Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“DIKSI KARYA ILMIAH”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

YOGI SEPTIANDRI (2011512030)


NELLA PUTRI (1910222016)

ILYA SEFNI AMELIA (1910222050)

Dosen Pengampuh
Dr. FAJRI USMAN, M.Hum

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Diksi Karya Ilmiah” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat
serta salam kami panjatkan kepada baginda nabi Muhammad S.A.W yang di utus untuk
menjadi rahmat sekalian alam dan untuk menyempurnakan ahlak.
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas juga untuk dijadikan sebagai
pembelajaran tentang diksi atau juga disebut seni pemilihan kata. Seperti yang kita ketahui
bahwa saat ini sering kali kita melihat atau mendengar seseorang berkomunikasi menggunakan
kata-kata yang tidak baku sehingga terjadi kesalah penafsiran bagi pendengar maupun
pembaca, dengan hadirnya makalah ini dapat membantu kita dalam penggunaan atau pemilihan
kata agar dapat meminimalkan terjadinya kesalah penafsiran atau kesalahpahaman.
Kami penulis hanyalah manusia biasa yang penuh dengan salah dan lupa. Kami
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna maka untuk itu, dengan penuh rendah
hati kami mengharapkan kritik dan sarannya yang dapat membangun sehingga makalah ini
akan menjadi lebih baik. Atas segala perhatian, apresiasi yang berupa saran dan kritiknya kami
sampaikan banyak terimakasih. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Amin.

Padang, 15 September 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan penulisan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian diksi.................................................................................................................4
B. Fungsi diksi........................................................................................................................4
C. Ketepatan pemilihan kata...................................................................................................5
D. Kesesuaian pemilihan kata.................................................................................................6
E. Perubahan makna kata........................................................................................................7
F. Macam-macam peranti diksi..............................................................................................8
G. Peran diksi dalam karya ilmiah………………….……………………………………...10
H. Syarat kesesuaian diksi dalam sebuah karya ilmiah……………………………………10
I. Syarat Pemilihan Kata Diksi……………………………………………………………..10
J. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata……………………………………………12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................18
A.Kesimpulan.......................................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diksi disebut juga dengan pilihan kata, penggunaan diksi yang tepat, cermat dan benar
dapat memberikan nilai pada suatu kata, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Selain itu diksi juga dapat mencegah kesalahan penafsiran yang berbeda. Misalnya pilihan kata
ketika seorang pejabat berpidato akan mengunakan gaya repitisi, gaya bernada rendah atau
tinggi sangat mempengaruhi publik, seperti pidato presiden Soekarno yang menggunakan diksi
repitisi guna untuk membakar semangat rakyatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud diksi ?
2. Apa fungsi diksi ?
3. Bagaimana cara menggunakan kata yang tepat dalam berkomunikasi ataupun membuat
karangan ?
4. Bagaimana cara menyesuaikan pemilihan kata dengan tepat ?
5. Apa saja faktor yang menyebabkan perubahan makna kata ?
6. Apa saja macam-macam peranti diksi ?
7. Apa saja peranan diksi dalam sebuah karya ilmiah ?
8. Apa saja syarat kesesuaian diksi dalam sebuah karya ilmiah ?
9. Apa saja syarat dalam pemilihan kata diksi ?
10. Apa saja kesalahan pembentukan dan pemilihan kata ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2. Untuk mengetahui fungsi diksi.
3. Untuk mengetahui cara menggunakan kata yang tepat dalam berkomunikasi ataupun
membuat karangan.
4. Untuk mengetahui cara menyesuaikan pemilihan kata dengan tepat.
5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perubahan makna kata.
6. Untuk mengetahui macam-macam peranti diksi.
7. Untuk mengetahui peranan diksi dalam sebuah karya ilmiah.
8. Untuk mengetahui syarat kesesuaian diksi dalam sebuah karya.
9. Untuk mengetahui syarat dalam pemilihan kata diksi.
10. Untuk mengetahui kesalahan pembentukan dan pemilihan kata.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Diksi disebut juga pilihan kata, penggunaan diksi yang tepat, cermat dan benar dapat
memberikan memberikan nilai pada suatu kata termasuk dalam membuat karangan.
Diksi juga berfungsi untuk membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan
diucapkan lewat bahasa yang digunakan. penggunaan kata diksi yang tepat akan merubah
makna kata, yang awalnya biasa saja akan lebih bermakna. Penggunaan diksi yang tepat dan
benar akan memberikan nuansa positif bagi lawan bicara.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, diksi dapat di artikan sebagai pilihan kata yang
tepat dalam penggunaanya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa penguasaan kata seseorang
akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat
karangan.
Pengertian pilihan kata atau diksi merupakan unsur yang sangat penting dalam karang
mengarang, terutama dalam karangan ilmiah. Pada umumnya, kata-kata yang berdiri sendiri,
yaitu lepas dari hubungan kalimat, belum jelas benar. Makna suatu kata baru jelas jika berada
dalam kalimat, dan pengertiannya hanyalah satu (Suryaman, 2012 : 168).

Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana
yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu, belum tentu
dapat diterima oleh para hadirin atau orang yang diajak bicara. Masyarakat yang diikat oleh
beberapa norma, menghendaki pula agar setiap kata yang dipergunakan harus cocok atau
serasi dengan norma norma masyarakat, harus sesuai dengan situasi yang dihadapi (Keraf,
2009 : 24).

B. Fungsi Diksi
Diksi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:.
a) Suatu upaya untuk melambangkan ide pokok atau gagasan yang akan di ucapkan lewat
bahasa yang digunakan. Penggunaan kata yang tepat akan memberikan makna sebuah
kata yang sesungguhnya, yang awalnya biasa saja menjadi lebih bermakna dan
sempurna.

4
Misalnya, kata perempuan sangat dihargai pada saat pemerintahan Gus Dur
dengan selalu menggunakan kata diksi menteri pemberdayaan perempuan. Beda pada
saat orde baru yang menggunakan kata wanita yang selalu menghiasi pada menteri
peranan wanita, dharma wanita. Jadi, dengan menggunakan diksi yang baik maka akan
memberikan makna yang sesungguhnya.
b) Upaya untuk mengekspresikan gagasan yang benar dan tepat. Artinya menggunakan
diksi yang tepat, cermat dan benar akan memberikan nuansa positif dan menyenangkan
bagi lawan bicara.
c) Berfungsi untuk mencegah kesalahan tafsiran dan kesalahpahaman dalam
berkomunikasi. Kata anutan dan panutan contoh : 1. Ibu Kartini terpilih menjadi dosen
panutan di Stain Pamekasan. Contoh : 2. Ibu Kartini terpilih menjadi dosen anutan di
Stain Pamekasan.
Banyak orang yang mengatakan contoh nomor satu yang benar yaitu
menggunakan kata panutan dari pada anutan. Jika di analisis, kata anut yang lebih tepat
tapi kata panutan yang lebih banyak di gunakan masyarakat. Kata panutan bila di
uraikan kata dasarnya adalah panut dan mendapat akhiran -an, dalam bahasa indonesia
kata panut bukan menunjukkan kata verbal, tapi lebih menunjukkan nama orang.
Sedangkan kata dasar anutan yaitu anut yang ditambah akhiran -an yang merupakan
bentuk verbal.

C. Ketepatan Pemilihan Kata


Ketepatan pemilhan kata merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang ketika
berkomunikasi dan berinteraksi agar tidak terjadi kesalah tafsiran maupun kesalah pahaman.
Oleh karena itu, untuk bisa mencapai ketepatan pemilhan kata harus memperhatikan hal-hal
berikut :
1. Cermat dalam membedakan makna kata-kata yang hampir bersinonim,seperti kata
tasbih yang artinya orang yang berdzikir dan tahbis yang mempunyai arti memberkati.
2. Cermat dalam membedakan denotasi dan konotasi. Kalau yang digunakan hanya
pengertian dasar, maka harus memilih kata denotatif, kalau yang digunakan reaksi
emosional tertentu, maka harus menggunakan kata konotatif sesuai dengan sasaran
yang dicapainya. Contoh : SBY dan Mega Wati berebut kursi kepresidenan pada pemilu
2009” makna kursi di atas bukan makna denotatif yaitu tempat duduk, tapi makna
konotatif yaitu kekuasaan. Sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
5
3. Cermat dan tepat dalam penggunaan kata-kata umum dan kata-kata khusus. Kata
khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum. Contoh: kijang
dengan mobil. Kijang merupakan kata khusus sedangkan mobil merupakan kata umum.
4. Cermat dalam menggunakan kata-kata yang bersinonim. Contoh: kata saya dan aku,
penggunaan kata aku lebih tepat digunakan dalam forum non ilmiah atau sedang
bermain dengan teman. Sedangkan penggunaan kata saya lebih tepat digunakan dalam
forum ilmiah karena kata saya lebih sopan dari pada kata aku.
5. Cermat dalam penggunaan kata-kata abstrak dan kata-kata konkrit. Ciri-ciri kata
abstrak itu konseptual sedangkan kata konkrit itu berciri khusus. Contoh kata abstrak:
manusia, kemiskinan. Contoh kata konkrit : manusia, miskin.

