Anda di halaman 1dari 21

1.

1 Definisi
Hernia yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis
yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus
atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong
berisikan materi abnormal.

1.2 Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia adalah :
1) Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2) Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan
adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia
keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3) Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah
ke dalam kanalis inguinalis.
4) Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5) Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
6) Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7) Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-
otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8) Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
1.3 Klasifikasi Hernia
1.3.1 Berdasarkan Terjadinya
1) Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena
tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang
dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan
dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
1.3.2 Berdasarkan sifatnya
1) Herniareponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi,
2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera (Erfandi, 2009).
1.3.3. Berdasarkan Letaknya
1) Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian
pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di
lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang
menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk.
Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah
anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm
dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan
lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada
insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
2) Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka
ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian
antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2004).
3) Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh
saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
4) Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan
jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung
zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan
(kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada
pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik
dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep
Subarkah, 2008).
1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer, manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai
berikut :
1) Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau
skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila
pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
2) Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung
hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh
anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase
segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis
keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
3) Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ
maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti
karet ), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil,
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui
annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung
jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba
seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.
Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa
mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi,
mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri
pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
1.5 Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu,
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Kanalis inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium
ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis
kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara
lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis
setelah apendiktomi (Erfandi, 2009). Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian
usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh
kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata
terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke
kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi
usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces,
muntah) (Erfandi, 2009). Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut
hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal
ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia reponibilis, keluhan yang
timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer,
2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien
adalah rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti
abdomen kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila
hernia di sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004). Pembuluh darah yang terjepit
juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan berakibat terjadinya
infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh
dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian (Jennifer, 2007)
1.6 Pathway

Adanya tekanan Aktivitas berat

Hernia

Umbilikalis Kongenital Para Umbilikalis Hiatus Insisional Inguinalis

Kantung hernia Kantung hernia Kantung Kantung hernia Kantung hernia


keluar melalui melewati dinding hernia memasuki celah memasuki celah
umbilikalis abdomen memasuki bekas insisi inguinal

Terdorong
lewat dinding
posterior canalis
ingunalis yang
lemah

Benjolan pada regio


ingunalis

Diatas ligamentum ingunal


mengecil bila berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual


Resti perdarahan resti infeksi
B5
B3 B4

Terputusnya jaringan saraf Peristaltik usus menurun Nafsu makan menurun

Nyeri Gangguan eliminasi Intake makanan


inadekuat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Sumber : Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis.


1.7 Penatalaksanaan hernia
1) Konservati

1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3. Celana penyangga
4. Istirahat baring
5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
6. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif)
1. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
2. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

3. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan


menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
1.8 Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,
maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat
lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi
usus. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
1.9 Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
1.10. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
1) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
2) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum
sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak
serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian
perut.
3) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur
tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan
hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
4) Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1) Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung
dan muntah, tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu.
apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
5. Pengkajian fisik
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai
kesakitan, konjungtiva anemis.
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg, tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skortum. Tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar, adanya disuria.
e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya
benjolan diselangkangan. .
f. Abdomen :
1. Inspeksi : abdomen keras
2. Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
3. Palpasi : ada benjolan
4. Perkusi : hypertimpani
6. Pengkajian fungsional Gordon
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga
yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah.
Minum : Minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3) Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu
ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
5) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko
ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas.
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi.
10) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan.
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.

2.2 Diagnosa
a. Pre op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
b. Post op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder dengan
pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post
op.
2.3 Intervensi
Pre Op

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya


hernia. Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien tidak
nyeri dengan KH:
1) TTV normal : (TD :110/70 mmHg RR : 16- 20 x/mnt N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
2) Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3) Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
4) Skala nyeri 0-3
5) Wajah pasien tidak meringis kesakitan.
Intervensi

1. Observasi TTV
2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
5. Berikan lingkungan yang tenang.
6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya morfin , metadon
dll.

Rasional :

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.


2. Untuk mengetahui skala nyeri.
3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
4. Untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.
7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam nutrisi terpenuhi
dengan KH :
1) Nafsu makan meningkat
2) Porsi makan habis
3) BB Naik
Intervensi
1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi
karbohidrat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh
pasien
Rasional
1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan
cairan.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan
energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi yang sesuai kebutuhan pasien
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan. Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam Kecemasan berkurang dengan KH :
1) TTV normal : (TD :110/70 mmHg RR : 16- 20 x/mnt N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
2) Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
3) Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
4) Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Intervensi
1. Observasi TTV
2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.
4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit &
progno-sisnya.
5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan.
Rasional
1. Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga
memudahkan penanganan/pemberian askep selanjutnya.
3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi
ansietas
7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan
keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.

Post Op

1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder


dengan pembedahan. Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24
jam pasien tidak menunujukan adanya infeksi dengan KH :
1) TTV normal : (TD :110/70 mmHg RR : 16- 20 x/mnt N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C ).
2) Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan
fungsiolensa)
3) leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000
4) Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll.
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional
1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala
infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang
masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
2. Perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
3. Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi.
5. Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder


dengan post op. Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam
pasien dapat tidur dengan nyenyak dengan KH :
1) Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
2) Pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas
tidur normal yakni 8 jam sehari.

Intervensi
1. Berikan untuk beristirahat / tidur sejenak.
2. Anjurkan latihan pada siang hari.
3. Turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
4. Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
6. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
7. Kolaborasi untuk pemberihan obat sesuai dengan indikasi :
a. Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dantrasolon
(Desyrel).
b. Obat hipnotik.

Rasional

1. Meminimalkan kekelahan yang mana dapat mempengaruhi waktu tidur.


2. Untuk memberikan waktu tidur yang cukup pada waktu malam hari
3. Penurunan mental dapat meningkatkan kecemasan dan dapat menghambat
waktu tidur.
4. Penigkatan stress dapat melanggar pola tidur sehingga tidur tidak pulas
5. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
6. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih
selama malam hari
7. a. Mungkin efektif dalam menangani Pseudodimensia atau depresi,
meningkatkan kemampuan untuk tidur
b. hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomnia atau
sindrom sundowner.
Daftar Pustaka

Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012 – 2014 Jakarta : EGC.
Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jakarta Mediaction Publishing.
Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Carpenito,L.J.(2009) Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi
ke Sembilan. Jakarta :EGC
Cecily, B, (2009). Buku Saku Keperawatan Pediarik. Edisi ke lima. Jakarta :
EGC
Pierce, G, A. (2007) At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga. Jakarta : Erlangga.
Suratun (2010) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta : CV Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai