KELAS : PAI 1E
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS : TARBIYAH DAN KEGURUAN
DOSEN PENGAMPU : VIOLETA INAYAH PAMA, M.Pd
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Badudu (1989:36)
Kalimat dapat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.
Parera (1984:42)
Kalimat efektif adalah bentuk kalimat yang secara sadar, disengaja, dan disusun untuk mencapai
intonasi yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Putrayasa (2007:66)
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secar sempurna karena
memenuhi syarat syarat pembentuk kalimat efektif tersebut.
Bahasa tulisan :
Berdiri sendiri;
Kalimat efektif :
Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O),
keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Contoh:
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran
ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan,
penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk
akal.
Contoh:
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-
kalimat yang berpredikat pasif persona.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan.
(efektif)
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat
itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar. (benar)
Contoh:
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak
perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.
Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. Sehingga menjadi :
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Bahasa Asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat
berikut:
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada
kalimat berikut:
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut.
Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.
Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat
berikut:
Contoh :
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan,
satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada
contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda
dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word
adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah
diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang
saling bertautan.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita
menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
membicarakan tentang transmigrasi
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga
dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita.
Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya
perlu akan zat putih telur.
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia
adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging
ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat
bagi tubuh.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam
menyelesaikan buku ini.
Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi
bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata
tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang
mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang
memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat
itu seharusnya menjadi:
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan
cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak
runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan
keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika
diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk
kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda,
frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan
seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan
seimbang.
Syarat Syarat Kalimat Efektif
Syarat syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut :
1. Secara tepat mewakili ungkapan gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2. Dapat memperlihatkan gagasan yang sama dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
inginkan oleh panbicara atau penulis.
Kesatuan Gagasan
Kalimat yang baik adalah yang mengandung satu ide dan gagasan pokok. Dalam kalimat tidak boleh
terdapat pemhahan satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak berhubungan.
Sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh fungsi subjek. predikat, dan objek. Bentuknya dapat berupa :
Kesatuan Tunggal
Contoh : semua siswa mendapatkan pengertian mengenai rencana sekolah tahun ajaran baru.
Kesatuan Gabungan
Contoh : Gunadi menyiapkan rangkuman proposal laporan keuangan seharian dan akan disampaikan
pada seminar hari ini di depan direktur.
Kesatuan Pilihan
Contoh : Anda boleh terus melanjutkan bekerja di perusahaan, atau bekerja diperusahaan lain itu.
Contoh : Sapril kuliah di darmajaya jurusan Sistem Informasi, tetapi ia ingin mendapatkan gelar S.sos.
Penekanan adalah upaya untuk memberikan tekanan terhadap gagasan pokok atau gagasan utama
didalam kalimat. Penekanan dalam bahasa lisan dcngan menggunakan intonasi atau gerak-gerik (dapat
digunakan dengan gerakan tangan,kepala, dan gerakan badan). sedangkan dalam bahasa tulisan
dilakukan dengan cara :
Sebuah kalimat dapat diubah struktumya dengan menempatkan kata yang dipentingkan pada awal,
tengah atau akhir kalimat.
Contoh :
1. Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakn lagi soal ini.
2. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain.
3. Soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain, demikin harapan kami.
1. Subjek;
2. Predikat;
3. Objek;
4. Keterangan;
2. Dalam rapat itu memutuskan sanksi akademi terhadap para mahasiswa yang ikut
berdemonstrasi.
3. Sebenarnya rizki bias terpilih sebagai salah satu mahasiswa teladan, apabila ia mempertahankan
kedisiplinannya dalam belajar.
2. Rapat itu memutuskan sanksi akademik terhadap mahasiswa yang ikut berdemonstrasi.
3. Rizki dapat terpilih sebagai salah satu mahassiswa teladan, apabila ia mempertahankan
kedisiplinannya dalam belajar.
Kalimat Efektif Dan Kesepadanan Serta Kesatuan :
1. Kalimat yang lengkap dapat terdiri atas unsure-unsur kalimat yang meliputi subjek, predikat,
objek, keterangan dan pelengkap.
2. Kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek,
serta dengan keterangan atau pelengkap.
3. Kesatuan ialah bahwa setiap kalimat harus memenuhi satu ide pokok atau kesatua pikiran
Contoh :
a. Yang dimaksud kesejajaran (Plaralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif ialah pengunaan
bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dan di pakai dalam susunan
serial.
Contoh Kalimat :
Penyakit Alzheimerdan pikunsuatu penyakit di usia tua dan yang paling mengerikan dan membahayakan,
sebab pencegahan dan pengobatanya belum ada yang tahu.
b. Frasa (kelompok kata)di sejajarkan dengan frasa, demikian juga kata benda, kata kerja, dan kata
sifat. di sejajarkan dengan kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Contoh :
Penghapusan pankalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis dari bumi Asia – Afrika akan
mempercepat perwujudan cita-cita segenap bangsa.
Penghematan tersebut meliputi hal pemakaian kata, frasa, atau bentuk lainya yang di anggap tidak di
perlukan.
Contoh :
1. Hadirin serentak berdiri begitu mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (tdak efektif).
2. Hadirin serentak berdiri begitu mengetahui mempelai memasuki ruangan. (efektif).
Penggunaan Hiponim
Di dalamnya terkandung makna dasar kelompok makna yang besangkutan misalnya, kata merah sudah
mengandung makna warna desembar sudah mengandung makna bulan, agar kalimat yang kita buat
menjadi efektif “tidak harus di ungkapkan / dinyatakan”.
Contoh :
1. Laju inflasi bulan januaari tahun lalu sebesar 0,7 % sedangkan bulan april tahun ini 1,5 % (salah).
2. Laju inflasi januaari tahun lalu sebesar 0,7 % sedangkan april tahun ini 1,5 % (benar).
3. Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku.
8. Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
Saya ini adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, kebetulan saya kontrak rumah di daerah Stasiun
Tugu.Jadi untuk pergi kuliah saya harus menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja.Selain saya,
Banyak para mahasiswa Gajah Mada yang tinggal di daerah Stasiun Tugu yang menggunakan fasilitas
Trans Jogja sebagai sarana transportasi.
Saya adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada.Saya kontrak rumah di daerah Stasiun Tugu.Untuk pergi
kuliah, saya menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja.Selain saya, banyak mahasiswa Gajah
Mada yang tinggal di Stasiun Tugu menggunakan fasilitas Trans Jogja sebagai sarana transportasi.
Jika kamu rasa materi tentang kalimat efektif diatas masih belum lengkap alias masih kurang, silahkan
sampaikan lewat kolom komentar.Semoga membantu.
Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah
yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
2. Meja direktur
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda
terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S
yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret
atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e)
bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga
membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya
ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya
kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan
siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.
Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat
juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1. Kuda
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan
melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan
aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan
lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan,
sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi
sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada
contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot
Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).
Karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c)
itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa.Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan
tidak wajib hadir.Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.Perhatikan contoh kalimat
berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di
belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel
dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak
dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat
(a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif.
Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal,
Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O,
letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut
adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya.Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.Posisinya bersifat bebas, dapat di awal,
di tengah, atau di akhir kalimat.Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.Para ahli membagi keterangan
atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat
lain, bila dikatakan:
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu
dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan
oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian
bahasa pada umumnya.Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka
si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.