Di Susun Oleh
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Pasien Ny. M dengan ORIF a/i Closed
Fraktur Tibia Dextra di Kamar Operasi Rumah Sakit Hermina Palembang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Diklat Bedah II di Rumah Sakit
Hermina Palembang.
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mendapat dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan Penulisan
B. Manfaat Penulisan
C. Metode Penelitian
D. Sistematika Penulisan
1. Defenisi
2. Etiologi
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Patofisiologi
6. Penatalaksanaan
B. Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
2 Diagnosa Keperawatan
3 Perencanaan
4 Pelaksanaan
5 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. saran
2. kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
datang dari luar lebih besar dari yang diserap oleh tulang akan terjadi trauma
pada tulang yang berakibat rusaknya atau patahnya jaringan tulang (Bararah &
mengatur tulang dan sebagai fiksasi tulang . Pasca tindakan pembedahan yang
dirasakan adalah nyeri dilokasi luka pasca operasi pada daerah paha nyeri lebih
A Rumusan Masalah
B Tujuan Penulisan
a Tujuan Umum
b Tujuan Khusus
tindakan orif.
A Manfaat Penulisan
Bagi peneliti
C Metode Penelitian
b Pemeriksaa fisik
F Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,
Bab IV Pembahasan
yang dihadapi.
a. Simpulan
akhir.
a. Saran
TINJAUAN TEORITIS
MEDIK
A. Defenisi
oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 2005). Sedangkan menurut Smeltzer
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
B. Etiologi
Trauma
Gerakan pintir mendadak
Kontraksi otot ekstem
Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
C. Indikasi
D. Kontra indikasi
Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
I. Komplikasi
Komplikasi Awal
Kerusakan Vaskular
Rusaknya arteri penyebab trauma ditandai dengan nadi tidak teraba, CRT
> 3 detik, kebiruan pada bagian distal, hematoma yang lebar, dan ekstremitas
mengalami hipotermi yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
posisi yang berubah di bagian yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
Komplikasi Dalam Waktu Lama
Delayed Union
Kegagalan patah tulang berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Penyebabnya penurunan suplai
darah ke tulang, kerusakan jaringan lunak yang berat, atau periosteum
yang robek (
Non Union
Gagalnya patah tulang untuk berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan secara lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan, jika tidak
dilakukan perencanaan tindakan. Non union ditandai dengan gerakan
yang berlebihan pada sisi patahan yang membentuk celah antar patah
tulang atau pseudoartrosis.
Mal Union
Merupakan penggabungan fragmen tulang dalam posisi yang tidak
memuaskan (angulasi, rotasi, atau pemendekan). Pada mal union
dilakukan pembedahan dan remobilisasi yang baik.
Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen yaitu komplikasi yang terjadi karena otot,
tulang saraf, dan vascular terjebak dalam jaringan parut. Kondisi ini
disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu, juga disebabkan oleh adanya tekanan dari
luar, misalnya bidai dan pembebatan yang terlalu kuat.
FES (Fat Embolism Syndrome)
Merupakan komplikasi serius yang sering kali terjadi pada kasusu
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel lemak yang dihasilkan
sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernapasan,
takikardia, hipertensi, takipnea, dan demam.
Infeksi
Sistem pertahanan tubuh akan rusak jika terdapat trauma pada
jaringan. Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai pada kulit (superfisial)
dan pada lapisan kulit bagian dalam. Kondisi ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka. Selain itu dapat disebabkan oleh penggunaan bahan
lain dalam pembedahan, misalnya pin dan plat.
Avaskular Nekrosis
Avaskular Nekrosis (AVN) terganggunya aliran darah menuju ke
tulang menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkmans ischemi.
Syok
Syok diakibatkan kehilangan banyak darah dan meningkatkan
permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan menurunnya O2.
Kejadian ini biasanya terjadi pada fraktur (Rosyidi, 2013, p. 46)
J. Pathway
Terlampir
K. Pengkajian keperawatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada kasus fraktur, klien
biasanya merasa takut akan mengalami kecacatan pada dirinya. Oleh
karena itu, klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu juga, dilakukan pengkajian
yang meliputi kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid
yang dapat mengganggu metabolism kalsium, pengonsumsian alcohol
yang dapat mengganggu keseimbangan klien, dan apakah klien
melakukan olah raga atau tidak.
