Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Kalimat dan Kalimat Efektif dalam Penulisan”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia (A)

Dosen Pembimbing : Muhammad Yusuf M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Chaterine Juliana T. H. (01011282025054)


2. Davienna Putri Zulaikha (01011282025086)
3. Mariyah Nabilah Asmaa (01011282025079)
4. Nabilah Farraswati (01011382025204)
5. Raisyah Rahmatyah (01011382025228)
6. Rizqia Bunga Amalia (01011282025125)
7. Vicenzo Bernard Leandro Tioriman (01011182025009)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan berkatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalahnya yang berjudul “Kalimat dan Kalimat Efektif dalam
Penulisan” dengan baik dan lancar. Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan
tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai proses untuk pembelajaran
dalam perkuliahan di Universitas Sriwijaya pada semester 2.

Pada makalah ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan


tentang pengertian kalimat dan kalimat efektif, syarat-syarat kalimat efektif,
unsur kalimat efektif, ciri-ciri kalimat efektif dan penyebab ketidakefektifan
kalimat.

Meski penyusunan makalah ini sudah dilakukan secara maksimal,


namun penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis meminta kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran untuk makalah ini. Kami berharap agar pembuatan makalah
ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Palembang, 06 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................ii

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian kalimat dan kalimat efektif.............................................3
2.2 Persyaratan kalimat efektif..............................................................4
2.3 Unsur kalimat efektif........................................................................6
2.4 Ciri-ciri kalimat efektif.......................................................................13
2.5 Kiat Penyusunan Kalimat Efektif.....................................................16
2.6 Penyebab ketidakefektifan kalimat..................................................18

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan......................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................20

Daftar Pustaka.......................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah alat atau sarana komunikasi yang digunakan


masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi dengan yang lainnya dengan tujuan
menyampaikan maksud dari pembicaraan. Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan
yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.

Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-
kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dalam penulisan.

1
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat dan kalimat efektif ?
2. Apa saja syarat-syarat dari kalimat efektif?
3. Apa saja unsur kalimat efektif ?
4. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif ?
5. Apa saja kiat penyusunan kalimat efektif ?
6. Apa penyebab ketidakefektifan kalimat?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kalimat dan kalimat efektif
2. Untuk mengetahui apa syarat-syarat dari kalimat efektif
3. Untuk mengetahui unsur kalimat efektif
4. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif
5. Untuk mengetahui kiat penyusunan kalimat efektif
6. Untuk mengetahui dan memahami penyebab ketidakefektifan kalimat

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif


Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam
bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa
tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru atau
tanda tanya.

Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/atau klausa.
Jika disusun berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur tersebut mempunyai
fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat. Ada bagian yang tidak
dapat dihilangkan, ada pula bagian yang dapat dihilangkan. Bagian yang tidak dapat
dihilangkan itu disebut inti kalimat, sedangkan bagian yang dapat dihilangkan
disebut bukan inti kalimat.

Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya
menggunakan unsur yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat benar-benar
berfungsi. Sedangkan sifat padat mengandung makna sarat dengan informasi yang
terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan
pengungkapan. Sifat jelas ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna
yang terkandung di dalamnya. Sifat lengkap mengandung makna kelengkapan
struktur kalimat secara gramatikal, dan kelengkapan konsep atau gagasan yang
terkandung di dalam kalimat tersebut.

Kalimat efektif dapat mengkomunikasikan pikiran atau perasaan penulis kepada


pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis
dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan,
salah komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian

3
2.2 Persyaratan Kalimat Efektif
Menurut Widdowson (1979) ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam
membuat kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran strukur (correctness) dan
persyaratan kecocokan konteks (appropriacy).

1. Persyaratan Kebenaran Struktur (Correctness)

Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif
dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan
antarunsur kalimat.

Contoh:

(1) Saya sarankan sudah hadir agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota
semuanya dapat hadir.

Pernyataan tersebut bukan kalimat efektif karena tidak mengikuti kaidah struktur.

(2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota
semuanya dapat hadir.

Pernyataan di atas adalah kalimat yang masih mengalami kesalahan struktur.

(3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota
dapat hadir.

Kalimat inilah yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.

Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam
rentangan kebenaran struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur, ada yang
berstruktur tapi mengandung kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul
berstruktur benar.

Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki


hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang
terkandung di dalamnya juga jelas. Pada tataan frasa, Anda tentu dapat
membedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah,
usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. Unsur yang di depan pada
setiap frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur
atribut atau penjelas.

4
Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaksis seperti
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas. Kalimat
berikut, walaupun sering Anda dengar dalam penggunaan bahasa, tetapi melanggar
kaidah struktur karena hubungan antarfungsi sintaktisnya tidak jelas.

Contoh:
Kepada hadirin dimohon berdiri.
Kalimat tersebut terdiri dari tiga unsur fungsi, yakni kepada hadirin, dimohon, dan
berdiri. Hubungan ketiga unsure fungsi tidak jelas karena tidak dapat dicari fungsi
subjeknya, walaupun dapat ditentukan predikatnya, yakni dimohon dan berdiri.

Frasa preposisional hanya berfungsi sebagai keterangan atau pelengkap penyerta,


misalnya:

(1) Kepada hadirin, kami ucapkan terima kasih.


(2) Kami ucapkan terima kasih kepada hadirin.

2. Persyaratan Kecocokan

Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat


dalam konteks.

Contoh :

1. Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air. Gerimis pun tak
pernah ada.

2. Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.

3. Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada.

4. Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimispun tak pernah
ada.

Kalimat (1), (2), (3), dan (4) telah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya
kalimat (1) dan (2) memenuhi persyaratan kecocokan. Kita dapat memanfaatkan
struktur informasi dalam melihat kecocokan tersebut. Jika dalam tuturan pendahulu
ada informasi yang sudah diketahui bersama, informasi itu harus dipahami sebagai
informasi lama dan dikemukakan sebagai pangkal tolak tuturan.

5
2.3 Unsur kalimat efektif

1. Subjek (S)
 Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, benda,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan.

 Ciri-ciri:
1. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa,
atau frasa verbal.
2. Dapat disertai kata tunjuk berupa “ini” dan “itu”.
3. Mempunyai keterangan pewatas “yang”
 Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung “yang”. Keterangan
ini dinamakan keterangan pewatas.
4. Bisa didahului dengan adjektiva atau kata sifat, namun disertai dengan
kata 'si' dan 'sang'.
5. Subjek tidak didahului preposisi, seperti: dari, dalam, di, ke, kepada,
pada.
6. Menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa atau siapa.

 Contoh :
1. Ibu membuat kue untuk lebaran. (nomina)
2. Dedi si pencuri itu sekarang sudah masuk ke dalam penjara. (frasa
nomina)
3. Gunung Merapi berdekatan letaknya dengan Gunung Merbabu. (frasa
nomina)
4. Gunung Krakatau yang pernah meletus tahun 1875 kini mulai
terbatuk-batuk. (frasa nomina)
5. Berjalan kaki menyehatkan badan. (frasa verbal)
6. Memetik bunga sangat menyenangkan. (frasa verbal)

6
 Contoh kalimat yag tidak memiliki subjek karena tidak ada / tidak jelas
pelaku atau bendanya.
1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk
2. Di sini melayani obat generic

Jika Uji dengan kalimat tanya:

1. Siapa yang dilarang masuk?


2. Siapa yang melayani resep?

Maka, tidak ada jawabannya. Kalaupun ada jawabannya sangat tidak


logis.

2. Predikat (P)
 Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), Predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri subjek.

 Ciri-ciri:
1. Predikat suatu kalimat dapat berupa:
a. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina
b. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nomina, frasa
numeralia (bilangan).
2. Predikat dapat berupa kata “adalah” atau “ialah” Ketika subjek kalimat
berupa unsur yang panjaang sehingga batas antara subjek dan
pelengkap tidak jelas.
3. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
 Verba & adjektiva: telah, sudah, sedang, belum, dan akan. (kata-
kata aspek)
 Nomina bernyawa: ingin, hendak, dan mau. (kata modalitas yang
menyatakan sikap subjek sebagai pembicara)
4. Umunya disebelah kanan subjek

7
5. Biasanya menjawab pertanyaan dengan kata tanya mengapa,
bagaimana, atau ada apa.
 Contoh:
1. Pak Niko mengajar matematika.
Memberitahukan perbuatan Pak Niko.

2. Bu Risma sedang tidur siang.


Memberitahukan melakukan apa Bu Risma.

