BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Agar kalimat menjadi satu kesatuan gagasan, maka setiap kalimat yang dibuatharus
mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan.
1. Subjek
Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok,benda, sesuatu hal,
atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu
jawaban apa atau siapa, disertai kata petunjuk, memiliki keterangan pembahas yang, didahului
kata bahwa, dan tidak didahului kata depan.
2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Ciri-
ciri predikat yaitu berupa kata kerja; bukan berupa kata kerja; disertai aspek bahasa; disertai kata
adalah yaitu, dan merupakan; dapat diingkarkan
4. Keterangan
Keterangan (K) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
yang lainnya. Ciri-ciri keterangan yaitu berupa kata, frase, dan kalusa, didahului kata depan, dan
tidak terikat posisi.
b. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan atau koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu
antara unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa serta tanda baca yang
membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Contohnya adalah sebagai berikut:
”Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik”.
Pada awal kalimat tersebut memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau.
c. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, diantaranya:
1. Mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat
membuat kalimat tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di-, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut di depan subjek.
Contoh:
· Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
· Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
· Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Kalimat ini dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
· Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
3. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
· Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung anatarkalimat
· Kami datang agak terlambat sehibgga kami tidak dapat mengikuti acar pertama.
atau
· Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
· Bahas Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
Perbaikannya adalah:
· Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
d. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat, diantaranya adalah:
1. meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Contoh:
bukan seribu, sejuta atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. melakukan pengulangan kata.
Contoh:
saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. mempergunakan partikel penekanan atau penegasan.
Contoh:
f. Ketepatan
Yang dimakud dengan ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur
yang membngun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Di antara
semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memegang
peranan terpenting. Tanpa kata kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang
kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idium, satu tanda baca dari sekian
pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Contohnya adalah sebagai berikut:
· Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehinggga petang.
Kalimat di atas salah karena salah dalam pemakaian kata sehingga.
Kalimat yang benar adalah:
· Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
g. Kehematan
Yang dimakud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang
tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubadzir, tidak mengulang subjek,
tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, diharapkan
kalimat menjadi padat berisi. Ada beberapa kata atau frasa yang dapat dihemat, seperti:
Jika ….., maka ….. seharusnya jika ….., ….. atau ….. maka …..
Tidak sama seharusnya berbeda
Mempunyai hak seharusnya berhak
Pengangkut udara seharusnya maskapai
Tidak jadi seharusnya batal
Contoh:
· Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan
melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
· Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Contoh:
· Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
· Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:
· Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
· Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak. Misalnya:
h. Kelogisan
Yang dimakud dengan kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk
akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut atau teratur
dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah
benr pula pemakaian tanda baca, kata atau frasanya dapat mejadi salah jika maknanya lemah dari
segi logika berbahasa.
Contohnya adalah sebagai berikut:
· Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak
dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya:
· Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
i. Kecermatan
Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan
dan ketepatan diksi, hal-hal yang harus memperhatikan diantaranya:
a. Hindari penanggalan awalan
Contoh :
· Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil
karya sendiri karena berbagai pertimbangan.
Seharusnya
Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya
sendiri karena berbagai pertimbangan.
b. Hindari peluluhan bunyi/c/
Contoh :
· Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai mas kawin
dihari pernikahan.
Seharusnya:
Ia sangat mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi terindah sebagai mas kawin dihari
pernikahan.
c. Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh
Contoh:
· Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan undang-undang pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga.
Seharusnya:
Tanpa mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan undang-undang pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga.
d. Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh:
· Istri Wakil Direktur Rumah Tangga Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku
yang berjudul ”Melawan Stigma Negatif Seorang Sekertaris”.
· (Catatan : Siapa yang baru? Istri wakil direktur apa pak wakil direktur yang baru menjabat).
2.3 Sebab-sebab Tidak Efektifnya Suatu Kalimat
Sering kita mendengar bahwa dalam bahasa komunikasi sehari-hari, kita secara tidak sadar
mengucapkan kata-kata atau suatu kalimat yang dapat membingungkan lawan bicara kita. Hal
tersebut merupakan salah satu bagian dari kesalahan dalam penyusunan kalimat.
Berikut ini merupakan sebab-sebab tidak efektifnya suatu kalimat:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan (mubadzir), yang
sebenarnya tidak perlu.
Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
§ ”Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan”.
Kalimat ini seharusnya:
”Banyak tombol yang dapat Anda gunakan”.
§ ”Kita harus saling tolong-menolong”.
Kalimat ini seharusnya:
”Kita harus saling menolong” atau ”Kita seharusnya tolong-menolong”.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi:
§ ”Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi”.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran-nya dihilangkan
”Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi”.
3. Kesalahan Pemilihan Kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan:
§ ”Saya mengetahui kalau ia kecewa”.
Seharusnya:
”Saya mengetahui bahwa ia kecewa”.
4. Kesalahan Nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar:
§ ”Bola gagal masuk gawang”.
Seharusnya:
”Bola tidak masuk gawang”.
2.4 Pola Kesalahan Yang Umum Terjadi Dalam Penulisan Serta Perbaikannya Agar Menjadi
Kalimat Yang Efektif
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita
yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari
perpustakaan harap dikembalikan)
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga
apresiasi puisi.)
Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat.
Contoh:
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa?
Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus santoso masuk jurang, sopirnya melarikan diri)
Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu
perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan
yang saling menjatuhkan).
Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang
tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada makalah di atas, dapat disimpulkn bahwa:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari
pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat.
2. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman
lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan bicara
atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap kalimat atau
tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan tersebut.
3. Kalimat efektif mempunyai ciri sebagai berikut, antara lain:
Kesatuan Gagasan
Kepaduan
Kesepadanan
Ketegasan
Keparalelan
Ketepatan
Kehematan
Kelogisan
Kecermatan
4. Tidak efektifnya suatu kalimat adalah ditandai dengan sebab-sebab sebagai berikut:
a. Pleonastis.
b. Kontaminasi.
c. Kesalahan Pemilihan Kata.
d. Kesalahan Nalar.
e. Pengaruh Bahasa Asing atau Daerah (Interferensi).
f. Kata Depan Yang Tidak Perlu.
5. Pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat
yang efektif
§ Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat.
§ Penggunaan kata berlebih yang mengganggu struktur kalimat.
§ Penggunaan imbuhan yang kacau.
§ Kalimat tak selesai.
§ Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku.
§ Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’.
§ Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat.
§ Pilihan kata yang tidak tepat.
§ Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
§ Pengulangan kata yang tidak perlu..
§ Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah