Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
DI BANGSAL TERATAI 2 RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh:

Maulana Adhi Setyo Nugroho

P27220018148

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN BERLANJUT PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT HERNIA
1. DEFINISI
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau
penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal
melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu
organ tersebut. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau
jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu
organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur
disekitarnya.

2. EPIDEMIOLOGI
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki,
terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak,
lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau
buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya
tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor
usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal
didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan
aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamin yang tinggi. Jika stamina kurang bagus
dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera
menghinggapinya. 70 % dari seluruh hernia abdominal terjadi
di inguinal (lipat paha ). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis
dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia
skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari
hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena
dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia
kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otototot perut yang sudah mulai
melemah.
3. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Mengejan
e. Kelemahan dinding abdomen
f. Batuk kronis karena PPOK
g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda
berat
h. Trauma atau regangan yang berat
i. Degenerasi sendi intervertebralis

4. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat
sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang
kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal
itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama
terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
mengalami kelemahan

PATHWAY HERNIA

Kongenital Usia Kelemahan Peningkaatan tekanan


otot intra abdomen

Gagal Penyanggal Cacat bawaan


berobliterasi makin lemah

Sebagian terbuka
terbuka Sering mengangkat
benda berat, mengedan,
kegemukan

hidrokel

HERNIA
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah
tulang rusuk, digaris tengah perut. Hernia epigastrik
biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang
berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang
relative lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa
sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam
perut, ketika pertama kali ditemukan.
2) Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada
bayi dan pada orang dewasa lebih umum pada wanita,
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan
berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi
bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,
Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup
secara spontan. Pembedahan dapat dilakukan jika
hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
3) Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan. Hernia ini terjadi ketika
dinding abdomen berkembbang, sehingga usus
menerobos kebawah melalui celah. Tanda dan gejala
dari hernia ini adalah ada benjolan di bawah perut
yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan
penonjolan organ visera abdomen melalui anulus
inguinalis dan mengikuti funikulus spermatikus

( pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita )


b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena
kelemahan pada dasar kanalis inguinalis yang berupa
fasia.
4) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe
ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia
femuralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan
pada tempat terabanya denyut arteri fulmonalis.
5) Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar,
yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh
kelemahan dinding abdomen yang ekstrem atau
obesitas.
6) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang
belakang. Diantara setiap cakram tulang belakang ada
discus intervertebralis yang menyerap goncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi
herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan
saraf terjepit (sciatica).

Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra


lumbbal bawah.
b. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya
1) Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis
lateralis ( indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal
yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalambeberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka
terus (karena tidak mengalami obliterasi)akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul herniainguinalis lateralis akuisita.
2) Hernia Didapat (Akuisita)
Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi
setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan
adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan
dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan
sebagainya.

c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya


1) Hernia reponibel/reducible yaitu bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel yaitu bila isi kantong hernia tidak
dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri
tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia
akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio
=terperangkap, carcer = penjara) yaitu bila isi hernia
terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi .Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“herniastrangulata”. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat
pertolongan segera.
6. GEJALA KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering
tampak menonjol.
Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri
tekan, massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang
berkurang, mual dan muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising
usus yang tidak terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang
menjalar hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal
pada abdomen. Apabila tidak terlihat dan
terdapat riwayat adanya penonjolan, maka
dengan pemeriksaan sederhana pasien
didorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intraabdominal, seperti
mengedan untuk menilai adanya penonjolan
pada lipat paha.
Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar
ditentukan. Kantong hernia mungkin berisi
organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet
), atau ovarium, dengan jari telunjuk atau jari
kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui annulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih
berada adalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Apabila ujung jari
menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang

menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis


Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani
Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada bising usus
menandakan gejala obstruksi intestinal.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus
yang terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat
memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang
dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan
dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara
spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya
penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan, dan
vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada
pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-
kadang diperlukan venografi spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan
radioisotop (SR dan F).
Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan
penyakit paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana
keakuratan dari miogram terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan,
infeksi, adanya darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian
pasien tertentu. Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel
dan hernia inguinalis. Ultrasonografi mampu menemukan kantung
berisi cairan di dalam skrotum, yang akan adekuat dengan
diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan
adanya hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena
memerlukan anestesi dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna
untuk menilai sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi
keberadaan hernia inguinalis berulang pada pasien dengan riwayat
perbaikan operasi

9. THERAPY
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks
tebal tanpa kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
1) Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2) Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3) Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama
fase akut.
e. Chemonudeolysis
1) Untuk herniasi lumbal.
2) Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air
dan proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan
tekanan subsekuen pada akar saraf.

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif
antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian
posisi (dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara
manual) dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan
hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan
berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik
(penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk
memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan
menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan
perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi
terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak
cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis
karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak
menyembuhkan hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis,
terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang
memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien
ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien
dengan gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut.
Penundaan operasi hingga gejala memberat dinyatakan aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi
(semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan
metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian
menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara
laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre
dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi
terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu
angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah
daripada pasien yang menjalani operasi anterior
konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi
yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum,
dan biaya yang lebih mahal.Setiap penderita hernia
inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah
diagnosis ditegakkan.

Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah


sebagai berikut :
1) Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada
anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
2) Hernioplasti.
3) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah
dibelakang kanalis inguinalis.

Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal


berikut :

1) Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan


resiko hernia inkarserata atau hernia strangulata.
2) Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya
penonjolan memenuhi kanal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah keluhan adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri
hebat pada abdomen. Melakukan pemeriksaan fisik dengan
melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pola
kebutuhan dasar :
a. Aktivitas/istirahat 1) Gejala :
a) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk
dan mengemudi dalam waktu lama

b) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur


c) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh
d) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan.
2) Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
berjalan.
b. Eliminasi
1) Gejala : konstipasi
c. Integritas Ego 1) Gejala : ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas, masalah pekerjaan financial keluarga
2) Tanda :

tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga


d. Neurosensori 1) Gejala : kesemutan, kekakuan,
kelemahan dari tangan/kaki 2) Tanda :

penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot,


hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis,
penurunan persepsi nyeri

e. Kenyamanan
1) Gejala :
nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi,
nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar
ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

2. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit yang
dialami

3. INTERVENSI
a. Nyeri akut
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama
….x…. jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang/
hilang KH :
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional

Kaji respons nyeri dengan Pendekatan komprehensif untuk


pendekatan PQRST menentukan rencana intervensi.

- Lakukan manajemen nyeri


keperawatan, Istirahatkan pasien
pada saat nyeri muncul. - Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen
Ajarkan teknik distraksi pada saat yang diperlukan untuk memenuhi
nyeri. kebutuhan

- Tingkatkan pengetahuan tentang : - Distrraksi (pengalihan perhatian)


sebabsebab nyeri, dan dapat menurunkan stimulasi
menghubungkan berapa lama nyeri internal.
akan berlangsung.
- Pengetahuan yang akan dirasakan
- Kolaborasi dengan tim medis membantu mengurangi nyerinya
pemberian analgetik dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien
terhadap rencana terapeutik.

- Analgetik memblok lintasan nyeri


sehingga nyeri akan berkurang

b. Konstipasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam


diharapkan konstipasiklien dapat teratasi

KH : - klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek. - Bising


usus normal (12-35 x/menit)

Intervensi Rasional
-Observasi warna feces, -membantu mengidentifikasi
konsistensi, frekwensi dan jumlah. penyebab atau faktor pemberat dan
interfensi yang tepat.
-Auskultasi peristaltik usus.
-Umumnya peristaltik usus akan
-Awasi masukan dan haluaran menurun pada konstipasi. -Dapat
dengan perhatian kusus pada mengidentifikasi dehidrasi,
makanan/ cairan. kehilangan berlebih/ alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memberikan diet seimbang dengan -Serat menahan enzim pencernaan
tinggi serat. dan mengabsorbsi air dalam
alirannya sepanjang traktus
intestinal dan dengan demikian
-Kolaborasi dalam pemberian obat
menghasilkan bulk, yang bekerja
laksatif, pelembek feces sesuai
sebagai perangsang untuk defekasi
kebutuhan
-Melembekkna feces, meningkatkan
fungsi defekasi sesuai kebiasaan.

c. Gangguan rasa nyaman

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..….x…. jam


diharapkan pasien merasa nyaman

KH : - Pasien tidak cemas


- Pasien dapat tidur dengan nyenyak
- Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional

- Kaji toleransi pasien terhadap -Parameter menunjukan respon


aktivitas dengan menggunkan TTV, fisiologis pasien terhadap stress,
dipsnea, nyeri dada, kelelahan berat aktivitas dan indicator derajat
dan kelemahan, berkeringat, pusing pengaruh kelebihan kerja
atau pingsan.
-Stabilitas fisiologis pada istirahat
- Kaji kesiapan untuk penting untuk memajukan tingkat
meningkatkan aktivitas contoh : aktivitas individual.
penurunan kelemahan / kelelahan,
TD stabil, frekwensi nadi, -Mengurangi kecemasan yang
peningkatan perhatian pada dialami klien.
aktivitas dan perawatan diri.
-Seperti jadwal meningkatkan
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan toleransi terhadap kemajuan
dan. aktivitas dan mencegah kelemahan.

- Dorong pasien untuk partisifasi


dalam memilih periode aktivitas

4. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang
sudah direncanakan sebelum ke pasien.

5. EVALUASI
a. Dx I
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
b. Dx II
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
c. Dx III
- Pasien tidak cemas
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak
- Pasien tidak gelisah
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Jakarta: EGC Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku


Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &


suddart. Edisi 8.

Anda mungkin juga menyukai