Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA : GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI


1. Pengertian halusinasi
a. Menurut fontaine, ( 2009 ) halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan ,
bau maupun rasa tanpa situmulus ekternal terhadap organ-organ indra.
b. Sedangkan menurut Towsend ( 2009 ), halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi
atau pengalan indra dimna tidak terdapat sitimulasi terhadap reseptor-reseptor
nya,halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah
satu dari menunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi
halusinasi pendengaran, penglihatan , penciuman, perabaan dan pengecapan.
c. Menurut Stwar (2009), halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respon neorobiologis yang maladaktif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata
dan merespon nya, namun dalam halusinasi situmulus internal dan ekternal tidak
dapat di identifikasi.
d. Sedangkan NANDA-I (2009-211), juga mengatakan bahwa halusinasi merupakan
perubahan dalam jumlah dan pola situmulus yang diterima sertai penurunan berlebih
atau distori atau kerusakan respon beberapa situmulus.
e. Vidbeck (2009) juga menyebutkan bahwa halusinasi bahwa persepsi sensori yang
salah satu pengalaman persepsi yang tidak trjadi dalam realitas, halusinasi dapat
melibatkan panca indra dan sensasi tubuh.
f. Halusinasi yang paling sering tejadi adlah halusinasi dengar ( Vidbeck 2008).
g. Stuwer (2009) juga menytkan bahwa halusinasi dengar merupakan masalah utama
yang paling sering dijumpai.
h. Fontaine (2009) juga menyatakan bahwa halusinasu dengar merupakan gejala
skizofrenia yang sering di jumpai, mencakup 70% dari keseluruhan halusinasi.
i. Sedangkan Sturat dan laraia (2005;struat 2009) juga mejelaskan bahwa 70% klien
skizofernia mengalami halusinasi dengar.persentase diatas menunjukan bahwa
halusinasi dengar merupakan halusinasi yang mayoritas di jumpai pada klien
skizoferenia.
2. Jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai pada klien
skizoferinia.papolos dan papolos (2002, dalam fokan bahwa halusinasi ntaine, 2009)
menyatkan halusinasi delusi mencapai 90% merupakan masalah utama yang paling
sering di jumpai 70%. Diperkuat oleh stuart dan laria (2005) yang menyatakan bahwa
klien skizoferinia 70% mengalami halusinasi dengar. Senada dengan pertanyaan
diatas (2009) yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling sering dikaitkan
dengan skizoferenia, skitar 70% klien skizofrenia mengalami halusinasi dengar.
Pertanyaan diatas menunjukan bahwa perentase halusinasi dengar merupakan
perentase terbesar yang di temukan pada copel ( 2007), halusinasi pendengaran paling
sering terjadi pada skizofrenia, ketika klen mendengar suara-suara,suara tersebut
terpisah dari pikiran klien sendri. Isi suara-suara tersebut mengancam dan menghina,
sering sekali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan
melukai klien dan orang lain.
Menurut stuart (2009), pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat
dikateristik dengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara, rentang dari
suara sederhana atau suara yang jelas, suara tersebut membicarakan tentang
pasien,sampai percakapan yang komplet antara dua orang atau lebih seperti orang
yang berhalusinasi.

b. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa mencium aroma atau bau
tertentu sperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau
bau yang tidak sedap ( cancro dan lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh struat (2009) pada halusinasi penciuman,
klien dapat mencium busuk,jorok,dan bau tengik seperti darah,urin, atau tinja,
kadang-kadang bau bias menyenangkan, halusinasi penciuman biasanya berhubungan
dengan stroke,kejang, dan demens.
c. Halusinasi penglihatan
Sedang pada halusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat bayangan yang
sebenarnaya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal
atau mungkin sesuatu yang bentuk nya menakutkan ( cancro & lehman, 2000 dalam
videbeck, 2008 ). Isi halusinasi penglihatan klien adlah klien melihat cahay, bentuk
geometris, kartun atau campuran antara gambaran bayangan yang komplek, dan
bayangan tersebut dapat menyenangkan klien atau juga sebalik nya mengerikan
( struat & laraia,2005;struat,2009).

d. Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusnasi pengecapan, isi berupa klien mengecap rasa yang tetap
ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa
tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu. Atau
berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine atau feces ( struat &
laraia., 2005 ;stuart, 2009 ).

e. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang
menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil yang merayap di kulit ( cancro &
lehman, 2000 dalam videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak
nyaman tanpa adanya situmulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda
mati ataupun dan orang lain ( struat & laraia, 2005;struat,2009).

f. Halusinasi chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klien akan merasa pungsi tubuh seperti darah berdenyut
melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk urin ( videbeck, 2008; struat,
2009).
g. Halusinasi kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensai tubuh, gerakan tubuh
yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak
bergeraak ( videbeck, 2008; struat, 2009 )

3. Fase halusinasi
a. Comporting ( halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang itense seperti cemas, kesepian,
merasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenang kan untuk menghilangkan kecemasan.seseorang mengenal bahwa pikiran
pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jiika kecemasan tersebut
Bias dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1. Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat
2. Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3. Pergerkan mata yang tepat
4. Respon verbal yang lambat seperti asyik
5. Diam dan tanpak asik

b. Comdeming ( halusinasi menjijikan, cemas sedang )


Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi yang mulai
merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauh diri, sertra merasa malu
karna adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik dari diri orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1. Ditandai dengan peningkatan kerja syisem syraf autonomic yang menunjukan
kecemasan missal nya terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2. Rentangperhatian menjadi sempit
3. Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realias
c. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman
halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/ memikat. Seseorang mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir:
1. Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek saja oleh klien tetapi
mun gkin diikuti/dituruti
2. Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3. Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4. Tanpak tanda kecemasan berat seperti berkeringtat,teremor, tidak mampu
mengikuti perintah.

d. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )


Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari
halusinasi.halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari bila tidak
ada itrvensi traupetik.
Perilaku yang dapat di observasi:
1. Perilaku klien tanpak seperti dihantui tremor dan panic
2. Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3. Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari halusinasi
misalnya kelien melakukan kekerasan, igatasi, menariik diri atau katatonia.
4. Klien tidak dapat berespon pada arah kompleks
5. Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
4. Rentang respon neorobiologis
Rentang respon Neorobiologis

RESPON ADAFTIF RESPON MALADAFTIF

1.Pikirn logis 1.kadang 1.gangguan


2.persepsi proses fikir proses fikir
akurat terganggu (waham)
3.emosi 2.ilusi 2.halusinasi
konsisten 3.emosi 3.RPK
dengan 4.prilaku 4.prilaku
pengalaman tidak biasa tidak
4.prilaku 5.menarik terorganisir
sesuai diri 5.isolasi
sosial

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


Halusinasi sering secara umum diemukan pada klien skizoferinia. Proses terjadinya
halusinasi pada klien skizofrenia dapa dijelakan berdasarkan model adaptasi struat dan
laraia ( 2005; struart , 2009 ) yaitu faktor predisposisi, faktor pridoposisi, penilaian
stressor, sumber koping dan juga mekanisme koping.
1. Faktor predisposisi
Menurut stuart dan lansia (2005;stuart 2009), faktor presdisposisi yang dapat
mengakibatkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi faktor
biologi,psikologi dan juga sosialkultural.

a.faktor biologi

Menurut videback (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia
adalah faktor genetic,neurotomi,neurokimia serta imunovirologi.
1. Genetik
Secara genetic ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia (copel, 2007). Sedangkan Buchanan
dan carpeter (2000, dalam dalam stuart dan laraia,2005;stuart,2009) menyebutkan bahwa
kromosom yang berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah kromosom6.sedangkan
kromosom lain yang juga berperan adalah kromosoni 4, 8, 15, dan 22,cracdock et al
(2006 dalam stuart, 2009). Penelitian lain juga menemukan gen GAD 1 yang tanggung
jawab memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidak dapat meningkat secara
normal sesuai perkembangan pada daerah frontal,dimana bagian ini berfungsi dalam
proses berfikir dan pengambilan keputusan hung et al, (2007 dalam stuart,2009).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang
menujukan anak kembar identik beresiko mengalami skizofrenia sebesar 50% sedangkan
pada kembar non identik/fraternal beresiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini
meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia n
(cancro&lehman,2000;videback,2008;stuart,2009) semua penelitian ini menunjukan
bahwa faktor genetic hanya sebagian kecil penyebab terjadinya skizofrenia dan ternyata
masih ada faktor lain yang juga berperan sebagai faktor penyebab terjadinya skixofrenia.

2.Neuroanatomi

Penelitian menunjukan kelainan anatomi,fungsional dan neurokimia di otak klien


skizofrenia hidup dan postmortem,penelitian menunjukan bahwa kortek prefrontal dan
system limbic tidak sepenuhnya berkembang di otak klien dengan skizofrenia. Penurunan
volume otak mencerminkan penurunan baik materi putih dan materi abu-abu pada neuron
akson (Kuroki et al,2006;hegigins,2007 dalam stuart,2009).hasil pemekrisaan computed
tomography (CT)dan magnetic resonance imaging (MRI), memperlihatkan penurunan
volume otak pada individu perkembangan skizofrenia, temuan ini memperlihatkan
adanya keterlambatan perkembangan jaringan otak dan atropi. Pemeriksaan posistron
Emission Termografi (PET) menunjukan.penurunan aliran darah ke otak pada lobus
frontal selama tugas perkembangan kongnitif pada individu dengan skizofrenia.penelitian
lain juga menunjukan terjadinya penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal
pada area temporalis dan frontal (videback,2008) perubahan pada kedua lobus positif
skizofrenia tersebut belum di ketahui secara pasti penyebabnya.n

Keadaan patologis yang terjuadi pada lobus temporalis dan frontalis berkorelasi
dengan terjadinya tanda-tanda positif negative dan skizofrenia .copel (2007)
menyebutkan bahwa tanda-tanda positif skizofrenia.seperti psikosis disebabkan karena
fungsi otak yang abnormal pada lobus temporalis .sedangkankan tanda-tanda negatif
seperti tidak ada kemauan atau motivasi dan anhedonia disebabkan oleh fungsi otak yang
abnormal pada lobus frontalis.

Hal ini sesuai sadock dan sadock (2007 dalam towsen,2009) yang menyatakan bahwa
fungsi utama lobus frontalis adalah aktivasi motorik,intelektual,perencanaan konseptual,
aspek kepribadian,aspek produksi bahasa . sehingga apabila terjadinya gangguan pada
lobus frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas motorik, gangguan
intelektual, perubahan kepribadian dan juga emosi yang tidak stabil.sedangkan fungsi
utama dan lobus temporalis adalah pengaturan bahasa,ingatan dan juga emosi. Sehingga
gangguan yang terjadi pada kortek temporalis dan nucleus-nukleus limbic yang
berhubungan pada lobus temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.

3.Neurokimia
penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotesis disregulasi pada
skizorfenia,gangguan terus menerus dalam satu atau lebih neurotrasmiter dan
neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic menyebabkan neurotransmisi tidak
stabil atau tidak menentu.teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap
dopamine,sedangkan apa area prefrontal mengalami hipoaktif sehingga terjadio
keseimbangan antara system neurotransmitter dopamine dan serotonin serta yang lain
(stuart,2009)pernyataan memberi arti bahwa neurotransmitter mempunyai peranan yang
penting menyebabkan terjadinya skizofrenia.

Beberapa refrensi menunjukan bahwa neurutransmiter yang berperan


menyebabkan skizofrenia adalah dopamine dan serotonin.satu teori yang terkenal yang
memperlihatkan dopamine sebagai penyebab,ini di buktikan dengan obat-obatan yang
menyekat reseptor dopamine pascasinaptik mengurangi gejala psikotik dan pada
kenyataan semakin efektif obat tersebut dalam dalam mengurangi gejala skizofrenia.
Sedangkan serotonin berperan sebagai modulasi dopamine,yang membantu mengontrol
kelebihan dopamine,beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri
berperan dalam perkembangan skizofrenia,ini di buktikan dengan penggunaan obat
antipsikotik antipikal seperti klozapin (clozaril) yang merupakan antagonis dopamine dan
serotonin.penelitian menunjukan bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan
gejalapsikotik secara dramatis dan mengurangi tanda-tanda negative skizofrenia
(o’connor,1998;marder,2000 dalam videback,2008).

Adanya overload reuptake neuro transmitter dopamine dan serotonin menyebabkan


kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga jalur penerima dan pengirim informasi terganggu.
Keeadaan inilah yang mengakibatkan informasi tidak dapat diprosessehingga terjadi kerusakan
dalam persepsi yang berkembang menjai halusinasi dan kesalahan dalam membuat kesimpulan
yang berkembang menjadi delusi.

4. Imunovirologi

Sebuah penelitian untuk menerntukan “Virus Skizofrenia” telah berlangsung (Torrey et


al, 2007; Dalman et al, 2008). Bukti campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap
virus influenza terutama selama trimester pertama, mungkinn menjadi salah satu faktor penyebab
skizofren pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain ( brown et al, 2004). Infeksi virus
lebih sering terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal musim semi dan
dapat terjadi inutero atau pada anak usia dini pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al,
2007; Veling et al , 2008 dalam Stuart 2009).

b. Faktor Psikologis

selain faktor biologis diatas, faktor psilkologis juga ikut berperan mengakibatkan
terjadinya skizofren. Awal terjadinya skizofren difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang
mempengaruhi perkembangan ganggian ini, teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara
orang tua dan anak, serta disfungsi system keluarga sebagai penyebab skizofren (Townsen,
2009). Penerlitian lain menyebutkan beberapa dengan skizofren menunjukkan selain kelainan
halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan social, fungsin neuromotor dan respon
emosional jauh sebelum mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofren (Schiffman et al,
2004 dalam Stuart, 2009). Sinaga (2007) menyebutkan bahwa lingkungan emosional yang tidak
stabil mempunyai resiko yang besar pada perkembangan skizofren, pada masa kanak disfungsi
situasi social seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang
kurang hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurogikal anak
sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia di kemudian hari.

c. Faktor sosial Budaya

Adanya double bind dalam keluarga dan konflik dalam keluarga Torrey ( 1995, dalam
videback,2008). Juga menyebutkan bahwa salah satu faktor social yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofren adalah adanya disfungsi dalam pengasuhan anak maupun dinamika
keluarga. Konflik tersebut apabila tidak diatasi dengan baik maka akan menyebabkan resiko
terjadinya skizofren.

Berdasarkan Townsend (2005), faktor social cultural meliputi disungsi dalam keluarga, konflik
keluarga. Komunikasi double bind serta ketidak mampuan seorang untuk memenuhi tugas
perkembangan. Hal ini didukung oleh Seaward (1997, dalam Videback, 2008) menyebutkan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh faktor interpersonal yang meliputi komunikasi yang tidak
efektif, ketergantungan yang berlebihan atua menarik diri dalam hubungan, dan kehilangan
control emosional. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya seperti pengalaman
sosial dapat menjadi faktor penyebab terjadinya skizofrenia.

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian tamer dkk (2002) yang menunjukan bahwa
karakteristik responden skizofrenia yang mengalami halusinai adalah 216 orang berjenis kelamin
laki-laki (70%) dan berusia rata-rata 27 tahun. Hal berbeda dinyatakan oleh sinaga, (2007) yang
menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi berbeda
dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia lebbih awal
dibandingkan pada wanita.

Penelitian tamer dkk (1998) juga menunjukan bahwa 76 responden skizofrenia tidak mempunyai
pekerjaan (90%). Pekerjaan sangat erat kaitanya dengan penghasilan dan ststus ekonomi
individu.hal ini di dukung oleh sinaga (2007) yang menyatakan bahwa stress yang di alami oleh
anggota kelompok kelompok sosial ekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.
Masalah keluarga dan pendidikan dapat menjadi pencetus terjadinya skizofrenia hal ini
ditunjukan oleh penelitian Tarrier dkk (1998) yang menemukan bahwa skizofrenia ditemukan
pada 24 responden (33.33%) yang hidup sendiri dan 78 responden tidak mempunyai pendidikan
ataupun keahlian (91%). Hal ini menunjukan bahwa memang kehidudan perkawinan dapat
menjadi pencetus terjadinya skizofrenia jika terjadi akumulasi masalah yang tidak dapat
diselesaikan (Hawari,2001 dalam Corolina, 2008). Begiu juga pendidikan, pendidikan dapat
menjadi sumber koping individu yang dapat membantu individu dalam mengatasi stress (Stuart
& Laraia,2005).

2. Faktor presipitasi

Kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi sejumlah informasi.
Informasi normal diproses melalui aktifitas neoron. Situmulus visual dan audiotory dideteksi dan
di saring oleh kan pada kelien skizoferinia terjadi mekanisme yang abnormal dalam memperoses
informasi adalah faktor kesehehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu ( struat & laria,
2005; stuart, 2009 ).

Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik diotak yang mengatur jumlah dan
waktu dalam peroses informasi. Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awal nya disaring
oleh hipoyalamus dan dikirim untuk diperoses oleh lobus frontal dan bila informasi yang
disampaikan terllu banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal
mengirimkan pesan operload ke ganglia basal dan diingatkan lagi hipotalamus untuk
memperlambat tranmisi kelobus frontal. Penurunan fungsi lobus frontal menyebabkan ganguan
pada peroses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan peroses informasi
overload ( struat & laraia, 2005; struat, 2009). Setersor persipitasi yang lain adanya abnormal
pada pintu mekanisme pada klien skizofrenia, pintu mekanisme adalah peroses elektrik yang
melibatkan elektolit, hal ini memicu penghambatan saraf dan rangsang aksi dan umpan balik
yang terjadi pada sistem saraf. Penurunanj pintu mekanisme/gating proses ini ditujukan dengan
ketidakmampuan individu dalam memilih sitimuli secara selektif ( Hong et al., 2007 dalam struat
2009).
3.Penilaian terhadap stressor

Penilaiian terhadap stressor merupakan penilaiian individu ketika menghadapi stressor yang
datang. Menurut sinaga ( 2007 ), faktor biologis,psikososial dan lingkungan saling menentegrasi
atau sama lain saat individu mengalami setres sedangkan individu sendiri memiliki kerentanan
( diatesis ), yang jika diaktifkan oleh pengaruh stress maka akan menimbilkan gejala skizofrenia.
Model diatesis setres diatas sama seperti model adaptasi struat dan laria ( 2005 ). Penilaian
seseorang terhadap seteresor terdiri dari dan respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu mengalami suatu stressor maka ia akan
merupakan stressor maka ia akan merespon stressor tersebut dan akan tanpak melalui tanda dan
gejala yang muncul.

4. sumber koping

Berdasarkan seteruat dan laraia ( 2005 ), sumber koping merupakan hal yang penting dalam
membantu klien dalam mengatasi stressor yang di hadapinya. Sumber koping tersebut meliputi
aset ekonomi, sosial support, nilai kemmpuan individu mengatasi masalah. Apabila individu
mempunyai sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi
stressor yang ada.

Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang ditunjukan individu ketuka mengalami
streres. Hal tersebut sesuai dengan videbeck ( 2008 ) yang menyatakan bahwa keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan klien skizofrenia.
Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang
memerlukan penyesuaian yang baik bagi klien dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik
terdiri dari empat fase: (1) disonansi kognitif (psikosis aktif),(2) pencapaian wawasan ,(3)
stabilitas dalam semua aspek kehidupan(ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi
kerja atau tujuan pendidikan (ordinariness). Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3
sampai 6 tahun ( Moller,2006, dalam Stuart,2009):

a. Efikasi / kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi gejala dan


menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama memakan waktu 6 sampai 12
bulan.
b. Awal pengenalan diri / insight sebagaio proses mandiri melakukan pemeriksaan realitas
yang dapat diandalkan.pencapaian keterampilan ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan
bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif meliputi keteguhan
melanjutkan hubungan interpersonal normal dan reengaging dalam kegiatan yang sesuai
dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3
tahun.
d. Ordinariness / kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan kemampuan untuk
secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan
usia lengkap dari kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis fase ini
berlangsung selam 2 tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua
terhadap penyakit , keuangan dan keetersediaan energi , dan kemampuan untuk
menyediakan dukungan yang berkelanjutan mempengaruhi jalanya penyesuaian
postpsychotic.

5. Mekanisme Koping
Pada klien skizofrenia , klien berusaha untuk melindungi dirinya dalam pengalaman yang
disebabkan oleh penyakitnya . klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan
yang dialaminya , melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yhang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan terhadap pengalaman internal ( Stuart & Laraia,2005;Stuart,2009).

C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan : Diagnosis Keperawatan NANDA-1 rentang respon
neurobiologis, skizofrenia dan gangguan psikotik(Stuart,2009):
 Anxiety
 Impaired verbal Communication*
 Confusion, Acute
 Compromised family coping
 Ineffective coping
 Decisional conflict
 Hopelessness
 Impaired memory
 Noncompliance
 Disturbed personal identity
 Ineffective role performance
 Self care deficit (bathing/hygiene, dressing/grooming)
 Disturbed sensory perception*
 Impaired social interaction*
 Social Interaction
 Risk of suicide
 Ineffective therapeutic regiment management
 Disturbed thought processes*

(*Diagnosis keperawatan primer rentang respon neurobiologis , skizofrenia dan


gangguan psikotik)

2. Halusinasi

a. Pendengaran
 Melirik mata ke kanan / ke kiri untuk mencari sumber suara
 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang
berbicara/benda mati di dekatnya
 Terlibat pembicaraan dengan benda mati atau orang yang tidak nampak
 Menggerakan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
 Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati
atau stimulus yang tak terlihat
 Tiba lari ke ruangan lain
c. Pengecapan
 Meludahkan makanan atau minuman
 Menolak makanan atau minum obat
 Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
 Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tak enak
 Menghirup bau tubuh
 Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
 Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
 Menampar diri sendiri seakan akan memadamkan api
 Melompat lompat di lantai seperti menghinidari sesuaatu yang
menyakitkan
f. Sintetik
 Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
 Menolak menyelesaikan tugas yang mengguanakan bagian tubuh yang
diyakini tidak berfungsi

3. Tanda dan Gejala Secara umum

a) Data subjektif :
Pasien Mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Melihat bayangan,sinar,bentuk geometris,bentuk kartun, melihat bantu
atau monster
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah,urin atau feses.
f) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b) Data objektif
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga kearah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
6. Ketakuatan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit (kemenkes,2012)

D. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi:Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Pohon masalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi ( Keliat ,2010)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi


2. Diagnosis medis : Skizofrenie
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan SP Klien SP Keluarga


Gangguan persepsi sensori SP 1: SP 1:
Halusinasi:  Membantu pasien  Diskusikan masalah
mengenal yang dirasakan dalam
halusinasi(isi, merawat klien
frekuensi, waktu  Jelaskan pengertian,
terjadinya, situasi tanda gejala dan
pencetus, perasaan proses terjadinya
saat terjadi halusinasi.
halusinasi)  Jelaskan cara merawat
 Menjelaskan cara halusinasi: hardik
mengontrol  Anjurkan membantu
halusinasi: hardik, klien sesuai jadwal
obat, becakap-cakap, dan memberi pujian.
melaukan kegiatan
harian.
 Menganjurkan pasien
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik
halusinasi
 Melakukan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik.

SP 2: SP 2:
 Evaluasi kegiatan  Evaluasi kegiatan
menghardik beri keluarga dalam
pujian merawat/ melatih
 Latihan cara klien menghardik beri
mengontrol halusinasi pujian
 Latih cara mengontrol  Jelaskan 6 benar cara
halusinasi dengan memberikan obat
obat(jelaskan 5 benar:  Latih cara
jenis, guna, dosisi, memberikan/membim
frekuensi, cara, bing minum obat
kontinuitas minum  Anjurkan membantu
obat) klien sesuai jadwal
 Masukan pda jadwal dan memberi pujian.
kegiatan untuk latihan
menghardik dan
minum obat

SP 3: SP 3:

 Evaluasi kegiatan  Evaluasi kegiatan

harian menghardik & keluarga dalam

obat ,. Beri pujian. merawat/melatih


klien, menghardik dan
 Latih cara mengontrol
memberikan obat, beri
halusinasi dengan
pujian.
bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi  Jelaskan cara
bercakap-cakap dan
 Masukan pada jadwal
melakukan kegiatan
kegiatan untukl
untuk mengontrol
latihan menghardik,
halusinasi
minum obat dan
bercakap-cakap  Latih dan sediaan
waktu bercakap-cakap
dengan klien terutama
pada saat halusinasi
 Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian
SP 4:
 Evaluasi kegiatan
harian menghardik , SP 4:
minum obat &  Evaluasi kegiatan
becakap-cakap , beri keluarga dalam
pujian merawat /melatih
 Latih cara mengontrol klien menghardik,
halusinasi dengan pemberian obat, dan
melakukan kegiatan bercakap-cakap, beri
harian (mulai 2 pujian
kegiatan)  Jelaskan follow up
 Masukan pada jadwal RSJ/PKM , tanda
kegiatan untuk latihan kambuh rujukan
menghardik , minum  Anjurkan membantu
obaat , bercakap- klien sesuai jadwal
cakap dan kegiatan dan memberikan
harian pujian
G. Rencana tindakan keperaawatan spesialis:

a. Terapi Individu : terapi perilaku

b. Terapi Kelompok : psikoedukasi kelompok

c. Terapi Keluarga : triagle terapi

d. Terapi Komunitas :assertive comunity therapy (SAK, FIK-UI,2014)

H. Rencana tindakan medis/psikofarmaka:


a. anti psikotik

1. Chlorpromazine(promactile, largactile)

2. Haloperidol( haldol,serenace, lodomer)a

3. Stelazine

4.clozapipne(clozaril)

5. Risperidone( risperdal)

b. antiparkinsonn

1. trihexyphendilie

2. Arthan

BAHAN BACAAN
NANDA. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2009-2011. Philadelphia:
NANDA International

Townsend, M.C (2009). Psychiatrich mental health nursing. Concepts of care in evidence-
based practice. Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

Keliat, B.A., (2011) Model praktik keperawatan professional. Jakarta: EGC

Lelono, S.K. (2011). Efectivitas cognitive behaviour therapy (cbt) dan rational emotive
behaviour therapy (rebt) pada perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah di rumah
sakit marzoeki mahdi bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005) Principles and practice of pshyciatrich nursing, 8 ed.
Missouri: Mosby, Inc

Anda mungkin juga menyukai