3. Putrinya cantik jelita.


Memberitahukan bagaimana putrinya.

4. Kota Jakarta tidak dalam keadaan aman.


Memberitahukan situasi Kota Jakarta.

5. Hamster Dira belang tiga.


Memberitahukan ciri hamster Dira.

6. Bapak saya dokter gigi.


Memberitahukan status Bapak Saya.

7. Wanda salah satu siswa beprestasi.


Memberitahukan salah satu siswa yang berprestasi.

 Contoh kalimat yang tidak memiliki predikat karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu. (frasa)
Tidak ada jawaban atas pertanyaan “melakukan apa adik yang gendut
lagi lucu?”.

2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto. (frasa)

8
Tidak ada jawaban atas pertanyaan “ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto?”.

3. Bandung yang terkenal kota kembang. (frasa)


Tidak ada jawaban atas pertanyaan “Bagaimana Bandung yang
terkenal kota kembang?”.

3. Objek (O)
 Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Bagian kalimat
yang merupakan kata atau hal yang dikenai, dikerjakan oleh subjek.

 Ciri-ciri:
1. Berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
2. Letaknya disebelah kanan predikat yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya Objek, contoh:
a. Arsitek merancang…
b. Jaksa menghadirkan…
c. Juru masak menggoreng…
3. Jika Predikat merupakan verba intransitive, objek tidak diperlukan.
Contoh:
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
4. Dapat diubah menjadi subjek kalimat pasif.

 Contoh:
1. Pedagang itu menjual gula (O).
Gula (S) dijual oleh pedagang itu.

2. Ketua MPR menghadirkan pelantikan para gubernur.


Pelantikan para gubernur dihadiri oleh Ketua MPR.

3. Orang itu menipu kakak saya (O).


Kakak saya (S) ditipu oleh orang itu.

9
4. Salma oceania mengalahkan Bayu Angkasa (O).
Bayu Angkasa (S) dikalahkan oleh Salma Oceania.
4. Pelengkap (Pel.)
 Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
predikat serta kehadirannya bergatung pada predikat.

 Ciri-ciri:
1. Dapat berupa nomina atau frasa nomina, verba atau frasa verbal, dan
adjektiva atau frasa adjektiva.
2. Tidak dapat diubah menjadi subjek (S) dalam kalimat pasif.

 Contoh:
1. Diah membelikan saya komputer. (nomina)
2. Pak Camat menghadiahi Lurah Banjarsari mobil perpustakaan
keliling. (frasa nominal)
3. Saya menganggap pimpinan itu bijaksana (adjektiva)
4. Geri menganggap Siska sangat tidak tegas. (frasa adjektiva)
5. Annisa melihat Dyah sedang menulis. (frasa verbal)

5. Keterangan (K)
 Keterangan (K) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya.Unsur Keterangan dapat berfungsi
menerangkan Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap.

 Ciri-ciri:
1. Dapat berupa frasa adverbial, frasa preposisional, atau klausa.
2. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat.
3. Keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam
struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

10
 Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA


No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke
Dari rumahnya
Pada Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan
mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya

11
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

 Contoh:
1. Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2. Orang tua saya pernah bekerja di perusahaan kayu lapis.
3. Dia menandatangani surat bermeterai itu dengan terpaksa.
4. Dia telah datang kemarin.
5. Anak Pak Lurah telah diwisuda tiga hari yang lalu.
6. Waluyo datang seorang diri.
7. Agaknya saran itu mulai diperhatikan.
8. Jahe dan beras kencur merupakan tanaman yang sangat berguna bagi
kesehatan.

12
2.4 Ciri-ciri Kalimat Efektif

1. Strukturnya Sepadan

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan


penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa
hal yang menyangkut ciri-ciri yang satu ini.

a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang


lengkap, yakni subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan
mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut.

Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:


Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena


membuatnya menjadi perluasan dari subjek.

Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)

d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu,
namun lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama.

Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)

13
2. Hemat dalam Kata

Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua
hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif.
Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata
bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan
dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:


Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak
efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara


siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan
salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.

Contoh Kata Sinonim:


Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama


menunjukkan arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat
efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat.
Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk—
sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan
predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan
struktur.

14
3. Sejajar dalam Bentuk

Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah
berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan
imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.

Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan dalam Makna

Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek
penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat
tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat
perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.

Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kalimat yang Logis

Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena
itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar
pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

15
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamI persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

2.5 Kiat Mengembangkan Kalimat Efektif

Ada beberapa kiat untuk mengembangkan sebuah kalimat menjadi kalimat


efektif, yaitu:

1. Kiat pertama yang dapat dilakukan adalah pengulangan. Dalam


menghasilkan kalimat efektif, kiat ini digunakan untuk memperlihatkan bagian
penting dalam kalimat. Dengan pengulangan itu, bagian kalimat yang diulang
menjadi menonjol.

Contoh: Untuk menguasai kemahiran menulis diperlukan latihan, latihan, dan sekali
lagi latihan.

Pengulangan dapat dilakukan dengan bentuk-bentuk yang berbeda. Dengan


cara begitu, kita dapat mengungkapkan suatu hal dengan bentuk yang bervariasi.
Variasi disini dimaksudkan untuk menonjolkan informasi dan juga untuk membuat
tuturan menjadi lebih segar (enak dibaca).

2. Kiat kedua yang dapat dilakukan adalah pengedepanan. Dalam penyampaian


informasi, pengedepanan itu lazim digunakan untuk menunjukkan bahwa hal
yang dikedepankan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena kesan
penerima tutur akan berpusat pada bagian yang diterima pertama daripada
bagian yang lain. Oleh sebab itu, jika ada kepentingan menonjolkan informasi
maka bagian yang berisi informasi itu ditampilkan pada bagian awal kalimat.

Contoh: Konidin melenyapkan batuk dan melegakan tenggorokan Anda. Konidin


merupakan tablet batuk dengan khusus dari konimex untuk meredakan batuk
dengan cepat. Konidin telah terbukti kemanjurannya.

16
3. Kiat ketiga yang dapat dilakukan adalah penyejajaran. Penyejajaran ini
menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan itu penting dan tampak
menonjol. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyejajaran ini adalah
konsistensi.

Contoh: Selama ini yang dilakukannya di kampung adalah mengurus harta


mengerjakan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.

4. Kiat keempat yang dapat dilakukan adalah pengaturan variasi kalimat. Variasi
ini terdiri dari dua, yaitu variasi struktur dan variasi jenis. Variasi struktur
memiliki kemungkinan struktur aktif-pasif ataupun struktur panjang-pendek.
Variasi jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya dan
kalimat seru.

Contoh:

1. Kemarin saya meminjam buku di perpustakaan. Buku itu saya baca tadi malam.
(kalimat variasi struktur)

2. Anda harus berani menghadapi berbagai usaha penyelewengan. Jangan ragu-


ragu! jangan takut-takut! Anda adalah calon pemimpin masa depan (Kalimat variasi
jenis)

17
2.6 Penyebab ketidakefektifan kalimat

Kalimat menjadi tidak efektif karena terdapat faktor penyebab ketidakefektifan


kalimat. Menurut Putrayasa (2010:95), faktor penyebab ketidakefektifan kalimat
meliputi :

a. Kontaminasi atau Kerancuan


Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa
Indonesia diistilahkan dengan Kerancuan. Rancu artinya ‘kacau’. Jadi,
kerancuan artinya ‘kekacauan’. Putrayasa (2010:95) menyatakanbahwa
kerancuan adalah susunan, perserangkaian, dan penggabungan.
Contoh : 1. Murid-murid dilarang tidak boleh merokok.
2. Meskipun perusahaan itu belum terkenal, tetapi
produksinya banyak dibutuhkan orang.

b. Pleonasme
Pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang berlebihan (Putrayasa
2010:100). Penggunaan dua kata yang mengandung makna yang sama tidak
perlu karena menimbulkan makna yang mubazir. Jadi, terkesan tidak efektif.
Contoh : 1. Semua guru-guru sedang rapat dalam penyusunan silabus.
2. Para murid-murid sedang membaca di Perpustakaan

c. Ambiguitas atau Keambiguan


Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih
menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif (Putrayasa,
2010:101).
Contoh : 1. Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan.
2. Datanglah pada ulang tahun anakku yang kedua.

d. Ketidakjelasan Unsur Inti Kalimat


Suatu kalimat yang baik memang harus mengandung unsur-unsur
yang lengkap (Putrayasa 2010:102). Dalam hal ini, kelengkapan unsur
kalimat itu sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan
predikat.
Contoh : 1. Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat.
Subjek Keterangan

e. Kemubaziran Preposisi dan Kata


Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata depan
(preposisi) yang tidak perlu. Misalnya kata depan dari. Pemakaian kata depan
daridipengaruhi oleh bahasa Belanda dalam hubungan posesif.

18
Contoh : 1. Anak dari Pak Bagus menjadi Polisi.
2. Sepeda dari adik rusak berat karena ditabrak mobil.

f. Kesalahan Nalar
Nalar menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat
yang logis atau tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang
berpikir logis. Pikiran yang logis ialah pikiran yang masuk akal yang berterima
(Putrayasa 2010:112).
Contoh : 1. Hadirin yang kami hormati. Kita tiba-tiba sekarang pada
acara berikut yaitu sambutan bapak Bupati. Waktu dan tempat kami
persilakan!
2. Pengemudi mobil tangki premix siap diajukan ke
Pengadilan.

g. Ketidaktepatan Bentuk Kata


Awalan pe-tidak mendapat bunyi apabila didekatkan pada kata dasar
berkonsonan /I/ atau /r/. Bentuk kata yang seperti itu biasanya mendapat
pengaruh dari bahasa Jawa.
Contoh kata yang menyimpang adalah sebagai berikut:
- Pengrusakan
- Pengluasan
- perlawatan
- pengrawatan

h. Ketidaktepatan Makna Kata


Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun
mungkin tidak akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan,
dan salah tafsir.
Contoh : Kemarin Risa diberikan baju baru oleh Raminra, kakaknya.
Dengan senang hati dia menerimanya. “Terima Kasih”, kilahnya kepada
Almira. Kata kilah disamakan dengan kata atau ujar sehingga berkilah
dianggap sama dengan berkata atau berujar dan kilahnya dianggap sama
dengan katanya atau ujarnya.

19
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan
kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif
sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-
faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-
unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel)
dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi: koherensi,
kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian dan
logis/nalar.

3.2 Saran

1. Bagi para pendidik

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia


yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar terjadi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara
pendidik dengan peserta didik.

2. Bagi calon pendidik

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara


seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke
lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik
dengan pendidik.

20
3. Bagi lembaga pendidikan (Formal dan Informal)

Lembaga pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh


terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang
selaras.

21
Daftar Pustaka

Ahmad. 2020. Frasa, (https://www.yuksinau.id/frasa/, diakses pada 07 maret 22:35


WIB)
DosenPendidikan.com. 2020. Materi kalimat Efektif,
(https://www.dosenpendidikan.co.id/kalimat-efektif/, diakses pada 07
Maret 2020 pukul 22:35 WIB)
Fau, Teodora Nirmala. Kalimat efektif. https://www.studiobelajar.com/kalimat-efektif/,
diakses pada 8 Maret 2021)
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia, Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo
Martuti, Ririn. 2012. KALIMAT EFEKTIF (http://ririnmartuti.blogspot.com/?m=1,
diakses pada 10 Maret 2020 pukul 12:00 WIB)
Melinda. 2017. Ketidakefektifan Kalimat dalam Buku Ajar Tematik Kelas Satu
Sekolah Dasar. Salingka. Vol 14:175-185.

Nikmah, Masrutin. 2016. Bentuk-bentuk Kalimat tidak Efektif pada Teks Nonsastra
Karya Siswa SMP Kelas VII. 2016. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Pericha, Ratu Alivia. 2018 Kalimat tidak Efektif dalam Rubrik Jati Diri Surat Kabar
Jawa Pos Edisi 2016. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Jember: Jember.

Putri, Liemphawaty. 2016. Kalimat Efektif. Makalah.


(https://www.academia.edu/30700260/MAKALAH_BAHASA_INDONESI
A_KALIMAT_EFEKTIF_, diakses pada 8 Maret 2021 pukul 13.01 WIB)

Wkwkpedia. 2018. Bahasa Indonesia : Cara Menentukan Subjek, Predikat, Objek,


Pelengkap dan Keterangan dengan Mudah,
(https://wikiwoh.blogspot.com/2018/09/cara-menentukan-subjek-
predikat-objek.html, diakses pada 07 Maret 2020 pukul 22:35 WIB)

Anda mungkin juga menyukai