Anda di halaman 1dari 24

1.

1 Definisi
Hernia yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat
tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri
Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam
dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum,
lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga
timbul kantong berisikan materi abnormal.

1. 2 Epidemologi
75% dari semua kasus di dinding abdomen muncul di daerah sekitar
lipatan paha. Hernia indirect lebih banyak dari pada herniaadirect yaitu 2:1,
dimana hernia femoralis lebih mengambil posrsi yang lebih sedikit. Hernia
sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi kiri. Perbandingan pria dan
wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000
herniaorrhphy di lakukan tiap tahunnya di amerika serikat. Dibandingkan
dengan 25.000 untuk hernia femoralis 166.000 hernia umbilicalis 97.000
hernia post insisi dan 76.000 untuk hernia abdomen lainnya.

1. 3 Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia adalah :
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan 
tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2.  Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi
pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses
perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu
pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian
besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan
isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala,
2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk
kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang
dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah
ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah
terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi
pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui 
Dindin gorgan yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
7.  Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia
inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan
bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).

1. 4  Klasifikasi 
1.3.1 Berdasarkan Terjadinya
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan
hernia akuisita / didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding
perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia
eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya
tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
1.3.2 Berdasarkan sifatnya
1) Herniareponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2)  Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi,
2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata”  lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu
mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
1.3.3 Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai
pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan
intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini
hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah
anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis
femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
(Syamsuhidayat, 2004).
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus
yang hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-
kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur.
Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus
akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi
menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat
jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004)
3.  Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada
nervus  mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen
yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus
masuk melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada
dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya
testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar)
sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat
bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih
banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di
selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari
perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).

1. 5  Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada
setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan 
otot dinding.
perut  karena usia. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada
fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal
tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul Hernia
inguinalis lateralis kongenita
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis
setelah apendiktomi (Erfandi, 2009). Pada hernia akan terjadi prolaps
sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum,
disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu
menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian
akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung,
nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces,
muntah) (Erfandi, 2009). Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum
disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut
hernia inguinal ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia
reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia ini jarang
dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia
(Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh
anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus
menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan
muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila
hernia di sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004). Pembuluh darah yang
terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan
berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi  ini akan menjadi
sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu
kematian (Jennifer, 2007)

1. 6 Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer, manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai
berikut :
1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya  benjolan di daerah inguinal
dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan
tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa,
atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang 
secara spontan.
2. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada
dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri
viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus
tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis
keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
3. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang
kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari
dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
( seperti karet ), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau
tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau
samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi
hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat
biasanya terdiri dari ovarium.

1. 7 Penatalaksanaan 
1.  Konservati
 Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
 Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
 Celana penyangga
  Istirahat baring
 Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
 Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif)
 Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
 Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
Kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu 
dipotong.
 Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.

1. 8 Therapy atau Tindakan Penanganan


1. Therapy Obat
2. Oprasi
Tindakan oprasi merupakan langkah utama yang dilakukan oleh dokter
dalam menangani hernia
3. Laparoskopi (Oprasi Lubang Kecil)
Prosedur penanganan hernia yang dilakukan dengan membuat sayatan
kecil di dinding. Dokter bedah akan menggunakan laparoskop dan alat
penunjang oprasi lain dalam prosedur ini. Laparoskop adalah alat
berbentuk tabung tipis dan dilengkapi dengan kamera dan cahaya di
bagian ujungnya.

1. 9 Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT
Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna
melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam
kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
kepentingan operasi. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar
gas dalam usus/ obstruksi usus. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit
dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),
peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan
ketidak seimbangan elektrolit.
1. 10 Prognosis
Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah oprasi
jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang
memerlukan penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang
penting adalah mencegah faktor predisposisinya.

1. 11 Komplikasi
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2) Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis incarcerata.
3) Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
4) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7) Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah
8)  Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9)  Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.

1. 12 Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
1. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian
perut.
2. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari
gandum sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut
mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan
mengurangi tekanan di bagian perut.
3. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar.
Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk
lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
4. Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan  yang dapat mencetuskan hernia.
ASUHAN KEPERAWATAN

2. 1 Konsep dasar asuhan keperawatan


2.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab
2) Status Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya
pada pasien dengan penyakit hernia femoralis didapatkan keluhan
berupa Tampak benjolan di lipatan paha nyeri pada benjolan
dipaha, mual dan muntah.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan masalah penyakit hernia femoralis biasanya
akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti tampak benjolan
di lipatan paha, nyeri pada benjolan dipaha, sembelit yang parah,
sakit perut, mual, dan muntah, sakit waktu kencing (dysuria)
disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah
sela paha. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit,
penyakit yang pernah diderita misalnya hernia atau post oprasi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sakit yang menderita
penyakit hernia femoralis, penyakit kronik yang lain seperti hernia
atau kelainan bawaan
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan
kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3
hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
c. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol BAK,
adanya perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
d. Gerak dan Aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi), mandiri bergantung atau perlu bantuan,
penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga).
e. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah
waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur,
lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu,
kantung mata, keadaan umum, mengantuk
f. Pola Kognitif-Perseptual
Kaji status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi
(penyebab), (Qualitas nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah
mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri
terasa bertambah berat).
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari
kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang
disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri, murung,
tidak mau berinteraksi
h. Pola Hubungan-Peran
Kaji pasien mengenai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
i. Pola Reproduksi-Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan,
sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah,
rectum)
j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan
keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
k. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik

2.1.2 Analisa Data


Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai
status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di
laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang
klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-
masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari
informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang di hadapi klien.
2.1.3 Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)


2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
(D.0080)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
(D. 0111)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengbsorbsi
nutrien ( D 0019)

Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi,


Symtom)dengan cara penyususnan diagnose keperawatan yaitu :
Problem berhubungan dengan Etiologi yang di tandai dengan
Symtom yang diperoleh dari DS dan DO
2.1.4 Rencana tindakan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
Nyeri akut
SLKI: SIKI: 1. Untuk
berhubungan
Setelah diberikan mengatahi
dengan agen 1. Identifikasi skala
asuhan skala nyeri
pencedera fisik nyeri
keperawatan ...x24 jam pasien
(D.0077) 2. Fasilitasi istirahat
diharapkan tingkat 2. Untuk
dan tidur
nyeri pada pasien memberika
3. Kontrol
kembali normal dengan n relaksasi
lingkungan yang
kriteria hasil : 3. Untuk
memperberat
1. Melaporkan membantu
rasa nyeri ( mis :
nyeri mengurangi
suhu ruangan,
terkontrol nyeri pasien
pencahayaan,
2. Kemampuan 4. Untuk
kebisingan)
mengenali mengetahui
4. Anjurkan
onset nyeri berapa
memonitor nyeri
3. Kemampuan tingkat
secara mandiri
mengenali nyeri pasien
5. Kolaborasi
penyebab 5. Untuk
pemberian
nyeri membantu
analgesik
mengurangi
nyeri pada
pasien
Ansietas
SLKI: SIKI: 1. Untuk
berhubungan
Setelah diberikan membantu
dengan 1. Monitor tanda –
asuhan tanda
kekhawatiran tanda ansietas
keperawatan ...x24 jam ansietas
mengalami (verbal & non
diharapkan tingkat pada pasien
kegagalan verbal
(D.0080) kecemasan pada pasien
2. Ciptakan suasana 2. Untuk
kembali normal dengan
terapeutik untuk membantu
kriteria hasil :
menumbuhkan pasien
1. Kegelisahan
kepercayaan menumbuh
2. Frutrasi
3. Jelaskan kan
3. Sifat lekas
prosedur, kepercayaa
marah
termasuk sensasi n
yang mungkin 3. Untuk
dialami membantu
4. Ajurkan keluarga pasien
untuk tetap mengetahui
bersama pasien prosedur
5. Kolaborasi 4. Untuk
dengan tim membantu
medis lainya pasien
mengurangi
kegelisahan
5. Untuk bisa
berkolabora
si dengan
tim
medislainny
a mengenai
keceman
pada pasien
dan langkah
apa yang
akan di
lanjutkan
Defisit : Setelah diberikan Bimbingan Sistem 1. Untuk
pengetahuan asuhan Kesehatan mengetahui
berhubungan keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi masalah
dengan kurang diharapkan promosi masalah atau
terpaparnya kesehatan yang kesehatan informasi
informasi (D. diberikan kepada individu, yang
0111) pasien dapat keluarga atau kurang
terlaksanakan dengan masyarakat diketahui
kriteria hasil : 2. Fasilitasi oleh pasien
1. Perilaku pemenuhan 2. Untuk
yang kebutuhan pasien
meningkatka kesehatan mampu
n kesehatan 3. Libatkan teman menerapkan
2. Starategi atau kolega pemenuhan
untuk untuk kesehatanny
menghindari membimbing a
paparan pemenuhan 3. Untuk
bahaya kebutuhan pasien
lingkungan kesehatan mampu
3. Sumber 4. Bimbing untuk dalam
informasi bertanggung pemenuhan
peningkatan jawab kesehatanny
kesehatan mengidentifikasi a
terkemuka dan 4. Untuk
mengembangka pasien
n kemampuan mampu
memecahkan mengemban
masalah gkan atau
kesehatan secara memecahka
mandiri n maalah
Kolaborasi dengan tersendiri
tim medis lainnya dalam
masalah
kesehatanya
5. Untuk
pasien ada
yang
memberika
n informasi
yang cukup
terhadap
informasi
kesehantann
ya

Defisit nutrisi SLKI: SIKI: 1. Untuk


berhubungan Setelah diberikan 1. identifikasi mengetahui
dengan asuhan status nutrisi status
ketidakmampuan keperawatan ...x24 jam 2. identifikasi nutrisi
mengbsorbsi diharapkan nutrisi pada kebutuhan pasien
nutrien ( D pasien kembali normal kalori dan jenis 2. Untuk
0019) dengan kriteria hasil: nutrient mengatahui
1. Nyeri 3. monitor berat kebutuhan
abdomen badan kalori dan
2. Distensi 4. fasilitasi jenis
abdomen menentukan nutrient
3. Mual / program diet pada pasien
muntah 5. ajarkan diet 3. Untuk
4. yang mengetahui
diprogramkan berat badan
6. kolaborasi pasien
dengan ahli gizi 4. Untuk
membantu
pasien
menentukan
program
diet pada
pasien
5. Untuk
membantu
pasien diet
6. Untuk
membantu
menentukan
pemberian
nutrisi pada
pasien

2.1.5 Impelementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi atau rencana
keoerawatan yang telah dibuat atau ditentukan sesbelumnya.

2.1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah bagian akhir yang menilai bagaimana hasil akhir dari
tindakan yang telah diberikan kepada klien. Evaluasi juga berfungsi untuk
menentukan apakah intervensi perlu dilanjutkan atau dihentikan dengan
mempertahankan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius
Dermawan, D & Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Oswari, E. 2009. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai