SINDROM NEFROTIK
Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
1. Alimatul Misbah Almuniroh (201701162)
2. Riska Ramadhani (201701164)
3. Khuzaimatul Abidah (201701147)
4. Irerika Nur Fiana (201701137)
5. Ahmad Aris Abdillah (201701152)
S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang SINDROM NEFROTIK ini
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1.1 Pengertian 5
2.1.2 Etiologi 6
2.1.3 Patofisiologi 8
2.1.5 Klasifikasi 12
2.1.6 Komplikasi 13
2.1.8 Penatalaksanaan 14
2.2.1 Pengkajian 17
iii
2.2.3 Diagnosa keperawatan 19
2.2.4 Intervensi 19
2.2.5 Evaluasi 26
DAFTAR PUSTAKA 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
. Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria
kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000 anak berusia di
bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per
tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu
penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun 1995-2000.
Menurut Behrman dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2001)
tinjauan dari Robson, dari 1400 kasus, beberapa jenis glomerulonefritis merupakan
penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak
(Price, 1995).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak masih
tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Menurut Raja
Sheh angka kejadian kasus sindrom nefrotik di asia tercatat sebanyak 2 kasus tiap
1
sindrom nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14
terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital,
tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan
sebagai lesi minimal, sebagian besar memberikan respons terhadap pengobatan steroid
laboratorium untuk memperkirakan jenis lesi pada anak yang menderita SN. Gambaran
klinis dan laboratorium tersebut adalah usia saat serangan pertama, jenis kelamin,
hipertensi, hematuria, rerata kadar kreatinin, komplemen C3, dan kolesterol serum.
sebesar 80-85% adalah resisten seroid. Sampai saat ini, belum terdapat data gambaran
2
dan sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) akan memberikan gambaran klinis yang
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ISKDC. Kadar protein nonalbumin
diikutsertakan pula dalam penelitian ini karena belum pernah diteliti sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara berbagai gambaran klinis dan
etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya
Berdasarkan uraian latar belakang diatas kami dapat menarik kesimpulan tujuan
3
2. Untuk mengetahui tentang penyebab sindrom nefrotik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan
Sindrom Nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis meliputi hal
2. Hipoalbuminemia .
3. Edema.
5
2.1.2 Etiologi
dianggap sebagi suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria,
beberapa golongan:
a. Kelainan minimal
6
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefritis poliferatif
basalis di mesangium.
Pada kelainan ini yang mencolok sclerosis glomerulus. Sering di sertai atrofi
7
2.1.3 Patofisiologi
namun organ ini tidak mampu untuk terus menerus hilang melalui ginjal sehingga
terjadi hipoalbuminemia.
cairan yang berpindah dari system vascular ke dalam ruang cairan ekstraseluler.
(hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsic atau
dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang
8
Respons perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional akan
progresif cepat.
amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus sistemik, dan thrombosis vena renal
glomerulus darah
9
Sindrom Nefrotik
kebutuhan
10
2.1.4 Manifestasi klinis
3. Anoreksia
4. Iritabilitas
6. Proteinuria
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik
adalah:
e. Lipid uria.
11
2.1.5 Klasifikasi
syndrome).
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat
Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala
12
2.1.6 Komplikasi
D. Kerusakan kulit
F. Peritonitis.
a) Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna
2) Darah
13
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat
steroid.
2.1.8 Penatalaksanaan
keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai
1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah
14
keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester
atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester
cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak
mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab
e. Kemoterapi:
15
2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk
siklofosfamid.
dekubitus.
6) Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali
berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah
sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua
16
Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena
2.2.1 Pengkajian
Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki. Pada pengkajian
2. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji apakah klien
pernah menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit
diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya. Penting dikaji tentang
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
dan dokumentasikan.
yang bengkak akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptive
pada klien.
17
2.2.2 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran
biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak dapatkan adanya perubahan.
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan napas yang
B4(bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola.
abdomen.
18
2.2.3 Diagnosa keperawatan
kesehatan.
2.2.4 Intervensi
sistemik.
Kriteria evluasi:
19
Intervensi Rasional
cairan
Istirahatkan/tirah baring klien pada saat edema Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
mengurangi edema
hipoksia/iskemia.
20
Kolaborasi:
paru.
21
Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak
intestinal.
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
22
Beri makanan dalam keadaan hangat dan Untuk meningkatkan selera dan
porsi kecil serta diet TKTPRG (Tinggi mencegah mual, mempercepat perbaikan
Kalori Tinggi Protein Rendah Gula). kondisi, serta mengurangi beban kerja
jantung.
harian.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
23
kesempatan jaringan yang mengalami
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol
kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan mencegah aktivitas berlebihan.
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Untuk mengetahui fungsi jantung, bila
pesanan. jaringan.
24
Monitor adanya dispnea, sianosis, Melihat dampak dari aktivitas terhadap
aktivitas.
Berikan diet seuai pesanan (pembatasan Untuk mencegah retensi cairan dan
perubahan kesehatan.
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
perilaku merusak.
25
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
diharapkan.
diekspresikan.
2.2.5 Evaluasi
4. Penurunan kecemasan.
26
DAFTAR PUSTAKA