Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau
benjolan yang terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada.
Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan
melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang
abnormal. Menurut Ester (2001) hernia adalah protrusi abnormal organ,
jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi.
Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah
inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior,lalu hernia masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang,menonjol dan keluar dari anulus inguinalis eksternum.lebih
banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa
epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih
banyak terjadi pada orang tua.
2. Etiologi
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen.
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
b. Kelemahan jaringan
c. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
d. Trauma.
e. Peningkatan tekanan intra abdominal.
f. Obesitas
g. Mengangkat benda berat
h. Konstipasi mengejan
i. Kehamilan
j. Batuk kronik
k. Hipertropi prostat
l. Faktor risiko: kelainan kongenital
3. Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006)
dalam yaitu:
a. Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi
hernia.
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul
benjolan kembali
d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi
komplikasi.
e. Benjolan tidak berwarna merah
f. Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (2006), gejala klinis yang mungkin timbul
setelah dilakukan operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f. Retensi urin
g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
4. Komplikasi
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam yaitu
a. Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini
belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulate
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus
yang masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi)
5. Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis merupakan kanal yang normal pada fetus. Pada usia
8 bulan masa kehamilan akan terjadi tonjolan desensus vestikulorum
melalui kanal tersebut penurunan testis itu akan menarik peritonium ke
daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritonium yang disebut prosesus
vaginalis peritoni. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini akan mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Jika
menutupnya tidak tepat akan menyebabkan usus terjepit.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen. Hernia yang dapat
dikembalikan ke tempat asal disebut reducible, usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi bila berbaring, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen
disebut ireducible/inkorserata, karena isi kantong hernia mengalami
perlekatan dengan kantong hernia/bisa isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
Bila isi hernia mengalami nekrosis biasa disebut strangulata. Isi hernia yang
terperangkap akan mengalami gangguan vaskularisasi. Pada awalnya terjadi
bendungan vena sehingga terjadi edema organ/struktur di dalam hernia.
Timbulnya edema akan menyebabkan jepitan pada cincin hernia menjadi
nekrosis dan gangren sehingga kantong hernia berisi eksudat berupa cairan
serosanguinus.
Hernia inguinalis ada 2 macam direk dan indirek. Hernia inguinalis
indirek keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrikal inferior, masuk ke kanalis
inguinalis. Jika cukup panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum atau labia. Hernia
ini tiga kali lebih banyak terjadi pada laki-laki pada semua tingkat usia.
Sedangkan hernia inguinalis direk terjadi karena kelemahan kanalis
inguinalis masuk melalui cincin internal, melewati posterior dinding
inguinal langsung ke segitiga Hesselbaeh dan keluar melalui cincin
eksternal.
Faktor lain secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat,
konstipasi sering disertai hernia inguinalis. Pada laki-laki lanjut usia terjadi
regenerasi sel-sel dan jaringan ditunjang dengan faktor pekerjaan, strain
menyebabkan kanalis inguanalis terbuka,dan adanya kelemahan otot-otot
dinding perut sehingga terjadi penurunan isi hernia.
Pathway
Kanalis inguinalis terbuka

Isi rongga abdomen masuk ke kanalis inguinalis

Terjadi penonjolan keluar (Hernia) Nyeri Akut


Kurang pengetahuan Cemas Cemas

Pembedahan

Anetesi tidak sadar resiko cedera

Kerusakan integritas kulit

Resiko perdardarahan Herniotomi/Herniorapy/Hernioplasty

Nyeri Akut

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) dengan tindakan
sebagai berikut:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah
di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi
ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian bantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b. Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ
dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip
pembedaahan yaitu:
Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
atau laparoskopik
Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kalau di potong . Menurut Oswari penatalaksanaan hermia
yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.
Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di
sebut herniorhapy,bila seluruh kantong hernia di potong misalnya
pada hernia inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut
herniorapy.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering
kembung dan muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau
mengejan timbul benjolan
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang
lalu. apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
b. Polo gordon
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
Pola nutrisi dan metabolic
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan
Mual muntah .
Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada
salah satu ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera
berobat
Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
ko ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami
pembesaran sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan
seksualitas
Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit
seperti ini lagi
Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya
dan meringis kesakitan
Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari tuhan.
c. Pemeriksaaan fisik
Keadaan umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan,
danperiksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.
Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanyapada
pasien dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanandarah,
peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dandangkal.
Inspeksi
Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untukmencegah
masuknya mikroorganisme yang bisa menyebabkaninfeksi. Tanda
infeksi perlu diperhatikan seperti ada lesi/kemerahan pada luka
insisi.Pada hernia inguinalis tampak adanyabenjolan di lipat paha.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur
dan bila menangis, mengejan, batuk,mengangkat benda berat atau bila
posisi pasien berdiri dapat timbul kembali
Perubahan pola fungsiSirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif(GJK),
edema pulmonal, penyakit vaskular perifer, atau stasisvaskular.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah melakukan inspeksi pada
daerah inguinal (lipat paha). Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada
sisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus
spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai anulus inguinalis
profundus. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis
profundus karena adanya masa, maka umumnya diindikasikan adanya
hernia. Hernia juga diindikasikan, bila seorang meraba jaringan yang
bergerak turun ke dalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan
pemeriksa selama batuk.
Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis
inguinalis, maka hernia inguinalis indirek menuruni kanalis pada
samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari
tangan adalah khas dari hernia direk. Diagnosa banding hernia inguinalis
mencakup masa lain dalam lipat paha seperti limfadenopati, testis yang
tidak turun, lipoma dan hematoma.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia
adalah :
a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
2. Diagnosa Keperawatan
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan faktor mekanik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif luka post operasi
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri
dengan faktor mekanik Tingkat nyeri Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
Nyeri terkontrol kualitas, dan beratnya nyeri.
Tingkat kenyamanan Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.
Setelah dilakukan asuhan Pastikan pasien menerima perawatan analgetik dengan tepat.
keperawatan selama 3 x 24 Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon
jam nyeri klien penerimaan pasien terhadap nyeri.
berkurang/hilang, dengan Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri
indikator : Monitoring perubahan nyeri baik aktual maupun potensial.
Melaporkan nyeri Sediakan lingkungan yang nyaman.
berkurang
Kurangi faktor-faktor yang dapat menambah ungkapan nyeri.
Tidak ada ekspresi Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri
menahan nyeri berlangsung
TTV dalam batas normal Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan
Klien mampu selain obat untuk meringankan nyeri.
mengontrol nyeri
Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri.
Manajemen pengobatan
Tentukan obat yang dibutuhkan pasien dan cara mengelola sesuai
dengan anjuran/ dosis.
Monitor efek teraupetik dari pengobatan.
Monitor tanda dan gejala serta efek samping dari obat.
Periksa perintah medis tentang obat, dosis & frekuensi obat
analgetik.
Periksa riwayat alergi pasien.
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
2 Gangguan mobilitas fisik NOC Exercise Therapy: Joint Movement
berhubungan dengan Ambulation Status Tentukan batasan gerakan
ketidaknyamanan Setelah dilakukan tindakan Kolaborasi dengan fisioterapis dalam mengembangkan dan
keperawatan selama 3x24 jam menentukan program latihan
tingkat mobilitas klien Tentukan level gerakan pasien
meningkat dengan kriteria Jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan rencana latihan
hasil: Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan atau
Mampu menggerakan otot aktivitas
dengan bebeas Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan
Mampu menggerakan sendi pasif atau aktif
dengan bebas Dorong ROM aktif
Mampu meningkatkan Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang ROM pasif dan aktif
mobilisasi ditempat tidur Bantu pasien untuk mengembangkan rencana latihan ROM aktif
Dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh sebelum latihan
3 Resiko infeksi NOC Infection Control
berhubungan dengan Immune Status Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
prosedur infeksi luka Setelah dilakukan Batasi pengunjung bila perlu
post operasi tindakan keperawatan selama Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
3X 24 jam klien tidak dan setelah berkunjung meninggalkan klien
mengalami infeksi, dengan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan
kriteria: keperawatan
Tak ada tanda infeksi Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
berulang (rubor, kalor, Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai petunjuk
tumor, dolor, fungsiolesa) umum
Suhu tubuh dalam batas Lakukan perawatan luka tekhnik aseptik
normal Observasi tanda-tanda vital
Kelola terapi antibiotic bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3.


Bandung: Yayasan TAPK Pengajaraan.
Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 10.
Jakarta: EGC
Debora, Oda. (2012) Proses Keperawatan Dan Pemeriksaa
Fisik.Jakarta:Salemba Medika
Huda Nurarif, Amir dan Kusuma, Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC.Jilid 1&2.
Yogyakarta:Mediaction Publishing
Nurarif, A.H Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan beradsarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing
Wilkinson, Judith M. dan Ahern, Nancy R.2013.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Nanda NIC-NOC.Edisi 9.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai