Anda di halaman 1dari 49

MODUL 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan,
atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebu tdengan
kalima tefektif.  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara
atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-
tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah

1. Memahami pengertian Kalimat Efektif


2. Memahami ciri-ciri Kalimat Efektif
3. Melihat contoh Kalimat Efektif

C. Manfaaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :


1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Kalimat Efektif
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang fungsi kalimat Efektif
3. Sebagai ajang berfikir ilmiah dan kreatif bagi penulis dan pembaca
II. PEMBAHASAN

a. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh
penulis atau pembicaranya.

b. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dan Contoh

1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
   Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). (Tidak Menjamakkan Subjek)
Contoh:
   Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif, pemilihan kata yang tepat sangatlah penting
untuk diperhatikan sehingga tidak menghasilkan kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu
dan tidak efektif).
 Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (efektif).

3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi
tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang
berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
 Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak
efektif)
 Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
 Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
 Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
 Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
 Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5. Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat,
yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
 Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak
efektif)
 Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
 Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
 Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran


Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan
yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
 Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak
efektif)
 Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
 Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
 Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada
beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
 Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
 Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini. (ketegasan)
 Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
 Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
 Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
 Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
 Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
 Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun,
dan –kah.
Contoh:
 Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
 Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
III. PENUTUP

a. Kesimpulan
           
1. Kalimat efektif adalah kalimat  yang di susun menurut pola struktur yang
benar sesuai dengan situasi yang menyertainya
2. Sebuah kalimat efektif haruslah di susun secara sadar untuk mencapai
daya informasi yang di inginkan oleh penulis terhadap pembacanya.
3. Persyaratan-persyaratan yang perlu di perhatikan dalam membuat kalimat
efektif yaitu :
a.       Kesepadanan dan kesatuan.
b.      Kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang di pakai.
c.       Penekanan untuk mengemukakan ide pokok.
d.      Kehematan dalam menggunakan kata.
e.       Kevariasian dalam struktur kalimat.

b. Saran
            Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif,
ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat
kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan
syarat syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata,
penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk
menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana
yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
           
Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang kalimat
efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca. Sehingga
pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk membentuk
suatu kalimat efektif.
MODUL 2
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan
dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang
terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai simbol yang
bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara fungsional saling
berhubungan sebagai suatu sistem. Satuan terkecil yang mengandung makna
berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar
yang mengandung pikiran berupa kalimat.

Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak
mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai
mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian
kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian
kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu
dinamakan kalimat. Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat
dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas.

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S)
dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah
berupa tanda
baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P
dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan
makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang
lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan
bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak
ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata
yang memadai.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana


pengertian kalimat, bagian- bagiannya dan unsur kalimat. Berdasarkan uraian
diatas, maka makalah ini membahas mengenai pengertian kalimat, unsur
kalimat dan pembagian kalimat.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kalimat?
2. Bagaimana unsur kalimat?
3. Bagaimana pembagian kalimat?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran.


Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa
lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan
kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang
minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan
prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau
tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).

 Adapun ciri- ciri kalimat yaitu :


a. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
c. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
d. Mengandung pikiran yang utuh.
e. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
f. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
g. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.

 Berdasarkan cara menyusun subjek predikatnya kalimat terdiri :


o Kalimat inversi (susun balik)

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului


subjek. Kalimat ini dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Ciri
kalimat versi kata atau frasa tertentu yang pertama muncul dalam tuturan
akan menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna dalam hal
menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan dengan bila kata atau frasa
ditempatkan pada urutan kedua.

Contoh :

1. Memasak, ibu untuk makan siang.

                  P           S

2. Ambilkan buku diatas meja itu !

          P                     S

3. Sepakat kami untuk belajar bersama.

                  P          S               

o Kalimat versi ( pola S-P-O-K )

Kalimat   versi   adalah   kalimat   yang   susunannya   sesuai   dengan  tata 
  bahasa indonesia ( S-P-O-K )

Contoh :

a. Ia bekerja di Jakarta.
b. Ia membelikan paman sebungkus rokok.
 Berdasarkan kelengkapan unsurnya terbagi menjadi dua yaitu :
o Kalimat Mayor : kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua
unsur pusat (inti)

Contoh :

a. Kakak membaca.
b. Ia mengambil buku itu.

o Kalimat Minor : kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat (inti)

      Contoh :

a. Pulang !
b. Sangat mahal.

 Berdasarkan ada / tidaknya objek dibagi menjadi dua yaitu :

o   Kalimat transitif : kalimat yang memiliki objek

     Contoh :         

a. Perampok itu memukul Tohir dengan balok.


b. Nita menyapu halaman rumahnya.

o   Kalimat intransitif : kalimat yang tidak mempunyai objek.

     Contoh :

a. Paman berobat ke Jakarta


b. Dia mengangguk-angguk saja.

 Kalimat Berdasarkan  isinya dibagi menjadi :


o   Kalimat berita: menceritakan kejadian / keadaan

Contoh :

a. Herman tidak ikut berdarmawisata karena tidak punya cukup uang.

o   Kalimat tanya : berisi pertanyaan

a. Siapa yang terpilih menjadi ketua partai itu


b. Mengapa kamu sampai terjerumus dalam pemakaian obat terlarang itu ?

o   Kalimat perintah: memberikan perintah untuk melakukan sesuatu

a. Pergilah dari sini. (perintah langsung / kasar)


b. Tolong, jangan ribut di ruangan ini ! (perintah halus)
c. Biarkan dia bermain ! (pembiaran)
d. Para peserta seminar dimohon memasuki ruangan ! (permohonan)
e. Terimakasih untuk tidak merokok ! ( larangan halus)
f. Ayolah kita belajar ! ( harapan)

o   Kalimat seru : mengungkapkan perasaan/emosi yang kuat

a. Aduh, saya pusing memikirkan ulah anak saya !


b. Wah, kamu sungguh beruntung !
c. Bukan main pandainya kamu mempermainkan perasaan perempuan !
d. Hai, hari cerah begini masakan kamu tidur saja di rumah !

2. Unsur-unsur kalimat

Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita
harus mengetahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat.
Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat,
Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat :

1. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh,
sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok
pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, kata
kerja/frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa ataupun siapa.
Contoh :
a.     Kakek itu sedang melukis. (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b.    Berjalan kaki  menyehatkan badan. (S yang diisi kata kerja/frasa
verbal).
c.     Gunung Kidul itu tinggi. (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

Ciri-ciri subjek sebagai berikut :

a. Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa

Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas


pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk
subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.

Contoh :

 Paijo adalah seorang guru.

b. Disertai Kata Itu

Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite).


Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah
takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain
tidak disertai kata itu.
Contoh :

 Buku itu dibeli oleh Tukimin.

c. Didahului Kata Bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang


menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu,
kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat
pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

Contoh :

 Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.


 Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.

d. Mempunyai Keterangan Pewatas Yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih
lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan
keterangan pewatas.

Contoh :

 Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.

e. Berupa Nomina atau Frasa Nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping


nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata
penunjuk itu.

Contoh :

 Bermain itu menyenangkan.


2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu
kalimat. Satuan bentuk pengisian P dapat berupa kata atau frasa
namun  sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian kata adalah pada
predikat biasa terdapat pada kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari
dengan rumus pertanyaan bagaimana, mengapa, ataupun diapakan.
Contoh :
a. Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b. Soal ujian ini  sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
c. Karangan itu  sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa
adjektif).
d. Santi  adalah  seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah
pada frasa nominal).

Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :

a. Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi


atas pertanyaan  mengapa  atau  bagaimana  adalah predikat kalimat.
Pertanyaan sebagai apa  atau  jadi apa  dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi).
Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang
berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

Contoh :

o Gadis itu cantik.


o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
b.   Kata Adalah atau Ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu


terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang
sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku

c.  Dapat Diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran


yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini
digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva.
Disamping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan
penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.

d.  Disertai kata-kata Aspek atau Modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-
kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu
terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa
nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.

e.  Unsur Pengisi Predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

 Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.


 Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa
numeralia (bilangan).
3. Objek
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P).
Objek biasanya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak
Objek (O) selalu di belakang  P yang berupa verba transitif, yaitu
veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap  tindakan Subjek.
Contoh :
a.    Mereka memancing  ikan Pari (O yang diisi dengan kata
benda/frasa nominal).
b.    Orang itu menipu  adik saya (O yang diisi dengan kata
benda/frasa nominal).