D. Kesesuaian Pemilihan Kata


Kesesuaian diksi sangat diperlukan ketika berkomunikasi. Saat berkomunikasi kita
sering mengalami perbedaan atau kekurangan tepatan karena perkembangan bahasa yang
sangat luas. Artinya terdapat kata frase maupun klausa yang di anggap kurang sesuai ketika di
ucapkan, tidak baku dan tidak baik.
Bentuk ucapan bahasa yang benar dan baik itu selalu dihubungkan dengan bentuk
ucapan bahasa yang baku yaitu bentuk ucapan bahasa yang dipakai sebagai pedoman yang di
anggap sebagai bentuk ucapan yang ideal (sesuai dengan EYD) oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Harus tepat dalam penggunaan kata yang berhubungan dengan nilai sosial. Misalnya
ketika seorang mahasiswa mohon ijin untuk meninggalkan kelas, kata yang di ucapkan
mohon ijin kebelakang bukan untuk ijin kencing, hal ini dikarenakan kurang santun.
2. Menggunakan kata berpasangan atau idiomatik. Contoh: terdiri atas, sebagai berikut,
sehubungan dengan,dst.
3. Penggunaan bahasa baku secara tepat. Misalnya diksi ramadhan,ramadhan atau
ramadan. Banyak yang menganggap bahwa yang baku adalah ramadhan, padahal yang
baku sebenarnya adalah kata ramadan.
4. Penggunaan kata-kata pada kondisi tertentu. Misalnya pada kata meninggal, mati,
tewas, wafat, gugur. Buronan itu tewas di tabrak truk saat lari dikejar polisi.
Bandingkan dengan kalimat kyai itu wafat beberapa minggu lalu. Kata tewas dan wafat
berhubungan dengan situasi dan kondisi tertentu.

6
5. Penggunaan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah dan kata-kata non ilmiah
untuk komunikasi yang sifatnya non ilmiaah.
6. Tidak menggunakan bahasa lisan (pergaulan). Contoh: “ayo kita cabut dan tutup
facebook, menuju masjid untuk solat berjemaah”

E. Perubahan Makna Kata


Bahasa sifatnya dinamis yang banyak mengalami perkembangan. Berikut faktor-faktor
terjadi perubahan makna kata :
1. Perubahan bahasa
a. Perubahan intonasi. Perubahan intonasi pada kata dapat terjadi perubahan makna
(yang meliputi irama, tekanan, maupun nada). Contoh: ayam mati dimakan harimau
yang ganas. Bandingkan dengan: ayam mati dimakan, harimau yang ganas.
b. Perubahan di dalam struktur frasa, misalnya parkir bebas, bebas parkir.
c. Perubahan makna bahasa karena terjadi perubahan-perubahan di dalam bentuk kata.
Perubahan makna terjadi karena faktor afiksasi atau imbuhan. Contoh: pimpin-
pimpinan-pemimpin-kepemimpinan.
d. Perubahan struktur kalimat akan mengakibatkan perubahan dalam hal makna.
Misalnya dari kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Contoh: Mahasiswa Stain harus
mentaati peraturan yang di buat oleh Stain Pamekasan (aktif). Mahasiswa Stain
Pamekasan diharuskan mentaati peraturan yang dibuat oleh Stain Pamekasan.
2. Faktor sosial
Faktor sosial juga dapat menyebabkan perubahan makna kata dalam kerangka
diksi. Contoh : guru-pahlawan tanpa tanda jasa; militer-baju doreng; carik-sekretaris
desa.
3. Faktor psikologis
Faktor psikologis atau faktor kejiwaan dapat menyebabkan perubahan makna
kata, misalnya mencakup pertimbangan rasa takut, kesopanan, kehalusan ekpresi.
Contoh : di tangkap polisi-di amankan polisi; penjahat itu ditembak-dilumpuhkan.
4. Faktor kesejarahan
Faktor sejarah mengalami bahasa yang selalu berkembang sehingga seringkali
terjadi perubahan makna. Contoh: kata perempuan, ketika jaman kependudukan Jepang
penyebutan kata perempuan akan menandakan pada seorang wanita yang kurang baik
di masyarakat.
7
Kemudian pada jaman orde baru mengalami perubahan diksi menjadi kata
wanita yang diposisikan tinggi dibangdingkan dengan kata perempuan. Akan tetapi,
kata perempuan ditempatkan pada posisi tinggi sampai pada masa pemerintahan SBY.
5. Kata baru (asing)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan munculnya kata yang
baru sehingga terjadi perubahan makna kata. Contoh : download:unduh, chatting:obrolan,
website:laman, performance:kinerja , perfect:sempurna, dsb.

F. Macam-Macam Peranti Diksi


1. Denotasi dan konotasi
Makna denotasi juga disebut makna konseptual, makna lugas, makna yang biasa
digunakan masyarakat pada umumnya. Sedangkan konotasi biasa disebut bukan makna
yang sebenarnya. Ketika berkomunikasi harus memperhatikan kedua hal ini dengan
cermat dan tepat. Apakah kita akan menggunakan kata denotatif atau kata konotatif.
2. Bentuk idiomatik
Bentuk idiomatik menunjukkan pada bentuk kebahasaan yang sudah
berpasangan bentuknya (bentuk yang sudah lekat dan tidak dapat dipisahkan). Contoh
: sehubungan dengan, disebabkan oleh ,berharap akan, sebagai berikut, dan terdiri atas.
Jadi kata idiomatik tidak boleh diganti dengan bentuk lain.
3. Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna / mempunyai makna lebih
dari satu. misalnya kata korban, dalam kamus bahasa indonesia memiliki banyak
makna.
4. Homonim
Homonim merupakan kata yang sama lafal dan ejaannya. Misalnya kata bisa
yang bermakna racun, namun dapat juga bermakna dapat. Ketika berkomunikasi, tetap
harus dapat memahami makna perbedaan dalam penggunaanya. Karena jika tidak,
maka dapat terjadi salah penafsiran. Perbedaan antara polisemi dan homonim yaitu
pada polisemi makna kata mengandung kias dan makna sebenarnya, sedangkan pada
homonim keduanya menggunakan kata denotatif.

8
5. Homofon
Homofon adalah dua kata atau lebih dimana pengucapan atau bunyinya sama,
namun berbeda tulisan dan maknanya. Contoh: kata bank dan bang “bang Nurul pergi ke
bank syariah untuk mengambil uang”. Makna “bang” panggilan untuk kakak laki-laki,
sedangkan “bank” menunjukkan makna tempat untuk menyimpan uang.
6. Homograf
Homograf adalah dua kata yang memiliki kesamaan dalam penulisan namun
pengucapan dan maknanya berbeda. Contoh: Qodir apel ke rumah Rani-Fitri membeli
apel dipasar. Apel dan apel sama penulisannya, tetapi pengucapan dan maknanya
berbeda. Apel bermakna bersilaturrahmi dan apel satunya bermakna buah.
7. Hiponim
Hiponim adalah relasi kata yang terdiri atas dan bawah. Artinya ada komponen
yang sebagai superordinatnya(makna yang masih luas). Dan dibawahnya yang lebih
khusus lagi. Misalnya pada kata toko yang merupakan subordinatnya dan kata baju
adalah ordinat-ordinatnya.
8. Kata tanya dimana,yang mana, dan hal mana
Tiga kata tanya tersebut dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu. Jadi
apabila kata tadi masih digunakan dalam kalimat tuturan, maka kalimat itu salah.
Misalnya: Ustadku yang mana yang sangat baik padaku. Kalimat itu salah dan yang
tepat yaitu Ustadku sangat baik padaku.
9. Sinonim
Sinonim adalah persamaan kata atau kata yang memiliki makna yang sama atau
hampir sama. Contoh: kata mati dan tewas.
10. Antonim
Antonim adalah kata yang berlawanan arti atau maknanya. Antonim sebenarnya
menunjukkan relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau berlawanan.
Misalnya: cinta-benci, panas-dingin, selatan utara.
11. Kata abstrak dan konkrit
Kata abstrak mempunyai pengertian yang berupa konsep. Akan tetapi, kata
konkrit mempunyai pengertian yang berupa objek yang bisa dilihat, objek yang bisa di
amati misalnya : radang, luka, memar atau berupa generalisasi sebuah konsep. Contoh:
iman, surga, neraka, hari kiamat.

9
G. Peranan Diksi Dalam Penulisan Karya Ilmiah
Fungsi dari diksi dalam penulisan karya ilmiah antara lain :
• Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
• Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
• Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

H. Syarat Kesesuaian Diksi Dalam Sebuah Karya Ilmiah


1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum
hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. Penulis atau pembicara sejauh
mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
4. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
5. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
6. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.

I. Syarat Pemilihan Kata Diksi


Diksi atau pilihan kata memegang peran penting dalam menciptakan nuansa makna
yang dikehendaki penulis. Pemilihan kata yang kurang tepat akan menghasilkan nuansa makna
yang berbeda, di samping pesan yang ingin disampaikan belum tentu tepat. Pilihan kata yang
terbaik memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai
dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya (Wijayanti, Candrayani, Hendrawati,
Agustinus, 2013 : 74).

Suryaman (2012 : 169) mengatakan diksi atau pilihan kata harus diarahkan pada kata
itu ada 3 hal yaitu :

a. Tepat
Kata yang maknanya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, dan sesuai dengan
tempatnya dalam kalimat.

10
Contoh :

1. Makna kata diminta datang dengan kata diharapkan datang berbeda. Jangan
menggunakan ungkapan yang diharapkan datang karena pengertian kata diminta dan
diharapkan tidaklah sama.
2. Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata
pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
b. Benar

Kata yang penulisannya sesuai dengan kaidah ejaan dan pembentukan kata.

Contoh :

1. propinsi seharusnya provinsi

2. analisa seharusnya analisis

3. diantara seharusnya di antara

4. ketunaan karya seharusnya ketunakaryaan

5. pemboman seharusnya pengeboman

6. mensukseskan seharusnya menyukseskan

7. mempopulerkan seharusnya memopulerkan

8. merealisir seharusnya merealisasikan

9. memlester seharusnya memplester

10. Penterjemah seharusnya penerjemah

c. Baku/Lazim

Kata yang sudah dibakukan atau sudah menjadi milik bahasa Indonesia, dan bukan
kata yang hanya atau masih dipakai di daerah-daerah tertentu.

Contoh :

1. kenapa seharusnya mengapa

11
2. kebagian seharusnya memperoleh atau mendapat

3. menghaturkan seharusnya mengucapkan atau menyampaikan

4. bilang seharusnya berkata atau mengatakan

5. kaya (bahasa Jawa) seharusnya seperti

6. dibikin seharusnya dibuat

7. ketawa seharusnya tertawa

8. ketemu seharusnya bertemu atau ditemukan

J. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


• Penggunaan Awalan meng-

Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan.
Namun dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Dibawah ini diperlihatkan
bentuk yang salah dan bentuk yang benar.

Contoh :

1. Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Salah)

Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (Benar)

2. Komisi DPR sesuaikan dengan Kabinet Jokowi-JK. (Salah)

Komisi DPR menyesuaikan dengan Kabinet Jokowi-JK. (Benar)

• Penanggalan Awalan ber-

Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan
ber- harus di eksplisitkan secara jelas.

