Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BAHASA INDONESIA

"KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF"

Oleh :
Minna Allianna

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia dengan judul “Kalimat dan Kalimat
Efektif”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah agama.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Mataram, Agustus 2019


Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

 Latar Belakang
 Rumusan Masalah
 Tujuan

Bab II Pembahasan

 Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif


 Unsur-Unsur Kalimat
 Persyaratan Kalimat Efektif

Bab III Penutup

 Kesimpulan
 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang
digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat
lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi
pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada
diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud
secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan,
atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar
atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca
tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat,
unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam
itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi
dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai
bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara
lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan
kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.
Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar
mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas
kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
:
2. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
C. Tujuan
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan
bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan
benar.
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat
efektif dalam berbahasa.
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif


Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua
jenis kalimat yang mendapat perhatian penulis,
yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat efektif.
Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas
rangkaian kata dalam frasa atau klausa. Rangkaian
kata dalam kalimat itu ditata dalam struktur
gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam
membentuk makna yang akan disampaikan secara
logis. Kalimat-kalimat dalam penulisan ilmiah
harus lebih cermat lagi menata kalimat yang benar
dan efektif karena kalimat-kalimat yang tertata
itu berada dalam laras bahasa ilmiah.
Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan
bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat
predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai
pembatas. Sifat predikatif dalam kalimat
berstruktur yang dibentuk oleh unsur subjek, unsur
predikat dan unsur objek. Unsur subjek dan
predikat itu harus mewujudkan makna gramatikan
kalimat yang logis. Konsepsi kalimat itu belum
cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga
diperlukan faktor lain dalam perwujudan kalimat
menjadi kalimat efektif. Oleh karena itu, kalimat
efektif adalah satuan bahasa yang secara tepat
harus mewakili gagasan atau perasaan penulis dan
harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana
yang dimaksudkan penulis. Jadi, kalimat efektif
merupakan kalimat yang harus tepat sasaran dalam
penyampaian dan pemberian bagi pembacanya.
Disamping kaidah yang ada dalam kalimat,
kalimamt efektif perlu memperhatikan persyaratan
dan menghindari hal-hal yang menyalahi kalimat
efektif.

B. Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang
dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim
disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata
dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat.
Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib
hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. adikku sedang melukis,
b. kulkas paman besar,
c. yang berbaju batik dosen saya,
d. bersepeda menyehatkan badan,
e. membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat
di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan
(b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh
frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata,
frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di
atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada
benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat
(c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada
“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda
juga. Di samping itu, kalau diselami lebih
dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada
awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada
awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat
(d) dan (e). Selain ciri di atas, S dapat juga
dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)…
kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak
logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi
syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai
S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang
masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S),
P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh ‘S’. Predikat dapat
juga berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat
juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
a. kuda meringkik,
b. ibu sedang tidur siang,
c. putrinya cantik jelita,
d. kota jakarta dalam keadaan aman,
e. kucingku belang tiga,
f. robby mahasiswa baru,
g. rumah pak hartawan lima,
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat
di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat
(a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu, cantik
jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa
baru pada kalimat (f) memberitahukan status
Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak
memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau
status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di jln. Gatot
subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis
persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada
satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik
yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a),
tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau
ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto
dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada
informasi tentang tindakan, sifat, atau hal
lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada
contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan
kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata
atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O
selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Naya menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur
yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O
tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi
P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Televisiku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah
menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-
nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a. Hendra Setiawan mengalahkan Taufik
Hidayat (O)
Taufik Hidayat (S) dikalahkan oleh Hendra
Setiawan.
b. Orang itu menipu adik saya (O)
Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian
kalimat yang melengkapi P. Letak pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi
seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Rektor IAIN membacakan Pancasila.
S P
O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P
Pel.
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel
dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan
ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat
(a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
Pancasila dibacakan oleh Rektor IAIN.
O P S
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat
(b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah
kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah
jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh
frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak
selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di
belakang O sehingga urutan penulisan bagian
kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah
beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi
kontemporer.
b. Alfin mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air
minum.
d. Freshian mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat
yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau
di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.
C. Persyaratan Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
1. secara tepat dapat mewakili gagasan atau
perasaan pembicara atau penulis,
2. sanggup menimbulkan gagsan yang sama tepatnya
dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti
yanng dipikirkan pembicara atau penulis.
Keraf menyatakan bahwa kita memerlukan
syarat-syarat lain untuk dapat membuat kalimat
yang efektif, yakni: kesatuan gagasan, koherensi
yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan
penalaran. Sementara menurut Akhadiah ciri kalimat
yang efektif adalah kesepadanan dan kesatuan,
kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan,
kehematan dalam mengunakan kata, dan kevariasian
dalam struktur kalimat.
1. Fungsi Gramatikan Dalam Kalimat Efektif atau
Kesatuan Fungsi Gramatikal
Fungsi gramatikal atau unsur struktur
dalam kalimat dikenal dengan istilah subjek,
predikat, objek, pelengkap dan keterangan yang
dirumuskan atau disingkat menjadi S + P +
(O/Pel) + (Ket)
S : adalah subjek
P : adalah Predikat (kata kerja)
O : adalah Objek (sasaran)
Pel. : adalah Pelengkap
Ket. : adalah keterangan
Fungsi subjek dan fungsi predikat harus
ada dan jelas dalam kalimat dan secara
fakultatif diperlukan fungsi objek, fungsi
pelengkap dan fungsi keterangan.
Subjek adalah fungsi kalimat yang menandai
apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek
dalam kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal,
tengah atau akhir kalimat.
Predikat adalah fungsi kalimat yang
menandai apa yang dinyatakan oleh penulis
tentang subjek. Posisi predikat dalam kalimat
juga bebas, kecuali tidak boleh di belakang
objek dan di belakang pelengkap.
Objek adalah fungsi kalimat yang
melengkapi kata kerja aktif dan kata kerja
pasif sebagai hasil perbuatan, yang dikenai
perbuatank yang menerima atau yang diuntungkan
oleh perbuatan sebagai predikat. Fungsi objek
selalu terletak di belakang predikat berkata
kerja transitif.
Pelengkap adalah fungsi yang melengkapi
fungsi kata kerja berawalan ber- dalam
predikat, sehingga predikat kalimat menjadi
lebih lengkap. Posisi pelengkap dalam kalimat
terletak di belakang predikat berawalan ber-.
Keterangan adalah fungsi kalimat yang
melengkapi fungsi-fungsi kalimat yaitu
melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat dan
fungsi objek atau fungsi semua unsur dalam
kalimat. Posisi keterangan dalam kalimat bebas
dan tidak terbatas. Tidak terbatas dimaksudkan
fungsi keterangan dalam dapat lebih dari satu
pada posisi bebas yang sesuai dengan
kepentingan fungsi-fungsi kalimat.
Perhatikanlah posisi fungsi-fungsi kalimat
berikut:
(1) Setelah bekerja selama tiga hari,
panitia pelaksana seminar lingkungan hidup
itu berhasil merumuskan undang-undang
kebersihan tata kota Jakarta di Kantor DPD
DKI Jakarta. (P-Perl-S-P-O-K)
(2) Keputusan hakim perlu ditinjau kembali.
(S-P)
(3) Perlu ditinjau kembali keputusan hakim.
(P-S)
Perhatikanlah contoh kalimat majemuk dalam
posisi fungsi yang berbeda berikut:
(1) Bahwa kemerdekaan itu hak semua bangsa
sudah diketahui semua orang. (S1 (Konjungsi
+ S2 + P2) – P1 – O1)
(2) Dosen mengatakan bahwa komponen nilai
UAS berbobot 40%. (S1 – P1 – O1 (S2 + P2)
(3) Hasil UAS Mahasiswa dibatalkan jika
mahasiswa ketahuan mencontek. (S1 – P1 – K1
(S2 + P2)
2. Kepaduan (Koherensi) Dalam Kalimat
Kepaduan atau keherensi dalam kalimat
efektif adalah hubungan timbal balik atau
hubungan kedua arah di antara kata atau frasa
dengan jelas, benar dan logis. Hubungan timbal
balik terjadi dapat antar kata dalam frasa satu
unsur atau dapat terjadi antar frasa dalam
antar fungsi dalam kalimat. Hubungan antar
fungsi itu dapat menimbulkan kekacauan makna
gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh
kalimat yang berprasyarat koherensi berikut.
Contoh kalimat yang tidak koherensi:
(1) Setiap hari dia pulang pergi Bogor –
Jakarta dengan kereta api.
(2) Oleh panitia seminar makalah itu
dimasukkan ke dalam antologi.
(3) Pelaksanaan seminar itu karena jalan
macet harus ditunda satu jam kemudian.
Pembetulan kalimat yang Koherensif
(1) Setiap hari dia pergi pulang Bogor –
Jakarta dengan kereta api.
(2) Makalah seminar itu dimasukkan kedalam
antologi
(3) Karena jalan macet, pelaksanaan seminar
itu ditunda satu jam kemudian.
3. Kehematan Kalimat atau Ekonomi Bahasa
Kehematan atau ekonomi bahasa adalah
penulisan kalimat yang langsung menyampaikan
gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas
dan logis. Kalimat yang hemat dalam penulisan
menghindari dan memperharikan hal-hal berikut :
(1) Penulis menggunakan kata bermakna
leksikal yang jelas dan lugas dan penempatan
afiksasi yang benar.
(2) Penulis menghindari subjek yang sama
dalam kalimat majemuk.
(3) Penulis menghindari pemakaian hiponirni
dan sinonimi yang tidak perlu.
(4) Penulis menghindari penggunaan kata
depan di depan kalimat dan di depan subjek.
(5) Penulis menghindari penggunaan kata
penghubung di depan subjek dan di belakang
predikat yang berkata kerja transitif.
(6) Penulis menghindari kata ulang jika
sudah ada kata bilangan tak tentu di depan
kata benda.
(7) Penulis menghindari fungsi tanda baca
dan pengulangna kata dalam rincian.
(8) Penulis menghindari keterangan yang
berbelit-belit dan panjang yang seharusnya
ditempatkan dalam catatan kaki.
(9) Penulis menghindari pemborosan kata dan
afiksasi yang tidak jelas fungsinya.
Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat
kurang memperhatikan ekonomi bahasa:
(a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan
barang-barang, antara lain seperti meja,
kursi, buku dan lain-lain.
(b) Karena modal di bank terbatas, sehingga
tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit.
(c) Apabila pada hari itu saya berhalangan
hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr.
Tadjudin.
Perhatikan kalimat yang memperhatikan ekonomi
bahasa berikut.
(a) Dalam ruangna ini kita dapat menemukan
meja, kursi, buku, lampu dan lain-lain.
(b) Karena modal di bank terbatas, tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(c) Modal di bank terbatas, sehingga tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
4. Penekanan Dalam Kalimat Efektif
Dalam kalimat efektif Penekanan atau
penonjolan adalah upaya penulis untuk
memfokuskan kata atau frasa dalam kalimat.
Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,
frasa, klausa, dalam kalimat yang dapat
berpindah-pindah. Namun, penekanan tidak sama
dengan penentuan gagasan utama dan ekonomi
bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat
lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan,
penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat
disertai mimik muka dan bentuk nonverbal
lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut :
(1) Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat
dengan menempatkan bagian yang penting pada
awal kalimat.
Contoh :
Minggu depan akan diadakan seminar
"Pencerahan Pancasila bagi Mahasiswa"
(2) Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama
dalam kalimat yang bukan berupa sinonim kata.
Contoh :
Kalau pimpinan sudah mengatakan tidak tetap
tidak.
(3) Kursif, yaitu menulis miring,
menghitamkan atau menggaris bahwai kata yang
dipentingkan.
Contoh :
Bab II skripsi ini tidak membicarakan
fluktuasi harga saham.
(4) Pertentangan, yaitu menempatkan kata
yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan
bukan berarti anonim kata.
Contoh :
Dia sebetulnya pintar tetapi malas kuliah.
(5) Partikel, yaitu menempatkan partikal
(lah, kah, pun, per, tah) sebelum atau
sesudah kata yang dipentingkan dalam kalimat.
Contoh :
Dalam berdemokrasi, apa pun harus transparan
kepada rakyat.
(6) Penekanan dalam kalimat tidak berarti
penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi
bahasa.
5. Kesejajaran Dalam Kalimat
Kesejajaran adalah upaya penulis merinci,
unsur yang sama penting dan sama fungsi secara
kronologis dan logis dalam kalimat. Dalam
kalimat dan paragraph, rincian itu harus
menggunakan bentuk bahasa yang sama, yaitu
rincian sesama kata, sesama prasa, sesama
kalimat. Kesamaan bentuk dalam paralelisme
menjaga pemahaman yang fokus bagi pembaca dan
sekaligus menunjukkan kekonsistenan sebuah
kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kesejajaran rincian kalimat efektif adalah
sebagai berikut :
(1) Tentukanlah apakah kesejajaran berada
bentuk bahasa kalimat atau paragraf.
(2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa,
rincian urutan berikut harus dalam bentuk
frasa juga.
(3) Penomoran dalam rincian harus konsisten.
(4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang
benar.
(5) Hindarilah gejala ekonomi bahasa yang
bermakna sama seperti........dan lain lain,
antara lain..........
Sebagai berikut, yakni...............
6. Kevariasian dalam Kalimat Efektif
Kevariasian dalam kalimat efektif adalah
upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat
dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan
atau kemalasan pembaca terhadap teks karangan
ilmiha. Fungsi utama kevariasian ini adalah
menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks
ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada dasarnya
kevariasian adalah upaya penganekaragaman pola,
bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap
termotivasi membaca dan memahami teks sebuah
karangan ilmiah. Agar kevariasian dapat menjaga
motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu
memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Awal kalimat tidak selalu dimulai dengan
unsur subjek, tetapi kalimat dapat dimulai
dengan predikat dan keterangan sebagai
variasi dalam penataan pola kalimat.
(2) Kalimat yang panjang dapat diselingi
dengan kalimat yang pendek.
(3) Kalimat berita dapat divariasikan dengan
kalimat tanya, kalimat perintah dan kalimat
seruan.
(4) Kalimat aktif dapat divariasikan dengan
kalimat pasif.
(5) Kalimat tunggal dapat divariasikan
dengan kalimat majemuk.
(6) Kalimat tak langsung dapat divariasikan
dengan kalimat langsung.
(7) Kalimat yang di uraikan dengan kata-kata
dapat divariasikan dengan tampilan gambar,
bagan, grafik, kurva, matrik dan lain-lain.
(8) Apa pun bentuk kevariasiannya yang
dilakukan oleh penulis jangan sampai mengubah
atau keluar dari pokok masalah yang
dibicarakan.
7. Penalaran Dalam Kalimat Efektif
Penalaran adalah proses mental dalam
mengembangkan pikiran logis (nalar) dari
beberapa fakta atau prinsip (KKBI, 2005:772).
Hal yang diutamakan dalam penalran adalah
proses berpikir logis dan bukan dengan perasaan
atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan
tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan
kepaduan kalimat. Dalam penalaran alur
berpikirlah yang ditonjolkan agar kalimat dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan
benar dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan
pikiran akan logis jika didukung atau dikaitkan
dari gabungan unsur atau fungsi kalimat.
Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat
melalui kaitan antar unsur dan kaitan antar
bagian kaliamat. Hubungan logis dalam kalimat
terdiri atas tida jenis hubungan berikut :
(1) Hubungan logis koordinatif adalah
hubungan setara di antara bagian-bagian
kalimat dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan logis koordinatif ini ditandai
dengan konjungsi dari, serta, tetapi atau
melainkan, sedangkan, padahal.
(2) Hubungan logis korelatif adalah hubungan
saling kait di antara bagian kalimat.
(3) Hubungan logis subordinatif adalah
hubungan kebergantungan di antara induk
kalimat dan anak kalimat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa
yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S),
prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan,
keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.

B. Saran
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama
dan benar tentang bahasa Indonesia yang memiliki
berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan
belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan
tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan
peserta didik, sedangkan Calon pendidik sebaiknya
memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat
pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan
dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan
pedidik.
Dan semua Lembaga Pendidikan sebaiknya memberikan
dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan
ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi
yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa


Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku.
Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2012. Bahasa
Indonesia.Tangerang: Pustaka
Mandiri.
Maskurun. 2011. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: LP2IP.
Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir berbahasa Indonesia dengan
benar. Jakarta:
Gramedia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Nusa Indah.
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan
Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai