Anda di halaman 1dari 31

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan
judul “gangguan perdarahan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Daftar Isi
Kata pengantar ...............................................................................................

Daftar isi .........................................................................................................

Bab 1 pendahuluan ........................................................................................

Bab 11 pembahasan .......................................................................................

A. Pengertian gangguan perdarahan...................................


B. Gangguan perdarahan awal dan lanjut...........................
C. Gangguan perdarahan pasca persalinan.........................

BAB 111 PENUTUP.........................................................................................

Kesimpulan ........................................................................

Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang


memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapat faktor-
faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia, paritas tinggi,
dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang penyebabkematian yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya (direct obstetric
death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga
dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi. Salah satu faktor
reproduksi ialah ibu hamil dan paritas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematian
perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok

BAB 11

GANGGUAN PERDARAHAN

Perdarahan adalah kehilangan produk darah baik di dalam maupun di luar tubuh. Pada tubuh
sebenarnya ada suatu proses pembekuan darah yang mencegah perdarahan terus terjadi.
Proses pembekuan darah yang disebut dengan koagulasi merupakan perubahan bentuk darah dari
cair menjadi gumpalan yang disebut trombus. Ketika Anda terluka umumnya darah menggumpal
untuk mencegah kehilangan darah dalam cukup banyak. 
Terkadang kondisi tertentu mencegah darah membeku dengan baik dan
mengakibatkan pendarahan berat dan cukup lama. Gangguan pendarahan dapat menyebabkan
pendarahan abnormal baik di luar maupun di dalam tubuh. 

Penyebab

Gangguan pendarahan sering terjadi karena darah tidak dapat membeku dengan baik. Agar darah
membeku, Anda memerlukan protein darah yang disebut sebagai faktor koagulasi dan sel darah
yang disebut dengan platelet. 

Umumnya platelet menggumpal untuk membuat sumbatan pada daerah yang terluka
atau pembuluh darah yang rusak. Faktor koagulasi kemudian berkumpul untuk membentuk
jaring-jaring fibrin. Hal ini mencegah platelet keluar dan darah mengalir dari pembuluh darah.

Seseorang dengan gangguan pendarahan, biasanya memiliki faktor penggumpal dan platelet


yang tidak bekerja dengan baik atau dalam jumlah sedikit di dalam tubuh. 

Ketika darah tidak menggumpal, akan terjadi pendarahan yang cukup besar dan lama. Hal ini
juga dapat menyebabkan pendarahan spontan atau tiba-tiba pada otot, sendi atau bagian
tubuh lainnya.

Sebagian besar gangguan pendarahan merupakan penyakit turunan, maksudnya diwariskan


dari orang tua pada anak. Beberapa gangguan muncul sebagai akibat dari kondisi medis seperti
sakit liver. Gangguan pendarahan bisa juga disebabkan oleh hal-hal berikut:

 Jumlah sel darah merah rendah


 Kekurangan vitamin K
 Efek samping dari obat-obatan tertentu. Misalnya adalah penggunaan antikoagulan yang
mengganggu proses pembekuan darah.

Jenis Gangguan Pendarahan

Gangguan pendarahan darah bisa jadi diwariskan atau diperoleh. Gangguan yang diwariskan
biasanya diturunkan secara genetik. Gangguan yang diperoleh muncul atau terjadi secara spontan
di kemudian hari. Beberapa gangguan pendarahan mengakibatkan pendarahan setelah
terjadi cedera atau kecelakaan. Beberapa pendarahan berat terjadi tiba-tiba tanpa sebab tertentu.
Berikut adalah beberapa gangguan pendarahan yang umum terjadi:

 Hemofilia tipe A dan B, keadaan yang terjadi ketika kadar faktor pembeku darah cukup
rendah. Hal ini mengakibatkan pendarahan yang berat dan tidak wajar pada sendi.
Meskipun hemofilia jarang terjadi namun hal ini dapat menjadi komplikasi yang cukup
serius.
 Kekurangan faktor II, V, VII, X atau XII, merupakan gangguan pendarahan yang
berkaitan dengan masalah pembekuan darah atau masalah pendarahan abnormal.
 Penyakit Von Willebrand, merupakan gangguan pendarahan genetik yang paling sering
terjadi. Penyakit ini muncul ketika darah kekurangan faktor Bin Willebrand yang
membantu dalam pembekuan darah.

Gejala

Gejalanya dapat bermacam-macam tergantung jenis gangguan pendarahan.


Beberapa gejala utamanya yaitu:

 Mudah memar tanpa sebab yang jelas


 Pendarahan menstruasi cukup berat
 Sering mimisan
 Pendarahan besar ketika cedera atau tergores kecil
 Pendarahan dalam sendi

Jadwalkan pemeriksaan dengan dokter segera jika Anda memiliki satu atau lebih gejala di atas.
Dokter dapat mendiagnosis kondisi Anda dan membantu mencegah komplikasi yang
berhubungan dengan gangguan pendarahan.
Diagnosis

Cara mendiagnosis gangguan pendarahan adalah dengan menanyakan gejala dan


riwayat kesehatan Anda. Mereka juga akan melakukan pemeriksaan fisik. Pastikan untuk
menyebutkan hal berikut ketika memeriksakan diri ke dokter:

 Kondisi medis Anda


 Obat atau suplemen yang sedang Anda gunakan
 Luka atau trauma yang baru saja terjadi
 Seberapa sering mengalami pendarahan
 Berapa lama pendarahan berhenti
 Hal yang Anda lakukan sebelum pendarahan terjadi

Setelah mengumpulkan informasi ini, dokter akan melakukan tes darah untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat. Beberapa tes tersebut yaitu:

 Menghitung jumlah darah lengkap, menghitung jumlah darah merah dan putih dalam
tubuh Anda
 Tes kumpulan platelet, mengecek seberapa baik platelet menggumpal
 Tes seberapa lama pendarahan, mengukur seberapa cepat darah menggumpal untuk
mencegah pendarahan

Pengobatan

Meskipun pengobatan tidak dapat menyembuhkan gangguan pendarahan namun dapat


membantu meringankan gejala yang berkaitan dengan gangguan. Pengobatan tersebut yaitu:

Suplemen zat besi Jika Anda mengalami pendarahan yang berat, dokter akan meresepkan
suplemen zat besi untuk mengembalikan jumlah zat besi dalam tubuh. Kadar zat besi yang
rendah mengakibatkan anemia karena kekurangan zat besi. Kondisi ini dapat membuat Anda
merasa lemah, lesu dan pusing. Jika pemberian suplemen zat besi tidak membuat keadaan
membaik, Anda mungkin memerlukan transfusi darah.

Transfusi darah Transfusi darah menggantikan darah yang hilang dengan darah dari donor.
Jenis darah donor harus sama dengan jenis darah pada penerima untuk mencegah komplikasi.
Prosedur transfusi hanya dapat dilakukan di rumah sakit.

Pengobatan lain Beberapa gangguan pendarahan dapat diobati dengan obat oles atau semprot.
Sementara gangguan lain seperti hemofilia dapat diobati dengan terapi pengganti faktor. Terapi
ini dilakukan dengan menyuntikkan konsentrasi faktor pembeku darah ke aliran darah. 

Suntikan ini dapat mencegah atau mengatur agar tidak terjadi pendarahan besar. Anda juga dapat
melakukan transfusi plasma darah jika Anda kekurangan faktor penggumpal darah tertentu. 

Plasma darah mengandung dua protein yaitu faktor V dan VIII yang penting dalam pembekuan
darah. Transfusi plasma darah harus dilakukan di rumah sakit.

Komplikasi Komplikasi terjadi apabila penanganan gangguan pendarahan terlambat diberikan.


Beberapa komplikasi tersebut yaitu:

 Pendarahan pada saluran pencernaan
 Pendarahan pada otak
 Pendarahan pada sendi
 Nyeri sendi
 Gangguan tumbuh kembang pada anak yang menderita gangguan pembekuan darah
bawaan

Komplikasi juga dapat terjadi jika pendarahan cukup berat dan mengakibatkan kehilangan darah
cukup banyak. Hal ini sangat berbahaya bagi wanita jika tidak segera ditangani. Pendarahan
yang tidak segera ditangani meningkatkan resiko saat melahirkan, menyebabkan keguguran dan
sebagainya. Wanita yang mengalami pendarahan saat menstruasi dapat mengalami anemia.
Wanita dengan endometriosis dapat kehilangan banyak darah dari pendarahan yang tidak terlihat
karena tersembunyi di dalam perut atau pelvis. Segera periksakan diri ke dokter jika memiliki
gejala gangguan pendarahan. Mendapatkan pengobatan yang tepat mecegah terjadinya
komplikasi yang berbahaya.

PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN

1. 1. GANGGUAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN

1. Perdarahan awal kehamilan & perdarahan kehamilan lanjut

2. Perdarahan pada pasca persalinan

3. Syok Hemoragi

4. Gangguan pembekuan pada masa kehamilan Many kinds :

2. 1. Perdarahan selama kehamilan Awal Kehamilan Terjadi pada kehamilan < 22 mg 


Curiga : AB, KE, Kehamilan Mola Kehamilan Lanjut  Terjadi pada kehamilan > 22
mgg sampai menjelang persalinan  Curiga : Plasenta previa, solusio Placenta
3. . Abortus  Adalah berakhirnya kehamilan sblm janin dpt hidup di dunia luar, tanpa

mempersoalkan penyebabnya.  Pada usia kehamilan < 20 mgg atau < 22 mgg
4. Many kinds Based on symptoms :  Abortus spontan  Penghentian kehamilan sebelum
janin mencapai viabilitas  Ab. imminens; Ab. Insipiens; Ab. Inkomplet; Ab. komplet 
Abortus provokatuS Medisinalis  Dihentikannya kehamilan untuk tujuan indikasi medis
 Abortus tidak aman  Prosedur abortus yang dilakukan dengan prosedur dan oleh
orang yang tidak memenuhi standar medis minimal  Abortus septik  Abortus yang
mengalami komplikasi infeksi
5. ETIOLOGY

1. Faktor janin

2. Faktor maternal

3. Faktor eksternal
6. Manajemen kasus Abortus Imminens  Tidak ada pengobatan khusus  Tirah baring 
Kurangi aktivitas fisik  Kurangi aktivitas seksual  Anjurkan pemeriksaan USG  Tidak
perlu terapi hormonal atau penghilang rasa mules
7. . Usia kehamilan kurang dari 16 minggu  Rujuk ke dokter  Evakuasi uterus dengan

Aspirasi Vakum Manual (AVM)  Bila tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin
0.2 mg atau misoprostol 400 mcg oral (harus dirawat)  Segera lakukan persiapan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus  Usia kehamilan lebih dari 16 minggu  Rujuk ke
dokter  Tunggu ekspulsi spontan, kemudian evakuasi sisa-sisa konsepsi  Infus
oksitosin 20 U dalam 500 ml NaCl atau RL, 40 tetes/menit  Pastikan untuk tetap
memantau kondisi ibu setelah penanganan. Manajemen kasus Abortus Insipiens
8. . Manajemen kasus Abortus Inkompletus Usia kehamilan kurang dari 16 minggu  Rujuk

ke dokter  Perdarahan sedikit  lahirkan secara digital atau dengan cunam ovum.
Berikan ergometrin 0.2 mg IM atau misoprostol 400 mcg oral  Perdarahan banyak 
AVM, ergometrin 0.2 mg IM atau misoprostol 400 mcg oral  Usia kehamilan lebih dari
16 minggu  Rujuk ke dokter  Infus oksitosin 20 U dalam 500 ml NaCl atau RL 40
tts/m  Berikan misoprostol 200 mcg pervaginam tiap 4 jam (maksimal 800 mcg) 
Evakuasi sisa konsepsi  Bila tidak ada tanda2 infeksi, beri antibiotik profilaksis
(ampisilin 500 mg oral at doksisiklin 100 mg)  Bila terdpt infeksi, beri ampisilin 1 gr
dan metronidasol 500 mg setiap 8 jam  Bila pasien tampak anemis  sulfas ferosus 600
mg perhari slm 2 mgg
9. Manajemen kasus Abortus Kompletus  Tidak perlu evakuasi  Observasi perdarahan 
Pantau kondisi ibu  Apabila pasien anemia sedang : berikan tablet Sulfas Ferrosus 600
mg/hari slm 2 mgg + KIE makanan yg bergisi  Apabila anemia berat : transfusi darah 
Apabila tdk ada tanda2 infeksi : tdk perlu antibiotik, tp apabila khawatir terjadi infeksi
berikan antibiotik profilaksis  Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut
10. diagnosa serviks uterus Gejala/tanda tindakan Imminens tertutup Ssi usia gestasi  kram

perut bawah Uterus lunak  observasi perdarahan Istirahat Hindari koitus Insipiens
terbuka Ssi usia gestasi  kram at nyeri perut bawah Blm ada ekspulsi hasil konsepsi 
evakuasi Inkomplet us terbuka Ssi usia gestasi kram at nyeri perut bawah  sebagian
ekspulsi hasil konsepsi evakuasi Kompletus tertutup > Kecil usia gestasi Sedikit/tanpa
nyeri perut bawah Riwayat ekspulsi hasil konsepsi Tdk perlu terapi spesifik kecuali ada
perdarahan at infeksi Kesimpulan
11. Abortus Febrilis  Adalah abortus inkompletus atau insipiens yg disertai infeksi  Tanda

:  Demam  Lokhea berbau  Nyeri di atas simpisis/ di bawah perut  Abdomen


kembung atau tegang  Penatalaksanaan :

1. Rujuk Ke RS

2. Sebelum rujukan  cairan NS at RL mll infus dan berikan antibiotik mis. Ampisilin 1
gr dan metronidazol 500 mg

12. ABORTUS TERTUNDA/MISSED ABORTION  Adalah buah kehamilan yg telah

mati tertahan dlm rahim slm 8 mgg atau lebih.  Anamnesa : perdarahan ada /tidak 
Pemeriksaan :  Rahim mengecil  absorsi air ketuban & maserasi janin  DJJ tdk ada 
Buah dada mengecil kembali  Px penunjang : USG, lab (Hb, trombosid, fibrinogen,
waktu perdarahan, waktu pembekuan, dan waktu protombin)

Manajeman kasus Abortus tertunda  Ditangani di RS atas pertimbangan : 1. Plasenta


melekat sangat erat di dlm rahim  evakuasi lebih sulit & resiko porforasi lebih tinggi

2. Pada umumnya kanalis servikalis dlm keadaan tertutup  perlu dilatasi dgn laminaria
slm 12 jam

3. Tingginya kejadian komplikasi hiperfibrnogenemia yg berlanjut dgn gangguan


pembekuan darah

13. ABORTUS HABITUALIS Adalah abortus spontan yg terjadi 3 kali berturut2 atau lebih
Cenderung terjadi pada primi tua ETIOLOGI Kelainan genetik (kromosonal), kelainan
hormonal (imunologik), kel. Anatomik PENGELOLAAN : Tergantungan penyebabnya
14. ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS

1. KOMIAWI pemberian scr ekstrauterin at intrauterin obat abortus mis ; prostaglandin,


antiprogesteron, at oksitosin
2. MEKANIS Pemasangan batang LAMINARIA  Dilatasi servik dilanjutkan dgn
evakuasi dilator heger kuretage Histerotomi

15. Pemantauan pasca abortus 15 % kejadian dari seluruh kehamilan  Berikan dukungan
untuk kehamilan berikutnya Anjurkan istirahat dulu sebelum hamil lagi Anjurkan
menggunakan kontrasepsi bila kehamilan tersebut bukan kehamilan yang diinginkan
(kondom, pil, suntikan, implan, AKDR, tubektomi)
16. Kehamilan yang terjadi di luar rongga uterus KET Diagnosis banding: abortus imminens,
usus buntu, kista ovarium terpuntir Kehamilan Ektopik
17. KE Tanda-tanda kehamilan Nyeri perut bawah KET Pingsan Syok Nyeri perut Akut
abdomen Pucat Penatalaksanaan :

1.Rujuk ke RS

2.KIE prognosis kesuburan dan kontrasepsi

3.Perbaiki anemia dengan SF 4.Kunjungan pada

4 minggu berikutnya

18. Kehamilan dengan proliferasi vili korialis yang abnormal Dasar Diagnosa 1. Anamnesa
Amenore Mual muntah Perdarahan pervaginam Perut > besar Gerakan janin (-)
MOLAHIDATIDOSA

2. Ginokologis Uterus > dari usia kehamilan Tanda pasti kehamilan (-) 3. Laboratorium
USG kantong/bagian janin (-) yg kelihatan gambaran vesikuler

19. Manajemen kasus molahidatidosa Penanganan Rujuk ke dokter Evakuasi kehamilan


Penanganan lanjutan Anjurkan pemakaian kontrasepsi hormonal Pemantauan HCG
setiap 8 minggu selama 1 tahun
20. Perdarahan Kehamilan Lanjut Plasenta Previa Solutio Plasenta Perdarahan pada
kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan Plasenta berimplantasi
pada segmen bawah rahim & menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum 
Tanda & gejala :
1. Perdarahan tanpa nyeri

2. Darah segar atau kehitaman dengan bekuan

3. Perdarahan setelah BAK atau BAB, aktivitas, kontraksi Braxton Hicks atau koitus

4. Banyak terjadi pada grande multipara Plasenta previa

21. Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta

1. Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh plasenta.

2. Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan plasenta.

3. Plasenta letak rendah : berada pada segmen bawah rahim Klasifikasi

22. Manajemen kasus Plasenta Previa

1. Jangan melakukan pemeriksaan dalam

2. Pasang infus NaCl 0.9% atau RL

3. Segera rujuk ke RS  Bila perdarahan banyak  segera SC  Bila perdarahan sedikit


dan bayi prematur  rawat di RS  Bila perdarahan sedikit dan bayi sudah matur  SC
berencana

23. adh terlepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum bayi
dilahirkan Tanda & gejala : Perdarahan dengan nyeri intermitten atau menetap  uterus
mengeras Darah kehitaman dan cair, bisa saja ada bekuan bila baru terjadi Jika ostium
terbuka terjadi perdarahan berwarna merah segar Solusio/ Abruptio Plasenta
24. Faktor predisposisi Hipertensi Versi luar Trauma abdomen Hidramnion Gemelli
Defisiensi gizi
25. Syok (dapat tidak sesuai dengan perdarahan) Anemia berat Gerak janin melemah atau
hilang Gawat janin Uterus tegang dan nyeri Komplikasi
Solusio plasenta totalis : plasenta terlepas seluruhnya.  Solusio plasenta partialis :
plasenta terlepas sebagian  Ruptura sinus marginalis : sebagian kecil pinggir plasenta
yang terlepas. Klasifikasi menurut derajat pelepasannya

26. 1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma


retroplacenter

3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion Klasifikasi


menurut bentuk perdarahannya

27. Manajemen kasus perdarahan Solusio Plasenta

1. Segera rujuk ke rumah sakit terdekat

2. Lakukan uji pembekuan darah

3. Transfusi darah segar

4. Segera akhiri kehamilan

PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT

PLASENTA PREVIA

A 1. Pengertian Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta.
Yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Manuaba, 2008). Plasenta
previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
(Sulistyawati.2009). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. (Mochtar,1998).
2. Klasifikasi Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi
dalam bentuk klinis, yaitu:

1. Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan
4 cm.
2. Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis
servikalis.
3. Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum. 4. Plasenta
Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium uteri
internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.
Menurut de snco diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada pembukaan 4-5
cm. Menurut jenisnya plasenta previa terbagi atas:
a. Plasenta previa totalis Plasenta menutupi ostium uteri seluruhnya pada pembukaan 4cm
plasenta sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau
identik dengan garis tengah ostium uteri internum.
b. Plasenta previa lateralis Bila menutupi ostium uteri internum sebagianpada
pembukaan 4cm.
c. Plasenta previa marginalis Bila tepi plasenta berada pada tepi ostium uteri internum
pada pembukaan 4 cm. d. Plasenta previa letak rendah Bila tepi bawah plasenta masih
dapat disertai dengan jari melalui ostium juteri internum pada pembukaan 4cm.
3. Tanda dan gejala Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.
a. Gejala utama Perdarahan yang terjadi bias sedikit atau banyak perdarahan yang
berwarna merah segar,tanpa alas an dan tanpa rasa nyeri.
b. Gejala klinik
1. Perdarahan yang terjadi bias sedikit atau banyak, perdarahan yang terjadi pertama kali
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal,perdarahan berikutnya hamper selalu
lebih banyak
dari sebelumnya,perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2. Kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah
menurun,anemia disertai dengan ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat
menimbulkan syok sampai kematian.
3. Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
4. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
5. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pap dan tidak jarang terjadi letak janin,
letak janin (letak lintang atau letak sungsang),
6. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus janinya masih hidup perdarahan yang mengganggu sirkulasi
retroplasenter yang menimbulkan asfiksia intrauterine sampai kematian. Hemoiglobin
berkisar 5,9% dapat menimbulkan kematian janin serta ibunya.
4. Etiologi Beberapa faktor etiologi dari plasenta previa tidak diketahui tetapi diduga hal
tersebut berhubungan dengan adnormalitas dan vaskularisasi endometrium yang
mungkin disebabkan oleh timbulnya parur akibat trauma operasi/infeksi (mochtar.1998).
perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada
trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan
segmen bawah rahim untuk berkontraksi secara adekuat. Penyebab secara pasti belum
diketahui dengan jelas menurut beberapa pendapat ahli,penyebab plasenta previa yaitu:
a. Menurut manuaba (1998) placenta previa merupakan implantasi disegmen bawah
rahim yang disebabkan: - Endometrium difundus uteri belum siap menerima implantasi -
Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu member
nutrisi pada janin, - Vili korealis pada chcrion leave yang peristen b. Menurut mansjoer
(2011) etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat pada: -
Grandemultipara - Primigravida tua - Bekas section caesrea - Bekas operation - Kelainan
janin - Leiomioma uteri
5. Predisposisi a. Menurut manuaba (1998) factor yang dapat meningkatkan kejadian
plasenta previa yaitu: 1. Umur <20 tahun dan >35 tahun 2. Paritas Pada multipara
endometrium yang cacat seperti: bekas operasi,bekas kuretase atau manual plasenta 3.
Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip 4. Malnutrisi Karena plasenta
previa mencari tempat implantasi yang lebih subur. 5. Bekas persalinan berulang Dengan
jarak kehamilan <2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun 6. Komplikasi Menurut prawirohardjo
(1997) komplikasi pada plasenta previa yaitu: a. Prolaps tali pusat b. Prolaps plasenta c.
Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu debersihakn dengan
kerokan d. Robekan : robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan postpartum f. Infeksi karena perdarahan yang banyak g. Bayi premature
atau lahir mati 7. Patofisiologis Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketikmampuan
serabut oto segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otit uterus yang menghentikan perdarahan pada kala iii dengan
plasenta yang tidak normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan
terjadi,oleh karena itu, perdarahan pada placenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari
pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai. 8.
Penatalaksanaan Menurut prawirohardjo (1997) penanganan pasif a. Perhatian,tiap-tipa
perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial) harus dikirim
kerumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal(easmon) b.
Apabila pada penilaian baik,perdarahan sedikit,janin masih hidup,belum
inpartu,kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500 gram
maka kehamilan dapat dipertahankan,istirahat dan pemberian obat-obatan seperti
spasmolitika,progestin atau progesterone observasi dengan teliti. c. Sambil mengawasi
periksa golongan darahdan menyiapkandonor transfusi, bila memungkinkan kehamilan
dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas. d. Harus diingat
bahwa bila dijumpai ibu hamil dengan plasenta previa rujuk segera kerumah sakit dimana
terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah. e. Bila kekurangan darah berikanlah
transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.

