Anda di halaman 1dari 21

KALIMAT EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena
dengan perantaraan kalimat, seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan
jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah
kata (misalnya: tidak) dan frasa atau kelompok kata (misalnya: tidak tahu). Kata dan Frasa tidak
dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu
sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan
intonasinya menunjukkan bagian ujaran yang sudah lengkap dengan makna. Intonasi final
kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru.
Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukalah semata-mata
gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
Mempelajari kalimat efektif merupakan bagian dari keunikan tersendiri dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Maka, dalam hal ini akan kita pelajari secara lebih jelas tentang
kalimat efektif tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

 Apakah pengertian kalimat efektif ?


 Bagaimanakah ciri-ciri kalimat efektif ?
 Bagaimanakah sebab-sebab tidak efektifnya suatu kalimat ?
 Bagaimanakah pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya
agar menjadi kalimat yang efektif ?

1.3 Tujuan

 Mengetahui pengertian kalimat efektif.


 Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
 Mengetahui sebab-sebab tidak efektifnya suatu kalimat.
 Mengetahui pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar
menjadi kalimat yang efektif.
BAB II
KALIMAT EFEKTIF

2.1 Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan penutur atau penulis secara singkat, jelas dan tepat sehingga dapat
dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula sesuai dengan maksud pembicara atau
penulis. Jelas berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat berarti hemat
dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata. Tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku.
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan legkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Untuk itu
penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan
kata (diksi) yang tepat, hubungan antar bagiannya logis dan ejaannya harus benar. Dalam hal ini
harus dipahami juga bahwa situasi terjadinya komunikasi sangat berpengaruh.
Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika
dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya adalah sebagai berikut:
“Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap
sebagai berikut: “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke
pasar Rebo?” .
Susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna
dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif. Kalimat dikatakan tidak efektif apabila
kalimat tersebut tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat, kalimat efektif harus memiliki minimal
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kesatuan Gagasan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain
(O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal, juga terdapatnya satu ide
pokok dalam sebuah kalimat tersebut. Dengan satu ide pokok, kalimat boleh panjang atau
pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan
yang satu dan yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh
menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali ke dalam sebuah
kalimat.

Contohnya adalah sebagai berikut:


“Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum”.
v Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu
bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai
oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

Agar kalimat menjadi satu kesatuan gagasan, maka setiap kalimat yang dibuatharus
mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan.
1. Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok,benda, sesuatu hal,
atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu
jawaban apa atau siapa, disertai kata petunjuk, memiliki keterangan pembahas yang, didahului
kata bahwa, dan tidak didahului kata depan.
2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Ciri-
ciri predikat yaitu berupa kata kerja; bukan berupa kata kerja; disertai aspek bahasa; disertai kata
adalah yaitu, dan merupakan; dapat diingkarkan

3. Objek dan Pelengkap


Objek (O) dan Pelengkap (P) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Ciriciri
objek dan pelengkap yaitu objek dan pelengkap berada di belakang predikat; objek bisa
mempunyai subjek pada kalimat pasif; pelengkap tak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif

4. Keterangan
Keterangan (K) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
yang lainnya. Ciri-ciri keterangan yaitu berupa kata, frase, dan kalusa, didahului kata depan, dan
tidak terikat posisi.

b. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan atau koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu
antara unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa serta tanda baca yang
membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Contohnya adalah sebagai berikut:
”Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik”.
Pada awal kalimat tersebut memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau.

Kepaduan kalimat itu memiliki beberapa ciri, diantaranya:


1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-
kalimat yang dipredikat pasif persona.
Contoh:
· Surat itu saya sudah baca.
· Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya
kalimat itu berbentuk
· Surat itu sudah saya baca
· Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
· Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
· Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

c. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, diantaranya:
1. Mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat
membuat kalimat tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di-, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut di depan subjek.
Contoh:
· Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
· Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
· Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Kalimat ini dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
· Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
3. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
· Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung anatarkalimat
· Kami datang agak terlambat sehibgga kami tidak dapat mengikuti acar pertama.
atau
· Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
· Bahas Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
Perbaikannya adalah:
· Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

d. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat, diantaranya adalah:
1. meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
 presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.

(penekanannya ialah presiden mengharapkan)

2. membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:

 bukan seribu, sejuta atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

 bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. melakukan pengulangan kata.

Contoh:

 saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

 anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. mempergunakan partikel penekanan atau penegasan.

Contoh:

 saudaralah yang bertanggung jawab.


e. Keparalelan
Yang dimakud dengan keparelalan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang
sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua da
seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama berbentuk nomina, bentuk berikutnya juga harus
nomina.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat
pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
· Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan, atau
· Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

f. Ketepatan
Yang dimakud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur
yang membngun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Di antara
semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang
peranan terpenting. Tanpa kata kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang
kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idium, satu tanda baca dari sekian
pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Contohnya adalah sebagai berikut:
· Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehinggga petang.
Kalimat di atas salah karena salah dalam pemakaian kata sehingga.
Kalimat yang benar adalah:
· Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.

g. Kehematan
Yang dimakud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang
tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubadzir, tidak mengulang subjek,
tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, diharapkan
kalimat menjadi padat berisi. Ada beberapa kata atau frasa yang dapat dihemat, seperti:
Jika ….., maka ….. seharusnya jika ….., ….. atau ….. maka …..
Tidak sama seharusnya berbeda
Mempunyai hak seharusnya berhak
Pengangkut udara seharusnya maskapai
Tidak jadi seharusnya batal

Contoh:
· Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan
melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
· Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

Contoh:
· Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
· Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
· Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
· Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.

2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada


hiponimi kata.

Kata merah sudah mencakupi kata warna.


Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Contoh:
· Ia memakai baju warna merah.
· Di mna engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi:
· Ia memakai baju merah.
· Di mana engkau menangkap pipit itu.

3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu


kalimat.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.


Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Contoh:

 Dia hanya membawa badannya saja.


 Sejak dari pagi dia bermenung.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:


· Dia hanya membawa badannya.
· Sejak pagi dia bermenung.

4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa orang

h. Kelogisan
Yang dimakud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk
akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut atau teratur
dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah
benr pula pemakaian tanda baca, kata atau frasanya dapat mejadi salah jika maknanya lemah dari
segi logika berbahasa.
Contohnya adalah sebagai berikut:
· Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak
dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya:
· Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

i. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan
dan ketepatan diksi, hal-hal yang harus memperhatikan diantaranya:
a. Hindari penanggalan awalan
Contoh :
· Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil
karya sendiri karena berbagai pertimbangan.
Seharusnya
Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya
sendiri karena berbagai pertimbangan.
b. Hindari peluluhan bunyi/c/
Contoh :
· Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai mas kawin
dihari pernikahan.
Seharusnya:
Ia sangat mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi terindah sebagai mas kawin dihari
pernikahan.
c. Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh
Contoh:
· Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan undang-undang pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga.
Seharusnya:
Tanpa mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan undang-undang pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga.
d. Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh:
· Istri Wakil Direktur Rumah Tangga Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku
yang berjudul ”Melawan Stigma Negatif Seorang Sekertaris”.
· (Catatan : Siapa yang baru? Istri wakil direktur apa pak wakil direktur yang baru menjabat).
2.3 Sebab-sebab Tidak Efektifnya Suatu Kalimat
Sering kita mendengar bahwa dalam bahasa komunikasi sehari-hari, kita secara tidak sadar
mengucapkan kata-kata atau suatu kalimat yang dapat membingungkan lawan bicara kita. Hal
tersebut merupakan salah satu bagian dari kesalahan dalam penyusunan kalimat.
Berikut ini merupakan sebab-sebab tidak efektifnya suatu kalimat:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan (mubadzir), yang
sebenarnya tidak perlu.
Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
§ ”Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan”.
Kalimat ini seharusnya:
”Banyak tombol yang dapat Anda gunakan”.
§ ”Kita harus saling tolong-menolong”.
Kalimat ini seharusnya:
”Kita harus saling menolong” atau ”Kita seharusnya tolong-menolong”.

2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi:
§ ”Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi”.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran-nya dihilangkan
”Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi”.
3. Kesalahan Pemilihan Kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan:
§ ”Saya mengetahui kalau ia kecewa”.
Seharusnya:
”Saya mengetahui bahwa ia kecewa”.

4. Kesalahan Nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar:
§ ”Bola gagal masuk gawang”.
Seharusnya:
”Bola tidak masuk gawang”.

5. Pengaruh Bahasa Asing atau Daerah (Interferensi)


a. Bahasa Asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada
kalimat berikut:
§ ”Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja”.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
“I live in Semarang where my mother works”.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
”Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja”.
b. Bahasa Daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat
pada kalimat berikut:
§ Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
§ Anak-anak sdah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa jawa:
§ Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan:
§ Masuknya lewat mana?
6. Kata Depan Yang Tidak Perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti
pada kalimat berikut:
§ ”Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru”.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya
menjadi:
§ ”Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru”.

2.4 Pola Kesalahan Yang Umum Terjadi Dalam Penulisan Serta Perbaikannya Agar Menjadi
Kalimat Yang Efektif
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat.
Contoh:

 Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.

 Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.

(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

2. Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat.


Contoh:

 Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.

(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita
yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)

 Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.

(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)


3. Penggunaan imbuhan yang kacau.
Contoh:

 Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.

(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari
perpustakaan harap dikembalikan)

 Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.

 Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.

(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga
apresiasi puisi.)

4. Kalimat tak selesai.


Contoh:

 Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.

(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)

 Rumah yang besar yang terbakar itu.

(Rumah yang besar itu terbakar.)

5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku.


Contoh:

 Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.

(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)


Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh,
menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri,
menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan,
mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri dan mencelupkan.

 Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.

(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

 Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.

(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)

- tau  tahu - negri  negeri


- kepilih  terpilih - faham  paham
- ketinggal  tertinggal - himbau  imbau
- gimana  bagaimana - silahkan  silakan
- jaman  zaman - antri  antre
- trampil  terampil - disyahkan  disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’.
Contoh:

 Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.

(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

 Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.

(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)

 Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh.

(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat.
Contoh:

 Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.

(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)

 Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.

(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)

 Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.

(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8. Pilihan kata yang tidak tepat.


Contoh:

 Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang


bincang dengan masyarakat.

(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang


dengan masyarakat.)

 Bukunya ada di saya.

(Bukunya ada pada saya.)


9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
Contoh:

 Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri

Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa?
Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus santoso masuk jurang, sopirnya melarikan diri)

10. Pengulangan kata yang tidak perlu.


Contoh:

 Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.

(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku).

 Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu
perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.

(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan
yang saling menjatuhkan).

11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah.


Contoh:

 Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.

(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya).

 Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang
tuanya?

(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada makalah di atas, dapat disimpulkn bahwa:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari
pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat.
2. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman
lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan bicara
atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap kalimat atau
tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan tersebut.
3. Kalimat efektif mempunyai ciri sebagai berikut, antara lain:

 Kesatuan Gagasan
 Kepaduan
 Kesepadanan
 Ketegasan
 Keparalelan
 Ketepatan
 Kehematan
 Kelogisan
 Kecermatan
4. Tidak efektifnya suatu kalimat adalah ditandai dengan sebab-sebab sebagai berikut:
a. Pleonastis.
b. Kontaminasi.
c. Kesalahan Pemilihan Kata.
d. Kesalahan Nalar.
e. Pengaruh Bahasa Asing atau Daerah (Interferensi).
f. Kata Depan Yang Tidak Perlu.
5. Pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat
yang efektif
§ Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat.
§ Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat.
§ Penggunaan imbuhan yang kacau.
§ Kalimat tak selesai.
§ Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku.
§ Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’.
§ Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat.
§ Pilihan kata yang tidak tepat.
§ Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
§ Pengulangan kata yang tidak perlu..
§ Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah

Anda mungkin juga menyukai