Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KALIMAT

EFEKTIF
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen pengampu:

Rustam Rifai, M.p.d

PENYUSUN :

1. Cleo Ayunda

2. Elok Faizatun Nadzuwa

3.Rifa Lutfiana Ayu

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA

ISLAM DARUL A’MAL LAMPUNG TAHUN

2023
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Mutiara, SIKOM mata
kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik dan benar.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep penggunaan kalimat
efektif.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembahasan

D. Manfaat

BAB II - PEMBAHASAN

A. Pengertian

B. Persyaratan Kalimat

C. Syarat-syarat Kalimat Efektif

D. Unsur-unsur Kalimat Efektif

E. Struktur Kalimat

F. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULU

AN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang
lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa tentu memiliki unsur
atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap
seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya
kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat
yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur- unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat- kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan
benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga
kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.

Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang
lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili
gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan
oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah
penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai
dengan kaidah tata bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2. Apa saja unsur-unsur kalimat?

3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi
baik dan benar

2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa

3. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia


D. MANFAAT

1. Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu :

2. Mengetahui gambaran umum kalimat efektif.

3. Memahami syarat yang mendasari kalimat efektif.

4. Mengerti struktur kalimat efektif.

5. Memberi pemahaman mengenai kalimat tanya, bernalar, suruh (perintah), sederhana,


luas, luas bertingkat, luas tidak setara.
BAB II

PEMBAHAS

AN

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya


secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam
hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran
pada pendengar atau pembaca. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa.
Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan
jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.

B. PERSYARATAN KALIMAT

1. Kelengkapan struktur subjek dan predikat

2. Pemutasian subjek dan predikat

3. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur

C. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

1. Koherensi Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata
atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.

2. Kesatuan, Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat
itu harus memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek,
keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri
keutuhan kalimat.

3. Kehematan adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan
kalimat boleh dihilangkan.

4. Paralelisme atau kesejajaran Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu Jika pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga
menggunakan verba. Lalu, jika kalimat pertama menggunakan katakerja berimbuhan
me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.

5. Penekanan Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya
dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada
bagian kalimat tadi.

6. Kevariasian, untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan


variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan.
Ada kalimat yang pendek dan panjang.

7. Logis/Nalar, suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut
dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi
maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)

adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:

a) Ayahku sedang melukis.

b) Meja direktur besar.

c) Yang berbaju batik dosen saya.

d) Berjalan kaki menyehatkan badan.

e) Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat
(e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal
kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d)
dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya
siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan
yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat
itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya.

a) Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b) Di sini melayani obat generic.

c) Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu
tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau
jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba
atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:

a) Kuda meringkik.

b) Ibu sedang tidur siang.

c) Putrinya cantik jelita.

d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e) Kucingku belang tiga.


f) Robby mahasiswa baru.

g) Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat
(a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang
tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada
perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata
pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada
contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut
oleh P, maka contoh (a), (b),
(c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a),
(b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)

adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

1. Nurul menimang …

2. Arsitek merancang …

3. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

1. Nenek mandi.

2. Komputerku rusak.

3. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.

a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.


4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila.

S P O

b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai
O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh
ketua MPR.

S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-
P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.


b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya.
Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di
awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional,
adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam
-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi
dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di Di kamar, di kota

Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan

2. Waktu - Sekarang, kemarin

Pada Pada pukul 5 hari ini

Dalam Dalam 2 hari ini

Se- Sepulang kantor

Sebelum Sebelum mandi

Sesudah Sesudah makan

Selama Selama bekerja

Sepanjang Sepanjang perjalanan


3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil

4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham

Untuk Untuk kemerdekaan

Bagi Bagi masa depan

Demi Demi orang tuamu

5. Cara Secara Dengan Secara hati-hati

cara Dengan cara damai

Dengan jalan Dengan jalan berunding

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti Seperti angin

Bagaikan Bagaikan seorang dewi


Laksana Laksana bintang di langit

8. Penyebab Karena Karena perempuan itu

Sebab Sebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan Dengan adiknya

Bersama Bersama orang tuanya

Beserta Beserta saudaranya

E. STRUKTUR KALIMAT

Struktur kalimat dasar terdiri dari,

1. Pola kalimat dasar

2. Tipe kalimat

Struktur kalimat tunggal terdiri dari,


1. Pola kalimat tunggal

Struktur kalimat majemuk terdiri dari,

1. Kalimat majemuk setara

2. Kalimat majemuk bertingkat

3. Kalimat majemuk campuran

F. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya enam syarat, yaitu:

1) Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek

atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam
bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar) Tidak

terdapat subjek yang ganda.

Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2) Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3) Ketegasan

ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide
yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya
Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar.

Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4) Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.


Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat


pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

a. Ia memakai baju warna merah.

b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.


Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi


a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu


kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

a. Dia hanya membawa badannya saja.

b. Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.


Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

a. Dia hanya membawa badannya.

b. Sejak pagi dia bermenung.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.

Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang bentuk

baku : para tamu, beberapa orang.

5) Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah

6) Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari
kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh : Surat itu saya sudah baca.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7) Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
BAB III

PENUT

UP

A. KESIMPULAN

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara
tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan
pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur
kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun
menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif
meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian
dan logis/nalar.

Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban berupa
informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang
berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh”
oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan sesuatu,
menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau
melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan
kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-
kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut
kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat
dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi
sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat
disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai
konjungtor.

Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.
B. SARAN

1. Bagi para pendidik

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang
memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta
didik.

2. Bagi calon pendidik

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik.

3. Bagi lembaga sekolah

Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap


penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR
PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.

Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima. Finoza,

Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat (Terakhir di akses: 28 September 2016)

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-kalimat-efektif.html ( Terakhir di akses pada


hari jum'at, tanggal 30 september, jam 9:19 AM

https://www.academia.edu/9556556/Kalimat_Efektif_Pengertian_Ciri-ciri_Contoh diakses pada


hari jum’at tanggal 30 september 2016, 9:52 AM

Anda mungkin juga menyukai