Contoh :

1. Sampai jumpa lagi. (Salah)

Sampai berjumpa lagi. (Benar)

2. Pendapatan saya beda dengan pendapatannya. (Salah)

Pendapatan saya berbeda dengan pendapatannya. (Berbeda)

12
3. Setelah tidak lulus dua kali dalam ujian CPNS, tampaknya kini dia putus asa. (Salah)

Setelah tidak lulus dua kali dalam ujian CPNS, tampaknya kini dia berputus asa.
(Benar)

• Peluluhan Bunyi /c/

Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapatkan
awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan
meng-.

Contoh:

1. Wasilan sedang menyuci mobil. (Salah)

Wasilan sedang mencuci mobil. (Benar)

2. Eka lebih menyintai Boby daripada menyintai Roy. (Salah)

Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (Benar)

• Penyengauan Kata Dasar

Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis. Akhirnya, percampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis
menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan
penggunaan kata-kata mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung,
nolak, nyabut, nyuap dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus
menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis,
mencubit, mengepung, menolak, mencabut, menyuap, dan mencari.

• Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-

Kuntarto (2011 : 39) mengatakan pembentukan awalan meng-/peng- akan luluh


jika menghadapi kata-kata yang berhuruf awal /s/, /p/, /t/, dan /k/, kecuali kluster seperti
/kr/, /pr/, /tr/, dan / sp/.

Contoh :

1. Kita harus mentargetkan misil ini. (Salah)

Kita harus menargetkan misil ini. (Benar)

2. Indonesia telah memroduksi senjata kelas dunia (Salah)

Indonesia telah memproduksi senjata kelas dunia (Benar)

13
3. Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan.
(Salah)

Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan.


(Benar)

4. Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (Salah)

Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (Benar)

Kaidah meluluhkan bunyi s, k, p dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
dengan gugusan konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan meng-,maka kata ini menjadi
mentraktor. Kata proklamasi apabila diberi awalan meng- kata itu akan menjadi
memproklamasikan.

• Awalan Ke- yang Keliru.

Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi
berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang
tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah.

Contoh :

1. Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (Salah)

Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (Benar)

2. Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (Salah)

Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (Benar)

Perlu diketahui awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain didepan
kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih,
kehendak, dan ketua. Oleh karena itu, kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak
bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk yang benar ialah kedua,
ketiga, keempat, kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.

• Pemakaian akhiran –ir

Pemakaian akhiran -ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-
hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk padanan akhiran –ir adalah -asi atau -isasi.

Contoh :

1. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (Salah)

Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (Benar)

14
2. Soekarno-Hatta memproklamirkan Negara Republik Indonesia. (Salah)

Soekarno-Hatta memproklamasikan Negara Republik Indonesia. (Benar)

Kata lainnya adalah :

Akomodir seharusnya akomodasi

Intimidir seharusnya intimidasi

Legalisir seharusnya legalisasi

Lokalisir seharusnya lokalisasi

Realisisr seharusnya realisasi

Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi,
neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah, karena kata
dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi
usaha peternak lele, usaha penanaman turi, usaha pemasangan neon, gerakan
memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan usaha memasyarakatkan koran.

• Padanan yang Tidak Serasi

Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang
muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tak sepadan atau tidak serasi.
Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di
bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai ungkapan
penghubung antar kalimat.

Contoh :

1. Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah


memperoleh kredit. (Salah)

Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(Benar)

Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(Benar)

2. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr.
Daud. (Salah)

Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud.
(Benar)

15
Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud.
(Benar)

• Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap.

Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, pemakaian kata-kata tersebut sering


dipertukarkan. Berikut pemaparan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata
depan.

Contoh :

1. Putusan daripada pemerintah itu melegakan rakyat. (Salah)

Putusan pemerintah itu melegakan rakyat. (Benar)

2. Nina lebih cerdas dari Vino. (Salah)

Nina lebih cerdas daripada Vino. (Benar)

• Pemakaian Akronim (Singkatan)

Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat”. Yang dimaksud


dengan singkatan adalah hasil menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau
gabungan huruf, seperti DPR, TNI, POLRI, BPK dan KPK. Seterusnya, yang dimaksud
bentuk singkat adalah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat,
seperti lab (laboratorium), memo (memorandum), dan perpus (perpustakaan). Pemakaian
akronim dan singkatan dalam bahasa kadang-kadang tidak teratur serta mempunyai dua
makna. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari
karena menimbulkan berbagai tafsiran oleh pendengar maupun pembaca. Agar tidak
terjadi kekeliruan kalau akan digunakan dalam satu artikel atau makalah serta sejenis
dengan itu, akronim atau singkatan lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.

• Penggunaan Kata Yang Hemat

Salah satu pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat
kata, tetapi padat isi. Namun, dalam pemakaian bahasa sehari-sehari sering ditemukan
pemakaian bahasa yang boros. Berikut ini beberapa kata yang tidak perlu disandingkan
dengan kata lain yang memiliki arti sama.

Contoh :

1. Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini
sudah memberikan potongan harga, tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan
yang diinginkan karena disebabkan oleh situasi sulit yang melanda perekonomian
Indonesia saat itu seperti misalnya pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi
yang tidak stabil, tingkat inflasi yang melonjak, dan pergolakan politik yang
menyebabkan kerusuhan di mana-mana (Kuntarto, 2011 : 39)
16
2. Saat ini produk tersebut telah tersedia di berbagai sektor pasar, baik pasar sederhana
ataupun pasar terkemuka seperti misalnya supermarket, minimarket, dan lain-lain.
(Kuntarto, 2011 : 39)
3. Sasaran utama perusahaan yang beralamat di Jalan Abdul Rahman Nomor 99 Jakarta
Timur ini bukan semata-mata demi untuk mencapai target, tetapi juga mencapai
peningkatan volume penjualan yang maksimal. (Kuntarto, 2011 : 39)

Kata Boros Kata Hemat

karena disebakan oleh …karena……disebabkan oleh…

seperti misalnya… dan lain-lain …seperti……misalnya……dan lain-lain…

demi untuk ...demi……untuk…

tingkat inflasi yang melonjak pelonjakan inflasi

pergolakkan politik pergolakan politik

• Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia

Dalam pemakaian sehari-hari terkadang orang salah menggunakan bentuk jamak


dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu. Bentuk jamak dalam
bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Bentuk jamak dengan mengulang kata yang bersangkutan, seperti orang-orang,


buku-buku, dan meja-meja

2. Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti beberapa meja, sekalian
tamu, semua buku, dua tempat, dan sepuluh kursi

3. Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak, seperti para tamu

4. Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti mereka, kita, kami,
kalian.

• Penggunaan di mana, yang mana, hal mana

Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut
harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks.
Bisa saja kata di mana berkedudukan sebagai kata ganti ketika, pada saat, tentang dan
bagi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diksi mempunyai makna yang lebih luas dari rangkaian kata dalam praktik berbahasa.
Ketika berada dalam satu forum formal, pemilihan kata yang tepat merupakan hal yang penting.
Begitu juga saat menulis suatu karya ilmiah sangat diperlukan kata-kata yang mengandung
unsur keilmiahan baku, cermat tepat, benar dan baik. Penggunaan diksi yang baik dan benar
yaitu sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Beberapa fungsi diksi yaitu sebagai suatu
upaya untuk membantu melambangkan ide atau gagasan yang akan di ungkapkan lewat bahasa
yang di ungkapkan, sebagai upaya untuk mengekpresikan gagasan yang benar dan tepat,
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalah tafsiran atau kesalahpahaman.

B. Saran
Kita harus memperbanyak membaca buku agar memiliki penguasaan bahasa yang baik
dan benar,sehingga dalam berkomunikasi atau dalam membuat suatu karangan ilmiah kita bisa
dengan mudah menggunakan bahasa atau kata yang baik dan benar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Aziz Djaja. Buku Ajar Bahasa Indonesia


Keraf, Gorys. 2009. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Masnur Muslich. 2012. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi. Bumi Aksara : Jakarta
Suryaman, Ukun. 2012. Dasar-dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Alumni
Susila Mansurudin. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia. UIN-Maliki Press : Malang
Zubad Nurul Yaqin. Bahasa Indonesia Keilmuan. 2011. UIN-Maliki press
https://www.aldtechno.online/2019/09/makalah-diksi-bahasa-indonesia.html

19

Anda mungkin juga menyukai