1. Pola nutrisi dan metabolism. Klien fraktur harus mengknsumsi nutrisi
melebihi kebutuhan sehari harinya, seperti kalsium, zat besi, protein,
vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
2. Pola eliminasi. Urine dikaji frekwensi, kepekatan, warna, bau, dan
jumlahnya. Feses dikaji frekuensi, konsistensi, warna dan bau. Pada
kedua pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak.
3. Pola tidur dan istirahat. Semua klien fraktur biasanya merasa nyeri,
geraknya terbatas, sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Pengkajian juga dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, dan penggunaan obat tidur.
4. Pola aktifitas. Hal yang perlu dikaji adalah bentuk aktifitas klien terutama
pekerjaan klien, karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya fraktur.
5. Pola hubungan dan peran. Klien akan mengalami kehilangan peran dalam
keluarga dan masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap.
6. Pola persepsi dan konsep diri. Dampak yang timbul adalah ketakutan
akan kecacatan akibat fraktur, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktifitas secara optimal, dan gangguan citra diri.
7. Pola sensori dan kognitif. Pada klien fraktur, daya rabanya berkurang
terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain dan
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga timbul rasa nyeri
akibat fraktur.
8. Pola reproduksi seksual. Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap, mengalami keterbatasan gerak, serta
merasa nyeri. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak dan lama perkawinan.
9. Pola penanggulangan stress. Timbul rasa cemas akan keadaan dirinya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien dapat tidak efektif.
10. Pola tata nilai dan keyakinan. Klien fraktur tidak dapat melakukan ibadah
dengan baik, hal ini disebabkan oleh rasa nyeri dan keterbatasan gerak
klien.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran Umum
Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien.
Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma,
yang bergantung pada keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat,
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi
maupun bentuk.
Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus
memperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal klien,
terutama mengenai status neurovaskuler.
1) Keadaan Lokal.
a) Look (Inspeksi). Perhatikan apa yang akan dilihat, antara lain :
Sikatriks (jaringan parut, baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi)
Fistula
Warna kemerahan atau kebiruan(livid) atau hiperpigmentasi
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal)
Posisi dan bentuk ekstremitas(deformitas)
Posisi jalan (gait,waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel (palpasi). Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi
klien diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi).
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit.
Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
edema terutama di sekitar persendian.
Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal)
Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan
yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang.
1. Pengkajian
1) Anamnesis
1. Pra Operasi
2. Intra Operasi
Time out, status psikososial, waktu operasi, jenis operasi, tipe
operasi, tingkat kesadaran waktu masuk kamar operasi, jenis anestesi,
lokasi pemasangan IV line, posisi operasi, posisi lengan, posisi alat
bantu yang digunakan, memakai cateter urine, persiapan kulit
dibersihkan, pemakaian cauter, penghangat, pemakaian tornikuet,
Pemakaian Implant, Pemakaian Drain, Irigasi Luka, Pemasangan
tampon, spesimen.
