OLEH KELOMPOK 3
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER TESTIS
B. Klasifikasi
Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:
1. Tumor sel bening
a. Tumor dengan satu pola histologik:
1) Seminoma
a) Seminoma spermatositik
b) Karsinoma embrional
c) Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe infantile)
2) Teratoma
a) Matur
b) Imatur
c) Dengan transformasi maligna
b. Tumor dengan lebih dari satu pola histoligik:
1) Karsinoma embrional plus teratoma (teratokarsinoma)
2) Kariokarsinoma dan tipe lain apapun (perinci tipe-tipenya)
3) Kombinasi lain (perinci)
2. Tumor stromal-tali kelamin
a. Bentuk berdiferensiasi baik:
1) Tumor sel leydig
2) Tumor sel sertoli
3) Tumor sel granulosa
b. Bentuk campuran (perinci)
c. Bentuk berdiferensiasi tidak lengkap
C. Penyebab
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menunjang terjadinya kanker testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
2. Perkembangan testis yang abnormal
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai
dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran
payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil).
D. Patofisiologi
Mula-mula tumor berupa benjolan / tonjolan pada testis yang
kadang – kadang terasa nyeri. Tumor dapat menyebabkan timbulnya
cairan jernih dalam tunica vaginalis yang menimbulkan hidrocelle. Pada
stadium lebih lanjut timbul gejala –gejala yang disebabkan oleh anak
sebar / metastase misalnya pembesaran kelenjar getah bening regional,
anak sebar dalam paru – paru , hati dan lain – lain.
Seminoma mempunyai presdiposisi pada testis yang tidak turun
kedalam scrotum, bersifat paling jinak dan walaupun telah terbentuk
anak sebar pada waktu ditemukan , dengan orchidektomi lokal disertai
dengan penyinaran pada rongga abdomen dan regio genitalis
menghasilkan angka kematian kurang dari 10 % dalam waktu dua (2)
tahun . Anak sebar seminoma biasanya hanya sampai pada kelenjar getah
bening regional dan kelenjar – kelenjar sepanjang aorta. Penderita
seminoma yang berumur lebih muda ternyata mempunyai prognosis lebih
baik dari penderita yang lebih tua.Selain seminoma , tumor – tumor testis
cenderung untuk cepat beranak sebar kealat – alat dalam seperti : paru-
paru, hati, sumsum tulang, ginjal dan otak. Apabila pada waktu
pembedahan ternyata sudah terdapat anak sebar maka kemungkinan
hidup selama dua tahun sangat kecil. Tumor –tumor ini kurang peka
terhadap penyinaran sehingga dengan pembedahan radikal dan
penyinaran , 50% penderita mengalami kematian dalam waktu 2 tahun.
Pada beberapa kasus terutama choriocarsinoma terdapat peninggian
produksi FSH sehingga hormon ini dapat diketukan dalam air kemih.
Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh karena testis rusak
sehingga hambatan terhadap hipofisis tidak ada.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Gejala berupa :
1. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah – Ginekomastia
4. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat
I. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa
sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
Tumor seminoma
Tumor non-seminoma:
B. Diagnosa
1. Ansietas b/d kurang pengetahuan
2. Nyeri (akut) b/d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping terapi kanker.
3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi
kemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung,
kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri.
4. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut b/d efek samping
kemoterapi dan radiasi/radiotherapi.
5. Resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif.
C. Intervensi
RencanaTindakan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1. Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan 1. Tentukan pengalaman
pengetahuan tindakan keperawatan klien sebelumnya
selama.. Diharapkan terhadap penyakit yang
cemas berkurang dideritanya.
dengan KH : 2. Berikan informasi
a. Klien dapat tentang prognosis
mengurangi rasa secara akurat.
cemasnya 3. Beri kesempatan pada
b. Rileks dan dapat klien untuk
melihat dirinya mengekspresikan rasa
secara obyektif. marah, takut,
c. Menunjukkan konfrontasi. Beri
koping yang efektif informasi dengan
serta mampu emosi wajar dan
berpartisipasi ekspresi yang sesuai.
dalam pengobatan. 4. Jelaskan pengobatan,
tujuan dan efek
samping. Bantu klien
mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
5. Catat koping yang
tidak efektif seperti
kurang interaksi sosial,
ketidak berdayaan.
6. Anjurkan untuk
mengembangkan
interaksi dengan
support system.
7. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman.
8. Pertahankan kontak
dengan klien, bicara
dan sentuhlah dengan
wajar.
D. Evaluasi
1. Ansietas b/d kurang pengetahuan teratasi.
2. Nyeri (akut) b/d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping terapi kanker teratasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi
kemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung,
kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri teratasi.
4. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut b/d efek samping
kemoterapi dan radiasi/radiotherapi teratasi.
Resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem
imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif teratasi.
KONSEP DASAR PALIATIF CARE
A. Pengertian
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh dengan pendekatan multidisipilin yang terintegrasi.
Perawatan paliatif untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala –
gejala suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan.
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim
paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan
bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi
pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini,
penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik
masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002), dan pelayanan masa
duka cita bagi keluarga (WHO 2005).