Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Anatomi Hernia

2.2. Definisi Hernia


Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus (Giri Made Kusala, 2016).
Menurut Syamsuhidayat (2014), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong,
dan isi hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2014), Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan
materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau
organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah
kulit atau menuju rongga lainnya (kanalisinguinalis).
2.3. Etiologi

Menurut Giri Made Kusala (2016), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
hernia adalah

a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2016).
b. JenisKelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada
buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
(Giri Made Kusala, 2016).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis
inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ
melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-
otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi
yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan
ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2016)

2.4. Klasifikasi Hernia


2.4.1. Berdasarkan Terjadinya
a). Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2016).
b). Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang
dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan
dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2016).

2.4.2. Berdasarkan sifatnya


a). Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
b). Herniaireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2016).
c). Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi,
2016).
2.4.3. Berdasarkan Letaknya
a). Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian
pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat
paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan
tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2014).
Menurut Erfandi (2016), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang
tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
b). Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini
lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara
bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2014).
Menurut Erfandi (2016), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada
wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi
seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
c). Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh
saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2014).
d). Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan
jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung
zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan
(kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana
korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah,
2014).
Menurut Syamsuhidayat (2014), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong
hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2014).
Menurut Erfandi (2016), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria
daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
2. Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentuminguinale di bagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di
bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis,
karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2014).
Menurut Erfandi (2014), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini
lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area
yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila
hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis
2.5. Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2014), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai
berikut :
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau
skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila
pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
b. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung
hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh
anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase
segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara
klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi
: saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet
), atau ovarium.Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil,
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui
annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh
ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari
ovarium.

d. Gambaran klinik hernia


Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Sakit Toksik
Reponibel/bebas
Ireponibel/akreta
Inkarserata
Strangulata +

2.6. Tanda dan Gejala


Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa
mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi,
mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa
nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.

2.7. Patofisiologi dan pathway


2.7.1. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2014), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia.
Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2016).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan
lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain
terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah
apendiktomi (Erfandi, 2016).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di
atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup
yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu
menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan
mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) (Erfandi, 2016).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal
reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Arief
Mansjoer, 2014). Pada hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin,
mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia ini
jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2017).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah
rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen
kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila hernia di
sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2014).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun
yang akan berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi
sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu
kematian (Jennifer, 2017)
Pathway hernia
2.8. Penatalaksanaan hernia
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.9. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,
maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat
lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan
operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi
usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

2.10. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.

2.11. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum
sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak
serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian
perut.
c) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur
tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan
hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d) Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan
muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu
.apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
3. Pengkajian fisik ROS
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai
kesakitan, konjungtiva anemis.
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.
e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya
benjolan diselangkangan .
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
4. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga
yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b) Pola nutrisi dan metabolik


Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah
satu ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko
ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.

2.12.2. Analisa data

a. Pre op
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Pasien mengatakan nyeri pada daerah selangkangan
Do;
P : Nyeri pada selakangan apabila melakukan aktivitas berat nyeri
bertambah
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah selangkangan (Iliaka )
S : skala 7-8
T : Nyeri dirasakan hilang timbul Terjepitnya hernia Gangguan
rasa nyaman (nyeri)
2 Ds : Pasien mengatakan mual tidak nafsu makan
Do : klien tampak lemah dan lemas
A : BB turun
B : Hb < 12 ,
C : Konjungtiva Anemis
D : Diet Makan tinggi serat dan protein
3. Anoreksia Nutrisi kurang dari kebutuhan
Ds : Pasien mengatakan sangat cemas ketika mengetahui akan dilakukan
proses pembedahan
Do : pasien nampak bingung
RR : > 24x/mnt
N : >80 x/mnt
TD : >120/90 mmHg
S : 37,5 0C Proses pembedahan Ansietas

b. Post op

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : -
Do : adanya insisi pembedahan Diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan Resiko infeksi
2 Ds : pasien mengatakan tidak bisa tidur
Do : - Waktu tidur pasien 4 jam
- Pasien nampak mengantuk
- Pucat dan lelah Nyeri akut sekunder dengan post op Gangguan pola
tidur

2.12.3. Diagnosa

a. Pre op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia
.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
b. Post op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan
post op.

2.12.4. Rencana keperawatan

a. Pre op
No No Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 1 setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien
tidak nyeri dengan KH:
- TTV normal : (TD : :110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
-pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien tidak meringis kesakitan. 1. Observasi TTV

2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.

5. Berikan lingkungan yang tenang.

6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk


mengetasi nyeri.

7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya morfin ,


metadon dll.

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.


2. Untuk mengetahui skala nyeri.
3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
4. untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.

7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

2 2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam nutrisi


terpenuhi dengan KH :
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan habis
- BB Naik

1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan
tinggi karbohidrat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien

1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi.

2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan


cairan.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi yang sesuai kebutuhan pasien
3 3 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam Kecemasan
berkurang dengan KH :
- TTV normal : ( TD : 110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
- Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
- Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya (bila dilakukan operasi).

1. Observasi TTV
2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.
4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan
penyakit & progno-sisnya.
5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh
klien
6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan /
ketegangan.
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan
klien sehingga dahkan penanganan/pemberian askep se-
lanjutnya.
3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan
perlu dirawat.
5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan
bantuan.
6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas
7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena
sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram
perawatan.

b. Post op
No NO Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam pasien
tidak menunujukan adanya infeksi dengan
KH :
- TTV Normal ( TD : 110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,50 - 37,50.C)
- Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan
fungsiolensa)
- leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000
- Luka bersih, tidak lembab dan kotor.

1. Pantau tanda- tanda vital


2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,


kateter, drainase luka, dll
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.

5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.


1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2. perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
3. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal


membuktikan adanya tanda-tandainfeksi.
5. Antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien
dapat tidur dengan nyenyak dengan KH :
- Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan
kuantitas tidur normal yakni 8 jam sehari
- 1. Berikan untuk beristirahat / tidur sejenak.

2. Anjurkan latihan pada siang hari.

3. Turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.

4. Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi


hari.
5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
6. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih
sebelum tidur.

7. Kolaborasi untuk pemberihan obat sesuai dengan indikasi :

a. Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan)


dantrasolon (Desyrel).
b. Obat hipnotik.
1. Meminimalkan kekelahan yang mana dapat mempengaruhi
waktu tidur.
2. Untuk memberikan waktu tidur yang cukup pada waktu malam
hari
3. Penurunan mental dapat meningkatkan kecemasan dan dapat
menghambat waktu tidur.
4. Penigkatan stress dapat melanggar pola tidur sehingga tidur tidak
pulas
5. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
6. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.

7. a. Mungkin efektif dalam menangani Pseudodimensia atau


depresi, meningkatkankemampuan untuk tidur
b. hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomnia
atau sindrom sundowner.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Definisi Hernia
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah
pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi
di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri
Made Kusala, 2009).

3.1.2. Etiologi dari hernia : Menurut Giri Made Kusala (2009) :


1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penyakit penyerta
4. Keturunan
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Pekerjaan
8. Kelahiran prematur

3.1.3. Klasifikasi :
a. Berdasarkan terjadinya : Hernia bawaan dan didapat
b. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel , ireponibel dan
strangulata.
c. Berdasarkan letaknya : Hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan
inguinalis.

3.1.4. Manifestasi klinis.


a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
b. Nyeri
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah

3.1.5. Tanda dan gejala


a. Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau
kelingsir.
b. adanya benjolan di selakanganya/kemaluan
c. rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah
ada komplikasi
3.1.6. Asuhan keperawatan pada pasien hernia meliputi
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa
a. pre op
b. post op
3. Rencana keperawatan
a. Pre op
b. Post op

3.2. Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan
benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang
lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3.2.3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya
untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien hernia.

Anda mungkin juga menyukai