3. Paska Operasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Kriteria hasil
37,5 OC
Rencana keperawatan
memberikan perhatian
Observasi ttv
Kriteria hasil
Rencana keperawatan
Kriteria hasil
- TD: :120-140 /60-60 mmhg
Rencana keperawatan
atau program
Kriteria hasil:
- RR : 12-20 x/m
Rencana keperawatan
Kriteria hasil
Rencana keperawatan
Kriteria hasil
Rencana keperawatan
ekstermitas bawah
tindakan anestesi
Kriteria Hasil :
- RR : 12-20 x/m
- Suhu : 36,5 – 37,5 OC
Sesak hilang
Sianosis tidak
Ku baik, Kesadaran CM
Rencana keperawatan
Observasi TTV
Kriteria Hasil :
- TD :120-140 /60-60 mmhg
- RR : 12-20 x/m
Sianosis tidak
Ku baik, Kesadaran CM
Rencana keperawatan
Observasi TTV
Rencana keperawatan
perawatan rambut
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Alamat : xxx
Tanggal Lahir : xx-xx-xxxx
Umur : 48 tahun
JeniKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 03-04-2021
Jam: 09.00
Tanggal Pengkajian : 03-04-2021 Jam: 09.40
2. Pengkajian Ruangan
PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT INAP
Tiba diruangan : Tanggal 03-04-2021
Pukul 09.00 WIB Pengkajian
:Tanggal 03-04-
2021 Pukul 09.10 WIB Diperoleh dari
: Ny. M (pasien sendiri)
Cara masuk : ❑ Jalan tanpa bantuan ❑ Jalan dengan bantuan
❑Dengan
kursi roda √ Dengan brangkar
Asal pasien : √ IGD ❑ Poliklinik ❑ Kamar bersalin
❑ Kamar operasi❑ Rujukan
A. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya,
Nilai Kepercayaan Dan Kebutuhan Privasi
1. Pekerjaan pasien : PNS/ TNI/ POLRI Swasta
Pensiun √ Lain- lain: Wiraswasta
2. Pekerjaan Penanggung jawab : PNS/ TNI/
POLRI Swasta Pensiun Lain-lain :
Wiraswasta
3. Agama : √ Islam Protestan Katolik Hindu
Budha Lain-lain:
4. Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat
inap :
3. Anamnesis
❑Wong Baker
Lain Lain
lamanya___
15. Riwayat penggunaan obat penenang: √ Tidak ❑ Ya, jumlah/hari
__ ___ lamanya___
16. Riwayat pernikahan ❑belum menikah √menikah ,
lama menikah : 25 tahun . pernikahan keberapa:
pertama
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : ❑Tampak tidak sakit ❑ Sakit ringan √Sakit
sedang
❑ Sakit berat
2. GCS : E4 M6 V5
9. Pisikologis
Status Psikologis : Tenang√Cemas Sedih depresi marah
Hiperaktif Mengganggu sekitar Tampak tegang
√cemas
√ resti perdarahan
RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi K/u dan tanda-tanda vital
2. Kurangi aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
3. Libatkan keluarga saat mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
4. Jelaskan pada pasien pentingnya istirahat
5. Kolaborasi pemberian analgetik lain jika perlu.
Asesmen transportasi
1. transportasi pulang : Mandiri Dibantu
sebagian Dibantu
keseluruhan Menggunakan rostul √Brancard Berjalan
1. Transportasi yang digunakan : √ Kendaraan pribadi ( mobil ,
beroda
dua ) Mobil ambulance.
Diisi oleh tenaga keperawatan yang Tanda tangan
melakukan pengkajian
Tanggal : 03-04-2021 ttd
Waktu selesai pengajian : Pukul 09.40 Wib Sr. Dea
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 80 <100 : Bukan DM mg/dl
100-199 : Belum pasti DM
>=200 : Kemungkinan DM
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PRE OPERASI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
TGL : 03-04-2021.. JAM : 09:00 Anxietas b.d : Tingkat anxietas menurun : √
√ Kurang √ Monitor tanda verbal dan non
A. ANAMNESA : verbal cemas Men
informasi
Keluhan : √ Cemas □ Nyeri □ Kekhawatiran pasien Men
√ Gelisah kegagalan √ Orientasikan lingkungan dan tim Mem
