Anda di halaman 1dari 8

I.

KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH

Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang
dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi
penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan
dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara tepat dan akurat. Sedangkan dari sisi
pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh
sebab itu , jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan
salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif
(Heri dan Anang, 2007).

II. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH

Secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal, bernalar atau logis,
efisien, dan jelas. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu
dimilki oleh semua kalimat dalam karya tulis ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan
dan kevariasian, hanya berlaku pada kalimat-kalimat tertentu. Sedangkan syarat penekanan
tidak bisa ditentukan kebenarannya dalam pemakaian mengingat yang perlu mendapat
tekanan dalam suatu kalimat sifat subjektif, sehingga yang tahu secara pasti hanya penulis.
Disamping itu cara melakukan penekanan tidak hanya menggunakan satu cara, melainkan
tergantung kepada penulisnya. Berikut ini adalah pemaparan ciri-ciri kalimat efektif antara
lain:

1. Gramatikal

Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu
kalimat dikatakan gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang
bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat
tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata
bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli
mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.

Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata,
dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata
yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.

Contoh:

Surat itu saya telah tanda tangani.

Buku itu diambil oleh saya


Seharusnya:

Surat itu telah saya tanda tangani

Buku itu saya ambil

Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan
pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan
pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.

Contoh:

Mike Tyson pukul KO lawannya.

Pemerintah bantu korban bencana alam.

Seharusnya:

Mike Tyson memukul KO lawannya.

Pemerintah membantu korban bencana alam.

Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak
terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat
serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan
sinonim.

Contoh:

Lampu di ruang tamu itu telah tewas.

Ibu saya tampan sekali.

Seharusnya:

Lampu di ruang tamu itu telah mati.

Ibu saya cantik sekali.

2. Logis

Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat
diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala
kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal,
hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta
gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).
Contoh:

Kuda memanjat pohon

Seharusnya:

Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).

Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi
yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.

Contoh:

Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.

Seharusnya:

Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.

Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.

Contoh:

Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.

Seharusnya:

Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.

Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.

Contoh:

Waktu dan tempat kami persilakan!

Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.

Seharusnya:

Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!

Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.

3. Efisien

Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya,
kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan
informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata
merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi
berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:

Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program
Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu
adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu
dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo
belum berhasil.

Seharusnya:

Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada
bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.

Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya
(atau tidak ada unsur mubazir).

Contoh:

Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan


Soviet di perbatasan kota.

Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.

Seharusnya:

Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet


di perbatasan kota.

Amuba itu hewan yang sangat sekali.

Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan
unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.

Contoh:

Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.

Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.

Seharusnya:

Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.

Mereka membicarakan hasil penelitiannya

4. Jelas

Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang
lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh
para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan
kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan
kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis
ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.

Contoh:

Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.

Kemungkinan arti:

Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak
ramah.

Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat
kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.

Contoh:

Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.

Seharusnya:

Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)

Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.

Contoh:

Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan
sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan,
penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan
kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.

Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti
berikut:

Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat
dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat
diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan
kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.
III. SEBAB-SEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud
penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya
termasuk kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.

Contoh:

diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)

memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)

sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)

saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)

Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)

Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.

Contoh:

para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)

para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)

banyak siswa-siswa (banyak siswa)

saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)

agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)

disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)

Tidak memiliki subjek

Contoh:

Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)

Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)

Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)

Adanya kata depan yang tidak perlu


Contoh:

Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)

Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)

Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)

Salah nalar

Contoh:

Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)

Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)

Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)

Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)

Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)

Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)

Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa)

Kesalahan pembentukan kata

Contoh:

mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan

menyetop seharusnya menstop

mensoal seharusnya menyoal

ilmiawan seharusnya ilmuwan

sejarawan seharusnya ahli sejarah

Pengaruh bahasa asing

Contoh:

Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)

Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)

Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)

Pengaruh bahasa daerah


Contoh:

… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)

… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)

Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

IV. KESIMPULAN

Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para
mahasiswa khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas
akhir mata kuliah, kegiatan menulis karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para
mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi diri, mengembangkan
berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, serta
membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.

Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, salah


satunya yaitu penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan pesan kepada pembaca sebagaimana yang dikehendaki penulis. Kalimat
efektif memiliki empat persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu
kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun berdasarkan kaidah
ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh akal sehat. Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut
tidak ditemukan unsur yang boros atau mubazir. Sedangkan kejelasan kalimat berhubungan
dengan ketidakambiguan makna yang terkandung dalam kalimat.

V. SARAN

Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa memperhatikan
penggunaan kalimat efektif. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para
mahasiswa menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif.

Perguruan tinggi hendaknya dapat membantu meningkatkan wawasan para mahasiswa


khususnya dibidang penulisan karya tulis ilmiah dengan mengadakan sosialisasi, seminar,
workshop, atau kompetisi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai