Kesalahan Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi,
cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang
berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus
1972. Jika merujuk pada peran surat kabar yang sangat penting dalam proses pengembangan
bahasa. Justru terkadang surat kabar menjadi salah satu faktor yang mengakibatka
pembaca/masyarakat melakukan kesalahan berbahasa karena mereka mengonsumsi sebuah
wacana yang mengandung kekeliruan dalam proses penyajiannya, termasuk kesalahan ejaan
yang pada dasarnya sudah ada aturannya. Perhatikan saja judul artikel yang saya angkat dalam
kajian ini. Penggunaan akronim Capress pada judul Hanya Tiga Nama Bakal jadi Capress Riil
tidak berterima karena yang berterima adalah Capres yang merupakan kepanjangan dari Calon
Presiden, bukan Calon Pressiden.
Perhatikan kalimat berikut pada paragraf pertama Dengan begitu, berdasar survey LSI di
antara peserta konvensi, Dahlan memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10 persen. Pada
kalimat tersebut, saya menemukan kesalahan ejaan pada kata survey (tanpa cetak miring) yang
digunakan dalam kalimat tersebut, tidak sesuai dengan ejaan atau kata yang digunakan dalam
bahasa Indonesia. Kata yang seharusnya digunakan adalah survei karena sesuai dengan KBBI
sebagai acuan penggunaan kata dalam berbahasa Indonesia sehingga dapat berterima dalam
pembentukan sebuah kalimat.
Perhatikan kalimat berikut yang terdapat pada paragraf kedua. .Indeks Capres
Pemilu : Capres Rill Versus Capres Wacana, di Jakarta. Pada kalimat tersebut, ada dua
kesalahan ejaan yang saya temukan. Pertama, . Indeks Capres Pemilu : . Dalam kutipan
tersebut, seharusnya penggunaan tanda baca titik dua ( : ) tidak didahului oleh pemisah/spasi
karena pada aturan Ejaan yang Disempurnakan, semua penggunaan tanda baca tidak boleh
didahului oleh pemisah/spasi. Jadi, kutipan yang benar yaitu . Indeks Capres Pemilu: .
Kedua, .Capres Rill Versus Capres Wacana. Pada kutipan tersebut, penulisan ejaan kata
Rill tidak sesuai dengan KBBI, kata yang sesuai yaitu Riil.
Pada paragraf berikutnya, paragraf keempat. Pengunaan kata kuisioner tidak tepat pada
kalimat Survei menggunakan kuisioner dengan wawancara tatap muka. Seharusnya, kata
kuisioner diganti dengan kata yang sesuai dan berterima, yaitu kata kuesioner. Jadi, kalimat yang
berterima yaitu, Survei menggunakan kuesioner dengan wawancara tatap muka.
Selain kesalahan ejaan yang saya temukan dalam wacana ini. Saya pun menemukan
ketidakkosnsistenan wartawan/editor dalam menuliskan kata Riil atau Rill dalam satu
wacana/berita. Hal tersebut justru akan berdampak pada pemahaman pembaca terhadap
penggunaan kata tersebut untuk menyampaikan sebuah kenyataan. Selain itu, kesalahan ejaan
terjadi pada kesalahan penulisan karena ada beberapa kata yang memang seharusnya
menggunakan spasi/pemisah, tetapi dalam wacana yang saya baca kata tersebut ternyata
diserangkaikan, tentu hal ini mengacu pada unsur human error yang dilakukan oleh
wartawan/editor Surat Kabar Banten Pos.
Keefektifan kalimat
Kalimat efekktif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan
diharapkan oleh si penulis atau si pembicara. Artinya, kalimat yang dipililih penulis/pembicara
harus digunakan untuk mengungkapkan gagasan, maksud atau informasi kepada orang lain
secara lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau pendengar (Sasangka
dan Darheni, 2012:187). Dari sumber lain. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas
sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:
2001). Dengan demikian, kalimat efektif dapat dimaknai sebagai kalimat yang disusun oleh
penulis/pembicara untuk pembaca/pendengar agar tidak terjadi kesalahan pemahaman mengenai
maksud dari tulisan/pembicaraan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, saya menemukan kata berdasar pada paragraf pertama,
tidak efektif ketika beringingan dengan kata survey (seharusnya: Survei). Kata yang seharusnya
digunakan yaitu kata berdasarkan yang akan berterima menjadi sebuah kalimat berdasarkan
survei LSI di antara peserta konvensi, Dahlan memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10
persen.
Pada paragraf berikutnya, saya merasa ada ketidakefektifan kalimat pada kutipan Maka
sesuai hasil survei LSI Oktober 2013 dari 11 nama yang ikut konvensi Demokrat Dahlan Iskan
memeroleh dukungan terkuat publik, kata peneliti LSI Adjie Al-faraby, Penggalan kalimat
Maka sesuai hasil survei LSI Oktober 2013. Kutipan tersebut menimbulkan ambiguitas
dalam pemaknaannya. Adapun pemaknaan/asumsi pembaca akan seperti ini, di antaranya:
-
sebaiknya kalimat tersebut diubah menjadi Maka Sesuai hasil survei LSI pada bulan Oktober
2013, dari 11 nama yang ikut konvensi Demokrat Dahlan Iskan memperoleh dukungan terkuat
publik. Dalam contoh seperti ini, terkadang penulis cenderung kurang memerhatikan
pemaknaan ganda yang pada akhirnya akan timbul ambiguitas yang ditafsirkan oleh pembaca.
Daftar pustaka
Buku Praktis bahasa Indonesia jilid 1/Dendi Sugono (ed), Edisi Kedua-Jakarta, 2011.
Buku Praktis bahasa Indonesia jilid 2/Dendi Sugono (ed), Edisi Kedua-Jakarta, 2011.
Sasangka dan Darheni. 2012. Jendela Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Widiono, Eddie. 2008. Di bawah Pusaran Media. Jakarta: NXL Reign Media.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Cetakan ke-2. 1993. Bandung:
Pustaka Setia.