√ Menanyakan dampak pasca operasi √
operasi √ Ciptakan suasana terapeutik
□ …………………. √ Dampingi pasien utk mengurangi √
rasa cemas
B. PEMERIKSAAN FISIK
1.Kesadaran : √ CM □ □ Nyeri Akut/ □ Tingkat nyeri menurun : □ Me
Apatis Kronis b.d : □ Monitor keadaan umum dan TTV□ Me
□ Somnolen □ Koma □ Inflamasi □ Identifikasi nyeri (PQRST) □ Me
GCS = E :4 M : 6 V : 5 □ Iskemi □ Ajarkan teknik non farmakologi me
2.TD :120/80 mmHg, Sh: 36,6ͦ C □ Neoplasma untuk mengurangi nyeri (distraksi □
3.Nadi 78 x/mnt, √ Kuat □ & relaksasi)
Lemah
Kulit : √ Hangat □ Dingin □ Risiko Infeksi d.d □ Tingkat infeksi menurun : □ Me
CRT =√ ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik rencana □ Monitor tanda dan gejala infeksi □
prosedur invasif (nilai lekosit/ CRP) □
RR : 20.x/mnt SPO2 :100 %
□ Pertahankan teknik aseptik
4.Pemakaian Oksigen :
□ Kolaborasi pemberian terapi pra □
□ Ya √ Tidak □ Nasal medikasi □
□ Sungkup □ ............ ltr/mnt
5.Skala nyeri : 0 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 (lingkari) □ Koping tidak □ Status koping meningkat : □
6.Fraktur : □ Tidak √ Ya, efektif b.d □ Jelaskan prosedur yang akan
Lokasi : tibia dextra ketidakadekuatan dilakukan □ Me
7.Perdarahan : √ Tidak □ Ya strategi koping □ Anjurkan pasien untuk selalu
□ Me
& sistem berdoa untuk ketenangan □
□ Aktif terbuka : ± ............. ml
pendukung □ Anjurkan keluarga memberi
□ Aktif tertutup
support ke
Lokasi : .................
Pasien
8.Hasil Penunjang :
Laboratorium : √ Hb : 13 √ Ht : 35
√ Lek : 15.000 √ Trombosit : □ Defisit □ Tingkat pengetahuan meningkat : □
250.000 √ GDS : 80 pengetahuan b.d □ Berikan informasi tentang
kurang terpapar prosedur yang □
√PT :12'00 □ APTT : …..
informasi akan dilakukan (persiapan, efek
Radiologi : Hasil : fraktur tibia setelah
dextra tindakan)
□ Risiko □ Status cairan meningkat : □ Me
hipovolemia b.d □ Periksa tanda/ gejala hipovolemia □
perdarahan □ Monitor intake, output (termasuk
perdarahan) □ Ber
□ Kolaborasi pemberian cairan iso
isotonis/
hipotonis/ koloid
□ ............................ □ ….....................................………………
…………………
INTRA OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSIS TUJUAN DAN
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
JAM : □ Bersihan Jalan □ Bersihan jalan nafas meningkat (jalan □
√ Masuk OK : 09:00. √ Keluar OK : Nafas Tidak nafas paten) : □
11:00 Efektif b.d □ Monitor pola nafas
adanya jalan □ Pertahankan kepatenen jalan □
√Mulai Anestesi : 09:10 □ Selesai
nafas buatan nafas □
anestesi :- (ETT) □ Berikan oksigen □
PEMERIKSAAN FISIK
1.Kesadaran : □ CM □ Apatis
□ Somnolen □ Koma DPO √ Risiko CederaTingkat cedera menurun : √
GCS = E : ….… M : . …… V : TDD
d.d terpapar alat √ Monitor keadaan umum dan TTV
2.TD : 100/70 mmHg, Sh: 36,6 ͦ C
medis (cauter/
3.Nadi : 78 x/mnt, √ Kuat □ patient plate) √ Monitor cek list keselamatan √
Lemah pasien
Kulit : √ Hangat □ Dingin √ Siapkan peralatan lengkap, aman √
CRT = √ ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik dan siap pakai
RR : 18x/mnt SPO2 :100 %
4.Jenis Anestesi :
□ Risiko □ Status cairan membaik : □
□ General √ Regional Blok Hipovolemi d.d □ Monitor pemberian cairan
5.Posisi operasi : kehilangan parenteral dan balance cairan □
Terlentang Litotomi tengkurap/ Knee cairan aktif (mis. □ Kolaborasi pemberian cairan
chest Lateral : kanan/ kiri perdarahan) isotonik, hipotonik dan koloid □
6.Pemakaian Oksigen :
√ Ya □ Tidak □ 2 ltr/mnt □
√Nasal □ ETT □ Sungkup
7.Skala nyeri (VAS) : 0 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 (lingkari)
8.Perdarahan : √ Tidak □ Ya,
√ Risiko √ Tingkat perdarahan menurun : √
Lokasi : ….. Perdarahan d.d : √ Monitor nilai HT/ Hb sebelum dan
□ Aktif terbuka : ± ............. ml
√ Tindakan setelah kehilangan darah √
□ Aktif tertutup
pembedahan √ Monitoring tanda adanya
□ Komplikasi perdarahan √
kehamilan
9.Terpasang patient plate :
√ Kaki : □ Kanan √ Kiri □
Paha : □ Kanan □ Kiri □ Risiko Jatuh d.d □ Tingkat jatuh menurun : □
1. Terpasang kateter : kondisi sedang □ Pastikan roda TT dalam kondisi
□ Tidak √ Ya, Jml urin : 100.ml operasi terkunci □
Warna: √ Jernih □ Keruh □ Pekat □ Pasang handrail tempat tidur □
□ Merah/ darah □ Dampingi pasien selama tindakan
2. Status cairan : berlangsung (jangan di tinggal)
√ Intake : 800 cc √ Output : 200 cc
□ Nyeri Akut b.d □ Tingkat nyeri menurun : □
√ Balance : +600 cc prosedur operasi □ Monitor keadaan umum dan TTV □
□ Identifikasi nyeri (PQRST) □
□ ......................... □ ….....................................……………… □
□ ……
□
POST OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSIS TUJUAN DAN
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
JAM MASUK RR : 11:00 wib □ Anxietas b.d : □ Tingkat anxietas menurun : □ Mem
A. ANAMNESA : □ Kurang □ Monitor tanda verbal dan non pa
Keluhan : □ Cemas √ Nyeri informasi verbal cemas □
□ Gelisah □ Ancaman pasien
□ Mual □ Muntah □ Pusing terhadap □ Dampingi pasien utk mengurangi □
√ Mengggigil konsep diri kecemasan
jaringan
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
Nama &
Tanggal Pelaksanaan Keperawatan
Ttd
3.6 Menganjurkan pasien untuk berdoa sesuai dengan agama
nya
09.45 WIB Memindahkan pasien ke OK → Pasien dipindahkan sesuai Br. A
prosedur
09.55 WIB b.1 Mengkaji apakah pasien mempunyai faktor resiko Br. A
sebelumnya → Tidak ada faktor resiko sebelumnya
b.2 Mengbservasi selama operasi berlangsung apakah ada
penekanan pada anggota tubuh pasien → Tidak ada penekanan
pada tubuh pasien selama operasi berlangsung
4.4 Memberikan penkes kepada pasien akan dilakukan
pemasangan alat-alat elektromaknetik → Pasien kooferatif
4.4 Melakukan kolaborasi dalam pemindahan pasien ke RR
kolaborasi dilakukan dengan dokter anastesi
10.10 WIB Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar → Pasien Br. A
dipindahkan sesuai prosedur
10.20 WIB b.1 Mengobservasi TTV →TD : 130/90 mmHg, N : 80 Br. A
x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36,5ºC
b.2 Mengkaji tanda – tanda perdarahan → Tanda –
tanda perdarahan tidak ada
1.1 Menganjurkan pasien untuk bedrest → Pasien mengerti
5.5 Melibatkan keluarga menemani pasien → Keluarga
kooferatif
10.40 WIB b.2 Mengkaji k/u & kesadaran pasien → k/u baik, kes CM Br. A
b.3 Membantu pasien mobilisasi bertahap → Pasien kooferatif
2.2 Memberikan penkes cara mobilisasi bertahap → Pasien
mengerti
b.4 Melibatkan keluarga saat penkes cara mobilisasi bertahap
→ Keluarga kooferatif
11.00 WIB b.2 Mengkaji kemampuan pasien dalam Br. A
melakukan perawatan diri terutama ADL → Pasien masih
bedrest
2.2 Membantu pasien melakukan ADL → Pasien kooferatif
b.3 Memberkan penkes cara melakukan ADL → Pasien
mengerti
b.4 Melibatkan keluarga dalam membantu pasien melakukan
ADL → Keluarga kooferatif
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan melalui
wawancara/anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung.
Dalam melaksanakan pengkajian ini penulis melakukannya sesuai teori yang
terdiri dari data demografi, riwayat kesehatan, pemeriksaaan fisik dan data-
data penunjang lainnnya yang diperoleh melalui interview, observasi,
pemeriksaan fisik, pengukuran, studi dokumentasi meliputi catatan dokter,
catatan perawat, dan hasil laboratorium.
Saat pengkajian penulis sebjektif mungkin dalam mengumpulkan
data, seperti pada pengkajian yang mengenai pemeriksaaan fisik, riwayat
perjalanan penyakit, riwayat penyakit keluarga, dan aktivitas sehari-hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan didapat melalui penilaian klinis tentang
respon klien terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
resiko atau berdasarkan data objektif dan subjektif yang di temukan pada
klien. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mecapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (farktur)
2) Cemas berhubungan dengan proses operasi
Intra Operasi
1. Resiko cidera intraoperatif berhubungan dengan kebutuhan posisi
pembedahan terhadap pemasangan elektro medik, kehilangan sensori
sekunder terhadap anastesi.
Post Operasi
1. Resiko cidera (Injury) berhubungan dengan Efek anastesi
2. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan, efek insisi
C. Intervensi keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka penulis membuat rencana berdasarkan acuan
pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan dibuat
mulai pasien datang keruang persiapan operasi, pasien masuk ruang operasi,
selama proses operasi, setelah pasien meninggalkan ruang operasi menuju
ruang pemulihan, sampai di observasi di ruang RR. Dalam menyusun tindakan
yang akan dilakukan disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga
mendapat tujuan yang diinginkan. Pasien boleh pindah keruang perawatan
setelah dinilai menggunakan aldrete score nilainya normal yaitu 10.
D. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan intervensi keperawataan yang telah dibuat maka dilakukan
implementasi keperawatan dengan memperhatikan 5 aspek yaitu observasi,
mandiri, pendidikan kesehatan, libatkan keluarga, dan kolaborasi.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Masalah
keperawatan pre operasi dan intra operasi sudah teratasi. Masalah keperawatan
post operasi akan dilanjutkan intervensi di ruang perawatan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam
melaksanakan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan, semua data
dapat diperoleh dan dikumpulkan yang terdiri dari data subjektif dan objektif.
2. Diagnosa Keperawataan
Diagnosa keperawatan diangkat sesuai dengan kebutuhan pasien dan data-
data yang menunjang untuk ditegakkan diagnosa. Diagnosa keperawatan pada
Tn “M” terdiri dari 5 diagnosa keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan teori dan sesuai
dengan masalah yang muncul atau sesuai diagnosa keperawatan yag telah di
tegakkan.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat dengan menggunakan fasilitas yang ada.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menggunakan metode
SOAP dan didokumnentasikan dalam catatan perkembangan. Berdasarkan hasil
evaluasi didapatkan bahwa seluruh masalah keperawatan dapat teratasi tepat
waktu
Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai dengan standar prosedur oprasional (SPO) dan hasil anamnesa
yang ditemukan dilapangan
2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan bagi profesi keperawatan selanjutnya dapat mengembangkan
ilmu keperawatan, jangan hanya sesuai dengan teori yang ada, tetapi dilihat
juga dari temuan-temuan yang didapatkan dilapangan.
3. Bagi Rumah Sakit Hermina Palembang
Diharapkan bagi Rumah Sakit Hermina Palembang dapat meningkatkan mutu
pelayanan dan mengembangkan Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai
dengan teori dan kenyataan yang ada dilapangan.
Daftar pustaka
Tidak mengenal
Kurang Pemasangan alat Pengaruh anastesi dan Terputusnya kontinuitas jaringan
informasi pembedahan sumber informasi
elektromedik dan
pembedahan elektrokauter
Resiko
terjadinya
aspirasi