A. SOLUSIO PLASENTA
1. Pengertian Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus,sebelum dilahirkan (Prawirohardjo.2009) Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum
janin dilahirkan yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram
(Rustam 2002) Solusio plasenta adalah perlepasan sebagian atau keseluruhan plasenta
dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman v 2003) 2. Klasifikasi Klasifikasi dari
solusio plasenta adalah sebagai berikut: a. Solusio plasenta persialis Bila hanya sebagian
saja plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.
b. Prolapsus plasenta Bila seluruh plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam c. Solusio placenta totalis (komplek) Bila seluruh plasenta sudah
terlepas dari tempat perlekatannya.
Solusio plasenta terbagi atas:
a. Solusio plasenta ringan Perdarahanya kurang dari 500cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janinmudah diraba
tanda gawat jain belum tampak dan terdapar perdarahan hitam pervagina.
b. Solusio plasenta sedang Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga
bagian dengan perdarahan sekitar 1000cc perut ibu mulai tegang
dan bagian janin sulit diraba janin sudah mengalamin gawat janin berat sampai IUFD
pemeriksaan dalam menunjukan ketuban tegang tanda persalian telah ada dan belangsung
cepat (2 jam) c. Solusio plasenta berat Terlepasnya plasenta sudah melebihi dua pertiga
bagian perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba,perut seperti papan janin
sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD pemeriksaan dalam ditemukan ketuban
tampak tegang parah dapat masuk otot rahim,uterus couvelaire yang menyebabkan atonia
uteri seta operdarahan pascapartus terdapat gangguan pembekuan drah fibrinogen kurang
dari 100-150 mg % pada saat inigangguan sudah mulai tampak.
3. Tanda dan gejala Beberapa tanda dan gejala dari solusio plasenta adalah sebagai
berikut:
a. Perdarahan yang disertai nyeri
b. Anemia dan syok Beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar
c. Rahim keras Rahim keras seperti papan dan tersa nyeri saat dipegang karena isi rahim
betambah dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta himgga rahim tegang(uterus
en bois)
d. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras
e. Fundus uteri makin lama makin baik
f. Bunyi jantung biasanya tidak ada
g. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus menerus ( karena isi rahim
bertambah)
h. Proteinuria Sering terjadi proteinuria karena disertai pre-eklampsi
4. Etiologi Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang merupakan faktir yang berpengaruh pada
kejaidan solusio plasenta yaitu:

1. Hipertensi esensial atau pre-eklampsi


2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas 3. Trauma
abdomen Trauma abdomen seperti terjatuh,trkelungkup,tendangan anak yang sedang
digendong.
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat kecil
6. Umur ibu ( < 20 tahun atau > 35 tahun)
7. Ketuban pecah sebelum waktunya
8. Mioma uteri
9. Defisiensi asam folat
10.Merokok,alcohol dan kokain
11. Perdarahan retroplasenta
12.Multiparitas Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas 13.Peredaran darah ibu
terganggu sehingga suplay darah kejanin tidak ada 14.Pengecilan yang tiba-tiba pada
hidromnion dan gamely.

