Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan
yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat
diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada
tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Bahasa adalah medium komunikasi baik lisan maupun tulisan. Kepiawaian seseorang
dalam menggunakan bahasa, terutama merangkai kalimat, akan menentukan kejelasan sebuah
pesan. Dalam ragam tulis, tujuan penulis akan tercapai apabila tulisan dikemas dengan jalinan
kalimat yang efektif. Sebaliknya, tujuan penulisan dikatakan gagal apabila tulisan disusun
dengan kalimat tidak efektif. Dengan kata lain, sesuatu yang mudah akan menjadi sulit dipahami
apabila disampaikan dengan bahasa yang berbelit-belit. Sebaliknya, hal yang sulit akan menjadi
mudah dipahami jika disampaikan dengan kalimat yang jelas dan teratur.
Sebelum dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita
perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis kepada lawan
bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan
hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang
disampaikan. Lawan bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau
menghayati setiap kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat
atau tuturan tersebut.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan ata yang dituliskan. Supaya kalimat yang
dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak
boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu di munculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian

2
harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

2.2 Ciri – Ciri Kalimat Efektif


Untuk dapat membuat kalimat efektif, ada sembilan hal yang harus diperhatikan penulis.
Kesembilan hal tersebut yaitu :

1. Kesatuan Gagasan

Syarat pertama agar sebuah kalimat menjadi efektif adalah kesatuan gagasan.
Kesatuan gagasan dimaksudkan setiap kalimat harus mempunyai gagasan pokok yang
jelas dan utuh. Artinya, setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok. Untuk
keefektifan, tidak benar menggabungkan dua gagasan yang tidak memiliki hubungan
dalam satu kalimat.

Kesatuan gagasan dinyatakan dengan keutuhan stuktur kalimat dan kesatuan


logika. Oleh karena itu, struktur kalimatnya harus benar, demikian pula logikanya.
Sebuah kesatuan gagasan dapat pula dihasilkan dengan kerapihan struktur kalimat.
Kerapihan struktur kalimat dapat dilihat melalui pemunculan unsur kalimat yang
berfungsi sebagai subjek dan predikat; bila diperlukan unsur objek dan keterangan.
Kesatuan yang diwakili oleh subjek, predikat dan objek dan predikat dapat membentuk
kesatuan tunggal atau kesatuan gabungan. Dengan demikian, setiap kata dalam kalimat
itu benar-benar merupakan unsure yang berfungsi dan terpadu. Untuk lebih jelas,
perhatikan contoh berikut :

a. Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya.


1. Kita bisa merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu seringkali
merupakan tenaga pendorong yang sangat kuat dalam tindak kehidupan kita.
(kesatuan tunggal)
2. Pada saat seorang sarjana harus merumuskan konsep-konsep menjadi istilah,
kadang-kadang terasa ada kesuliatn. (kesatuan tunggal)
b. Kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya.

3
1. Di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara
pendidik dan peserta didik.
2. Dengan adanya kenakalan anak-anak yang kadang-kadang sudah merupakan
perbuatan kriminal memerlukan perhatian yang cukup serius.

2. Kesepadanan
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan.
Memiliki subjek predikat yang jelas
Contoh : Nino sedang membuat kue
Tidak terdapat subjek ganda
Contoh : Orang itu gerak-geriknya mencurigakan
Kata penghubung intrakalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal
Contoh : Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama

3. Keparalelan
Kesamaan/kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh : Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan
tanggung jawab.

4. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat. Penghematan dalam penggunaan kata/frasa/bentuk lain yang tidak diperlukan
sejauh tidak menyalahi kaidah dan tidak mengubah makna.
Contoh : Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari :
Hindari pengulangan subjek
Contoh : Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh : Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1965.

4
Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Contoh : Sejak dari tadi dia hanya bermenung saja.
Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh : Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

5. Kecermatan
Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata.
Contoh : Ayah sedang memandang keindahan alam pegunungan.
Tidak menimbulkan penafsiran ganda
Contoh : Dia adalah istri Pak Lurah yang baru

6. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan

7. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metoda penekanan antara
lain :
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di
depan kalimat.
Contoh : Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -
pun, dan –kah.
Contoh : Kami pun turut dalam kegiatan itu.
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara
orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

5
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

8. Kepaduan atau Koherensi


Kepaduan atau koherensi adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara
unsur-unsur yang membentuk sebuah kalimat.unsur-unsur tersebut adalah hubungan
makna antara jabatan-jabatan kalimat yaitu:hubungan
subjek,predikat,objek,pelengkap,dan keterangan.hubungan yang tepat dan jelas antara
unsur-unsur tersebut menghasilkan kalimat yang memeiliki kepaduan yang baik dan
kompak.

