Anda di halaman 1dari 8

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Oleh:

EVVA ROHHAYATI

14010119130035

PROGRAM STUDI S1 ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
TUGAS UTS “BAHASA INDONESIA”

1. Menulis karya ilmiah berlaku motto “Enak dibaca dan perlu”, sebab berkait dengan
berbagi kepedulian untuk pembaca. Coba Anda buktikan dengan contoh (tiga
kalimat), bahwa temuan Anda memang “tidak enak dibaca”. Hasil perbaikan kalimat
yang Anda kerjakan akhirnya berlaku “enak dibaca”

Jawab:

Karya Tulis yang Enak Dibaca dan Perlu

Perlu kita ketahui bahwa karya tulis yang baik merupakan karya tulis yang enak
dibaca. Nah, apa yang dimaksud dengan tulisan yang “enak dibaca”? Ini sebenarnya
merupakan slogan majalah Tempo namun yang saya maksud dengan “tulisan yang enak
dibaca” adalah tulisan yang ditata sedemikian rupa oleh seorang penulis sehingga tulisan
tersebut, apabila dibaca seseorang, dapat menjelma bagaikan obrolan. Dalam karyanya yang
sangat inspiratif, K.U.A.S.A.I Lebih Cepat: Buku Pintar Accelerated Learning (Kaifa, 2003),
Colin Rose mengatakan, “Tulisan bagus biasanya bernada seperti mengobrol. Tentu saja,
untuk beberapa topik, gaya yang lebih formal pasti lebih sesuai—tetapi jangan salah
menganggap bahwa bersikap serius itu sama dengan bersikap membosankan.”

Lalu, apa yang saya maksud dengan tulisan yang “perlu dibaca”? Ini juga merupakan
slogan majalah Tempo. “Tulisan yang perlu dibaca” adalah tulisan yang membuat siapa saja
yang membaca tulisan itu lantas terbangkitkan selera membacanya. Apabila selera
membacanya terbangkitkan, tentulah dia akan bergairah membaca dan akan membaca tulisan
tersebut dengan perasaan senang tiada tara. Dan, biasanya, ukuran “perlu” ini saya sandarkan
pada tiga hal: (1) memenuhi kaidah penalaran (reasoning), (2) penulis melakukan pemilihan
kata (diksi) yang baik dan akurat, serta (3) mengandung koherensi dan komposisi yang baik
dalam setiap kelompok gagasan yang dirumuskan.

Dr. Etty dalam bukunya, Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan
Disertasi (PT Gramedia Pustaka Utama, 2001) mengatakan pentingnya berkomunikasi secara
jelas dalam menulis karya ilmiah. “Menulis karya ilmiah,” tulis Dr. Etty, “pada dasarnya
adalah cara ilmuwan berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang baik bisa membuat
yang diajak berkomunikasi mengertai apa yang dimaksudkan oleh komunikator. Sama halnya
penulis yang baik harus bisa membuat pembaca mengerti apa yang dimaksudkan penulis
tanpa arti ganda. Dengan demikian, penulis harus lebih dahulu memahami apa makna yang
akan disampaikan kepada pembaca sebelum menuangkan gagasannya ke atas kertas. Dengan
kata lain, menulis adalah kegiatan berpikir selain berkomunikasi.”

Banyak penulis kurang tepat dalam memahami siapa target pembacanya. Jika editor
berada dalam kualifikasi yang sama, maka muncullah sebuah tulisan dengan sasaran pembaca
yang kurang tepat. Kita sering menemukan tulisan yang ditujukan untuk konsumsi umum,
tetapi ’’terasa berat’’ akibatnya, sebagian pembaca tak mampu memahaminya. Yang paling
sering muncul di koran, antara lain, kata dan kalimat yang ’’berkabut’’ atau sulit dipahami.
Apa sih yang dimaksud kalimat berkabut? Sebagai contoh, penggunaan bahasa asing yang
terlalu sering, cara penulisan yang terlalu akademis, dan penggunaan diksi yang bersifat
konotatif layaknya tulisan sastra. Ada juga yang terlalu sering menggunakan kata yang
memiliki sukukata yang panjang, misalnya lebih dari tiga sukukata (contoh,
menumbuhkembangkan).

Dalam jurnalisme modern, tuntutan menulis yang baik bukan saja dimaksudkan untuk
membangun struktur kalimat yang menarik, tetapi juga harus mudah dipahami dan tidak
terlalu panjang. Dalam rumus yang dikenal sebagai Fog Index disebutkan bahwa tulisan
untuk konsumsi masyarakat umum harus mampu menjadi simbol yang sederhana dan
gampang dipahami pembacanya. Dalam disiplin komunikasi, hal itu disebut sebagai
komunikasi yang efektif. Dalam kajian yang dibuat Dan Taylor, Fog Index memberikan
petunjuk bahwa majalah Reader Digest lebih mudah dipahami daripada Time. Majalah
Intisari jauh lebih mudah dipahami pembaca ketimbang Tempo. Indeks Angka Fog Index
sebenarnya merupakan rumus untuk melihat seberapa mudah sebuah tulisan mampu dipahami
masyarakat umum. Definisi mudah dalam konteks teknis tersebut adalah mengukur kata dan
kalimat yang dianggap terlalu sukar dipahami, atau disebut berkabut, melalui indeks angka.

Contoh Kalimat yang Tidak Enak Dibaca dan Perbaikannya

1. Koran Media Indonesia yang Terbit pada Sabtu, 16 Maret 2013. 


Ada kata yang menurut  saya berlebihan, yaitu pada kalimat untuk
memperbaiki kondisi sepak bola Indonesia yang sudah hancur lebur. Kata ini
menurut saya terlalu berlebihan karena menurut saya persepak bolaan Indonesia tidak
seburuk itu. Hanya saja kondisi dualisme saja yang membuat keadaan persepak
bolaan kita menjadi terbagi dua kubu. Harusnya kata hancur lebur bisa diganti dengan
sedang dalam kondisi yang tidak begitu baik.
2. Radar Sumbawa dan Harian Umum Gaung NTB
Kesalahan yang ditemukan adalah kesalahan pemiilihan kata. Di mana
ditemukan kata membangun pada kalimat Artinya, sistem politik di Indonesia
membangun dan belum kokoh. Seharusnya, kata membangun dalam kalimat tersebut
diganti dengan belum terbangun agar sinkron dengan kata setelahnya. Kesalahan lain
yang ditemukan dari segi struktur kalimat.
Kalimat yang dimaksud yaitu Dengan anggaran yang cukup, dapat mencegah
parpol melakukan korupsi….. Kalau konteks kalimat tersebut dilihat secara
keseluruhan, maksud kalimat tersebut, apa subjek, dan mana predikatnya akan bisa
dipahami. Akan tetapi, secara struktur, kalimat tersebut belumlah lengkap. Kalimat
tersebut belum dapat dikatakan sebagai kalimat efektif karena ada unsur yang belum
terpenuhi. Kalimat tersebut belum menunjukkan apa yang dapat mencegah. Kata
Dengan anggaran yang cukup tidak dapat dijadikan sebagai subjek karena diawali
oleh kata keterangan dengan. Kata keterangan tidak bisa dijadikan subjek. Kalimat
tersebut akan menjadi efektif jika kata keterangan tersebut dibuang.
Kesalahan serupa terdapat pada kalimat Karena itu atas nama warga
masyarakat Desa Ropang mendesak kepada Bupati Sumbawa, Baperjakat maupun
Dinas Kesehatan Sumbawa untuk segera mengambil langkah tegas. Jika konteks
kalimat tersebut dilihat secara keseluruhan, dapat dipahami maksud dari kalimat
tersebut, siapa subjek, mana predikat, dan siapa atau apa objeknya. Akan tetapi,
secara struktur, kalimat tersebut belumlah lenngkap. Kalimat tersebut belum dapat
dikatakan sebagai kalimat efektif. Ada unsur yang belum terpenuhi. Kalimat tersebut
belum menunjukkan siapa yang melakukan mendesak. Kata atas nama warga
masyarakat Desa Ropang tidak dapat dijadikan sebagai subjek karena akan timbul
pertanyaan lagi siapa yang mengatasnamakan warga masyarakat Desa Ropang. Oleh
sebab itu, kalimat tersebut akan menjadi efektif jika ditambah unsur kalimat berupa
subjek yang mendesak.
Kesalahan berikutnya adalah kesalahan dari segi penalaran kalimat yaitu pada
judul, Perlu Dinaikkan untuk Cegah Korupsi. Jika judul berita tersebut dinalar, akan
timbul pertanyaan apa yang perlu dinaikkan, namun, jawabannya tidak disebutkan
dalam judul tersebut. Judul tersebut seharusnya menyebutkan apa yang perlu
dinaikkan. Kesalahan yang lain terdapat pada KH Zulkifli Klaim 300 Ribu KTP Maju
Independent. Jika judul berita tersebut dinalar, akan timbul pertanyaan siapa yang
maju independen. Namun, judul tersebut menimbulkan keambiguan. Karena itu, judul
berita tersebut perlu diubah strukturnya untuk menghilangkan keambiguan, misalnya
dengan judul KH Zulkifli Maju Independen, Klaim 300 Ribu KTP.

2. Secara sederhana pengertian kalimat dapat dijelaskan, “Merupakan gabungan kata


yang berpola, bermakna, dan dapat diterima oleh akal sehat/logis”. Coba Anda sebut
dan jelaskan (dengan tiga contoh kalimat) bahwa syarat penyusunan kalimat yang ada
berlaku benar adanya.

Jawab:

a) Suatu saat langit, bumi beserta seluruh isinya pasti akan musnah. Kalimat tersebut
tidak efektif karena penggunaan kata langit, bumi, beserta seluruh isinya yang
seharusnya diganti dengan kata alam semesta. Alam semesta berarti isi dari seluruh
yang ada di bumi termasuk langit dan bumi. Seharusnya: Suatu saat alam semesta
akan musnah.
b) Bagi semua dosen yang hadir dalam rapat hari ini harus membuat laporan. Ketidak
efektifan kalimat kerena salah dalam menempatkan kata bagi, kata bagi tidak boleh
digunakan pada awal kalimat, kalimat di atas akan menjadi efektif jika kata bagi
diganti menjadi kata semua. Seharusnya: Semua dosen yang hadir dalam rapat kali ini
harus membuat laporan.
c) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang. Ketidak
efektipan terjadi karena pada kalimat di atas menyebutkan subjek dua kali yaitu pada
kata hadirin dan mereka kata dua ini merupakan satu subjek yang dibicarkan dalam
satu kalimat sehingga dapat menjadikan salah dalam menafsirkannya. Seharusnya:
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
d) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kalimat di atas tidak efektif karena salah dalam menggunakan kata penyebab yang
tidak ada keserasian dengan makna dari kalimat yang akan disampaikan. Seharusnya:
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
e) Banyak juga yang mengira kalau dia itu seorang konglomerat. Kata kalau tidak dapat
digunakan untuk kata penjelas, karena isi kalimat diatas menjelaskan sesuatu yaitu
tentang anak seorang konglomerat. Seharusnya: Banyak juga yang mengira bahwa
dia seorang konglomerat.
f) Kemarin banyak para guru yang melakukan demonstrasi. Kalimat tersebut tidak
efektif karena salah dalam penggunaan kata para, kata para merupakan mewakili
banyak orang. Jadi dalam kalimat tersebut terjadi redudansi atau pemborosan kata,
seharusnya: Kemarin banyak guru yang melakukan demonstrasi.

3. Istilah lain (tipe) kalimat ambigu adalah (tipe) kalimat “bersayap”. Coba Anda sebut
dan jelaskan dengan contoh (tiga kalimat ambigu), mengapa penulis (karya ilmiah)
harus menghindari penggunaan (tipe) kalimat ambigu. Dari ketiga contoh tersebut
tolong Anda perbaiki, sehingga tidak lagi bertipe ambigu.

Jawab:

Ambigu adalah sebuah kata, frasa, atau kalimat yang didalamnya mempunyai lebih
dari satu makna, sehingga hal tersebut menimbulkan keraguan atau kebingungan bagi orang
yang membaca atau mendengarnya. Penyebab dari kata tersebut menjadi ambigu adalah
biasanya terdapat kesalahan pada struktur yang tidak tepat, intonasi dan juga menggunakan
kata yang bersifat polisemi.

 Gedung kantor yang baru diresmikan oleh Bapak Walikota.


Kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut:
Gedung kantor yang baru itu, diresmikan oleh Bapak Walikota.
Gedung di kantor yang baru itu diresmikan oleh Bapak Walikota.
 Putri pengusaha yang pandai itu sekolah di SMA N 1.
Kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut:
Putri pengusaha yang pandai itu sekolah di SMA N 1. (Putrinya yang pandai).
Putri dari pengusaha yang pandai itu sekolah di SMA N 1. (Pengusahanya
yang pandai).
 Sumbangan kedua panti asuhan tersebut sudah dikirimkan.
Kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut:
Sumbangan yang kedua kalinya untuk panti asuhan tersebut sudah dikirimkan.
(Apabila sumbangannya yang kedua kalinya untuk panti asuhan).
Sumbangan dari kedua panti asuhan tersebut sudah kirimkan. (Apabila kedua
panti asuhan yang memberikan sumbangan).
 Mobil DPR baru sedang mengalami perawatan rutin di bengkel.
Kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut :
Mobil, DPR yang baru sedang mengalami perawatan rutin dibengkel. (Apabila
mobilnya yang baru).
Mobil dari DPR, yang baru sedang mengalami perawatan rutin di bengkel.
(Jika DPRnya yang baru).
 Pembacaan pemenang lomba baru dilaksanakan nanti malam.
Kalimat ambigu tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut :
Pembacaan pemenang lomba baru akan dilaksanakan nanti malam. (Apabila
pembacaannya yang dilakukan nanti malam).
Pembacaan pemenang lomba yang baru akan dilaksanakan nanti malam.
(Apabila pemenangnya yang baru).

4. Coba masing-masing kata di bawah ini, Anda buatkan satu contoh kalimatnya,
sehingga masing-masing kata yang ada akhirnya dapat diketahui kandungan
maknanya: asimilasi, legesi, lock down, cooling down, pemakzulan, petahana.

Jawab:

 Asimilasi: Kaum keturunan Cina yang diwakili oleh Tjung Tin Jan dan Lauw Chuan
Tho menginginkan asimilasi atau peleburan sehabis-habisnya orang keturunan Cina
ke dalam penduduk pribumi. 
 Legasi: Walaupun aktor utama terorisme adalah kemiskinan, tetapi para teroris
memanfaatkan legasi agama untuk berjalan karena mereka tidak mempunyai saluran
lain untuk melampiaskan kegelisahan mereka.
 Lockdown: Wacana lockdown dan karantina wilayah pun mulai bergelora, seakan-
akan bahwa aturan tersebut akan menekan laju penyebaran covid-19. Kendati
demikian, mungkin inilah cara yang terbaik bagi kita melawan pandemik.
 Cooling down: Indonesia sebagai rumah bersama tetap memiliki fondasi yang kuat,
dengan dukungan luas. Karena itu, barangkali kaum pro-NKRI dan pro-Pancasila
perlu dingatkan untuk cooling down, bernapas sedikit melegakan dada. 
 Pemakzulan: Operasi Semut Merah pun menjadi penanda dilancarkannya
aksi pemakzulan terhadap Presiden Gus Dur oleh sekelompok elite politik kala itu.
 Petahana: Petahana pasti akan memilih pendamping yang dianggap mampu untuk
menetralkan isu yang selama ini menyerang pemerintah. 
5. Koreksi, perbaiki, dan susun kembali dua sajian alinea di bawah ini, sehingga
memenuhi syarat penyusunan sebuah alinea “yang baik”.

Jawab:

1) Pada disetiap hari sabtu sore sekitar jam 03.30 suasana tanah lapang tampak ramai. Tidak
sedikit diantara beberapa guru-guru berkenan menjadi pembina pramuka. Bernyanyi bersorak
dan bertepuk tangan adalah merupakan sebagai salah satu ciri dalam latihan kepramukaan.

Setiap Sabtu sore sekitar pukul 15.30 suasana lapangan tampak ramai. Beberapa guru
berkenan menjadi pembina pramuka. Bernyanyi, bersorak, dan bertepuk tangan merupakan
salah satu ciri latihan kepramukaan.

2) Tidak sedikit diantara banyak para ibu-ibu merasa khawatir datangnya bencana banjir.
Beberapa anak-anak usia sekolah dasar selalu merasa senang dihari libur. Mereka semua pada
merasa senang dapat berenang disungai yang jernih airnya.

Tidak sedikit diantara para ibu merasa khawatir akan datangnya bencana banjir. Anak-anak
sekolah dasar selalu merasa senang di hari libur. Mereka merasa senang dapat berenang di
sungai yang jernih airnya.

Anda mungkin juga menyukai