Anda di halaman 1dari 12

BAB 3

KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh masyarakat dalam menyampaikan dan
menerima pesan kepada orang lain. Dalam sebuah bahasa terdapat ide, gagasan pikiran,
keinginan dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang
dimiliki seseorang harus dituangkan ke dalam sebuah bentuk kalimat supaya bisa dipahami
oleh orang lain. Dalam kenyataannya, tidak semua kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah
dipahami orang lain. Mungkin orang lain merasa kebingungan apa yang sebenarnya dihendaki
seseorang melalui kalimatnya. Dengan demikian kita dapat mengatakan ada kalimat yang baik
dan kalimat yang tidak baik.  Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut
dengan kalimat efektif. Kalimat yang efektif  memiliki posisi bagaimana kalimat itu dapat
mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang atau pembicara tanpa bertele-tele atau
berbelit. Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, terkadang harapan itu tidak tercapai. Ada sebagian lawan bicara
atau pembaca sulit memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Unsur-unsur dalam sebuah kalimat perlu dipahami terlebih dahulu. Unsur pokok kalimat
adalah subjek (S) dan predikat (P). Banyak orang menuliskan kalimat tanpa memikirkan adanya
S dan P sebagai sebuah inti kalimat. Bisa dilihat contoh di bawah ini:
Kalimat:
- Saya menyesal telah membuatnya menangis.
- Mestinya dia malu melakukannya.
- Film itu menang kompetisi.

Bukan kalimat seperti di bawah ini:

- Pekerjaan yang ditawarkan kepada sepupunya.


- Tugas miliknya yang baru saja selesai dijilid.
- Sehingga tidak bisa dihubungi saat ini.

Pada susunan yang bukan kalimat terlihat bahwa ketiganya tidak memiliki predikat,
sehingga tidak bisa menyampaikan pesan secara lengkap. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus
lengkap. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan, antara lain: mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan
kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca susah
mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.

A. Pengertian Kalimat Efektif


Sebagaimana dinyatakan sebelumnya bahwa kalimat efektif bertujuan agar pembaca
mudah memahami makna kalimat tersebut. Dalam menyusun kalimat, ada beberapa unsur
penting yang harus diperhatikan (Sugono, 2003):
a. Subjek: Bagian dari kalimat yang menunjukkan pelaku, benda, suatu hal, atau masalah
yang menjadi pokok pembahasan.
Contoh:
UMY akan mengadakan kegiatan bakti sosial minggu depan.
Pelaku pembunuhan adalah saudara kandungnya yang pernah sakit hati.

b. Predikat: Bagian dari kalimat yang memberi tahu tindakan atau keadaan subjek/
menjelaskan subjek.
Contoh:
Polisi sibuk mengatur lalu lintas yang padat pagi ini.
Rumah itu disita karena pemiliknya menjadikan jaminan untuk membatar hutang.

c. Objek: Bagian dari kalimat yang melengkapi predikat.


Contoh:
Petani menanam padi di sawah.
Masalah warisan sudah diselesaikan di pengadilan.
d. Keterangan: Bagian dari kalimat yang memberikan penjelasan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Biasanya keterangan ini bisa dikelompokkan dalam
keterangan tempat, keterangan waktu, maupun keterangan keadaan.
Contoh:
Nenek akan datang nanti sore.
Sertifikat tanah telah diambilnya dari rumah pemiliknya.

Dalam implementasinya, objek dan keterangan tidak selalu hadir dalam wujud sebuah kalimat.
Dengan demikian S dan P adalah unsur pokok yang harus ada. Dengan tetap mengacu pada aturan
pembuatan kalimat, maka kalimat yang terlalu panjang akan dapat dihindarkan. Kalimat pendek
membuat membuat pesan mudah ditangkap, karena tidak berbelit. Kalimat efektif/ tidak berbelit ini ini
tidak hanya diperlukan dalam bentuk lisan, melainkan dalam bentuk tulisan juga. Dengan menuliskan
kalimat efektif dalam bentuk tulisan maka karya yang disampaikan dalam bentuk tulisan dengan mudah
dipahami maupun dimengerti oleh pembaca, tanpa harus banyak mengalami ketidakpastian
(unpredictable). Yendra (2018) dalam bukunya Mengenal Ilmu Bahasa mengatakan bahwa kalimat
berfungsi untuk membangun struktur makna bahasa secara lengkap. Kelengkapan makna akan
terbangun manakala kalimat mudah dipahami atau efektif. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia
(KBBI) efektif diartikan sebagai berhasil guna atau tepat guna. Adapun menurut Dalman (2016)
mengatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan pesan,
ide, gagasan, atau informasi secara utuh, jelas, dan tepat sehingga pembaca dapat memahami maksud
yang diungkap penulis. Dengan mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dirinci ciri-ciri sebuah
kalimat efektif sebagaimana di bawah ini.

B. Ciri kalimat Efektif


Kalimat efektif yang dapat meyakinkan dan menarik pendengar atau pembaca memiliki
beberapa ciri, diantaranya:
a. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan merupakan hubungan timbal balik antar subjek dan predikat,
antara predikat dan objek, serta dengan keterangan-keterangan yang menjelaskan unsur-
unsur kalimat itu. Kesatuan logika akan jelas jika unsur kalimatnya saling berhubungan
(Bahtiar dan Fatimah, 2014). Kesepadanan kalimat mempunyai beberapa ciri yaitu:
 Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Hal ini terkait dengan ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat yang
tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan predikat subjek dan suatu
kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya
di depan subjek.
Contoh :
- Bagi semua siswa SMA Harapan Bangsa harus mengikuti pawai budaya. (salah)
- Semua siswa SMA Harapan Bangsa harus mengikuti pawai budaya. (benar)
- Untuk kelancaran pengurusan sertifikat, persetujuan dari semua pihak keluarga
mutlak diperlukan. (salah)
- Kelancaran pengurusan sertifikat memerlukan persetujuan dari semua pihak
keluarga. (benar)

 Tidak terdapat subjek ganda.


Contoh :
Novel itu saya sudah baca. (salah)
Novel itu sudah saya baca. (benar)
Saya sudah baca novel itu. (benar)
Buku itu saya taruh di meja. (salah)
Saya menaruh buku itu di meja. (benar)
 Kata pengubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal
Contoh :
Motor yang digunakannya mengalami masalah. Sehingga ia tidak bisa datang
tepat waktu. (Salah)
Motor yang digunakannya mengalami masalah, sehingga ia tidak bisa datang
tepat waktu. (Benar)
Saya harus mengatakan hal yang sebenarnya. Meskipun hati ini tidak tega.
(salah)
Saya harus mengatakan hal yang sebenarnya, meskipun hati ini tidak tega.
(benar)
 Predikat kalimat tidak didahului oleh kata ‘yang’.
Contoh :
Leni yang merupakan mahasiswa semester 6. (salah)
Leni merupakan mahasiswa semester 6. (benar)
Mira yang berbaju merah. (salah)
Mira adalah gadis yang berbaju merah. (benar)

b. Kepararelan
Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, baik dari segi
kategorinya maupun imbuhan yang digunakan (Bahtiar dan Fatimah, 2014). Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Begitu
juga dengan nomina, jika pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan
selanjutnya juga menggunakan nomina.
Contoh :
Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, buku-buku diberi
label, dan meminjam buku. (salah)
Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan
buku, dan peminjaman buku. (benar)
Saya sangat respek dengan ketaatannya dalam beribadah, gemar menolong, luwes
bersosialisasi, dan beristiqomah. (salah)
Saya sangat respek dengan ketaatannya dalam beribadah, kegemaran menolong,
keluwesan bersosialisasi, dan keistiqomahan. (benar)

c. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu upaya penonjolan pada ide pokok kalimat
(Bahtiar dan Fatimah, 2014). Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat antara lain:
 Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh :
Pada bulan November kita ujian tengah semester.
Saya maafkan seberapa pun besar kesalahanmu.
Di tengah pandemi ia harus merelakan kematian kerabatnya.

 Membuat urutan kata yang bertahap.


Contoh :
Pawai budaya itu diikuti oleh siswa SD, TK, SMA dan SMP. (salah)
Pawai budaya itu diikuti oleh siswa TK, SD, SMP dan SMA. (benar)
Sebuah proses penelitian meliputi pemilihan topik, pengumpulan data,
penganalisisan data, publikasi, dan penarikan kesimpulan. (salah)
Sebuah proses penelitian meliputi pemilihan topik, pengumpulan data,
penganalisisan data, penarikan kesimpulan, dan publikasi. (benar)

  Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh
Anak kecil itu lucu, anak kecil itu juga menggemaskan. (salah)
Anak kecil itu lucu dan menggemaskan. (benar)
Buku baru yang dipegangnya adalah edisi revisi, buku itu harganya seratus ribu.
(salah)
Buku baru yang dipegangnya adalah edisi revisi dan harganya seratus ribu
rupiah. (benar)
  Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu pintar, tetapi dia pemalas.
Saya ikhlas dengan apa yang telah dilakukannya padaku, tetapi saya belum bisa
sepenuhnya memaafkan.
Dia sangat istiqomah dalam beribadah, tetapi sayang kadang-kadang
menjengkelkan.
 Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh :
Sudahkah Anda menabung?
Setujukan Saudara dengan usul saya?

d. Kehematan
Kehematan berarti bahwa tidak selalu minim kata-kata, artinya yang pendek bentuknya
pasti bersifat efektif, namun kehematan kata ialah membuang kata, frasa, dan bentuk
lain yang dianggap tidak perlu, atau mubazir, dan kontruksi yang berbelit tetapi tidak
menyalahi kaidah tata bahasa (Ahmad dan Alek, 2016). Penggunaan kata yang berbelit-
belit tentu membuat pembaca bingung. Beberapa kriteria penghematan yang perlu
diperhatikan:
 Penghematan bisa dilakukan dengan menghindarkan pengulangan subjek
Contoh :
Adik pergi ke perpustakaan setelah adik mandi dan sarapan pagi. (salah)
Adik pergi ke perpustakaan setelah mandi dan sarapan pagi. (benar)
Dia hanya ingin menyendiri, dia tidak ingin diganggu.(salah)
Dia hanya ingin menyendiri dan tidak ingin diganggu. (benar)

 Penghematan bisa dilakukan dengan menghindarkan pemakaian hipernim dan


hiponim dalam satu kalimat
Contoh :
Adik membeli alat tulis pensil, buku dan rautan. (salah)
Adik membeli pensil, buku dan rautan. (benar)
Ibu selesai berbelanja buah-buahan mangga, pisang, dan durian. (salah)
Ibu selesai berbelanja mangga, pisang dan durian. (benar)

 Penghematan bisa dilakukan dengan menghindarkan dua sinonim dalam satu


kalimat.
Contoh :
Tubuh anak kecil itu kering sekali karena sejak dari kecil ia tidak suka makan
sayur dan buah. (salah)
Tubuh anak kecil itu kering sekali karena sejak kecil ia tidak suka makan sayur
dan buah. (benar)
Menurut De Vito dikatakan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif diawali
dengan adanya keterbukaan. (salah)
De Vito mengatakan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif diawali
dengan adanya keterbukaan. (benar)
 Penghematan bisa dilakukan dengan tidak menjamakkan kata-kata yang sudah
berbentuk jamak.
Contoh :
Para petani-petani berunjuk rasa di kantor desa. (Salah)
Para petani berunjuk rasa di kantor desa. (Benar)
Banyak buruh-buruh pabrik meminta kenaikan gaji. (Salah)
Banyak buruh pabrik meminta kenaikan gaji. (Benar)
e. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dalam menggunakan diksi. Diksi adalah pemilihan
kata yang digunakan yang sesuai dengan konteks kalimat. Cermat adalah bahwa kalimat
itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh :
Bu guru baru pergi ke ruang guru. (tafsiran ganda)
Bu guru baru saja pergi ke ruang guru.
Buku sejarah lama tidak digunakan sebagai referensi. (tafsiran ganda)
Buku sejarah lama sudah tidak digunakan sebagai referensi.
f. Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele. Kalimat
yang padu mempergunakan pola S-P-O-Ket.
Contoh :
Penyanyi terkenal itu menceritakan tentang pengalaman masa kecilnya. (bertele-tele)
Penyanyi terkenal itu menceritakan pengalaman masa kecilnya.
Ia mengakui kesalahannya, tanpa harus dipaksa pun ia akan mengakuinya. (bertele-tele).
Ia mengakui kesalahannya tanpa harus dipaksa.

g. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk
menyatakan sesuatu sesuai dengan logika (Bahtiar dan Fatimah, 2014). Kelogisan
kalimat berhubungan dengan penalaran atau masuk akal.
Contoh:
Bu guru mengajar matematika di kelas kami. (tidak logis)
Bu guru mengajarkan matematika di kelas kami.
Dosen mengijinkan kuliah di luar kelas. (tidak logis)
Dosen mengijinkan mahasiswa untuk kuliah di luar kelas.
Dengan kata lain, bahwa dalam membentuk kalimat efektif tidak sekedar membuat kalimat saja,
namun juga perlu memperhatikan syarat dalam penulisan kalimat efektif, terutama
menyesuaikan dengan EYD. Sebuah kalimat efektif harus menggunakan ejaan maupun tanda
baca yang tepat. Ejaan yang Disempurnakan akan mengatur penulisan mulai dari ejaan, tanda
baca, serta penggunaan kata serapan. Pembahasan EYD sudah dilakukan dalam bab 2 di buku
ini.

C. Penerapan Kalimat Efektif dalam Paragraf


Berikut adalah contoh menerapkan kalimat efektif dalam sebuah paragraf. Berdasarkan contoh
akan terlihat bagian-bagian yang bertele-tele yang membingungkan pembaca:

Anak merupakan generasi penerus keluarga, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.
Agar kelak menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan kesepakatan cita-cita bangsa.
Kebutuhan dasar anak yang meliputi perhatian dan kasih sayang harus terpenuhi dalam
keluarga. Keluarga dalam konteks sosial budaya, tidak dapat dipisahkan dari tradisi budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik anak agar dapat hidup bermasyarakat. (bertele-tele)

Anak merupakan generasi penerus keluarga. Mereka perlu dipersiapkan sejak dini. Hal ini
bertujuan agar mereka menjadi manusia berkualitas. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh
dalam terbentuknya kualitas anak. Tanggung jawab tersebut meliputi pemberian perhatian dan
kasih sayang yang utuh, termasuk melatih dalam hidup bermasyarakat. (kalimat efektif)

Game yang saya akan bahas ini adalah Game PUBG Mobile yang sedang marak-
maraknya kotak.game.com mengatakan bahwa jumlah pemain game ini sudah terdaftar 75 juta
pemain dan belum termasuk pemain yang baru mulai mendaftar ketika sudah dirilis, game ini
menjadi trend di setiap kalangan termasuk di anak remaja. Sebagian besar anak remaja sangat
gemar memainkan game tersebut. Para remaja memainkan game tersebut atau Game Mobile
Lagend dengan berbagai alasan untuk bermainnya, seperti hanya ingin tahu, hanya mengikuti
trend, untuk menghilangkan kebosanan, dan mencari banyak teman via line. (bertele-tele)
PUBG Mobile adalah game online yang sedang trend saat ini. Jumlah pemain game ini sudah
mencapai 75 juta pemain, belum termasuk pendaftar baru. Game ini sangat disukai oleh remaja.
Beberapa alasan mereka bermain game adalah keingintahuan, mengikuti trend, menghilangkan
kebosanan, dan mencari banyak teman. (kalimat efektif)

Mendefinisikan budaya sebagai sistem pengetahuan yang di peroleh manusia melalui proses belajar
yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya, sekaligus menyusun strategi
perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling. Dalam pandangannya, Spradley tidak lagi menganggap
antropologi atau etnografi hanya mengamati masyarakat yang terisolasi, melainkan mejadikan
etnografi ini sebagai alat yang fundamental untuk memahami masyarakat dalam lingkup kecil
maupun masyarakat multikultural di seluruh dunia. Spradley memerhatikan makna tindakan dari
kejadiaan yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka. Spradley juga
memfokuskan secara khusus pembuatan kesimpulan dari apa yang dikatakan orang. (bertele-tele)

Etnografi mendefinisikan budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melaui proses
belajar. Manusia belajar menginterpretasikan dunia sekeliling dan menyusun strategi perilaku dalam
menghadapi dunia. Dalam pandangannya, Spradley tidak lagi menganggap antropologi atau
etnografi hanya mengamati masyarakat yang terisolasi. Etnografi juga sebagai alat yang fundamental
untuk memahami masyarakat dalam lingkup kecil maupun masyarakat multikultural di seluruh
dunia. Spradley memerhatikan makna tindakan dari kejadiaan yang menimpa orang yang ingin kita
pahami melalui kebudayaan mereka. Spradley juga memfokuskan secara khusus pembuatan
kesimpulan dari apa yang dikatakan orang.

D. Latihan
Buatlah paragraf di bawah ini menjadi kalimat efektif sesuai dengan ketentuan yang sudah
dibahas! Perhatikan dengan cermat semua unsur yang harus dimiliki oleh kalimat efektif!
Sedikit berbeda dengan yang terjadi pada komunikasi SH dengan adiknya
RL, dalam komunikasinya yang lebih sering berjarak, SH berusaha memosisikan
dirinya setara dengan RL, hal itu dilakukannya agar RL tetap memiliki
kepercayaan untuk melibatkan dia dalam mengkomunikasikan masalah yang
tengah dihadapi, paling tidak dengan RL tetap nyaman bercerita tahu
berkomunikasi dengan dirinya saja sudah cukup bagi SH, dengan begitu dia telah
memberikan ruang nyaman bagi RL dalam mengkomunikasikan sesuatu.
Menyejajarkan diri dengan adiknya juga memberikan kesempatan bagi RL untuk
berbicara sesuai dengan apa yang ingin di ungkapkannya. Disisi lain SH juga
sadar kalau RL butuh teman untuk cerita di tengah permasalahan yang
dihadapinya, SH memanfaatkan ini untuk memberikan kontribusinya sebagai
seorang kakak, yang pada pemahaman SH, sebagai saudara harusnya saling
support satu sama lain. Jika keluarga saja tidak memiliki sikap demikian
bagaimana mungkin akan mengharapkan orang lain untuk melakukannya
tegasnya. Di tengah kedekatan keduanya, SH mengakui adanya batasan-batasan
yang mereka jaga, demi menghormati privasi masing-masing, terlebih RL juga
sudah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bahtiar, Ahmad., dan Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: In Media

H.P, Ahmad., dan Alek. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Erlangga

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Departeman Pendidikan Nasional

Dalman. (2016). Ketrampilan menulis, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Yendra,.(2018).Mengenal Ilmu Bahasa, Yogyakarta: Deepublish

Internet :

https://www.pendidikanku.org/2016/08/pengertian-kalimat-efektif-pengertian.html

http://dilihatya.com/2042/pengertian-kalimat-efektif-menurut-para-ahli

https://www.yuksinau.id/kalimat-efektif/#!

Anda mungkin juga menyukai