Anda di halaman 1dari 4

b.

Terjemah Hadis

Telah Menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah menceritakan kepada

kami Sufyan Telah menceritakan kepada kami Amru dari Abu Ma'bad dari Ibnu

Abbas dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Janganlah sekali-kali seorang laki-laki

berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani mahramnya." Lalu seorang

laki-laki bangkit seraya berkata, "Wahai Rasulullah, isteriku berangkat hendak

menunaikan haji sementara aku diwajibkan untuk mengikuti perang ini dan ini."

beliau bersabda

C. Hadis tentang menhindari pergaulan bebas dipopulerkan oleh Ibnu Abbas,

Berkhalwat adalah seorang

laki-laki dan perempuan berduaan di tempat yang sepi dan merekah bukanlah

Mahram dalam hal ini perbutan ini sangatlah dilarang oleh agama Islam. Dalam

hadis di atas ada dua larangan, yaitu:

1. Larangan berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan

mahram dan belum resmi menikah.

2. Larangan wanita untuk berpergian, kecuali dengan mahramnya.

Larangan yang dimaksud tersebut sebagai batasan dalam pergaulan antara

lawan jenis demi menghindari fitnah. Oleh karena itu, larangan Islam, tidak

semata-mata untuk membatasi pergaulan, tetapi lebih dari itu yaitu, untuk menyelamatkan
peradaban manusia. Berduaan dengan lawan jenis merupakan

salah satu langkah awal terhadap terjadinya fitnah. Dengan demikian, larangan

perbuatan tersebut, sebenarnya sebagai langkah preventif agar tidak melanggar

norma-norma hukum yang telah di tetapkan oleh agama dan yang telah disepakati

oleh masyarakat.

D. Menganalisis Bentuk Pergaulan Bebas

Berangkat dari definisi khalwat yang telah dibahas sebelumnya, dimana

menurut Imam an-Nawawi khalwat ialah berduaannya laki-laki asing dengan wanita

asing (bukan mahram) tanpa disertai orang ketiga. Maka, khalwat menjadi dua jenis.

Yaitu:
a. Berduannya seorang laki-laki dengan seorang perempuan bukan mahramnya di

tempat di mana orang lain tidak dapat melihatnya.

Menurut Imam an-Nawawi, Pendapat ini telah disepakatioleh semua

ulama. Maksudnya ialah dikhususkannya seorang janda karna janda

sudah tidak terjaga lagi, baik secara adat maupun secara kekeluargaan. Sedangkan

seorang wanita yang masih perawan, sudah pasti terjaga baik secara adat maupun

secara kekeluargaan. Sedang ketidakbolehannya seorang laki-laki memasuki rumah

seorang janda tanpa ada mahramnya hal ini membuat sukar seorang laki-laki untuk

mesuk ke rumah seorang janda tanpa adanya mahram. Bagian jenis pertama ini,

sama halnya berkhalwat dengan menggunakan alat media lainnya, seperti

handphone dan sejenisnya yang menjadikan keduanyaberkhalwat.

b. Berduaan dengan perempuan bukan mahram dan disekeliling keduanya ada banyak

orang lain.

Para ulama berselisih mengenai hukum khalwatnya seorang laki- laki

dengan wanita bukan mahram dan di sekeliling keduanya terdapat banyak orang,

juga mengenai khalwatnya sejumlah laki-laki dengan seorang perempuan, ke

dalam beberapa pendapat. Namun pendapat paling tepat adalah pendapat mazhab

Hanafi dan sebagian ulama peneliti dari mazhab Syafi‘i, yang menyebutkan bahwa

hal di atas tidak termasuk khalwat yang diharamkan oleh syariat

C. Kurangnya pendidikan dan pemahaman tentang agama

Rusaknya pendidikan dan kurangnya pemahaman agama dalam kehidupan

manusia adalah akibat dari kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan

agama bagi anak-anak sejak kecil. Pendidikan agama tumbuh dan berkembang dari

keluarga, sehingga peran orang tua sangat penting, pendidikan agama dan spiritual

berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri pada

diri seorang anak yang disertai kegiatan keagamaan.

D. Pergaulan bebas

Bergaul tanpa melihat latar belakangnya kemungkinan mengakibatkan

terjadinya prilaku penyimpang. Prilaku menyimpang ialah tingkah laku yang


melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, dari

pengertian-pengertian

Macam macam pergaulan bebas dan zina

Terjemaahan

Telah Menceritakan kepada kami Al Humaidi telah menceritakan kepada kami

Sufyan dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas Ra dia berkata; "Saya

tidak berpendapat dengan sesuatu yang menyerupai makna lamam (dosa kecil)

selain perkataan Abu Hurairah. Dan di riwayatkan dari jalur lain, telah

menceritakan kepadaku Mahmud telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq

telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari

Ibnu Abbas dia berkata; "Saya tidak berpendapat tentang sesuatu yang paling

dekat dengan makna Al lamam (dosa-dosa kecil) selain dari apa yang telah

dikatakan oleh Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Saw: "Sesungguhnya Allah

telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina

yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari, maka zinanya mata adalah

melihat sedangkan zinanya lisan adalah ucapan, zinanya nafsu keinginan dan

berangan-angan, dan kemaluanlah sebagai pembenar semuanya atau tidak."

(HR. Bukhari)

Menganalisis

Para ulama menyatakan, Nabi Muhammad Saw. memulai dengan

menyebutkan zina mata, karena zina mata adalah asal usul terjadinya zina tangan,

lisan, kaki, dan kemaluan. Ada dua jenis zina menurut para ahli atau ulama yaitu:

a) Zina majazi atau yang sering disebut sebagai zina kecil. Hal ini mencakup zina

mulut, telinga, kaki, tangan, dan mata yang terbilang masuk dalam dosa kecil.

Sayangnya, jika dibiarkan dan sering dilakukan akan menjadi dosa besar dan hal

itu akan mengarah kepada zina hakiki atau yang sebenarnya. Karena itu, zina

jenis ini tetap tidak bisa diremehkan, sehingga harus tetap berhati-hati dalam
berperilaku dan sebagainya. Tentu harus bertaubat kepada Allah Swt atas

perbuatan dosa yang sudah diperbuat, termasuk zina tangan dan semacamnya.

Dosa jenis ini juga sulit dihindari oleh manusia kecuali mereka yang memang

sudah mendapat perlindungan khusus dari Allah.

b) Zina hakiki atau yang sering disebut dengan zina yang sebenarnya yaitu zina

dengan alat kelamin. Hal ini merupakan titik atau puncak sebuah perbuatan zina

dan tentu merupakan dosa besar dan sulit terampuni. Zina hakiki ini merupakan

pembuktian apakah tetap melakukan atau mendustakan zina majazi atau urung

melakukan zina yang sebenarnya. Pembuktian melakukannya termasuk dalam

dosa besar sementara pembuktian untuk tidak melakukannya adalah pilihan

yang baik dan harus disertai dengan taubat kepada Allah dan tidak akan

mengulangi zina majazi yang mengarah kepada zina hakiki.

Atas dasar itu, hendaklah kita senantiasa berpikir panjang bila tergoda setan

untuk melakukan perbuatan zina, baik zina kemaluan, zina pandangan, atau lainnya.

Sebagaimana kita senantiasa mengingat pedihnya hukuman Allah di dunia dan

akhirat, sehingga kita tidak mudah terjerembab ke dalam lembah kenistaan ini.

Anda mungkin juga menyukai