Anda di halaman 1dari 8

Kajian Pernyataan Paradoks Jokowi

Beberapa minggu terakhir tepatnya pada tanggal 8 Februari 2021, pewartaan


mengenai pernyataan Jokowi yang meminta masyarakat agar aktif melayangkan
kritik terhadap pemerintah sangatlah ramai.1 Kritik menurut KBBI sendiri adalah
kecaman atau kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik
buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Statement Jokowi
tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah sangat jarang mendengar suara
kritikan dari masyarakat. Nyatanya, fakta di lapangan menunjukan hal
kontradiktif. Pelbagai kritik telah dilemparkan rakyat kepada pemerintah. Namun,
gerakan para buzzer yang kerap membela pemerintah ataupun ancaman Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 (UU ITE) sering kali menyerang balik para
pengirim kritik yang sejatinya telah menjawab pernyataan Jokowi sebelum beliau
lontarkan. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
merupakan undang-undang yang diciptakan untuk menjawab permasalahan
hukum terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan transaksi secara
elektronik. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan bisa mengatur segala
urusan dunia internet (cyber), termasuk didalamnya memberi hukuman terhadap
pelaku cybercrime (Wahono, 2008).2

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terdiri dari 13


bab dan 54 pasal, terdiri dari beberapa pokok pembahasan sebagai berikut:

1. Pengakuan informasi dan/atau dokumen elektronik sebagai alat bukti


hukum yang sah.
2. Pengakuan atas tanda tangan elektronik.
3. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik.
4. Penyelenggaraan sistem elektronik.
1
CNN Indonesia, “Jokowi Minta Dikritik, Warga Dibayangi Buzzer dan UU ITE”,
https://www.cnnindonesia.com/na sional/20210209150236-32-604214/jokowi-minta-dikritik-
warga-dibayangi-buzzer-dan-uu-ite. Diakses pada 19 Februari 2021
2
Winarno, Wahyu Agus, “Sebuah Kajian pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). JEAM Vol X No. 1/2011 (hal. 43-48)

1
5. Nama domain.
6. Hak kekayaan intelektual dan pelindungan hak pribadi.
7. Perbuatan yang dilarang serta ketentuan pidananya.

Seperti penjelasan tersebut, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat awam


yang belum paham tentang isu yang sedang menjadi bola panas. Pada kajian
pencerdasan kali ini, kami akan menjabarkan beberapa pasal Undang-Undang ITE
(UU ITE) yang dianggap hanya menjadi ranjau darat bagi kritikus. Telah banyak
kritikus mulai dari kalangan masyarakat, akademisi, bahkan mahasiswa yang
diringkus aparat karena dianggap mengkritik tidak sesuai aturan hukum dan
dibawah ini akan dipaparkan lebih rincinya. Berbagai pihak tercatat telah
melancarkan kritik terhadap pendapat Presiden Jokowi, mulai dari mantan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mantan wakil presiden Jusuf Kalla3, hingga
LSM seperti KontraS dan lembaga survei seperti KedaiKOPI (Kelompok Diskusi
dan Kajian Opini Publik Indonesia).

Undang-undang ini pernah diminta direvisi pada tahun 2015 yang kemudian
selesai pada tahun 2016. Akhir-akhir ini, Presiden Indonesia kembali meminta
kepada DPR agar UU ITE ini direvisi karena beberapa pasal yang dianggap
bermasalah dan dapat memunculkan penafsiran yang salah pada tiap individu.
Pada umumnya disetiap kebijakan yang dekeluarkan pemerintah pasti menuai pro
dan kontra di kalangan masyarakat, sama halnya dengan adanya perevisian UU
ITE ini. Sebagian masyarakat menganggap bahwa beberapa pasal yang ada dalam
UU ITE ini merupakan pasal karet karena bisa memicu multitafsir dan bisa ditarik
ulur.

Beberapa pasal karet yang dianggap bermasalah dalam UU ITE:

1. Pasal 26 ayat 3, berbunyi “Setiap penyelenggara sistem elektronik wajib


menghapus informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang tidak relevan
yang berada dibawah kendalinya atas permintaan orang yang bersangkutan

3
Aji, M Rosenno. Ed. Eko Ari Wibowo. (2021, Februari 14). TEMPO. Retrieved from Jokowi
Minta Dikritik, Buzzer dan UU ITE: https://fokus.tempo.co/read/1432757/jokowi-minta-dikritik-
buzzer-dan-uu-ite

2
berdasarkan penetapan pengadilan.” Pasal ini dipermasalahkan karena seharusnya
penggunaan informasi media elektronik yang bermuat data pribadi harus melalui
persetujuan pihak yang bersangkutan. Namun, pada pasal tersebut menimbulkan
kekhawatiran bagi pengguna akan penyalahgunaan data pribadi

2. Pasal 27 ayat 1, yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan”. Pasal ini terbukti multitafsir atau menimbulkan
ketidakpastian hukum. Selanjutnya, pada praktiknya pun pengadilan memutuskan
putusan yang berbeda-beda dan tentu menciptakan konsekuensi negatif bagi para
korban.

3. Pasal 27 ayat 3 tentang defamasi atau pencemaran nama baik, yang berbunyi
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.” Disini jelas bahwa kebebasan berpendapat sebagaimana
pion utama demokrasi dirampas oleh negara. Disisi lain, seringkali pasal ini
digunakan pihak yang merasa menjadi korban untuk melapor kepada pihak
berwajib padahal yang dilaporkan belum tentu bersalah. 4 Menurut banyak pihak,
pasal ini menekan kebebasan berpendapat dan perlu direvisi sebab merujuk pada
represi ekspresi legal para jurnalis, aktivis, dan masyarakat yang mengkritik
stakeholder pemerintahan.

4. Pasal 28 ayat 2 tentang ujaran kebencian5, yang berbunyi “Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan
rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu

4
Permatasari, Iman Amanda dan Junior Hendri Wijaya, “Implementasi Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik dalam Penyelesaian Masalah Ujaran Kebencian pada Media Sosial”,
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol.23 No 1 (h. 27-41)
5
Riyanto, Galuh Putri dan Reska K. Nistanto (Ed). . (2021, Februari 16). 9 Pasal Karet yang
Perlu Direvisi Menurut Pengamat. Retrieved from Kompas.com. Diakses dari:
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/16/12020197/9-pasal-karet-dalam-uu-ite-yang-perlu-
direvisi-menurut-pengamat?page=all

3
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).” Pasal ini dapat
menusuk tajam kaum minoritas agama dan rakyat yang mengkritik polisi dan
lembaga pemerintahan.

5. Pasal 40 ayat 2 (a) tentang muatan yang dilarang, pasal ini berbunyi,
“Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan
Informasi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.” Ayat ini mengandung gejolak karena
dapat dijadikan dalil untuk memutus jaringan atau konektivitas internet dengan
tujuan menghentikan informasi yang tidak benar. 6

Penjabaran diatas hanya 5 dari 9 pasal UU ITE yang perlu menjadi fokus
pemerintah untuk segera direvisi karena substansi yang multitafsir dan
menghalangi kebebasan berpendapat sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 E
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”

Pasal karet pada UU ITE ini setidaknya sudah menjerat 74 orang pada
masa pemerintahan SBY dan 233 kasus pada pemerintahan Jokowi, mulai dari
politikus, mahasiswa, hingga yang lainnya. Beberapa orang ditangkap karena
memberikan informasi mengenani beberapa konflik panas yang terjadi di
Indonesia dan sebagian mengkritik pemerintah. Kasus ini tentu menjadi bukti
bahwa kebebasan berekspresi di Indonesia kian merosot. Dibawah ini akan
dipaparkan beberapa kasus akibat jeratan UU ITE

Tokoh Dandhy Laksosno yang dikenal sebagai jurnalis dan aktivis HAM
ditetapkan sebagai tersangka pada 27 September 2019 atas cuitan via akun
Twitternya yang menyinggung Papua pada empat hari sebelum Dandhy ditangkap
Polda Metro Jaya. Penegak hukum mengenai Dandhy dengan pasal 28 ayat (2)

6
Riana Friski, “Ini Deretan Pasal Bermasalah dalam UU ITE Versi SafeNET.”
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://nasional.tempo.co/amp/1433578/ini-deretan-pasal-
bermasalah-dalam-uu-ite-versi-
safenet&ved=2ahUKEwjG3eiBp_buAhWaXSsKHSwWBVUQFjAEegQIIBAC&usg=AOvVaw11
RW8w35FdAI_g4s2HTpdw&ampcf=1. Diakses pada 19 februari 2021

4
juncto pasal 45 A ayat (2) UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU
Nomor 8 tahun 2016 tentang ITE dana tau Pasal 14 dan Pasal 15 UU Nomor 1
Tahun 1946 tentanf Peraturan Hukum Pidana.7

Kemudian UU ITE yang pernah disorot pada September 2019 lalu adalah
kasus penangkapan Ananda Badudu, mantan vokalis Banda Naira, dengan
tudingan provokasi karena telah membuka donasi di salah satu platform media
sosial untuk para demonstran (mahasiswa). Padahal ia melakukan penggalangan
dana untuk menopang akomodasi berupa konsumsi kepada mahasiswa yang
sedang aksi menolak kebijakan RUU (Rancangan Undang Undang) KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana) dan pelemahan Komisi Pemberantas Korupsi
(KPK) pada tahun 2019.8

Pewartaan mengenai revisi pasal karet dalam UU ITE yang akan dilakukan
oleh Presiden Jokowi tentunya menimbulkan opini publik. Banyak diantaranya
berbahagia sebab dimaknai sebagai angin segar bagi masyarakat untuk bisa
mengutarakan pendapatnya, terlebih lagi dalam media sosial. Bagaimana tidak,
menurut data yang bersumber dari Katadata Insight Center, ada sebanyak 99
persen penduduk indonesia menggunakan handphone yang sekaligus berperan
aktif dalam menggunakan media sosial.

Pakar hukum teknologi, informasi, dan komunikasi Universitas


Padjadjaran Dr. Sinta Dewi, LL.M., ikut menyetujui bahwa pengguanaan UU ITE
yang multitafsir akan membatasi kebebasan masyarakat dalam mengekspresikan
pendapatnya. Namun, beliau tidak memungkiri bahwa UU ITE diperlukan untuk

7
Prabowo, Haris, “Banjir Kasus Pasal Karet UU ITE Sepanjang 2019”
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.tirto.id/banjir-kasus-pasal-
karet-uu-ite-sepanjang-2019-
eo4V&ved=2ahUKEwjtoNKCtfbuAhUVfSsKHZrLBhYQFjAAegQIAxAD&usg=AOvVaw3J6X
Ft2QuBzbJ8dvkgZ13m&ampcf=1. Diakses pada 19 Februari 2021
8
Velarosdela, Rindi Nuris, “Siapa Ananda Badudu yang Ditangkap karena Dituduh Danai
Demonstran?” https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2019/09/27/09113771/si
apa-ananda-badudu-yang-ditangkap-karena-dituduh-danai-
demonstran&ved=2ahUKEwjLp6vDuPbuAhWDf30KHUJ3D98QFjACegQIAhAG&usg=AOvVa
w0RKkKZh-Yv7hSTN5W7_jsF&ampcf=1. Diakses pada 20 Februari 2021

5
masyarakat agar bisa mendapatkan jaminan hukum sesuai tujuan awal
pembentukan UU ini. Tentu saja peraturan tersebut harus memiliki kualifikasi
yang terperinci agar tidak disalahgunakan serta disalahartikan.9

Pada awalnya pemerintah mengeluarkan UU ITE untuk melindungi


warganya dalam proses transaksi elektronik ditengah kemajuan zaman yang serba
canggih ini. Namun, dalam pelaksanaanya justru malah disalahgunakan untuk
kepentingan beberapa pihak, membungkam pihak-pihak yang telah mengkritik
pemerintahan dan melenceng jauh dari misi awalnya melindungi perdagangan dan
transaksi elektronik.10 UU ITE yang terdiri dari 13 bab dan 54 pasal ini merupakan
penanda adanya rezim hukum baru dalam khazanah peraturan perundang-
undangan RI11. Keberadaan UU ITE yang masih rancu membuat UU ini mudah
disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu, rumusan yang longgar tersebut juga
mudah disalahgunakan oleh penegak hukum dalam pembuktiannya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Maulana, Arif, ‘Soal Revisi UU ITE, Ahli Hukum TIK Unpad: Literasi DigitaL Juga Penting
Dipahami Masyarakat. https://www.unpad.ac.id/2021/02/soal-revisi-uu-ite-ahli-hukum-tik-
unpad-literasi-digital-juga-penting-dipahami-masyarakat/. Diakses pasa 18 Februari 2021.
10
Winarno, Wahyu Agus, “Sebuah Kajian pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE)”. JEAM Vol. X No.1:43-48
11
Atmaja, Ap E. (2014). "Kedaulatan Negara di Ruang-maya Kritik UU ITE dalam Pemikiran
Satjipto Rahardjo." Gema Keadilan, vol. 1, no. 1, pp. 103

6
Aji, M Rosenno. Ed. Eko Ari Wibowo. (2021, Februari 14). TEMPO. Retrieved
from Jokowi Minta Dikritik, Buzzer dan UU ITE:
https://fokus.tempo.co/read/1432757/jokowi-minta-dikritik-buzzer-dan-
uu-ite
Atmaja, Ap E. (2014). "Kedaulatan Negara di Ruang-maya Kritik UU ITE dalam
Pemikiran Satjipto Rahardjo." Gema Keadilan, vol. 1, no. 1, pp. 75-108,
doi:10.3592/2.
CNN Indonesia. (2021, Februari 9). Jokowi Minta Dikritik, Warga Dibayangi
Buzzer dan UU ITE. Retrieved from CNN Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/na sional/20210209150236-32-
604214/jokowi-minta-dikritik-warga-dibayangi-buzzer-dan-uu-ite.
DPR. (n.d.). Undang-Undang Nomer 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Retrieved from dpr.go.id
Maulana, A. (2021, Februari 17). Soal Revisi UU ITE, Ahli Hukum TIK Unpad:
Literasi Digital Juga Penting Dipahami Masyarakat. Retrieved from
Unpad: https://www. unpad.ac.id/2021/02/soal-revisi-uu-ite-ahli-hukum-
tik-unpad-literasi-digital-juga-penting-dipahami-masyarakat
Permatasari, Iman Amanda dan Junior Hendri Wijaya. (2019). Implementasi
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronnik dalam Penyelesaian
Masalah Ujaran Kebencian pada Media Sosial. Jurnal Penelitian Pers dan
Komunikasi Pembangunan Vol. 23, No. 1, 27--41.
Prabowo, Haris. (2019, Desember 27). Banjir Kasus Pasal Karet UU ITE
Sepanjang 2019. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.tirto.id/banjir-kasus-pasal-karet-
uu-ite-sepanjang-2019-
eo4V&ved=2ahUKEwjtoNKCtfbuAhUVfSsKHZrLBhYQFjAAegQIAxA
D&usg=AOvVaw3J6XFt2QuBzbJ8dvkgZ13m&ampcf=1.
Riana Friski. (2021, Februari 17). Ini Deretan Pasal Bermasalah dalam UU ITE
Versi SafeNET. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://nasional.tempo.co/amp/1433578/ini-
deretan-pasal-bermasalah-dalam-uu-ite-versi-
safenet&ved=2ahUKEwjG3eiBp_buAhWaXSsKHSwWBVUQFjAEegQII
BAC&usg=AOvVaw11RW8w35FdAI_g4s2HTpdw&ampcf=1
Riyanto, Galuh Putri dan Reska K. Nistanto (Ed). . (2021, Februari 16). 9 Pasal
Karet yang Perlu Direvisi Menurut Pengamat. Retrieved from
Kompas.com. Diakses dari:

7
https://tekno.kompas.com/read/2021/02/16/12020197/9-pasal-karet-dalam-
uu-ite-yang-perlu-direvisi-menurut-pengamat?page=all
Veladorsa, Rindi Nuris. Ed. Egidius Patnistik. (2019, September 27). Siapa
Ananda Badudu yang Ditangkap karena Dituduh Danai Demonstran?
Retrieved from Kompas.com:
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/27/09113771/siapa-ananda-
badudu-yang-ditangkap-karena-dituduh-danai-demonstran?page=all.

Winarno, Wahyu Agus, “Sebuah Kajian pada Undang-Undang Informasi dan


Transaksi Elektronik (UU ITE). JEAM Vol X No. 1/2011 (hal. 43-48)

Anda mungkin juga menyukai