Ciri-ciri objek sebagai berikut.

a.    Langsung di Belakang Predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah


mendahului predikat.

Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.

b.    Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam
kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba
predikatnya.

Contoh : Keju itu dimakan tikus.

c.    Tidak Didahului Preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak


didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek
tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.

d.   Didahului Kata Bahwa

Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak


kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal.
Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel
dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa nominal.akan tetapi,
antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh :
 Ketua MPR // membacakan // Pancasila         
S                       P                      O

 Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila
S                        P                      Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat
pertama dengan ubahan sebagai berikut :

 Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR


S                    P                       Ket        
 Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol  (tidak gramatikal karena
posisi Pancasila sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat
dipindahkan ke depan menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).

Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya.Pel


bisa diisi oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa
preposisional.
Contoh :
a.     Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b.    Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c.     Sekretaris itu mengambilkan bosnya  air minum  (Pel-nya frase
nominal).
d.    Pak Lam suka bermain tenis  (Pel-nya frase verbal).

Ciri-ciri pelengkap.

a.       Di Belakang Predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang


predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut :

 Diah mengirimi saya buku baru.


 Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.

b.      Tidak Didahului Preposisi

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.

Contoh : Sherina bermain piano.

5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa
dalam sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasa nominal,
frasa proposisional, atau klausa. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat.
Contoh :
a.    Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b.    Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c.    Kemarin pagi Antono menjilid makalah.

Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya keterangan


waktu, tempat, cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif, dan penyerta.
Contoh :
a.     Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b.    Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan
pengacara. (Ket.similatif)
c.     Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d.    Polisi menyelidiki masalah narkoba  dengan cara hati-hati.
(Ket.cara)
e.     Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f.     Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)

Ciri-ciri unsur keterangan.

a.       Bukan Unsur Utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan


merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.

b.      Tidak Terikat Posisi

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki


kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau di antara subjek dan predikat.

Contoh :

 Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.


 Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
 Terdapat beberapa jenis keterangan

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat:


 Keterangan Waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.


Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin,  besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam.
Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti  kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei,
dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah,
sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

 Keterangan Tempat

Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang


ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

 Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang


menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir,
keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh
kata dengan dan dalam.

 Keterangan Alat

Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh


kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).

 Keterangan Sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab


yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

 Keterangan Tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan
tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,
agar, atau untuk.

 Keterangan Aposisi

Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau


objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--),
atau tanda kurang.

Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

 Keterangan Tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun


objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi
dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan
tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.

Contoh :

Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan


unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.

 Keterangan Pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,


predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan
dapat ditiadakan, keterangan pewatastidak dapat ditiadakan.

Contoh:
Mahasiswa yang memunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang


mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang memunyai IP
tiga lebih.

3. Pembagian Kalimat
a. Awal kalimat
b. Tengah kalimat
c. Akhir kalim
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan
pikiran. Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa
tulis.
2. Unsur-unsur kalimat subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap.
3. Pembagian kalimat adalah awal kalimat, tengah kalimat dan akhir
kalimat.
MODUL 3
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional dan seharusnya kita


menggunakannya dalam kegiatan sehari – hari. Selain itu, menggunakan
bahasa Indonesia harus dengan baik dan benar. Bahasa Indonesia juga
digunakan sebagai pemersatu masyarakat misalkan ada dua orang dengan
suku yang berbeda bertemu maka mereka akan menggunakan bahasa
Indonesia untuk saling berkomunikasi. Dalam acara-acara resmi yang di
selenggarakan baik oleh lembaga pemerintahan ataupun lembaga-lemabaga
lainnya pastilah menggunakan bahasa Indonesia. Namun, saat di
masyarakat, bahasa Indonesia itu mulai berubah baik penggunaannya
maupun bentuk dan cara pengucapannya. Media merupakan hal yang
berpengaruh kuat kepada masyarakat dalam berbahasa. Tetapi pada
kenyataannya, media justru menampilkan atau menulis berita yang
cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa
gaul bahkan bahasa asing. Penulisan kata dan pemakaian bahasa Indonesia
semakin hari semakin kacau, dan belum ada lembaga pemerintahan dan
masyarakat yang memberikan perhatian terhadap masalah ini. Apabila
penulisan kata dan penggunaan bahasa Indonesia kian hari terus tergeser
oleh bahasa asing atau bahasa daerah, maka posisi bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional akan terlupakan oleh masyarakat Indonesia. Dalam
penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seperti kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan gabungan kata.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci,
aspek-aspek yang ada dalam penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang,
dan gabungan kata sesuai dengan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan.

b. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penulisan kata ?


2. Bagaimana penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang dan gabungan
kata?

c. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian penulisan kata.

2. Untuk mengetahui penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang dan

gabungan kata.
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian Penulisan Kata

Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”.
Penulisan adalah proses, cara, perbuatan menulis atau menulis,
sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa, (Kamus Besar Bahasa
Indonesia:edisi 3). Dari pengertian perkata diatas, dapat disimpulkan
bahwa penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang
mepertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
b. Penulisan Kata Dasar, Kata Ulang, Kata Turunan dan Gabungan
Kata

A. Kata Dasar

Kata Dasar adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna. Kata
tersebut belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang
mengakibatkan perubahan makna. Dengan pengertian lain bahwa kata
dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan dan kata yang menjadi
dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contoh Kata Dasar : 1. Bapak minum kopi.
2. Ana baca majalah.
3. Buku itu sangat tebal.
4. Saya pergi sekolah.
5. Ruangan itu penuh sesak.

B. Kata Turunan

Kata Turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena


mendapatkan imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran. Kata
dasar tersebut telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu.

1. Jenis-jenis imbuhan
Imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi :
a) Imbuhan sederhana, hanya terdiri dari salah satu awalan atau
akhiran.
Awalan: me- , ber- , di- , ter- , ke- , pe- , per- , dan se-
Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya

b) Imbuhan gabungan, gabungan dari lebih dari satu awalan atau


akhiran.
- Ber-an
- Di-kan dan di-i
- Diper-kan dan diper-i
- Ke-an dan me-i
- Memper-kan dan memper-i
- Pe-an
- Se-an
- Ter-kan dan ter-i

c) Imbuhan spesifik, digunakan untuk kata-kata tertentu


(serapan asing).
Akhiran: -man, -wan, -wati, dan –ita.
Sisipan: -in, -em, -el, dan –er.

2. Hal yang harus diperhatikan dalam kata turunan

(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua
unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada
Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu
ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha,  sebagai unsur gabungan, merujuk kepada
Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa,
gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke


dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat
digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada
yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis


serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi
ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
tak layak terbang tak terpisahkan
tak tembus cahaya tak bersuara

C. Kata Ulang

Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan atau


reduplikasi. Proses pengulangan yang terjadi pun bermacam-macam,
misalnya pengulangan kata secara utuh, pengulangan bunyi kata,
pengulangan sebagian kata, pengulangan kata semua dan pengulangan
kata berimbuhan.

1. Jenis-jenis kata ulang


 Kata ulang berdasarkan bentuk

a) Dwipurwa (kata ulang sebagian)

Kata ulang sebagian adalah proses pengulangan yang


terjadi pada
sebagian kata biasanya terjadi pada bagian awal kata.
Contoh: tetangga, tetua, lelaki, sesaji, leluhur, dedaunan,
leluasa, pegunungan.
Contoh kalimat :
 Tetua adat menyuruh semua orang untuk menjaga
pepohonan di dalam hutan.
 Rerumputan di pegunungan itu mati karena kemarau
panjang yang terjadi.
 Dedaunan di ladang itu menguning.

b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh)

Reduplikasi pada kata ulang utuh ini terjadi pada semua


atau keseluruhan kata.
Contoh: anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, rumah-rumah,
macam-macam, tinggi-tinggi, kata-kata, sama-sama, dan
lain-lain.
Contoh kalimat :
 Anak-anak bermain dengan riang gembira bersama
orang tuanya.
 Pepohonan yang ada di hutan itu tinggi-tinggi dan
besar-besar semua.
 Seseorang diam-diam memasuki ruangan itu.
c) Kata ulang berimbuhan bunyi

Reduplikasi bentuk ini terjadi pengulangan bunyi pada


unsur pertama maupun unsur kedua dalam kalimat.
Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur, warna-warni, teka-teki,
utak-atik, serba-serbi, gotong-royong, lauk-pauk.
Contoh kalimat:
 Gerak-gerik pria misterius itu harus diwaspadai.
 Makanlah makanan sehat seperti sayur-mayur dan
lauk-pauk.
 Toko itu menyediakan serba-serbi makanan khas
jawa.

d) Kata ulang berimbuhan

Pengulangan kata ulang berimbuhan terjadi dengan


menambahkan imbuhan pada unsur kata pertama atau
unsur kata kedua.
Contoh: tarik-menarik, bermain-main, bersenang-senang,
melihat-lihat, berandai-andai, bersiap-siap, tukar-menukar,
sapa-menyapa, pukul-memukul.
Contoh kalimat:
 Setelah terjadi tarik-menarik antara kedua regu tarik
tambang itu, akhirnya dimenangkan oleh regu A.
 Budi melihat-lihat rumah-rumahan yang terbuat dari
lilin.
 Adik sedang bermain masak-masakan.

e) Kata ulang semua

Reduplikasi pada kata ulang semua terjadi pada kata dasar


yang sebenarnya bukan hasil reduplikasi itu sendiri.
Perbedaan dengan kata ulang utuh adalah kata yang
direduplikasi tidak akan memiliki makna jika dipisah.
Contoh: laba-laba, kura-kura, undur-undur, orong-orong,
empek-empek, kupu-kupu, ubur-ubur, pura-pura, cumi-
cumi, ubun-ubun.

Contoh kalimat:
 Budi sangat takut dengan laba-laba, dan kura-kura.
 Kupu-kupu terbang dengan sangat cantik.
 Banyak ubur-ubur di dalam lautan.

 Kata ulang berdasarkan fungsi atau makna

a) Kata ulang bermakna mirip atau agak

Contoh: kekanak-kanakan, kemerah-merahan, kebapak-


bapakan, kuda-kudaan, mobil-mobilan.
Contoh kalimat:
 Mobil-mobilan yang diberikan oleh ayah berwarna
kemerah-merahan.
 Dia bertingkah laku kekanak-kanakan bukannya
kebapak-bapakan.
 Wajah gadis itu kemerah-merahan karena malu.

b) Kata ulang bermakna jamak

Contoh: ibu-ibu, bapak-bapak, buku-buku, rumah-rumah,


motor-motor, hewan-hewan, barang-barang, murid-murid,
dokter-dokter, sapi-sapi.
Contoh kalimat:
 Murid-murid harus mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru mereka.
 Motor-motor yang terparkir di lapangan itu
kebanyakan milik bapak-bapak daripada ibu-ibu.
 Temanku suka sekali membaca buku-buku tentang
sains.

c) Kata ulang bermakna macam-macam

Contoh: Sayur-mayur, pepohonan, buah-buahan, tumbuh-


tumbuhan, batu-batuan.
Contoh kalimat:
 Ibu membeli sayur-mayur di pasar minggu setiap hari.
 Di taman itu banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan
yang cantik dan harum.
 Ayahku membawa buah-buahan dari kebun.

d) Kata ulang bermakna saling

Contoh: bermaaf-maafan, bersalam-salaman, pukul-


memukul, pandang-memandang, lihat-melihat, tembak-
menembak, tikam-menikam, tuduh-menuduh.
Contoh kalimat:
 Perampok dan polisi itu tembak-menembak di depan
bank kemarin sore.
 Kedua pasangan itu pandang-memandang selama
berjam-jam tanpa bicara sepatah kata pun.
 Kedua petinju itu saling pukul-memukul saat
pertarungan tinju sedang berlangsung.
e) Kata ulang bermakna intensitas

Contoh: kuat-kuat, mondar-mandir, jalan-jalan, makan-


makan, bolak-balik, berjam-jam.
Contoh kalimat:
 Andi memegang tangan ayahnya kuat-kuat ketika
menyebrang jalan.
 Akau melihat orang itu mondar-mandir didepanku
sejak tadi.

f) Kata ulang bermakna kolektif atau bilangan

Contoh: Satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, dan


seterusnya.
Contoh kalimat:
 Ibu membagikan permen kepada anak jalanan itu
satu-satu.
 Pembagian keuntungan itu dibagi secara adil yaitu
lima puluh-lima puluh.
 Kakak memberikan kami cindera mata khas pulau
dewata satu-satu.

g) Kata ulang bermakna keadaan atau situasi

Contoh: hidup-hidup, mentah-mentah, merah-merah,


panjang-panjang.
Contoh kalimat:
 Presiden memerintahkan polisi untuk menangkap
pelaku terorisme itu hidup-hidup.
 Buah rambutan itu merah-merah dan pasti rasanya
manis.
 Setelah mendapatkan ikan orang itu memakan daging
ikan tuna mentah-mentah.

h) Kata ulang bermakna tindakan yang dilakukan berkali-


kali

Contoh: sering-sering, berkali-kali, terus-menerus.


Contoh kalimat:
 Budi memukul ular itu berkali-kali hingga ular itu
terlemas dan mati.
 Andi mengejek temannya terus-menerus hingga
temaannya merasa kesal.
 Ibu menyuruhku untuk sering-sering berkunjung ke
rumah nenek dan kakek.

i) Kata ulang bermakna kegiatan

Contoh: Masak-memasak, jahit-menjahit, tukar-


menukar.
Contoh kalimat:
 Ibu-ibu PKK mengadakan lomba masak-memasak
untuk memperingati hari kemerdekaan.
 Sebelum ada uang orang-orang mengadakan tukar-
menukar barang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
 Kami melakukan tukar-menukar kado saat acara
perpisahan dengan teman SMA.

D. Gabungan kata
Gabungan kata adalah dua kata yang disusun menjadi satu dan
menghasilkan makna lain atau makna baru.

 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk


istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam.

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin


menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda
hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar.

 Gabungan kata berikut ditulis serangkai.


Misalnya: acapkali, matahari, manasuka.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalam atau akhiran saja,


awalan atau akhiran it harus di rangkai dengan kata yang dekat
dengannya, kata lainnya tetap ditulis terpisah dan tidak di beri tanda
hubung.
Contohya: berjabat tangan, bertanda tangan.
Sedangkan jika gabungan kata itu mempunyai awalan dan akhiran,
penulisan gabungan kata harus serangkai dan tidak diberi tanda
hubung.
Contohnya: pertanggungjawaban, menandatangani.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap bahasa pasti mempunyai pedoman atau acuan, bahasa


Indonesia memiliki pedoman yaitu Ejaan Yang Disempurnakan.
Setiap aspek harus diperhatikan, seperti kata dasar, kata ulang, kata
turunan, dan gabungan kata seperti yang telah dijelaskan. Sedangkan
dalam penulisan karya ilmiah salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah penulisan kata maupun kalimat yang tepat. Dengan penulisan
kata yang tepat maka pembaca tidak akan mengalami salah tafsir
terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan
tersebut dapat tersalurkan kepada pembaca, sehingga tujuan penulis
dapat tersampaikan ke pembaca.

B. SARAN

Bahasa Indonesia seharusnya menjadi bahasa yang utama di tengah-


tengah masyarakat. Pedidikan Bahasa Indonesia harus ditingkatkan
lagi terutama ke daerah-daerah pelosok yang kebanyakan mereka
menggunakan bahasa daerah atau suku mereka dalam berkomunikasi
dan kurang memahami bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga harus lebih di perdalam lagi agar mengerti cara
penulisan yang tepat, karena akan sangat berguna pada dalam segala
bidang seperti pada lembaga sekolah yang mewajibkan siswanya
untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
MODUL BERITA
Ilmuwan Peringatkan Gempa Maha Dahsyat Ancam Bumi, Dua Benua Terbelah,
40 Juta Orang Tewas

Trending Post

TRIBUNMANADO.CO.ID - Frekuensi bencana alam telah mengalami


peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.
Gempa bumi juga makin sering terjadi diberbagai belahan bumi, dan warga dunia
juga  telah menyaksikan tsunami, badai dan banjir yang telah menyebabkan
kerugian besar. Sementara berbagai peneliti terus menganalisa kondisi tersebut,
seorang ilmuwan bernama Dr. Mehran Keshe telah meramalkan bahwa gempa
maha dahsyat akan menghantam bumi, membelah dua benua dan menewaskan
lebih dari 40 juta orang .

Siapa Dr. Keshe?


Dr. Mehran Keshe adalah ilmuwan nuklir asal Iran, ia mempelajari teknik nuklir
di University of London . Dia menjalankan sebuah yayasan yang disebut Keshe
Foundation, yang merupakan organisasi non - profit yang berbasis di Belanda,
memiliki basis permanen di Belgia .

Dia merilis sebuah video pada bulan September 2015 yang


memprediksi gempa maha dasyat bakal menghantam bumi dalam waktu dekat .
Apa Kata Dr. Keshe tentang gempa dahsyat tersebut?
Jika kata-kata Dr. Keshe bisa dipercaya, Amerika Utara dan Selatan akan terbelah
diikuti dengan tsunami dahsyat yang akan melanda Amerika dan Asia,
menewaskan 40 juta orang . Dia menambahkan bahwa gempa dahsyat akan
mengakibatkan 20 juta orang tewas di pantai barat di Amerika Utara dan Selatan .
Dr. Keshe mengatakan, di belahan Amerika Selatan akan menjadi titik awal dari
bencana tersebut . "Akan ada gempa bumi berkekuatan 10 sampai 16 SR dan di
satu lokasi mungkin mencapai 20 sampai 24 SR."

Tempat yang akan terkena dampak terburuk ?

Menurut ilmuwan nuklir ini, Cina Utara kemungkinan akan menyaksikan


serangkaian gempa bumi di bulan-bulan berikutnya . Dia menyatakan bahwa
Meksiko akan lenyap tersapu tsunami maha dahsyat. Dia juga menambahkan
bahwa Jepang dan China akan menanggung kerugian yang sama seperti yang
mereka lihat sebelumnya dan Karibia juga akan terkena imbasnya. Lanjutnya,
masih ada harapan dari dampak gempa bumi dahsyat tersebut .
"Pantai barat Amerika Serikat telah melihat peningkatan jumlahgempa bumi
selang beberapa tahun terakhir."
Kemungkinan besar California memiliki 99 % kemungkinan menyaksikan
sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 atau lebih tinggi lagi dalam kurun waktu 30
tahun mendatang .

Bagaimana Amerika bereaksi terhadap berita ini?


Jutaan orang berpartisipasi dalam latihan tanggap bencana di seluruh Amerika dan
Kanada untuk mengukur respon darurat mereka, ikut melibatkan pihak berwenang
dari kota-kota besar di Amerika .

Mengapa kita harus percaya padanya ?

Meskipun tidak ada bukti untuk mendukung prediksi tersebut, tetapi trend
peningkatan frekuensi gempa bumi beberapa tahun terakhir telah menjadi alasan
yang cukup untuk percaya. Dr. Keshe menjelaskan bahwa ini adalah pengalaman
pribadinya dan berita itu tidak untuk menakut-nakuti orang, tapi
serangkaian gempa bumi yang melanda baru-baru ini tidak pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah umat manusia .

Di akhir videonya ia menyimpulkan, "perekonomian dunia akan runtuh. Saya


berharap itu tidak akan terjadi seperti ini tapi ini adalah apa yang saya tahu itu
tidak bisa dihindari. Benua terbelah, dan itu tidak bisa dihindari. " (Trending
Post, discover and lear)

Berita ini diperoleh dari Tribunmanado.co.id yang diterbitkan pada Senin, 15


Februari 2016 16:13 WIB dan diakses pada Minggu, 10 April 2016 pada pukul
17.05 WIB.
Menganalisis berita yang telah ada berdasarkan tabel di bawah ini:

No Kata Analisis
1 Kata berimbuhan
a. mengalami
b. peningkatan
c. beberapa
d. diberbagai
e. menyaksikan
f. menyebabkan
g. kerugian
h. berbagai
i. menganalisa
j. meramalkan
k. menghantam
l.
m.
n.

2 Kata ulang

3 Akronim/Singkatan

Tabel 1. Menganalisis Berita

Anda mungkin juga menyukai