Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HERNIA DI POLIKLINIK BEDAH UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LABUANG BAJI MAKASSAR

CI Lahan CI Institusi
( ) ( )

DI SUSUN OLEH
ALHAMIDA SALNAF ITUGA
14220160004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN 2019
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia adalah
tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia atau usus turun adalah
penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur
disekitarnya.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
1. Macam-macam hernia menurut letaknya
a. Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk, digaris tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang
berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relative lemah, hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut,
ketika pertama kali ditemukan.
b. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang dewasa
lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup secara spontan. Pembedahan
dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
c. Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan. Hernia
ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang, sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada benjolan di
bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ visera
abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti funikulus spermatikus
(pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
2) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan pada dasar
kanalis inguinalis yang berupa fasia.
d. Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia femuralis
akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya denyut arteri
fulmonalis.
e. Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang
ekstrem atau obesitas.
f. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap cakram
tulang belakang ada discus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia,
terjadi herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica).
Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah.
2. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul herniainguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia Didapat (Akuisita)
Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau pada usia
lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
3. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel/reducible
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara)
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi .Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat pertolongan segera.

C. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. Congenital
2. Obesitas
3. Kehamilan
4. Mengejan
5. Kelemahan dinding abdomen
6. Batuk kronis karena PPOK
7. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
8. Trauma atau regangan yang berat
9. Degenerasi sendi intervertebralis

D. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
mengalami kelemahan.

E. PATHWAY

Mengangkat beban berat kehamilan PPOK kelemahan dinding abdomen

Kantung hernia
Hernia melewati dinding
abdomen

Masuknya Benjolan pada Posturasi hilang


omentum organ ke region abdomen timbul
kantung hernia

Aliran darah Ligamentum Ketidaknyamanan


terhambat inguinal yang kecil abdominal

Gangguan suplai Pembedahan Intervensi Gangguan rasa


darah di intestinal pembedahan nyaman
relative/konservati
f
Nekrosis Intestinal

Insisi bedah

Asupan gizi kurang Mual, muntah

Terputusnya Risiko infeksi


jaringan saraf Peristaltic usus Nafsu makan

Konstipasi Intake makanan


Nyeri Akut
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak menonjol.
Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
2. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
3. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan, massa yang
tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan muntah
4. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang tidak
terdengar, feses yang mengandung darah
5. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga gluteus,
tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
2. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang terhernisiasi.
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional
pada lapisan melintang dan longitudinal.
3. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
4. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
5. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka).
Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
6. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi
radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
7. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan F).
Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.
8. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
9. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.
10. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis.
Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum, yang
akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.
11. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan adanya hernia
inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena memerlukan anestesi dan
pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk menilai sisi yang berlawanan atau
untuk mengevaluasi keberadaan hernia inguinalis berulang pada pasien dengan
riwayat perbaikan operasi

H. THERAPY
1. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa kasur).
2. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
3. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
4. Terapi farmakologi
a. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
b. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
c. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
5. Chemonudeolysis
a. Untuk herniasi lumbal.
b. Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan proteoglikan
dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada akar saraf.

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara lain :
1. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan
hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang
ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)
yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau
terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara
ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan
hernia.
2. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang
strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak pasien
hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien
ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal
jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat
dinyatakan aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut
beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan
hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan
post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien
lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada
pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah
waktu operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang
lebih mahal.Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut :
a. Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Hernioplasti.
c. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis
inguinalis.
Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal berikut :
a. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan resiko hernia inkarserata
atau hernia strangulata.
b. Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya penonjolan memenuhi kanal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan adanya
benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen. Melakukan pemeriksaan fisik
dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pola kebutuhan dasar :
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala :
1) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk dan mengemudi
dalam waktu lama
2) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
3) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
4) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
b. Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : konstipasi
3. Integritas Ego
a. Gejala :
ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan financial
keluarga
a. Tanda :
tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
4. Neurosensori
a. Gejala :
kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
b. Tanda :
penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme
otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
5. Kenyamanan
a. Gejala :
nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi :
secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen. Apabila tidak
terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan pemeriksaan
sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas peningkatan intraabdominal,
seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
Palpasi :
Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium, dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis
Perkusi :
akan terdengar suara hipertimpani
Auskultasi :
penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan gejala obstruksi
intestinal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit yang dialami
5. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x…. jam diharapkan nyeri klien
dapat berkurang/ hilang
KH :
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah

Intervensi Rasional
- Kaji respons nyeri dengan pendekatan - Pendekatan komprehensif untuk
PQRST menentukan rencana intervensi.
- Lakukan manajemen nyeri keperawatan, - Istirahat secara fisiologis akan
Istirahatkan pasien pada saat nyeri menurunkan kebutuhan oksigen yang
muncul. diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal.
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. - Distrraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulasi internal.
- Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab- - Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab nyeri, dan menghubungkan berapa membantu mengurangi nyerinya dan
lama nyeri akan berlangsung. dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
- Kolaborasi dengan tim medis pemberian - Analgetik memblok lintasan nyeri
analgetik sehingga nyeri akan berkurang

2. Konstipasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam diharapkan
konstipasiklien dapat teratasi
KH :
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
Intervensi Rasional
- Observasi warna feces, konsistensi, - membantu mengidentifikasi penyebab
frekwensi dan jumlah. atau faktor pemberat dan interfensi
yang tepat.
- Auskultasi peristaltik usus. - Umumnya peristaltik usus akan
menurun pada konstipasi.
- Awasi masukan dan haluaran dengan - Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
perhatian kusus pada makanan/ cairan. kehilangan berlebih/ alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk - Serat menahan enzim pencernaan dan
memberikan diet seimbang dengan mengabsorbsi air dalam alirannya
tinggi serat. sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan bulk, yang
bekerja sebagai perangsang untuk
defekasi
- Melembekkna feces, meningkatkan
fungsi defekasi sesuai kebiasaan.
- Kolaborasi dalam pemberian obat
laksatif, pelembek feces sesuai
kebutuhan

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
KH :
- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
- BB bertambah 3 kg
- Tidak mual dan muntah

Intervensi Rasional
- Auskultasi bising usus. - Immobilitas dapat menutunkan bising
usus.
- Anjurkan makan sedikit tapi sering. - Membantu mencegah distensi gaster
atau ketidaknyamanan dan
meningkatkan pemasukan.
- Dorong pasien untuk memandang diet - Kalori dan protein diperlukan untuk
sebagai pengobatan dan untuk membuat mempertahankan berat badan dan
pilihan makanan / minuman tinggi meningkatkan penyembuhan.
kalori/protein.
- Lakukan oral hygiene sebelum makan. - Mulut yang bersih dapat meningkatkan
rasa dan nafsu makan yang baik.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam - Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
pemberian nutrisi.

4. Gangguan rasa nyaman


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam diharapkan pasien
merasa nyaman
KH :
- Pasien tidak cemas
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak
- Pasien tidak gelisah

Intervensi Rasional
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas - Parameter menunjukan respon fisiologis
dengan menggunkan TTV, dipsnea, pasien terhadap stress, aktivitas dan
nyeri dada, kelelahan berat dan indicator derajat pengaruh kelebihan
kelemahan, berkeringat, pusing atau kerja
pingsan.
- Kaji kesiapan untuk meningkatkan - Stabilitas fisiologis pada istirahat
aktivitas contoh : penurunan kelemahan penting untuk memajukan tingkat
/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, aktivitas individual.
peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan.
- Mengurangi kecemasan yang dialami
- Dorong pasien untuk partisifasi dalam klien.
memilih periode aktivitas. - Seperti jadwal meningkatkan toleransi
terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.

5. Resiko infeksi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam diharapkan tidak terjadi
infeksi, terjadi perbaikan pada integrasi jaringan lunak
KH :
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area luka pembedahan.
- Leukosit dalam batas normal.
- TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional
- Kaji jenis pembedahan, hari - Mengidentifikasi kemajuan atau
pembedahan, dan apakah ada order penyimpanan dari tujuan yang
khusus dari tim dokter bedah dalam diharapkan.
melakukan perawatan luka.
- Buat kondisi balutan dalam keadaan
bersih dan kering. - Kondisi bersih dan kering akan
menghindari kontaminasi komensal.
Sebaliknya jika dalam keadaan basah
akan menyebabkan respons inflamasi
- Lakukan perawatan luka. Lakukan local dan akan memperlama
perawatn luka steril pada hari kedua penyembuhan luka.
pasca bedah dan diulang setiap dua - Perawatan luka sebaiknya tidak setiap
hari. hari untuk menurunkan kontak tindakan
dengan luka yang dalam kondisi steril
- Kolaborasi penggunaan antibiotic sehingga mencegah kontaminasi kuman
ke luka bedah.
- Antibiotic injeksi diberikan selama satu
hari pasca bedah yang kemudian
dilanjutkan antibiotic oral sampai jahitan
dilepas. Peran perawat mengkaji adanya
reaksi dan riwayat alergi antibiotic, serta
memberikan antibiotic sesuai pesanan
dokter.

D. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan sebelum
ke pasien.
E. EVALUASI
a. Dx I
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
b. Dx II
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
c. Dx III
- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
- BB bertambah 3 kg
- Tidak mual dan muntah
d. Dx IV
- Pasien tidak cemas
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak
- Pasien tidak gelisah
e. Dx V
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area luka pembedahan.
- Leukosit dalam batas normal.
- TTV dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
& NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta: Mediaction

Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai