Nya.
12) Kebutuhan bekerja
Data bekerja yang mungkin muncul pada klien dengan hernia antara
lain klien biasanya mengeluh pekerjaannya terganggu karena
penyakit yang diderita.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Data bermain dan rekreasi yang mungkin muncul pada klien dengan
hernia antara lain klien biasanya menghibur diri dengan menonton
TV atau mendengarkan radio dan mendapat perhatian dari keluarga.
14) Kebutuhan belajar
Data kebutuhan belajar klien dengan hernia dalam belajar klien
biasanya membutuhkan informasi dari dokter tentang penyakit
hernia dan penyembuhannya.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Nyeri a. Pain level Pain management
berhubungan b. Pain control Lakukan oengkajian nyeri
dengan iritasi, c. Comfort level secara komprehensif termasuk
tekanan, dan Kriteria hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
sensitifitas Mampu frekuensi, kualitas, dan faktor
pada area mengontrol nyeri presiptasi
rektal Melaporkan Observasi reaksi nonverbal
bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang dengan Gunakan teknik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien
Mampu Evaluasi pengalamn nyeri
mengenali nyeri dimasa lampau
(skala, intensitas, Kontrol lingkungan yang
frekuensi, dan dapat mempengaruhi nyeri
tanda nyeri) Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menemukan intervensi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Analgetic administration
Temukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Monitor TTv sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali
Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
Resiko tinggi 1. Immune status Infection control
infeksi 2. Knowledge : Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan infection control dipakai pasien lain
dengan insisi 3. Risk control Batasi pengunjung bila perlu
pembedahan Kriteria hasil : Gunakan sabun aantimikroba
Klien bebas dari untuk mencuci tangan
tanda dan gejala Tingkatkan intake nutrisi
infeksi Berikan terapi antibiotik bila
Menunjukkan perlu
kemampuan untuk Infection protection
mencegah Monitor tanda dan gejala
timbulnya infeksi infeksi sistemik dan lokal
Jumlah leukosit Monitor hitung granulosit,
dalam batas WBC
normal Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Berika perawatan kulit pada
daerah epidema
Dorong masukan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan keluarga dan pasien
tanda dan gejala infeksi
Ajarka cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
Perubahan 1. Urinary Urinary retention care
eliminasi elemination Monitor intake dan output
urinaria 2. Urinary Monitor penggunaan obat
berhubungan contiunece antikolinergik
dengan rasa Kriteria hasil Monitor derajat distensi
tkut nyeri Kandung kemih bledder
setelah operasi kosong secara Instruksikan pada pasien dan
penuh keluarga untuk mencatat
Tidak ada residu output cairan
urine >100-200 Stimulasi reflek bladder
Intake cairan dengan kompres dingin pada
dalam rentang abdomen
normal Kateterisasi bila perlu
Bebas dari infeksi Monitor tanda dan gejala ISK
saluran kemih (panas, hematuria, perubahan
Tidak ada spasme bau, dan konstistensi urine)
bladder
Balance cairan
seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, volume 2. EGC:
Jakarta
Bulechek, G dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi keenam.
Elsivier Mosby: Missouri
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Defenition & Classification, 2015-2017. Whiley Blackwell: Oxford
Moorhead, S dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Elsivier Saundier: Missouri
Pearce, C. Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (terjemahan).
Gramedia Pustaka Umum: Jakarta