Terdapat perbedaan penekanan antara kepaduan dan kesatuan gagasan.kepaduan


lebih pada struktur,sedangkan kesatuan pada isi pikiran.hal ini berarti bahwa sebuah
kalimat yang mengandung kesatuan gagasan belum tentu memiliki kepaduan yang baik.

Kesalahan yang banyak ditemukan dalam tulisan sehingga merusak kepaduan


kalimat adalah penempatan kata-kata yang tidak sesuai dengan struktur kalimat yang
benar.di kata samping itu,adanya penempatan preposisi,konjungsi,dan kata tugas yang
salah.

Perhatikan contoh-contoh berikut!

a. Kepaduan sebuah kalimat akan rusak karena salah menggunakan kata depan atau kata
hubung.

1). Interaksi anatara pengembangan kepribadian dan perkembanagan penguasaan


bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang.

Seharusnya:

Interaksi anatara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan


bahasa menentukan pola kepribadian yang sedang berkembang.

2). Mereaka sedang mendiskusikan tentang UU Kekerasan dalam Rumah


Tangga.

Seharusnya:

6
Mereka sedang mendiskusikan UU Kekerasan dalam Rumah Tangga.

b. Kepaduan yang rusak akibat kesalahan merangkai dua kata yang maknanya sama.

1). Demi untuk kepentingan kita bersama, saudara hendaknya mematuhi semua
peraturan yang telah di tetapkan.

Seharusnya:

Demi kepentingan kita bersama, saudara hendaknya mematuhi semua peraturan


yang telah ditetapkan. Atau:

Untuk kepentingan kita bersama, saudara hendaknya mematuhi semua peraturan


yang telah di tetapkan.

2). Agar supaya hidup kita menjadi tentram,kita dianjurkan untuk selalu berzikir

kepada-Nya.

Seharusnya:

Agar hidup kita menjadi tentram, kita dianjurkan untuk selalu berzikir kepada-
Nya. Atau:

Supaya hidup kita menjadi tentram,kita di anjurkan untuk selalu berzikir kepad-
Nya.

c. Kepadun kalimat yamg rusak karena salah menempatkan keterangan


(sudah,telah,akan,atau belum).

1). Saya akan baca buku itu hingga selesai.

Seharusnya:

Saya akan membaca buku itu hingga selesai. Atau:

Akan saya baca buku itu hingga selesai.

2). Kami sudah lihat pertunjukkan itu kemarin,

7
Seharusnya:

Sudah kami lihat pertunjukkan itu kemarin. Atau:

Kami sudah lihat pertunjukkan itu kemarin.

9. Kelogisan

Sturuktur gramatikal yang baik bukan tujuan dlam komunikasi,melainkan hanya


merupakan alat untuk merangkai sebuah pikiran yang jelas.oleh karen itu,ada unsur lain
yang harus di perhatikan,yakni unsur logika.

Logika atau jalan pikiran merupakan suatu proses berfikir yang berusaha
menghubung-hubungkan unsur-unsur dalam kalimat sehingga membentuk kesatuan
pikiran yang masuk akal.jalan pikiran seseorang menentukan baik tidaknya kalimat yang
ditulis.artinya penalaran yang baik akan menghasilkan kalimat yang baik dan kalimat
yang baik (logis) akan memeberikan kesan baik pada pembaca.

Perhatikan kalimat berikut:

1). Waktu dan tempat kami persilahakan!

2). Siapa yang kehilangan jam tangan di harap diambil di kantor TU!

3). Mereka di tugaskan oleh dosennya untuk melakukan penelitian ilmiah.

Bandingkan dengan kalimat berikut!

1). Bapak Menteri Agama RI kami persilahakan!

2). Yang merasa kehilangan jam tangan harap mengambilnya di kantor TU.

3). Mereka di tugasi oleh dosennya untuk melakukan penelitian ilmiah.

Kalimat 1, 2 dan 3 tidak logis. Ketidaklogisannya terlihat pada hubungan S dan P.


Siapa yang dipersilahakan pewara? Jawabnya: Bapak Menteri Agama RI, bukan waktu

8
dan tempat. Begitu juga kalimat nomor 2, yang harus diambil adalah jam tangan, bukan
yang kehilngan jam tangan. Kalimat no 3, ditugasi = “diberi tugas”, sedangakan
ditugaskan = “dijadikan (sebagai) tugas”.

2.3 Penyebab Ketidakefektifan Kalimat


Sebuah kalimat berbunyi, “Siapa yang menemukan dompet di kampus UIN diharap
segera diserahkan kepada satpam.” Apabila anda mencermati pengumuman tersebut, bgaimana
tanggapan anda? Apakah penemu dompet itu harus diserahkan kepada satpam?
Si A berkata, “Itulah istri pak lurah yang baru!” Menurut pikiran anda, apakah pak lurah
itu baru menikah? Atau baru dilantik menjadi pak Lurah?
Kedua contoh diatas merupakan contoh kalimat yang tidak efektif. Banyak hal yang
menyebabkan kalimat tidak efektif. Misalnya, penyimpangan dari kaidah tata bahasa kalimat
terlalu panjang, tidak cermat memilih kata-kata, bisa juga karena logika atau penalaran yang
salah, seperti pada contoh pertama, walaupun tata bhasanya tidak cacat. Pada contoh kedua,
kalimat tersebut memiliki arti mendua (ambigu).
Dalam percakapan sehari-hari atau tulisan yang tidak formal seperti novel, cerita atau
hikayat, keefektifan kalimat tidak terlalu diperhatikan. Lain halnya dengan menulis karya ilmiah
seperti makalah, laporan atau skripsi, kalimat efektif menjadi yang harus dipergunakan.
Berikut ini secara singkat akan dipaparkan faktor penyebab ketidakefektifan kalimat.
1. Kesalahan Tata Bahasa
Penggunaan tata bahasa yang benar sangat menentukan keefektifan sebuah
kalimat. Ciri gramatikal tersebut telah banyak diuraikan di bagian awal. Contoh:

Dia tidak ngambil buku itu.

Buku itu telah dikebapakkan kemarin!

kalimat tersebut tidak baku, seharusnya:

Dia tidak mengambil buku itu.

Buku itu telah diserahkan kepada bapak kemarin!

9
2. Ketidaklogisan Kalimat
Penguasaan kaidah bahasa belum menentukan keefektifan sebuah kalimat.
Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis.

3. Ketaksaan Kalimat
Kalimat efektif yang memiliki daya informasi yang tepat dan cepat harus
terhindar dari ketaksaan, artinya, kalimat tersebut tidak memiliki makna ganda.
Contoh:

Pelantikan Rektor UIN yang baru dilaksanakan di Istana Negara.

Kalimat tersebut bisa bermakna “rektor yang baru” dan “UIN yang baru”. Jika
yang dimaksud rektor, keterangan yang baru harus didekatkan pada induknya, yaitu kata
yang diterangkan. Di samping dengan mendekatkan keterangan pada induknya, dapat
juga menggunakan tanda hubung (-). Dengan demikian kalimat di atas dapat diubah
menjadi:

Pelantikan Rektor baru UIN dilaksanakan di Istana Negara. Atau:

Pelantikan Rektor-UIN yang baru dilaksanakan di Istana Negara.

Ketaksanaan kalimat juga disebabkan oleh penghilangan kata depan, contoh:

Hal itu sudah dijelaskan mereka pada kegiatan presentasi hasil penelitian.

Kalimat tersebut dapat bermakna “mereka yang menjelaskan hal itu”, atau “Mereka yang
diberi penjelasan tentang hal itu”. Oleh karena itu, kalimat tersebut harus disisipi kata
depan oleh atau kepada. Kalimat di atas menjadi:

Hal itu sudah dijelaskan oleh mereka pada kegiatan presentasi hasil
penelitian. Atau:

Hal itu sudah dijelaskan kepada mereka pada kegiatan presentasi hasil
penelitian.

10
4. Ketidakhematan Kata
Dalam kalimat efektif tersirat pula koefisienan. Jika suatu konsep dapat
dituangkan dengan 10 kata, mengapa harus 15 kata. Artinya, kita menggunakan kata-
kata yang benar-benar diperlukan. Perhatikan contoh berikut:

1). Tujuan utama daripada pembelajaran PAI di sekolah adalah menanamkan


nilai-nilai Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2). Oleh karena itu, maka pendidikan memegang peranan penting dalam upaya
menciptakan masa depan bangsa yang gemilang.

3). Menurut Al-Gazali (1988: 82) mengatakan bahwa, “Akhlak adalah suatu
kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan tanpa harus direnungkan dan
disengaja”.

Dalam kalimat ke-1, kata tugas daripada yang menyatakan keterangan milik
tidak perlu dipakai karena fungsi kata tugas daripada adalah untuk menyatakan
perbandingan. Pada kalimat ke-2 terdapat dua kata tugas yang memiliki fungis yang
sama. Oleh karena itu dan maka. Demikian pula, pada kalimat ke-3 terdapat dua kata
yang memiliki kedudukan yang sama yakni menurut dan mengatakan. Dengan demikian,
kita cukup memilih satu di antara kedua kata tersebut sehingga kalimat di atas menjadi:

1). Tujuan utama pembelajaran PAI di sekolah adalah menanamkan nilai-nilai


Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2). Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam upaya
menciptakan masa depan bangsa yang gemilang.

3). Al-Gazali (1988: 82) mengatakan bahwa, “Akhlak adalah suatu kemantapan
jiwa yang menghasilkan perbuatan tanpa harus direnungkan dan disengaja”.

5. Ketidaksejajaran Kalimat
Dalam sebuah kalimat, gagsan yang sama fungsi dan sama penting ditempatkan
dalam fungsi gramatikal yang sama pula. Apabila suatu gagasan digunakan kata
benda, kata yang menduduki fungsi yang sama pun harus dengan kata benda.

11
6. Kerancuan Kalimat
Rancu berarti kacau. Maksudnya, struktur yang dibangun tidak beraturan
sehingga merusak kaidah bahasa. Perhatikan contoth kalimat berikut!

1). Mereka menyadari akan kekeliruannya

2). Di dalam bab ini membahas teori yang berkaitan dengan pendidikan anak
menurut Ibnu Khaldun.

Dalam kalimat 1 terdapat kata tugas akan. Kata tugas tersebut tidak perlu dipakai
sebab kata kerja transitif menyadari dapat diikuti secara langsung oleh objek yakni
kekeliruannya. Kalimat 2 adalah kalimat rancu yang terjaid dari perancuan kalimat aktif
dan pasif. Kalimat tersebut biasa dijadikan kalimat aktif dengan menghilangkan kata
depan di dalam. Dengan demikian kalimat di atas dapat diubah menjadi:

1). Mereka menyadari kekeliruannya. Atau:

Mereka sadar akan kekeliruannya.

2). Bab ini membahas teori yang berkaitan dengan pendidikan anak menurut Ibnu
Khaldun. Atau:

Dalam bab ini dibahas teori yang berkaitan dengan pendidikan anak menurut Ibnu
Khaldun.

7. Pengaruh Bahasa Asing dan Daerah

Setiap bahasa memiliki struktur dan kaidah masing-masing. Struktur bahasa yang satu
tidak dapat digunakan pada struktur bahasa yang lain. Kita seringkali menemukan sebuah
kalimat yang menggunakan struktur bahasa berbeda. Seperti pada contoh di bawah ini:

1). Pendidikan TK dimana anak-anak belajar dan bermain, saat ini berubah fungsi
menjadi tempat yang secara tidak langsung memperkosa dunianya.

2). Saya menghaturkan beribu-ribu terima kasih atas bantuan Bapak.

12
Kata dimana pada kalimat 1 adalah konstruksi bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris,
where dapat berfungsi kata penghubung. Lain halnya dalam konstruksi baha Indonesia,
kata dimana adalah kata yang digunakan untuk pertanyaan bukan untuk penghubung.
Kalimat 1 dapat diubah menjadi:

Pendidikan TK tempat anak-anak belajar dan bermain, saat ini berubah fungsi menjadi
tempat yang secara tidak langsung memperkosa dunianya.

Kalimat 2 dipengaruhi oleh bahasa Sunda, yang sebenarnya kata tersebut belum
dibakukan. Oleh karena itu, sebaiknya, dalam konteks resmi, kita cukup mengatakan:

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda.

13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalimat dikatakan efektif
apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.
Untuk itu, penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya
benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Kalimat efektif memiliki ciri – ciri yaitu kesatuan gagasan, kesepadanan, keparalelan,
kehematan, kecermatan, kesejajaran, penekanan, kepaduan atau koherensi, dan kelogisan.
Banyak faktor yang menyebabkab ketidakefektifan kalimat diantaranya kesalahan tata bahasa,
ketidaklogisan kalimat, ketaksaan kalimat, ketidakhematan kata, ketidaksejajaran kalimat,
kerancuan kalimat, dan pengaruh bahasa asing dan daerah.
3.2 Saran
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain. Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, hendaknya dalam
berkomunikasi kita menggunakan bahasa yang baik menurut kaidah – kaidah bahasa Indonesia
contohnya berkomunikasi dengan menggunakan kalimat efektif, baik secara lisan maupun
tulisan. Meskipun kita sadari bahwa penggunaan bahasa yang baik dan benar itu tidaklah mudah.

14

Anda mungkin juga menyukai