Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PERIOPETATIF

HERNIA

NAMA : ACHMAD SAPUTRA

NPM : 210103001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

2021 / 2022
A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen
yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ
tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lainnya (kanalis inguinalis).

2. Etiologi

Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia
adalah :
a.    Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia
lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b.    Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia
keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c.    Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d.    Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

e.    Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.

f.    Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

g.    Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.

h.    Kelahiran premature

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made
Kusala,2009).

3.Manifestasi Klinis

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
a.    Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya  benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang
timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-
batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.

b.    Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat
kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara
klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.

c.    Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah


Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat pasien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio
ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang
kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium.Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong
isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti
sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.

4. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan
isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,
kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan
Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke
kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut
kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) (Erfandi, 2009).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak
dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia
reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus. Terjadi
gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering
terjadi bila hernia di sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan
berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi  ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh
dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian (Jennifer, 2007)

5.  Pathway hernia

Mengangkat beban berat,kegemukan,batuk kronis

Peningkatan tekanan intraabdominalis

Defek dinding otot abdominal

Lubang embrional yang tidak menutup/melebar/cincin hernia

Penonjolan isi perut/usus

6. Penatalaksanaan hernia
1.  Konservatif
a.   Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b.   Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah
5 menit di evaluasi kembali.
c.   Celana penyangga
d.   Istirahat baring
e.    Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f.   Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-
gejala.

2.  Pembedahan (Operatif) :


a.  Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
b.   Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi
lalu dipotong.
c.    Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah
yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.
2.9.  Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia.
Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan
untuk kepentingan operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
dan ketidak seimbangan elektrolit.

7. Komplikasi
1.    Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isi usus.
2.    Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin
hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan
ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3.    Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4.    Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
5.    Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
6.    Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7.    Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8.    Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9.    Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.  Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1.    Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
b.    Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan muntah ,
tidak nafsu makan  apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
c.    Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu .apabila
digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di selangkangannya.
d.    Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
3.    Pengkajian fisik ROS
a.    Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,
konjungtiva anemis.
b.    Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, whezing, stridor.
c.    Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d.    Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.
e.    Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya benjolan
diselangkangan .
f.    Abdomen :
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
4.    Pengkajian fungsional Gordon
a)    Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit
maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b)    Pola nutrisi dan metabolik
Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c)    Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d)    Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu ekstermitas
yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e)    Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di selangkangan
f)    Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g)    Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko ndisinya pasien
malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h)    Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan scortumnya mengalami pembesaran sehingga
mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i)    Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j)    Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan
k)    Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan
dari Allah SWT.
2. Diagnosa
a.    Pre op
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia .
2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3.    Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
b.    Post op
1.    Resiko infeksi berhubungan dengan  diskontuinitas jaringan sekunder dengan
pembedahan.
2.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post op.

3.      Rencana keperawatan


a.    Pre op

No No Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Dx

1 1 setelah dilakukan proses 1.    Observasi TTV 1.    Untuk mengetahui


keperawatan selama 1x 2.    Kaji nyeri secara keadaan umum pasien.
24 jam pasien tidak nyeri komprehensif  Lokasi, 2.    Untuk mengetahui
dengan  KH: karakteristik, durasi, skala nyeri.
- TTV normal :  (TD :  :1 frekuensi, kualitas dan 3.    Untuk mengetahui
10/70 – 120/ 90 mmHg faktor presipitasi. seberapa nyeri yang
RR : 16- 20 x/mnt 3.    Observasi  reaksi dirasakan oleh pasien.
N : 60-100x/mnt nonverbal dari ketidak 4.    untuk mengetahui
S : 36,5- 37,50.C ) nyamanan. pengalaman nyeri klien
-pasien mengungkapkan 4.    Gunakan teknik sebelumnya.
rasa nyeri berkurang. komunikasi terapeutik. 5.    Meringankan nyeri
- Pasien mampu 5.    Berikan lingkungan dan memberikan rasa
mengendalikan nyeri yang tenang. nyaman.
dengan teknik relaksasi 6.    Ajarkan teknik non 6.    Memberikan rasa
dan distraksi. farmakologis (relaksasi, nyaman pada saat nyeri.
- Skala nyeri 0-3 distraksi dll) untuk 7.    Untuk mempercepat
- Wajah  pasien tidak mengetasi nyeri. hilangnya nyeri.
meringis kesakitan. 7.    Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi
misalnya morfin , metadon
dll.

2 2 Setelah dilakukan proses 1.    Pastikan pola diit 1.    Membantu dalam
keperawatan selama biasa pasien, yang disukaimengidentifikasi
5x24 jam nutrisi atau tidak disukai.
kebutuha nutrisi.
terpenuhi dengan KH : 2.    Awasi masukan dan     
-    Nafsu makan  pengeluaran dan berat 2.    Berguna dalam
meningkat badan secara periodi. mengukur keefektifan
-    Porsi makan habis 3.    Dorong makan sedikitpemasukan nutrisi dan
-    BB Naik dan sering dengan
dukungan cairan.
makanan tinggi kalori dan 3.    Memaksimalkan
tinggi karbohidrat.
masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi
dari makanan banyak
4.    Kolaborasi dengan dan menurunkan iritasi
ahli gizi untuk pemberian gaster
nutrisi yang dibutuhkan 4.    Untuk memenuhi
oleh pasien nutrisi dan gizi  sesuai
dengan kebutuhan
pasien

3 3 Setelah dilakukan proses 1.    Observasi TTV 1.    Untuk mengetahui


keperawatan selama 2.    Kaji tingkat ansietas : keadaan umum pasien.
1x24 jam Kecemasan ringan, sedang, berat, 2.    Untuk mengetahui
pasien  berkurang panik. sampai sejauh mana
dengan KH : 3.    Berikan kenyaman tingkat kecemasan klien
-    TTV normal : ( TD : dan ketentraman hati. sehingga memu-dahkan
110/70 – 120/ 90 mmHg 4.    Berikan penjelasan penanganan/pemberian
RR : 16- 20 x/mnt mengenai prosedur askep se-lanjutnya.
N : 60-100x/mnt perawatan,perjalanan 3.     Agar klien tidak
S : 36,5- 37,50.C ) penyakit & progno-sisnya. terlalu memikirkan
-    Pasien mampu 5.    Berikan/tempatkan penyakitnya.
menggambarkan ansietas alat pemanggil yang 4.     Agar klien
dan pola kopingnya. mudah dijangkau oleh mengetahui/memahami
-    Pasien mengerti klien bahwa ia benar sakit dan
tentang tujuan perawatan 6.    Gali intervensi yang perlu dirawat.
yang diberikan dapat menurunkan 5.     Agar klien merasa
-    Pasien memahami ansietas. aman dan terlindungi
tujuan operasi, 7.    Berikan aktivitas yang saat memerlukan
pelaksanaan operasi, dapat menurunkan bantuan.
pasca operasi, kecemasan / ketegangan. 6.     Untuk mengetahui
prognosisnya (bila cara mana yang efektif
dilakukan operasi).    untuk
menurunkan/mengurangi
ansietas
7.     Agar klien dengan
senang hati melakukan
aktivitas karena sesuai
dengan keinginan-nya
dan tidak bertentangan
dengan prog-ram
perawatan.

         

b.    Post op

No NO Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Dx

1 1 Setelah dilakukan proses 1.    Pantau tanda- 1.    Jika ada


keperawatan selama 2x24 tanda vital peningkatan tanda-tanda
jam pasien tidak 2.    Lakukan vital besar kemungkinan
menunujukan adanya perawatan luka dengan adanya gejala infeksi
infeksi dengan  teknik aseptik. karena tubuhberusaha
KH : 3.    Lakukan intuk melawan
-    TTV Normal ( TD : perawatan terhadap mikroorganisme asing
110/70 – 120/ 90 mmHg prosedur inpasif seperti yang masuk maka
RR : 16- 20 x/mnt infus, kateter, drainase terjadi peningkatan
N : 60-100x/mnt luka, dll tanda vital.
S : 36,50 - 37,50.C) 4.    Jika ditemukan 2.    perawatan luka
- Tanda- tanda infeksi tanda infeksi kolaborasi dengan teknik aseptic
tidak ada (dolor , rubor, untuk pemeriksaan mencegah risiko infeksi.
color, tumor dan darah, seperti Hb dan 3.     untuk mengurangi
fungsiolensa) leukosit. risiko infeksi
- leukosit dalam batas 5.    Kolaborasi untuk nosokomial.
normal 4.000- 11.000 pemberian antibiotik. 4.    Penurunan Hb dan
- Luka bersih, tidak peningkatan
lembab dan kotor. jumlahleukosit dari
normal membuktikan
adanya tanda-
tandainfeksi.
5.    Antibiotic
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.

2 2 Setelah dilakukan proses 1.    Berikan untuk 1.    Meminimalkan


keperawatan selama 1x beristirahat / tidur kekelahan yang mana
24 jam pasien dapat tidur sejenak. dapat mempengaruhi
dengan nyenyak dengan 2.    Anjurkan latihan waktu tidur.
KH :
pada siang hari. 2.    Untuk memberikan
-    Pasien 3.    Turunkan aktivitas waktu tidur yang cukup
mengungkapkan mental / fisik pada sore pada waktu malam hari
kemampuan untuk tidur. hari. 3.    Penurunan mental
-     pasien tidak merasa 4.     Evaluasi tingkat dapat meningkatkan
lelah ketika bangun tidur stress orientasi sesuai kecemasan dan dapat
perkembangan hari menghambat waktu
- kualitas dan kuantitas demi hari. tidur.
tidur  normal yakni 8 jam 5.    Berikan makanan 4.    Penigkatan stress
sehari kecil sore hari, susu dapat melanggar pola
hangat, mandi dan tidur sehingga tidur
masase punggung. tidak pulas
6.    Turunkan jumlah 5.     Meningkatkan
minum pada sore hari. relaksasi dengan
Lakukan berkemih perasaan  mengantuk.
sebelum tidur.
7.    Kolaborasi untuk 6.    Menurunkan
pemberihan obat sesuai kebutuhan akan bangun
dengan indikasi : untuk pergi kekamar
 a. Antidepresi, seperti mandi/berkemih selama
amitriptilin (Elavil); malam hari.
deksepin (Senequan)
dantrasolon (Desyrel). 7.    a. Mungkin efektif
b.   Obat hipnotik. dalam menangani
Pseudodimensia atau 
depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur
b. hipnotik dosis rendah
mungkin efektif dalam
mengatasi insomnia atau
sindrom sundowner.

        

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth, 2002. “Keperawatan medikal bedah” edisi 8,volume 2, Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.

Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. 2000.MedicaAesculaplus FK UI.

Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC.

Anda mungkin juga menyukai