HERNIA SCROTALIS
Disusun Oleh :
I4B019058
Hernia
Masuk scrotum
Dx Ansietas
Dx Risiko
↑ isi abdomen (usus) masuk Pembedahan perdarahan
ke kantong hernia
Fagositosis leukosit
Dx Nyeri
Dx Risiko Infeksi
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiografi abdomen
Sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium menunjukkan tingkat obsruksi
2) CT Scan
Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil adanya protrusi ductus
intervertebralis
3) Lab darah: hematologi rutin, BUN, kreatinin, elektrolit darah. Hitung darah lengkap
dan seru elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit)
peningkatan sel darah putih (leukosit > 10.000-18.000 mm3) dan ketidakseimbangan
elektrolit.
G. Penatalaksanaan
1) Konservatif
a. Reposisi spontan
Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan
pasien. Pasien harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut
pasien.
Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah
daripada kaki (Trandelenburg).
Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan eksternal
rotasi maksimal (seperti kaki kodok).
Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin
untuk mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan
secara elektif
b. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks
hernia karena justru akan menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin
hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis bedah bila reposisi telah dicoba
sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
2) Pembedahan
Indikasi pembedahan:
Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Hernia pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan, karena
adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk
gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan
rekurensi yang mengikuti tindakan operatif. Pada pria dewasa, operasi cito terutama
pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas
lebih rendah jika dilakukan cito surgery. Pada anak-anak pembedahan dilakukan
dengan memotong cincin hernia dan membebaskan kantong hernia (herniotomy).
Sedangkan pada orang dewasa dilakukan herniotomy dan hernioraphy, selain
dilakukan pembebasan kantong hernia juga dilakukan pemasangan fascia sintetis
berupa mesh yang terbuat dari proline untuk memperbaiki defek. Kedua tindakan
herniotomy dan hernioraphy disebut juga dengan hernioplasty (Wahid et al. 2019).
H. Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi segera setelah pembedahan:
Hematome
Infeksi
Komplikasi lanjut:
Atrofi Testis
Hernia residif
I. Pengkajian
1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada penderita
hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk
yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien
merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama penanggung jawab,
pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada pria dan prosentase yang lebih
besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa nyeri
pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang dengan
istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan menetap,benjolan tidak
hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang menetap semakin membesar oleh
karena tekanan intra abdominal yang meningkat mengakibatkan benjolan semakin
membesar yang berakibat terjadinya jepitan oleh cincin hernia. Biasanya klien yang
mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian perut
bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/ sesuai
tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk –tusuk
jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ± 3
menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan
penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya
Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi
Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan
bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya. Biasanya
pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.
g. Pengkajian pola fungsional
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis
belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan makan dan
minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas normal (>10x/menit).
2) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata
ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan gangguan
pemenuhan istirahat tidur
3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri akibat
penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran
baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan
(Soeparman, 2011).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b) Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien
tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Akan teraba benjolan abnormal yang dapat teraba adanya fluktuasi, tegas atau
keras, tergantung isi hernia dan tekanan. Isi hernia yang berupa omentum, atau
colon sigmoid, yang mengandung feses akan teraba liat, sedang usus yang
mengandung gas akan teraba lembut dan dapat ditekan atau tegang tergantung
derajat incarcerasinya. Kecuali bila mengalami incarcerasi, masa hernia dapat
dalam posisi supinasi.
Benjolan yang dapat dilihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha hernia femoralis. Palpasi hernia inguinalis lateralis
dapat dilakukan dengan 3 jari, sedang untuk bagian medialis dapat dengan jari
telunjuk melalu scrotum
J. Diagnosa yang mungkin muncul
Pre op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologi)
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal b,d gangguan sirkulasi gastrointestinal
3. Resiko infeksi b.d gangguan peristalsis
Post op
K. Fokus Intervensi
1. Nyeri akut agen berhubungan agen injury fisik
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang.
- Tanda – tanda vital dalam batas normal.
- Wajah klien rileks.
Rencana Tindakan:
Amrizal 2015, ‘Hernia Inguinalis : Tinjauan Pustaka’, Syifa’MEDIKA, vol. 6, no. 1, pp. 1–12.
Antara, H., Dengan, O. & Hernia, K. 2014, ‘Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian
Hernia Inguinalis’, Unnes Journal of Public Health., vol. 3, no. 3, pp. 1–8.
Bulechek, M.G. 2016, Nursing interventions classification (NIC), Edisi 6, Elsevier Global
Rights, Singapura.
Monarchi, A.T.S., Rakhmat, A. & Ismail, H. 2013, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hernia Inguinalis Di Rsu Daya Makassar Dan Rsud Labuang Baji
Makassar’, Jurnal Keperawatan Hasanudin, vol. 2, no. 1, pp. 1–9.
Moorhead, S.D. 2016, Nursing outcomes classification (NOC), Edisi 6, Elsevier Global
Rights, Singapura.
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) 2015, Diagnosis keperawatan
definisi & klasifikasi 2015-2017, Edisi 10, Editor T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru, EGC, Jakarta.
Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J. & Langitan, A. 2019, ‘Hernia inguinalis lateralis dextra
dengan hemiparese sinistra’, Medical Profession (MedPro0, vol. 1, no. 1, pp. 12–5.