5. Predisposisi a. Faktor vaskuler (80-90%) Faktor vaskuler yaitu toksemia geavidarum.


Glomerulonefritis
kronk dan hipertensi esensial.adanya desakan darah yang tinggi
membuat darah mudah pecah sehingga terjadi hematoma
retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
b. Faktor trauma
1. Pengecilan yang tiba-tiba dan uterus pada hidramnion dan gamely.
2. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin
yang banyak / bebas, atau pertolongan persalinan.
3. Faktor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi,holmer
mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi
dan 18 primi.
4. Pengaruh Lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena
cava inferior dan lain-lain.
5. Trauma langsung seperti jatuh,kena tending dan lain-lain.
6. Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
1. Perdarahan Perdarahan yang dapat menimbulkan variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemia sampai
syok,kesadaran bervariasidari baik sampai syok.
2. Gangguan pembekuan darah Masuknya trombosit kedalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah inravaskuler dan disertai hemolisis,terjadinya penurunan
fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
3. Oliguna Oliguna menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
4. Perdarahan postpartum Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infitrasi
darah keotot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena
atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah banyaknya perdarahan.
5. Koagulopati konsumtif,DIC Solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati
konsumtif yang tersering pada kehamilan.
6. Utero renal reflex
7. Rupture uteri. Patofisiologis
Pada saat implantasi terjadi migrasi atau ekspansi sel dan jaringan interstitial trofoblas
untuk menggantikan endoterium pembuluh darah dalam desidua sehingga aliran darah
menuju retroplasenter untuk kepentingan tumbuh kembang janin terjamin. Kelanjutan
migrasi atau pergantian ini dilanjutkan paada trimester kedua, menuju pembuluh darah
dalam miometrium,dengan tujuan sama yaitu agar aliran darah menuju retro-plasenter
sirkulasi terjamin.pada hipertensi dalam kehamilan,proses pada trimester kedua tidak
terjadi,sehingga kontraksi Braxton hicks yang makin sering dapat menimbulkan iskemia
pada utero-plasenta yang selanjutnya menimbulkan mata rantai klinis dengan
manifestasinya:
a. Pre eklamsia dan eklamsia
b. Solusio plasenta jika hipertensi sudah melampaui batas toleransi Solusio plasenta
merupakan komplikasi yang berat pada kehamilan dengan hipertensi dalam
kehamilan,dan dapat menyebabkan kematian maternal dan perinatal.
8. Penatalaksanaan Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah
menghindari gangguan pembekuan darah dengan transfusi massif dan pemberian
fibrinogen jumlah cukup solusio plasenta untuk menyelamatkan ibu dan janinya
sedangkan untuk solusio plasenta berat dilakukan persalinan dalam waktu singkat 6
jam,menghindari perdarahan karena atonia uteri, bila terjadi gangguan konstruksi otot
rahim dilakukan histerektomi.
Tindakan lainnya meliputi menghindari infeksi dengan pemberian antibiotic.

B. RUPTURA UTERI

1. Pengertian Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miometrium. (Prawirohardjo.2002)
Ruptura uteri adalah robekan didinding uterus, dapat terjadi selama periode antenatal saat
induksi, selama persalinan, dan kelahiran bahkan selama stadium ketiga persalinan
(Chapman.2006) Ruptura uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan
rongga peritoneum (komplet) atau mungkin dipisahkan darinya peritonium viseralis yang
menutupi uterus oleh ligamentum (inkomplit). (Cunningham.2005) 2. Klasifikasi
a. Menurut waktu terjadinya - Ruptur uteri gravidarum Terjadi waktu sedang hamil,
sering berlokasi dikorpus - Ruptur uteri durante partum Terjadi waktu melahirkan anak,
lokasinya sering pada SBR, jenis ini yang terbanyak
b. Menurut lokasinya - Korpus uteri Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi SC atau miometrium.
- SBR Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama - Serviks uteri Biasanya terjadi
pada waktu melakukan ekstraksi torsep atau versi dan ekstraksi sedangkan pembukaan
belum lengkap. - Korpoporeksis, robekan-robekan diantara serviks dan vagina
c. Menurut robekan peritonium - Ruptur uteri kompleta Robekan dinding uterus hingga
peritonium (perimetrium) sehingga rongga uterus dan rongga peut berhubungan
langsung. - Ruptur uteri inkompleta Robekan otot rahim tetapi peritonium tidak ikut
robek, perdarahan terjadi sevara subperitoneal dan bisa mules sampai keligamentum
latum.
d. Menurut cara terjadinya - Uteri spontan
Terjadi secara spontan dan sebagian besar terjadi saat persalinan, gangguan mekanisme
persalinan sehingga menimbulkan ketegangan SBR yang berlebihan. - Ruptur uteri
traumatik Terjadi saat persalinan, karena tindakan ekstraksi vakum/porsep - Ruptur uteri
pada luka parut Bekas SC, bekas operasi pada uterus.
3. Tanda dan gejala
a. Nyeri perut
b. Pernafasan dan nadi lebih cepat
c. Ada tanda dehidrasi karena partus lama
d. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering
e. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal, dan keras
f. Saat his, korpus teraba keras (hipertonik, SBR, tipis dan nyeri tekan)
g. Penilaian korpus dan SBR namapak linkaran bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama, bertambah tinggi, menemukan SBR yang semakin tipis dan teregang h.
Ingin BAK karena VU tertarik dan teregang ke atas i. DJJ tidak teratur j. Pada VT teraba
tanda-tanda obstruksi seperti edema portio, vagina, vulva dan kaput kepala janin lebih
besar
4. Etiologi
a. Disproporsi janin dan panggul
b. Partus lama/ macet atau traumatik
c . Hidramnion
d. Kelainan letak dan implantasi plasenta
e. Pemakaian oksitosin untuk indikasi persalinan yang tidak tepat
f. Kelainan bentuk uterus
g . Malposisi kepala
h . Tumor pada jalan lahir
i. Hidrosefalus
j . Manual plasenta
k. Kecelakaan (jatuh, tabrakan)
5. Predisposisi
a. Riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya b. Jarak kehamilan < 2 tahun, usia
ibu
c. Multiparitas d. Persalinan dengan dukun e. Aktivitas berat
6. Komplikasi
a. Perdarahan hebat sampai syok b. Infeksi c. Perdarahan intraabdominal
7. Patofisiologis
Pada umumnya uterus terbagi atas 2 bagian besar yaitu korpus uteri dan serviks uteri.
Batas keduannya disebut isthmus uteri pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan ± 20
minggu dimana janin sudah lebig besar dari ukuran kavum uteri, maka mulai terbentuk
SBR isthmus ini, batas antara isthmus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut
lingkaran bandl. Limhkaran ini dianggap fisiologi bila terdapat 2 sampai 3 cm diatas
symphisis pubis, bila meninggi maka diwaspadai ruptura uteri mengancam (RUM).
Peregangan yang luar biasa menyebabkan ruptura uteri, pada waktu inpartu, korpus uteri
mengadakan kontraksi, sedangkan SBR tetap pasif dan menjadi lunak. Bila suatu sebab
partus tidak dapat maju (obstruksi). Sedangkan korpus berkontraksi terus dengan
hebatnya (his kuat) maka SBR yang pasif akan tertarik keatas menjadi bertambah regang
dan tipis. Lingkaran bandl ikut meninggi, sehingga sewaktu-waktu terjadi robekan pada
SBR tadi.
8. Penatalaksanaan
a. Pertolongan yang tepat untuk rupture uteri adalah laparatomi, sebelumnya penderita
diberi transfusi darah atau sekurang-kurangnya infus cairan NaCl atau RL untuk
mencegah syok hipopolemik.
b. Umumnya histerektomi dilakukan setelah janin yang berada dalam rongga perut
dikeluarkan, penjahitan luka robekan hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus dimana
pinggir robekan masih segar dan rata serta tidak ada tanda infeksi dan jaringan rapuh dan
mekrosis.

Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang
terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak
sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya.

Risiko ini memang dihadapi semua wanita bersalin. Namun begitu, ada cara untuk menghindari
perdarahan pasca persalinan ini.

Setiap persalinan pasti akan mengeluarkan darah. Yang dimaksud perdarahan ialah bila darah
yang keluar lebih dari 500 cc. Indikasi lainnya ialah tensi darah menurun di bawah 90, denyut
nadi berdetak cepat, lemas atau lemah, dan pandangan kabur. Pada kondisi ini pasien sudah
masuk dalam fase syok.

Perdarahan pasca bersalin dapat terjadi langsung setelah pasien melahirkan (dalam waktu 24
jam), beberapa hari kemudian, bahkan setelah pasien pulang ke rumah. Itulah mengapa, pasien
selalu mendapat jadwal kontrol kembali pasca bersalin.

Setelah melahirkan, umumnya pasien juga akan dibekali pengetahuan untuk membedakan darah
nifas yang normal terjadi setelah bersalin, dengan perdarahan pasca persalinan yang
membahayakan. Contoh, jumlah darah nifas tidak banyak. Sementara pada perdarahan, darah
yang keluar adalah darah segar dan kadang bergumpal-gumpal. Bila ada gejala seperti ini
ditambah nyeri perut yang hebat, pasien diminta untuk segera kembali ke rumah sakit.
Resiko serius
Bila tidak tertangani, perdarahan pasca bersalin tentu berisiko mengancam jiwa. Di Indonesia,
angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan MDGS, tahun 2012
sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih dari
sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24). Perdarahan setelah persalinan menyumbang
sekitar 20-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius. Oleh sebab itu,
setiap ibu yang hendak bersalin perlu mengetahui risiko serta kemungkinan munculnya
perdarahan pasca melahirkan.

Meskipun begitu, ibu hamil tidak perlu terlalu khawatir. Perdarahan pasca persalinan sangat
mungkin untuk dapat dihindari.

Siapa yang berisiko tinggi mengalami perdarahan pasca bersalin?


Umumnya, perdarahan pasca bersalin dapat terjadi pada ibu hamil yang seperti berikut ini :

 Semasa hamil megalami anemia dimana kadar hemoglobin (HB)-nya kurang dari normal
 Persalinan bayi kembar
 Punya anak lebih dari lima

Meskipun demikian, setiap ibu hamil perlu untuk selalu waspada dan aware akan perdarahan
pasca bersalin ini. Bagaimanapun, semua persalinan tetap berisiko. Jika terjadi perdarahan pasca
bersalin, penanganannya akan berkejaran dengan waktu demi keselamatan ibu dan bayi. Oleh
sebab itu, pantauan selama kehamilan serta mempersiapkan segala kemungkinan saat persalinan,
sangat dianjurkan.

Penyebab
Berikut ini adalah 4 penyebab perdarahan post partum (waktu yang diperlukan oleh ibu untuk
memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan bayi sampai persalinan) dan
penanganannya:

 Tone atau Tonus (Kontraksi)


Setelah melahirkan, kontraksi rahim harus bagus sehingga pembuluh darah yang terbuka
menjadi terjepit oleh otot-otot rahim. Bagus atau tidaknya kontraksi rahim dapat
diketahui oleh penolong persalinan dengan memegang perut pasien. Kontraksi yang tidak
kencang membuat pembuluh darah rahim tetap terbuka dan darah terus
mengalir.Penanganan: Bila pada pasien tidak ditemukan adanya kontraksi, dokter akan
memberikan obat (berupa suntikan) untuk memicu terjadinya kontraksi. Pemberian obat-
obatan ini umumnya dilakukan ketika persalinan tahap 3, sehingga kontraksi bisa terjadi
begitu pasien melahirkan dan plasenta belum keluar.

 Tears atau Robekan


Seperti diketahui, persalinan per vaginam akan menimbulkan robekan di vagina. Bila
dilakukan episiotomi, robekan bisa mencapai perinieum (daerah yang terletak antara
vulva dan anus). Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus
dengan tujuan melebarkan jalan lahir agar bayi mudah dikeluarkan.Perdarahan yang
membahayakan pasien bisa terjadi, bila robekan mencapai rahim sehingga darah terus
mengalir. Kasus ini bisa disebabkan oleh panggul ibu yang kecil, sementara bayinya
besar. Jika persalinan tetap dipaksakan secara normal, robekan yang terjadi pun bisa
hingga ke rahim.

Penanganan: Tindakan operasi dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko yang fatal. Kasus
ini bisa dicegah jika setiap ibu memiliki gambaran kondisi persalina yang akan dijalani
kelak. Bila dalam pemeriksaan dokter, panggul ibu dinyatakan kecil sementara si calon
bayi besar, maka ibu bisa mempertimbangkan untuk persalinan caesar.

 Trombine atau ada kelainan darah


Pasien yang memiliki kelainan darah, seperti hemofilia (darah sulit membeku), juga dapat
mengalami risiko perdarahan pasca bersalin. Kasus perdarahan juga bisa terjadi pada
penderita hepatitis berat atau penderita kadar trombosit rendah.Penanganan: Persalinan
berisiko tinggi seperti kasus-kasus di atas membutuhkan penanganan yang terintegrasi.
Misal, antara dokter kandungan dengan dokter penyakit dalam yang biasa menangani
masalah penyakit tersebut. Pada penderita hemofilia, biasanya akan diberi obat-obatan
pembekuan darah terlebih dahulu sebelum menjalani persalinan.
 Tissue atau Jaringan
Istilah jaringan (tissue) merujuk pada plasenta (atau terkadang selaput ketuban) yang
masih tertinggal dalam rahim.Saat terjadi persalinan, plasenta harus keluar. Karena itulah,
dokter akan memastikan plasenta pasien untuk keluar semua. Plasenta yang tertinggal
akan lengket di dalam rahim dan bila tidak segera ditangani bisa menyebabkan
perdarahan.

Penanganan: Ibu dengan riwayat plasenta susah lahir perlu diobservasi. Saat pemeriksan
kehamilan, misal, dapat dilihat dengan USG bagaimana kedalaman plasenta yang
menempel tersebut. Biasanya sebelum waktu persalinan tiba, dokter sudah bisa
memprediksi apakah ibu bisa bersalin normal atau perlu operasi caesar.

Tindakan pencegahan perdarahan pasca persalinan

 Perhatikan gizi makanan


Dengan selalu menikmati makanan sehat dengan gizi seimbang, Ibu hamil dapat
meminimalkan munculnya perdarahan kelak saat bersalin. Bila unsur mineral dan besi
tercukupi, ibu akan terhindar dari anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko
mengalami perdarahan pasca persalinan. Teruskan kebiasaan makan dengan pola gizi
seimbang ini hingga setelah melahirkan agar dapat mempercepat pemulihan usai bersalin.

 Periksa kehamilan secara rutin


Menurut WHO, pemeriksaan paling tidak dilakukan 4 kali selama kehamilan.
Pemeriksaan di trimester pertama dan kedua setiap sebulan sekali, kemudian trimester
ketiga sebulan dua kali, dan menjelang persalinan menjadi seminggu sekali. Lewat
pemeriksaan ini, ibu bisa mengetahui ukuran si calon bayi, apakah bayinya kembar, dan
sebagainya. Bila ada masalah plasenta menempel pun sudah bisa diketahui di usia
kehamilan 5 bulan. Dengan begitu, dari hasil pemeriksaan tersebut, perencanaan untuk
persalinan dapat dipersiapkan.

 Pilih tempat bersalin yang lengkap


Untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan, ibu hamil disarankan untuk memilih
tempat bersalin yang mempunyai perlengkapan bersalin yang lengkap. Ada dokter
beserta tenaga medis yang lengkap, peralatan, obat-obatan, serta fasilitas operasi.

 Tetap waspada meski sudah di rumah


Bagi yang bersalin normal, biasanya menjalani rawat inap sekitar 1-2 hari di rumah sakit.
Sedangkan untuk yang melahirkan caesar sampai 3 hari di rumah sakit. Perdarahan pasca
bersalin bisa terjadi setelah 24 jam bersalin. Bila perdarahan terjadi dalam waktu itu, bisa
dilakukan pertolongan segera oleh dokter di rumah sakit. Namun, ada juga perdarahan
yang terjadi setelah beberapa hari dan ketika ibu sudah di rumah. Oleh karena itu, jika ibu
mengalami perdarahan yang tak normal, segera datang kembali ke dokter. Umumnya,
sebelum ibu pulang dari rumah sakit, dokter akan menyarankan untuk pasang KB, ini
merupakan salah satu cara untuk menekan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

BAB 111

Kesimpulan

Pendarahan adalah kehilangan produk darah baik di dalam maupun di luar tubuh.

Perdarahan selama kehamilan Awal Kehamilan Terjadi pada kehamilan < 22 mg  Curiga
: AB, KE, Kehamilan Mola Kehamilan Lanjut  Terjadi pada kehamilan > 22 mgg
sampai menjelang persalinan  Curiga : Plasenta previa, solusio Placenta

Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta. Yang menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya

Saran 

Kehamilan merupakan hal yang sangat di inginkan bagi seluruh wanita. Selain itu
kehamilan merupakan suatu usaha untuk meneruskan keturunan manusia. Untuk itu,
sebagai seorang wanita yang hamil sudah semestinya menjaga pola hidup sehatnya, selain
itu ketika hamil seorang wanita juga di sarankan untuk menjaga organ reproduksinya
ketika dia masih remaja hingga dia mempersiapkan kehamilannya.menghindari kebiasaan
buruk merupakan salah satu untuk bias menjadi wanita yang fertilitas dan terhindar dari
resiko kematian janin kelainan bayi, abortus, dan gangguan kehamilan lainnya.

DAFTAR PPUSTAKA

 Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.


 Cunnningham, dkk. 2013. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai