DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2016
Kata Pengantar
Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat kasih dan penyertaanNya sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan tugas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur
femur.
Dalam penyelesaian tugas ini, tidak terlepas dari campur tangan berbagai
pihak yang turut membantu dalam proses pembuatan tugas ini. Kami atas nama
seluruh anggota kelompok menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal yang sudah membimbing kami. Terima kasih juga
kepada pihak perpustakaan yang telah menjadi salah satu sumber referensi kami
dalam mencari materi tentang fraktur femur. Terima kasih juga kepada seluruh
anggota kelompok yang telah bekerjasama dengan baik sehingga tugas ini bisa
selesai.
Tugas yang kami buat ini masih belum sempurna, sehingga kami
mengharapkan ada masukan yang membangun demi lengkapnya tugas ini.
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas jaringan tulang (DEPKES
RI, 1995:75). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang. (TH Margareth & Rendi M.Clevo 2012:45).
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur
femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha
(Helmi, 2012).
Kesimpulan dari fraktur femur adalah patah tulang yang mengenai daerah
tulang paha yang dikarenakan tekanan, benturan, pukulan akibat dari
kecelakaan serta kelainan patologik pada tulang seperti adanya tumor, infeksi
pada penderita penyakit paget yang mengakibatkan kerusakan jaringan tulang
paha.
B. Etiologi
Fraktur dapat terjadi akibat hal-hal berikut ini :
1. Peristiwa tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan yang dapat berupa benturan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, serta penarikan
C. Klasifikasi
1) Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,
klasifikasi klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012). Klasifikasi
penyebab :
Fraktur traumatic
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehingga terjadi fraktur.
Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang yang
telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang
seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering
dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
2) Klasifikasi jenis :
Berbagai jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fraktur terbuka.
2. Fraktur tertutup.
3. Fraktur kompresi.
4. Fraktur stress.
5. Fraktur avulsi.
6. Greenstick fraktur (fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok).
7. Fraktur tranversal.
8. Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen).
9. Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen
lainnya).
Klasifikasi jenis fraktur yang umum digunakan dalam konsep fraktur
(Sumber : Helmi, 2012)
3) Klasifikasi klinis
Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang
didapatkan akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum
keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Fraktur tertutup (closed fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana keadaan kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari
dalam (from within) atau dari luar (from without).
3. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi misalnya mal-union, delayed union, serta infeksi tulang.
4) Klasifikasi Radiologis
1. Fraktur tranversal
Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-
segmen tulang yang patah di reposisi atau di reduksi kembali
ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan
biasanya dikontrol dengan bidai gips.
Gambar 5. Rontgen pada fraktur tranversal
(Sumber : Helmi, 2012)
2. Fraktur kominutif
d. Fraktur interkondiler
Biasanya diikuti oleh fraktur suprakondular, sehingga umunya terjadi
bentuk T fraktur atau Y fraktur
Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan femur
pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari
ketinggian. Biasanya pasien mengalami multipel trauma yang menyertainya.
F. Komplikasi Fraktur
G. Prognosis
Prognosis pada fraktur femur bisa menjadi baik jika fraktur segera ditangani
atau diberikan pertolongan pertama serta pasien mengikuti semua anjuran dan
instruksi tim medis dalam peroses perawatan dan pemulihan kondisi fraktur.
Pada umumnya fraktur femur lebih besar/sering diderita oleh laki-laki dewasa
dan laki-laki muda dari pada kaum wanita karena faktor aktivitas. Kemudian
fraktur femur biasanya juga dialami oleh kaum gerontik karena faktor patologik
H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan radiologi
Pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan
sinar rontgen (X-ray). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
dalam membaca gambaran radiologis adalah 6A, yaitu sebagai berikut :
1. Anatomi (misalnya proksimal tibia).
2. Artikular (misalnya intra-Vs ekstra-artikular).
3. Alignment (misalnya : first plane).
4. Angulation.
5. Apeks (maksudnya fragmen distal fraktur).
6. Apposition.
CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi
fraktur yang mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan
diagnosis.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih
jauh kelainan yang terjadi seperti berikut :
1. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
2. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
3. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5),
Asparat Amino Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lainnya
1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan
pada kondisi fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka
biasanya didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
3. Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
4. Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
5. Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
6. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
I. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000), diagnosa yang muncul pada fraktur antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang,
edema, dan cedera pada jaringan lunak; alat traksi/imobilisasi; stress,
ansietas.
2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk;
fraktur terbuka, bedah perbaikan; pemasangan traksi pen, kawat, sekrup;
perubahan sensasi, sirkulasi; akumulasi ekskresi/secret; imobilisasi fisik.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular; nyeri atau ketidaknyamanan; terapi restriktif (imobilisasi
tungkai).
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya
pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada
lingkungan; Prosedur invasif, traksi tulang.
5. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
(fraktur).
6. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah: cedera vascular langsung, edema
berlebihan, pembentukan thrombus; hipovolemia.
7. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
aliran; darah/emboli lemak; perubahan membrane alveolar/kapiler;
interstisial, edema paru, kongesti.
BAB III
STUDI KASUS
Sdra.M berusia 20 tahun dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit Lasallian pada
tanggal 29 Agustus 2016 pada pukul 10.00 wita. Keluarga mengatakan klien
mengalami kecelakaan sepeda motor pada pukul 09.30. klien mengatakan paha
kanannya terasa nyeri, skala nyeri 8 ( 0 -10 ),klien tampak berhati-hati dan merasa
sakit jika pahannya ditekan, paha kanan klien tampak memar dan bengkak,klien
tampak gelisah menahan rasa sakit , klien tampak meringis, . Klien mengatakan
sangat kesulitan jika menggerakan kaki kananya, klien tampak dibantu oleh
keluarganya. Saat pengkajian tanda-tanda vital klien, TD 120/80 mmHg, Nadi
98x/m, Respirasi 26x/m, suhu 37,5c
A. Pengkajian
Tgl.Masuk RS : 29/08/2016
I. IDENTIFIKASI/IDENTITAS
1. KLIEN
Nama : Sdra. M
Tempat/tgl.Lahir : Tahuna/ 10 maret 1996
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : belum menikah
Agama/suku : Kristen protestan/ sangihe
warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan :-
Alamat rumah : Tikala Baru 1 Manado
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. B
Alamat : Tikala Baru
Hubungan dengan klien : Ibu
Jumlah : 14
2 : bantuan orang
4 : Bantuan penuh
2. Mandi :3
3. Berpakaian :2
4. Kerapian :2
5. Buang air kecil :3
6. Buang air besar :3
7. Mobilitas tempat tidur :4
8. Ambulasi :3
V. SIRKULASI
Bagian paha kanan klien tampak memar dan bengkak . paha kanan
klien tampak pucat, TD 120/80 mmHg, Respirasi 26x/m, nadi
98x/m
VI. NEUROSENSORI
klien tampak mengalami agitasi ( klien tampak gelisah menahan
rasa sakit )
VII. NYERI/KENYAMANAN
1. Data subyektif : Klien mengatakan paha kanannya terasa nyeri,
skala nyeri 8 ( 0-10 )
2. Data obyektif : klien tampak meringis, klien tampak kesakitan
jika paha kananya di tekan, nyeri tekan ( + ) paha kanan klien
tampak memar dan bengkak
VIII. KEAMANAN
paha kanan klien tampak bengkak
IX. KLASIFIKASI DATA
0 : Mandiri
2 : bantuan orang
4 : Bantuan penuh
X. ANALISA DATA
DS : Terputusnya Nyeri
Klien mengatakan paha kontinuitas
kanannya terasa nyeri jaringan/tulang
Klien mengatakan merasa
sakit jika paha kanannya di
Pergeseran fragmen
tekan
Skala nyeri 8 ( 0-10) tulang
DO : Pengeluaran epinefrin
klien tampak meringis & non epinefrin
klien tampak kesakitan jika
paha kananya di tekan Di hantarkan ke
nyeri tekan ( + )
paha kanan klien tampak hipotalamus
DO :
Gangguan moblitas
Klien tampak dibantu
fisik
oleh keluarganya
Aktivitas Harian :
Makan :2
Mandi :3
Berpakaian: 2
Kerapian: 2
Buang air kecil : 3
Buang air besar: 3
Mobilitas tempat tidur :4
Ambulasi: 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari fraktur femur adalah patah tulang yang mengenai daerah
tulang paha yang dikarenakan tekanan, benturan, pukulan akibat dari
kecelakaan serta kelainan patologik pada tulang seperti adanya tumor, infeksi
pada penderita penyakit paget yang mengakibatkan kerusakan jaringan tulang
paha.
Di indonesia jumlah kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya fraktur
femur cukup tinggi, sehingga diperlukan penanganan dan pertolongan pertama
yang tepat.
B. Saran
Saran bagi tenaga medis/kesehatan baik perawat dan dokter serta lainnya,
diharapkan memahami dan mengetahui cara penanganan yang tepat bagi
penderita rfaktur femur baik pre operasi maupun post operasi.
Saran bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam beraktivitas agar tidak
terjadi kecelakaan yang menyebabkan fraktur . tapi jika telah terjadi fraktur
sebaiknya langsung dibawah ke Rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk
mendapatkan pertolongan pertama.
DAFTAR PUSTAKA